BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
C. DAS Brantas Hilir
3.10 GAMBARAN DAN KEBIJAKAN TERKAIT DAS BERDASARKAN RTRW MASING-MASING WILAYAH YANG TERMASUK DAS BRANTAS
3.10.9 RTRW KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2010
c. pemanfaatan sempadan sungai sebagai kawasan hijau
d. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk
3.10.9 RTRW KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2010
Daerah rawan longsor di Kabupaten Ponorogo yaitu wilayah perbukitan dan Daerah Aliran Sungai. Bentuk penanggulangan terhadap terjadinya bencana longsor adalah:
1. Pencegahan yaitu segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk meniadakan sebagian atau seluruh akibat bencana.
2. Mitigasi, yaitu upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau memperkecil ancaman bencana. Mitigasi dibedakan atas 3 (tiga) tahapan yaitu: a. Tahap sebelum bencana, yaitu kegiatan peringatan dini, penyebaran
informasi dan penyuluhan tentang bahaya longsor yang akan terjadi pada suatu daerah rawan bencana longsor;
b. Saat bencana, yaitu dengan memberikan pertolongan berupa pemeriksaan longsor dan membentuk satuan tugas khusus dalam menanggulangi bencana longsor; serta
c. Sesudah bencana, yaitu pemulihan-perbaikan sarana prasarana dasar, rehabilitasi dan rekonstruksi daerah yang terkena bencana longsor.
Mengingat di Kabupaten Ponorogo banyak alih fungsi lahan lindung yang memiliki kemampuan mendukung perlindungan kawasan maka diperlukan pengelolaan bersama antara pemerintah atau PTP dengan masyarakat baik dalam mengelola hutan maupun perkebunan. Selanjutnya dilakukan pemilihan komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi dari sisi hasil buah seperti durian, kopi, bunga seperti cengkeh, dan getahnya seperti karet dan pinus.
Selanjutnya pada daearah aliran sungai yang umumnya memiliki kontur tajam atau terjal juga merupakan kawasan yang mudah terkena longsor. Untuk ini diperlukan pengelolaan DAS dengan membuat terasering dan penanaman tanaman keras produktif bersama masyarakat. Mengingat kawasan sepanjang DAS ini sekaligus merupakan kawasan penyangga untuk mencegah pendangkalan waduk yang disebabkan oleh longsor dan erosi, maka upaya penamanam vegetasi yang berkayu dengan tegakan tinggi juga harus diikuti oleh pengembangan tutupan tanah atau ground cover yang juga memiliki fungsi ekonomi seperti rumput gajah yang dapat digunakan untuk pakan ternak.
KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN
3
Sedangkan upaya penanganan/pengelolaan kawasan rawan banjir di Kabupaten Ponorogo, meliputi:
Pelestarian dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai secara lintas wilayah yaitu sungai Asin, cemer, Keyang, Gendol, Sungai Sungkur dan Galok
Pembuatan sudetan di Kecamatan Sampung, Kecamatan Bedegan, Kecamatan Jambon, Kecamatan Slahung, Kecamatan Bungkal, Kecamatan Sooko, Kecamatan Pulung, Kecamatan Jenangan dan Kecamatan Ngrayun
Pembuatan sumur resapan di kawasan perkotaan dan perdesaan, kawasan pertanian yang dilengkapi dengan embung, bendung maupun cek dam, pembuatan bendungan baru
Membuat saluran pembuangan yang terkoneksi dengan baik pada jaringan primer, sekunder maupun tersier, serta tidak menyatukan fungsi irigasi untuk drainase
Pembuatan tanggul pada kawasan Daerah Aliran Sungai dengan prioritas pada kawasan dataran dan rawan banjir
Mengoptimalkan fungsi kawasan lindung dan kawasan resapan air
Melakukan koordinasi dalam hal pengelolaan dan pengembangan drainase dengan wilayah lain
Menghindari kawasan yang rawan terhadap bencana alam gunung api, gempa bumi, bencana geologi, banjir, longsor dan bencana alam lainnya sebagai kawasan terbangun
Pengembangan peringatan dini dari kemungkinan adanya bencana alam
Kawasan sempadan sungai mempunyai manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai sebagai berikut:
a. Terletak pada seluruh kecamatan yang dilewati oleh 16 sungai besar dan kecil antara lain Sungai Asin, Sungai Gendol, Sungai Cemer, Sungai Keyang, Sungai Sungkur, Sungai Galok, Sungai Gonggang, Sungai Nglorok Atas, Sungai Bedingin, Sungai Nambang, Sungai Slahung, Sungai Mayong, Sungai Pelem, Munggu, Sungai Domas, Sungai Ireng dan Sungai Pucang, seluas 644.2 Ha. b. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan sempadan sungai, melalui:
KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN
3
Kawasan perlindungan setempat sepanjang sungai dibatasi untuk kepentingan pariwisata dan mengupayakan sungai sebagai latar belakang kawasan fungsional
Perlindungan pada sungai besar di luar kawasan permukiman ditetapkan minimum 100 meter kiri-kanan sungai
Bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengolahan sungai dilarang untuk didirikan
Sungai yang melintasi kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan dilakukan re-orientasi pembangunan menghadap ke arah sungai
Sempadan sungai yang memiliki luasan yang cukup luas dapat diperuntukkan untuk kawasan wisata melalui penataan kawasan tepian sungai
Sungai yang memiliki arus deras dijadikan salah satu bagian dari wisata alam-petualangan seperti arung jeram, out bond, dan kepramukaan
Sungai yang arusnya lemah dan bukan sungai yang menyebabkan timbulnya banjir dapat digunakan untuk pariwisata
Perlindungan terhadap anak-anak sungai diluar permukiman ditetapkan minimum 50 meter. Pada sungai besar dan anak sungai yang melewati kawasan permukiman ditetapkan minimum 15 meter. Kawasan ini hampir setiap kecamatan, bahkan pada sekitar aliran sungai ini banyak yang digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh masyarakat setempat
Tabel 3. 26 Rencana Luas Penggunaan Tanah di Kabupaten Ponorogo
No Jenis Penggunaan tanah Luas (Ha) Persentase Dari Luas Wilayah Kabupaten Ponorogo (%) 1 Danau/Waduk/S.Besar 1.707 1,2 2 Hutan Lindung 16.895 12,3 3 Hutan Produksi 29.966,5 21,8 4 Perikanan 402,64 0,3 5 Kebun 23.359,06 17,2 6 Tegalan 6.579,8 4,8 7 Sawah Irigasi 27.118 19,8 8 Sawah Tadah Hujan 9.561 6,9 9 Pemukiman Perdesaan 10.196,5 7,4 10 Pemukiman Perkotaan 11.392,5 8,3
Total 137178 100
KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN
3
Sumber: RTRW Kabupaten Ponorogo
Gambar 3. 33 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Ponorogo
Sedangkan sebagai tahapan pengendalian pemanfaatan ruang, peraturan zonasi pada kawasan sempadan sungai meliputi:
Penentuan kawasan sempadan bagi perlindungan DAS dan zonasi pemanfaatan DAS berdasarkan daya dukung lingkungannya terutama untuk daerah tangkapannya
Penentuan kawasan sempadan sungai bagi perlindungan DAS yaitu sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar, dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman
Pengelolaan zona pemanfaatan DAS dilakukan dengan membagi tipologi DAS. Berdasarkan tipologinya, DAS terbagi menjadi daerah hulu sungai, daerah sepanjang aliran sungai, daerah irigasi, daerah perkotaan dan industri, serta daerah muara sungai
Kegiatan yang mampu melindungi atau memperkuat tebing sungai atau saluran dari kelongsoran, kegiatan yang tidak memperlambat jalannya arus air, kecuali memang sengaja bermaksud untuk memperlambat laju arus air seperti pembuatan cek dam atau krib, atau dam, atau pembelok arus air sungai
Hasil Rencana 5.15
KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN