• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.2 KONDISI FISIK DAS BRANTAS

3.2.10 Kondisi Penggunaan Lahan

Sumber: Laporan Pemantauan Kualitas Air DAS Brantas, BLH Prov. Jawa Timur

Gambar 3. 10 Fluktuasi Skor STORET Tahun 2003-2011 di DAS Brantas

Kondisi kualitas DAS Brantas dari hulu sampai dengan hilir memerlukan perhatian serius, baik terkait dengan pengelolaan air limbah industri, domestik maupun pertanian serta tata guna lahan, karena parameter yang terlampaui menunjukkan adanya cemaran dari sumber pencemar industri, domestik dan pertanian.

Dikarenakan pada DAS hulu sampai hilir tingkat BOD melebihi ambang batas, maka diperlukan upaya yang tidak hanya terbatas pada pengelolaan limbah domestik masyarakat yang tinggal di bantaran sungai, melainkan juga pengelolaan limbah domestik dari seluruh kawasan perumahan yang pada akhirnya mengalirkan air limbah domestik ke sungai baik secara langsung maupun melalui saluran drainase. Kali Tengah memiliki nilai COD yang mencolok karena tidak memenuhi baku mutu kelas II mengindikasikan adanya cemaran organik dari industri, untuk itu pengendalian cemaran industri di segmen ini perlu mendapatkan penanganan serius.

3.2.10 Kondisi Penggunaan Lahan

Pengggunaan lahan paling dominan di DAS Brantas adalah sawah dan kebun. Hal ini menunjukkan bahwa mata pencaharaian penduduk di sekitar DAS Brantas adalah petani dan DAS Brantas merupakan salah satu lumbung padi nasional. Penggunaan lahan sawah seluas 387,584.62 ha atau seluas 32,20% dari seluruh luas DAS. Luas kebun di DAS Brantas kurang lebih 247,492.60 ha atau seluas 20,37% dari seluruh luas DAS. Sedangkan luas penggunaan lahan hutan hanya menempati wilayah 85,569.84 ha atau seluas 7,04% dari seluruh luas DAS. Penggunaan lahan permukiman menempati wilayah seluas 199,436.92 ha atau seluas 16,41% dari seluruh luas DAS.

-200 -100 0

2003 2004 2005 2006 2007 2010 2011

Fluktuasi Skore STORET Tahun 2003 s/d 2011 di DAS Brantas

Jembatan Pendem Bendung Mrican

Jembatan Mekikis/Kertosono Jembatan Ploso

Jembatan Canggu Cangkir Tambangan/J. Cangkir

Muara Kali Tengah / J. Bambe Intake PDAM Karangpilang

Bend. Gunungsari Intake PDAM Ngagel

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

3

Penggunaan lahan permukiman tersebar merata di seluruh DAS dan cenderung mengalami peningkatan.

Kondisi penggunaan lahan di DAS Brantas tahun 2012 berdasarkan hasil analisis GIS dari Citra Satelit Landsat-7 (LAPAN):

 Path/Row 118/065 tgl. 15 Juni 2012 dan 28 Mei 2011,  Path/Row 118/066 tgl. 27 Maret 2012 dan 28 Mei 2011  Path/Row 119/065 tgl. 19 April 2012 dan 21 Mei 2012  Path/Row 119/066 tgl. 6 Juni 2012 dan 3 April 2012

Tabel 3. 11 Tipe Penggunaan Lahan di DAS Brantas Tahun 2012

No Tipe Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase (%)

1 Pemukiman 199436,92 16,41 2 Rawa/Hutan Rawa 3117,32 0,26 3 Empang 24274,78 2 4 Pabrik/Bangunan 2782,62 0,23 5 Bandar Udara/Pelabuhan 608,48 0,05 6 Penggaraman 150,89 0,01 7 Sungai 518,9 0,04 8 Pasir 190,65 0,02 9 Danau/Bendungan 2815,87 0,23 10 Tanah Kosong/Padang Rumput 12328,95 1,01 11 Semak Belukar 62307,96 5,13 12 Sawah Irigasi 312108,54 25,69 13 Sawah Tadah Hujan 75476,08 6,21 14 Hutan 85569,84 7,04 15 Kebun 247492,6 20,37 16 Ladang 185849,98 15,3 JUMLAH 1215030,39 100

Sumber: Bappenas, 2012

3.2.11 Kondisi DAS Brantas Berdasarkan Hulu-Tengah-Hilir A. DAS Brantas Hulu

1) Kondisi Tutupan Lahan

Lahan pertanian di sekitar kawasan Arboretum Sumber Brantas lebih banyak terletak pada lereng bukit. Hal tersebut menyebabkan kawasan arboretum Sumber Brantas sangat rawan mengalami tanah longsor.

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

3

Sumber: Pengamatan Langsung (19 November 2012)

Gambar 3. 11 Tanaman semusim di hulu Brantas Brantas Kota Batu

Sumber: Pengamatan Langsung (19 November 2012)

Gambar 3. 12 Kondisi lahan dan sistem pertanian di hulu Brantas di Kota Batu yang memotong kontur (sekitar arboretrum)

Daerah hulu Sungai Brantas merupakan wilayah yang kepadatan penduduknya sangat tinggi. Rata-rata pertumbuhan penduduk setiap tahun didominasi oleh petani maupun buruh tani. Banyaknya penduduk yang bekerja di bidang pertanian menyebabkan banyak dilakukan pembukaan lahan menjadi lahan pertanian di sekitar wilayah Arboretum Sumber Brantas. Selain memanfaatkan lahan di sekitar Arboretum Sumber Brantas sebagai lahan pertanian, masyarakat juga mengambil air dari mata air Sumber Brantas untuk irigasi lahan.

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

3

Sumber : Pengamatan Langsung (19 November 2012)

Gambar 3. 13 Kondisi pemukiman di hulu Brantas di Kota Batu (sekitar arboretrum)

2) Kondisi Mata Air

Dalam rangka mengambil kebijakan terkait penggunaan air di hulu diperlukan observasi lapangan kondisi mata air/arboretrum di DAS tersebut. Kegiatan ini dilakukan dengan mendata maupun pengamatan langsung sumber–sumber air yang masih memiliki tingkat produktivitas yang baik yang dapat menunjang kebutuhan air di daerah tersebut.

Sumber : Pengamatan Langsung (19 November 2012)

Gambar 3. 14 Kondisi Arboretrum Brantas di Batu Jawa Timur

Arboretum Sumber Brantas terletak lebih kurang 18 km sebelah utara kota Batu dan merupakan lokasi salah satu mata air Kali Brantas yang selanjutnya mengalir melalui kota Malang, Blitar, Kediri, Jombang, Mojokerto, Surabaya dan bermuara di selat Madura. Arboretrum ini dijaga dan dikelola oleh Perum Jasa Tirta I dalam rangka untuk melestarikan mata air Kali Brantas, mengkoleksi berbagai jenis pepohonan dalam bentuk arboretum, menyediakan fasilitas penelitian dan pendidikan serta menyelenggarakan rekreasi edukatif. Secara garis besar kondisi sumber–sumber air

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

3

walaupun pemanfaatanya masih belum maksimal. Penggunaanya di antara lain adalah untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan irigasi untuk kebun maupun sawah yang ada disekitarnya.

Berdasarkan informasi lapangan dari pengelola arboretrum, dulu Sumber Brantas memiliki debit air 12 liter/detik pada tahun 1997. Namun debit air yang dihasilkan Sumber Brantas terus mengalami penurunan sampai saat ini hanya 2,5 liter/detik. Selain itu pada tahun 2007 pada 20 tahun yang lalu tumpahan air yang ada di Sumber Brantas mencapai 20 cm, sementara saat ini kurang dari 5 cm. Hal tersebut disebabkan oleh adanya tanah longsor di sekitar mata air Sumber Brantas dan mengakibatkan hilangnya vegetasi pelindung. Perum Jasa Tirta I mengelola dan menjaga sumber brantas, termasuk melarang/tidak memberi ijin pemanfaatan sumber-sumber brantas untuk dieksploitasi sebagai air minum kemasan dalam rangka melindungi ketersediaan air yang akan masuk ke DAS Brantas.

3) Kondisi Sungai

Titik ini menjadi dijadikan sebagai titik pantau karena mewakili daerah hulu DAS Brantas. Pada titik ini sudah terdapat pos on-line water quality control. Namun kondisinya tanpa penjagaan dan sudah tidak berfungsi. Secara visual, kondisi sungai di hulu sangat baik, namun untuk kualitas airnya tidak dapat diketahui mengingat sensor water quality

control sudah hilang. Selain itu hal-hal yang perlu diperhatikan di titik ini adalah

penempatan sensor. Jarak antara pos dengan titik penempatan sensor cukup jauh.

Sumber : Pengamatan Langsung (19 November 2012)

Gambar 3. 15 Titik Pantau Kualitas Sungai Brantas Bagian Hulu di Jembatan Pendem Kota Batu

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

3

Sumber: Pengamatan Langsung (19 November 2012)

Gambar 3. 16 Kondisi Sungai Brantas Bagian Hulu di Jembatan Pendem Kota Batu B. DAS Brantas Tengah

1) Kondisi Bendungan

Bendungan Wonorejo berada di hilir pertemuan sungai Kali Gondang dengan Kali Wangi, sekitar 16 km barat kota Tulungagung. Bendungan ini terletak di wilayah Desa Wonorejo, Kecamatan Pagerwojo. Dalam rangka menjamin keberlanjutan pemeliharaan dan pemanfaatannya, bendungan dilengkapi dengan fasilitas yang baik. Pemberian fasilitas juga dibarengi dengan reboisasi yang dilakukan secara berkala dan terus-menerus untuk menciptakan suasana yang rindang. Penanaman bibit yang dilakukan hingga kini telah dari Perum Jasa Tirta dan dari Perhutani dengan dibantu lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) setempat.

Namun berdasarkan hasil diskusi dengan pengelola bendungan (Perum Jasa Tirta I), terjadi kendala yaitu belum adanya kerjasama dengan BPDAS Kementerian Kehutanan untuk kegiatan penghijauan di sekitar waduk. Oleh karena itu, Jasa Tirta I melakukan sendiri kegiatan penanaman tanaman keras di sekitar waduk untuk melindungi waduk dari ancaman sedimentasi maupun untuk menjaga ketersediaan air.

Sumber : Pengamatan Langsung (20 November 2012)

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

3

Bendungan Wonorejo Tulungagung di Brantas Tengah dikelola oleh Perum Jasa Tirta. Berdasarkan hasil diskusi dengan pengelola Bendungan tersebut, diketahui bahwa

luas daerah genangan Bendungan Wonorejo mencapai 3,85 km2 yang dapat

dimanfaatkan secara optimal dan multifungsi. Selain menambah penyediaan air baku

untuk Kota Surabaya dan sekitarnya sebesar 8,02 m3/detik secara terus-menerus pada

musim kemarau, juga berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik sebesar 6.020 MW. Bahkan, berfungsi vital sebagai pengendali banjir untuk daerah Tulungagung. Fungsi ekstra berikutnya adalah sebagai pengembangan budidaya ikan darat untuk menunjang perekonomian petani ikan setempat serta sebagai objek wisata.

Sumber: Pengamatan Langsung (20 November 2012

Gambar 3. 18 Tampungan Air Bendungan Wonorejo di DAS Brantas Tengah

2) Kondisi Lahan Pertanian Irigasi

Lahan pertanian di Brantas Tengah terutama Kabupaten Tulungagung terus mengalami penyusutan, sehingga memicu kekhawatiran akan terjadinya instabilitas ketahanan pangan daerah tersebut. Hampir setiap tahun lahan pertanian beralih fungsi menjadi permukiman ataupun bangunan pabrik. Hal ini ditambah dengan tidak adanya prosedur baku yang mengatur proses perubahan fungsi lahan pertanian serta rendahnya kesadaran warga/petani untuk proaktif mengoordinasikan status lahan pertaniannya.

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

3

Sumber : Pengamatan Langsung (20 November 2012)

Gambar 3. 19 Kondisi Pertanian beririgasi di Kabupaten Tulungagung DAS Brantas Tengah

3) Kondisi Sungai

Kondisi sungai di Brantas tengah tepatnya dilokasi Bendung Gerak Mrican/ Waru Turi pada umumnya sangat baik. Adanya eceng gondok dari cabang-cabang sungai brantas dapat dibuang dan dikendalikan melalui bendung Waru Turi sehingga kualitas air tetap terjaga.

Berdasarkan diskusi dengan pengelola Bendung Gerak Waru Turi, disampaikan bahwa secara umum sarana dan prasarana pengairan dan pengendalian banjir di Brantas Tengah berfungsi dengan baik, sehingga peringatan dini banjir dapat optimal.

Sumber : Pengamatan Langsung (20 November 2012)

KAJIAN ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI EKOSISTEM DAS DALAM MENUNJANG KETAHANAN AIR DAN KETAHANAN PANGAN

3

Sumber : Pengamatan Langsung (20 November 2012)

Gambar 3. 21 Bendung Gerak Mrican/Waru Turi di Kediri DAS Brantas Tengah