• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Aspek Pengaturan Terkait Mekanisme

BAB III HUKUM SYARIAH TERHADAP

B. Analisis Aspek Pengaturan Terkait Mekanisme

55

Pengaturan mekanisme perdagangan Efek secara syariah merupakan hal yang sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan pada pasar modal di Indonesia telah diperjualbelikan Efek-efek yang termasuk dalam kategori Efek syariah sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah. Di samping itu, regulator harus dapat memberikan kepastian hukum terhadap para stakeholder yang secara rasional maupun emosional ingin melaksanakan transaksi Efek berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

Sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya, secara umum mekanisme perdagangan Efek baik di bursa maupun di luar bursa yang ada saat inibelum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini akan dilihat apakah isu-isu syariah yang telah diidentifikasi dan dibahas dalam sub bab A dan B telah diatur secara memadai dalam perangkat aturan yang ada.

Pada tahap pembukaan rekening dan penyampaian order, isu syariah yang sangat melekat dalam tahap ini adalah pelaksanaan transaksi secara tidak langsung oleh nasabah. Oleh karena itu, untuk memenuhi kesyariahan dari transaksi dimaksud perlu adanya akad wakalah antara nasabah dan Perusahaan Efek baik secara implisit maupun eksplisit.

Wakâlah atau wikâlah yang secara etimologi berarti al-tafwîd39 (penyerahan atau pendelegasian), didefinisikan sebagai pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.40

Berkenaan dengan hal tersebut, beberapa peraturan Bapepam- LK secara implisit telah mengatur hal-hal terkait akad

wakalah pada tahap pembukaan rekening dan penyampaian order, yaitu peraturan nomor V.D.3 tentang Pengendalian Interen Penyelenggaraan Pembukuan Oleh Perusahaan Efek, peraturan nomor V.D.9 tentang Pedoman Perjanjian Agen Perusahaan Efek Anggota Bursa Efek, dan peraturan nomor V.D.10 tentang Prinsip Mengenal Nasabah Oleh Penyedia Jasa Keuangan di Bidang Pasar

39 Nazih Hammad, Mu´jam., hal. 354.

40 Dewan Syari‟ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional (Ciputat: Gaung Persada, 2006), Edisi Revisi, hal. 62.

56

Modal.

Di dalam Peraturan Nomor V.D.3 antara lain diatur bahwa kontrak antara Perusahaan Efek dengan nasabah mengenai pembukaan rekening harus memuat antara lain bahwa dana dan Efek dalam rekening Efek atas nama nasabah dapat disimpan dalam rekening Efek pada bank kustodian atau Lembaga Penyimpanan dan penyelesaian atas nama Perusahaan Efek untuk kepentingan nasabah bersangkutan. Dalam kontrak tersebut juga dilengkapi dengan dokumen antara lain surat kuasa dari nasabah yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga untuk memberikan instruksi kepada Perusahaan Efek sehubungan dengan rekening Efek nasabah tersebut, dan keterangan yang jelas terkait dengan jati diri nasabah.

Selanjutnya, berkenaan dengan adanya pihak ketiga yaitu PE non AB yang terlibat dalam transaksi Efek nasabah, sehingga dalam penyampaian order maupun transaksi lainnya, nasabah akan bertransaksi melalui PE non AB terlebih dahulu dan dilanjutkan transaksi antara PE non AB dengan PE. Berkenaan dengan hal tersebut, Peraturan Nomor V.D.9 mengatur bahwa dalam hal Anggota Bursa Efek membuka rekening Efek untuk nasabah Perusahaan Efek bukan Anggota Bursa Efek, maka Anggota Bursa Efek wajib membuat kontrak pembukaan rekening Efek yang ditandatangani ole nasabah, Anggota Bursa Efek, dan Perusahaan Efek bukan Anggota Bursa Efek. Kontrak tersebut wajib memuat ketentuan yang mengatur tentang ada tidaknya pemberian kewenangan oleh nasabah kepada Perusahaan Efek bukan AB untuk menerima pesanan secara lisan sehubungan dengan rekening Efek nasabah dimaksud pada Anggota Bursa Efek.

Dalam rangka lebih mengetahui informasi mengenai nasabah, Peraturan Nomor V.D.10 tentang Prinsip Mengenal Nasabah oleh Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal telah mengatur tugas dan fungsi institusi terkait dengan penerapan prinsip mengenal nasabah. Berdasarkan peraturan tersebut, penyedia jasa kuangan di bidang pasar modal wajib memantau pengkinian profil nasabah dan profil transaksinya.41

41

Peraturan Nomor V.D.10 tentang Prinsip Mengenal Nasabah oleh Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal.

57

Pada tahap pemrosesan order nasabah dan pelaksanaan transaksi, isu syariah yang penting adalah mengenai mekanisme lelang berkelanjutan. Sedangkan pemrosesan order dilakukan secara otomatis melalui sistem JATS- Next G dan telah diatur dalam peraturan bursa terkait perdagangan Efek. Terkait dengan lelang berkelanjutan, Bapepam-LK tidak mengatur mengenai hal tersebut. Peraturan Nomor III.A.10 tentang Transaksi Efek hanya mengatur secara umum terkait transaksi Efek. Dalam peraturan tersebut antara lain dinyatakan bahwa Transaksi bursa adalah kontrak yang dibuat oleh Anggota Bursa Efek sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh Bursa Efek mengenai jual beli Efek, pinjam- meminjam Efek, atau kontrak lain mengenai Efek dan harga Efek. Di samping itu, Peraturan Nomor III.A.10 juga mengatur bahwa pelaksanaan transaksi Efek untuk nasabah pemilik rekening dilakukan oleh Perusahaan Efek untuk kepentingan rekening nasabahnya sesuai dengan kontrak antara Perusahaan Efek dengan nasabah tersebut.42

Dalam ketentuan Bursa terkait perdagangan Efek yaitu Peraturan Nomor II- A Tentang Perdagangan Efek, bursa telah mengatur mengenai mekanisme perdagangan Efek, pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan Efek, hak dan kewajiban masing-masing pihak terkait, dan penggunaan sistem yang digunakan dalam pemrosesan order nasabah. Namun demikian dalam Peraturan bursa belum secara jelas diatur mengenai mekanisme lelang berkesinambungan secara syariah.

Hal ini disebabkan, DSN-MUI belum menerbitkan fatwa terkait pedoman pelaksanaan lelang berkesinambungan yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal.

Tahap terakhir dari transaksi di bursa adalah kliring, penjaminan dan penyelesaian transaksi. Isu syariah yang diangkat pada tahap ini adalah terkait netting, novasi, dana jaminan dan penyelesaian transaksi pada (T+3). Kegiatan kliring merupakan tugas KPEI sebagaimana diatur dalam Peraturan KPEI Nomor II.5 tentang Kliring Transaksi Bursa Tanpa Warkat. Dalam peraturan tersebut antara lain dinyatakan bahwa KPEI melakukan Kliring terhadap hak dan kewajiban Anggota Kliring yang timbul dari

42

Peraturan Nomor III.A.10 tentang Transaksi Efek hanya mengatur secara umum terkait transaksi Efek.

58

Transaksi Bursa pada Bursa Efek sesuai dengan penjanjian antara KPEI dengan Bursa Efek. Dalam proses kliring tersebut hak dan kewajiban baik Efek maupun dana dari masing-masing anggota kliring yang melaksanakan transaksi akan tercatat dalam Daftar Hasil Kliring (DHK).

Peraturan Bapepam Nomor III.B.6 tentang Penjaminan penyelesaianTransaksi telah mengatur antara lain bahwa Bursa Efek wajib mengatur setiap jenis transaksi bursa dan wajib membuat kontrak dengan lembaga kliring dan penjaminan mengenai tata cara penjaminan penyelesaian transaksi bursa. Selanjutnya dalam peraturan tersebut juga mengatur mengenai tanggung jawab direksi lembaga kliring dan penjaminan untuk memastikan bahwa semua pesanan transaksi bursa anggota kliring sebelum dilaksanakan mempunyai agunan yang cukup pada rekening jaminan anggota kliring tersebut dan rekening tersebut dapat dikendalikan untuk penyelesaian kewajiban anggota kliring kepada lembaga kliring dan penjaminan.43

Peraturan Bapepam Nomor III.B.7 tentang Dana jaminan antara lain diatur bahwa dana jaminan adalah kumpulan dana dan atau Efek yang diadministrasikan dan dikelola oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan.44 Dalam Peraturan tersebut juga diatur bahwa dana jaminan hanya dapat diinvestasikan dalam Surat Utang Negara dan atau deposito bank dengan komposisi yang disetujui oleh komite kebijakan kredit dan pengendalian risiko. Pengadministrasian dan pengelolaan dana jaminan pada Surat Utang Negara dan deposito bank sangat dimungkinkan akan terjadi percampuran dengan dana-dana lainnya yang bersifat ribawi. Oleh karena itu, untuk mengurangi potensi percampuran tersebut, bagi investor yang ingin dana investasinya dikelola secara syariah perlu disediakan tempat pengadministrasian dan pengelolaan yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Pada transaksi di luar bursa, berdasarkan Peraturan Bapepam dan LK Nomor X.M.3 tentang Pelaporan Transaksi Efek antara laian dinyatakan bahwa setiap Pihak dapat melakukan transaksi Efek di pasar sekunder baik di Bursa Efek maupun di

43

Peraturan Bapepam Nomor III.B.6 tentang Penjaminan penyelesaianTransaksi.

44

59

luar Bursa Efek. Transaksi-transaksi tersebut wajib dilaporkan kepada Bapepam-LK melalui Penerima Laporan Transaksi Efek. Pelaporan tersebut dilakukan oleh Partisipan. Sesuai dengan Peraturan tersebut, Partisipan adalah Perantara Pedagang Efek, Bank, atau Pihak lain yang disetujui Bapepam- LK, yang menggunakan sistem dan/ atau sarana pelaporan Transaksi Efek dan terdaftar pada Penerima Laporan Transaksi Efek. Oleh karena itu, transaksi di luar bursa wajib untuk dilaporkan kepada Bapepam-LK.

Berdasarkan isu syariah dan regulasi yang mengatur mengenai transaksi Efek di pasar sekunder, dapat dilihat bahwa peraturan-peraturan yang ada telah mengatur transaksi syariah baik di bursa maupun di luar bursa secara jelas. Hal ini akan meningkatkan kejelasan bagi pihak yang berkepentingan dengan transaksi Efek atau mengurangi ketidakpastian (gharar) dalam pelaksanaan transaksinya.

Untuk beberapa tahapan transaksi seperti pembukaan rekening nasabah dan penyampaian order, pengaturan untuk hal tersebut telah dilakukan secara esensi dan implisit tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Namun demikian, terdapat beberapa isu syariah seperti lelang berkesinambungan, netting, novasi, pengelolaan dan pengadministrasian dana jaminan, serta waktu penyelesaian transaksi yang berbeda dengan terjadinya transaksi yang perlu dikaji lebih lanjut.

Unsur permainan harga dapat dilakukan dengan cara: (a)

Netting, yaitu membeli saham pada awal perdagangan dimulai dan langsung dijual pada hari itu juga dalam posisi keuntungan tanpa harus mengeluarkan modal. (b) Short Selling, yaitu menjual saham saham pada posisi harga tertentu, kemudian membeli pada hari yang sama, yaitu saat harga saham turun. Kedua cara ini sangat lazim dilakukan di pasar modal dalam rangka mencari untung yang lebih besar (capital gain).45

Disamping unsur spekulasi yang tinggi, terdapat faktor lain yang mengguncang harga saham di Bursa Efek, di antaranya faktor insider trading (infromasi orang dalam), Kemudian ada lagi faktor corner, yaitu sejenis manipulasi pasar dalam bentuk

45Yasso Winarto, Pasar Modal Indonesia. (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. 1997), 425.

60

menguasai pasokan saham. Melalui corner ini harga saham bisa direkayasa dengan cara melakukan transaksi fiktif (semu).46

Berdasarkan sabda Rasulullah Saw. Yang menyatakan: 47 Dari Ma‟mar ibn „Abdillah ra. berkata dia : Rasulullah

Saw. telah bersabda: Tidak boleh ada perbuatan ihtikar kecuali

dari orang-orang yang berbuat salah” (HR Muslim)

Dengan demikian, praktik netting dan short selling yang berlaku di pasar sekunder sebagai cara permainan harga saham termasuk ke dalam kategori ihtikar yang dilarang shara‟. Larangan ini sangat rasional, karena akan membawa dampak negatif bagi kestabilan pasar, bahkan bisa menghancurkan para pedagang.

Kemudian, akibat perilaku para spekulan di pasar sekunder, harga saham sulit untuk ditebak dan sulit untuk stabil, karena fluktuasi harga di lantai bursa bisa terjadi pada setiap saat. Hal ini juga akan membawa dampak yang negatif bagi para pengusaha dan investor sendiri. Unsur-unsur spekulatif yang merugikan masyarakat dalam berbagai transaksi amat dikecam oleh Islam.

Dalam kajian hukum Islam unsur spekulatif ini disebut dengan jaha>lah (ketidakpastian). Secara definitif al-jaha>lah

diartikan sebagai suatu unsur yang tidak jelas pada kualitas, kuantitas, atau harga suatu komoditas. Transaksi yang mengandung unsur jaha>lah ini dilarang dalam Islam, karena bisa merugikan para pelaku ekonomi dan menimbulkan pertengkaran di antara mereka. Misalnya, terjadinya ketidakpastian tentang harga atau komoditas yang ditransaksikan, atau tanggal waktunya jelas.

Di samping itu, secara lebih umum dalam transaksi saham di pasar sekunder dengan unsur netting dan short selling

mengandung unsur gharar (penipuan), yang di dalam ajaran Islam dilarang, karena Rasulullah Saw. melarang jual beli yang di dalamnya terkandung unsur gharar (HR Muslim).48 Para ulama fikih mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan gharar itu

46Yasso Winarto, Pasar Modal Indonesia (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. 1997), 411.

47Imam Muslim ibn al-Hajjaj, s{ahih Muslim, (Beirut : Da>rul Ihya at-Turats al-„Arabi>, 1978), 56.

48 Imam Muslim ibn al-Hajjaj, s{ahih Muslim, (Beirut : Da>rul Ihya at-Turats al-„Arabi>, 1978) h. 62.

61

adalah sesuatu yang keberhasilannya diragukan apakah akan tercapai atau tidak. Dengan demikian, transaksi yang mengandung

gharar berarti transaksi yang bisa menimbulkan kerugian besar bagi salah satu pihak yang melakukan transaksi. Ahmad Musthafa al-Zarqa‟, pakar hukum Islam kontemporer asal Syira, menyatakan bahwa jual beli gharar itu adalah memperjualbelikan sesuatu yang masih bersifat spekulatif, di mana eksistensi dan tolok ukurnya tidak jelas.49

C. Mekanisme Harga Saham dalam Pasar Modal Syariah Ada beberapa prinsip dasar untuk membangun sistem pasar modal yang sesuai dengan ajaran Islam, antara lain, tidak diperkenankan penjualan dan pembelian secara langsung. Saat ini, jika seseorang ataupun sebuah perusahaan ingin menjual atau membeli saham, dia akan menggunakan jasa broker atau pialang. Kemudian broker tersebut akan menghubungi jobbers dan menyampaikan maksud untuk bertransaksi, baik dalam pembelian maupun dalam penjualan saham.

Kemudian para jobber ini menawarkan dua rate harga yaitu, rate harga yang akan dibelinya yang biasanya lebih rendah dan rate harga yang akan dijualnya yang biasanya lebih tinggi. Selanjutnya para jobber berkewajiban untuk membeli saham tersebut. Transaksi model ini memberikan dua implikasi. Yang pertama, para jobber akan melakukan pembelian saham meskipun mereka belum tentu membutuhkannya.

Mereka membeli saham dengan harapan akan dapat menjualnya kembali kepada pihak yang memerlukan. Hal ini akan membuka pintu spekulasi. Para spekulan mengetahui bahwa mereka dapat membeli saham yang menguntungkan dari pasar karena para jobber ini mampu menyediakan ready stock. Begitu pula bila saham tersebut ternyata kurang menguntungkan, mereka secara cepat pula melepasnya. Implikasi selanjutnya adalah perubahan harga hanya ditentukan oleh kekuatan pasar, dimana tidka ada perubahan yang berarti dari nilai intrinsik saham.

Dalam ajaran Islam, aturan pasar modal harus dibuat sedemikian rupa untuk menjadikan tindakan spekulasi sebagai

49Mustafa Ahmad az-Zarqa‟, al-Madkhal al-Fiqhi al-„Am: al-Fiqh al-Isla>mi fi> Tsaubihi al-Jadi>d (Beirut: Dar al-Fikr, 1968), 96.

62

sebuah bisnis yang tidak menarik. Untuk itu prosedur pembelian/penjualan saham secara langsung tidak diperkenankan. Prosedurnya, setiap perusahaan yang memiliki kuota saham tertentu memberikan otoritas kepada agen di lantai bursa, untuk membuat deal atas sahamnya. Tugas agen ini adalah mempertemukan perusahaan tersebut dengan calon investor, dan bukan membeli atau menjualnya secara langsung.

Saham-saham tersebut dijual ataupun dibeli jika memang tersedia. Jika banyak pihak yang menginginkan saham tertentu, maka mereka terlebih dahulu harus terdaftar sebagai applicant, dan saham tersebut kemudian dijual/dibeli dengan prinsip first-come-first-served (siapa datang dahulu dia dilayani).

Saat ini, harga saham ditentukan oleh kekuatan supply dan

demand. Sedangkan dalam aturan Islam, penentuan harga saham berbeda dengan penentuan harga seperti yang terjadi pada saat ini. Jika kita melihat balance sheet dari joint stock company, maka terlihat bahwa aset sama dengan modal saham ditambah dengan kewajiban. Aset tersebut merupakan representasi dari modal, dimana kewajiban diasumsikan dengan nol. Sehingga, sertifikat sahamnya memiliki nilai tertentu, dimana nilainya akan sama dnegan nilai asetnya. Setiap harga saham yang di atas atau di bawah nilai asetnya, tidak menunjukkan kondisi sesungguhnya. Tetapi kekuatan pasar mampu membuat harga saham tersebut di atas/di bawah nilai asetnya. Dalam pandangan Islam, untuk mencegah terjadinya distorsi ini, harga saham harus sesuai dengan nilai intrinsiknya.

Adapun formula perhitungannya adalah: harga saham sama dengan modal saham + keuntungan – kerugian + akumulasi keuntungan – akumulasi kerugian, yang kesemuanya dibagi dengan jumlah saham.50 Formula ini akan memberikan nilai sebenarnya dari sertifikat saham, dan akan menggambarkan kondisi yang sesungguhnya. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan untuk membeli atau menjual pada berbagai level harga kecuali berdasarkan regulasi harga yang telah ditetapkan.

Prinsip dasar lainnya adalah penelitian account books

secara cermat. Praktek standar manajemen bisnis dan akunting

50 Muhammad Akram, Issues in Islamic Economics (Michigan: Islamic Publication, 1983)

63

harus diterapkan pada semua perusahaan yang telah memiliki kuota saham tertentu. Kemudian, perlu ada proses audit dan investigasi secara mendadak untuk meneliti kebenaran dari balance sheet suatu perusahaan. Selain itu, tiap perusahaan harus diminta untuk mengumumkan posisi keuangannya setiap tiga bulan sekali, sehingga publik akan mengetahui berapa berapa seseungguhnya nilai intrinsik dari sahamnya minimal 4 kali dalam setahun.

Tentu saja tanggal penutupan suatu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan lainnya, sehingga tanggal pengumuman posisi keuangannya pun akan berbeda-beda. Dengan demikian, hampir setiap minggu sepanjang tahun, akan ada penutupan dan pengumuman posisi keuangan, dan hal ini akan tetap membuat pasar aktif sepanjang tahun. Prinsip dasar ini juga melarang perusahaan untuk menjual saham mereka sendiri. Perusahaan selanjutnya dilarang untuk menjual sahamnya sendiri di pasar tanpa ada izin dari pencatat/pendaftar Joint Stock Company.

Sudah seharusnya harga efek syariah mencerminkan nilai valuasi ril dari aset yang menjadi dasar penerbitan efek tersebut. Skenario bentukan harga saham syariah seharusnya mampu mencerminkan rambu syariah, dimana harga pasar tidak berbeda secara signifikan dengan nilai riil saham. Karena nilai pasar merupakan cerminan dari kondisi riil perusahaan dan kalkulasi ekspetasi perkembangannya. Pasar yang dikenal dalam aturan main syariah menganut sistim kompetisi bebas dan terbuka – walaupun tidak mutlak, dengan begitu nilai pasar sebagai akibat dari tindakan spekulasi maupun intervensi seharusnya tidak terjadi dalam pasar modal syariah.

Konsep kepemilikan aset dalam Islam menegaskan bahwa syariah melarang umatnya untuk memiliki atau mendapatkan keuntungan dengan cara-cara yang tidak sehat, seperti spekluasi (gambling), monopoli, mencuri, ghas{ab dan riba karena dalam setiap kegiatan tersebut terkait dengan unsur kedzaliman. Etika kepemilikan Islam juga melarang umatnya untuk melakukan manipulasi informasi (al- gha>shi, ghara>r dan Kizb). Hal ini yang kemudian menjadi alasan syariah untuk menetapkan sejumlah

64

syarat dalam setiap transaksi.51 Aturan umum rambu syariah berkenaan dengan mekanisme harga dalam pasar modal syari‟ah yang sehat, menurut pengamatan penulis paling tidak harus berporos kepada pencerminan sejumlah nilai berikut ;

a. Konsep „an tara>d{in, artinya harga saham benar-benar mencerminkan harga equilibrium yang dihasilkan dari proses titik temu antara penawaran dan permintaan yang wajar. Sebagaimana yang disinyalir dalam al-Quran dalam surat An Nisa ayat 29, sebagai berikut :

Hai orang-orang yang beriman ! janganlah kamu memakan harta kamu di antara kamu dengan jalan yang batil (dengan melanggar ketentuan agama atau persyaratan yang

disepakati)… (al-Nisa‟/4: 29).52

Kemudian dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Muslim dari Nizhami Abbas R.A, Rasulullah Saw bersabda:

Dari Thawus dari Abdullah ibn Abbas ra. dia berkata:

“Rasulullah bersabda: Jangan kamu menyokong para

pedagang dari dusun dan jangan pula orang (pedagang) kota mendatangi orang-orang (pedagang) dusun!” Lalu Thawus

bertanya kepada Ibn Abbas tentang maksud pedagang kota mendatangi orang (pedagang) dusun? Ibn Abbas berkata:

“yang bertindak sebagai perantara dagang (dengan unsur

penipuan harga sebenarnya di pasar)”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari kedua nas{ di atas, dapat disimpulkan bahwa syari‟ah melarang perlakuan distorsi pasar dengan adanya manipulasi penawaran maupun permintaan melalui sejumlah tindakan spekulatif tertentu. Padahal praktek spekulatif adalah salah satu satu fenomena yang kerap terjadi dalam perdagangan

51Yusuf Kamal, Isla>m wa Maza>hib Iqtis}adiyah al-Mu‟akhirah (Mansȗrah-Mesir: Da>r al-Wafa‟ li al-T}aba>‟ah wa al-Nas}r wa al-Tauzî, 1990), 32

52 Quraisy Shihab, al-Qur‟an & Maknananya (Jakarta: Lentera Hati, 2010), 83

65

saham di pasar sekunder, sehingga mengakibatkan fluktuasi harga saham yang sama sekali tidak berkaitan dengan keadaan ataupun kegiatan ekonomi perusahaan dimaksud. Dalam hal ini J.M Keynes mensinyalir Tingkat investasi tertentu dikuasai oleh tingkat rata-rata harapan pihak-pihak yang terlibat dalam bursa efek, dan bukan dipengaruhi oleh perkiraan para pengusaha, pencerminan kecenderungan ini dapat dilihat dari pergerakan harga saham.53

b. Prinsip pelarangan Ikhika>r (penimbunan/monopoli) yaitu melakukan pembelian secara besar-besaran suatu efek agar dapat mempengaruhi secara signifikan terjadinya perubahan harga. Hal ini telah disinyalir oleh Nizha>mi Taimiyah bahwa:54

“Penjual dilarang dengan sengaja untuk tidak menjual

sesuatu kecuali dengan harga yang mereka dapat temukan

sendiri”.

Perilaku seperti ini tidak bisa diterima oleh logika syari‟ah, dimana disebutkan dalam hadist Rasulullah Saw, bahwasanya:

“Barang siapa berupaya melakukan tindakan untuk

mempengaruhi harga pasar orang muslim, sehingga harga menjadi naik, maka adalah hak Allah untuk menempatkannya

di dalam api neraka pada hari kiamat nanti”. (HR Abu Daud

dan Tarmidzi)

Imam Malik menyatakan bahwa:

“Tindakan monopolistik tidak dapat dibenarkan

karena dapat menaikkan harga dan merusak pasar…”.55

Lebih tegas lagi Rasulullah Saw bersabda :

53Metwally, M.M., Teori dan Model Ekonomi Islam (Jakarta: Bangkit

Dokumen terkait