• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Penawaran Saham di Bursa Efek

BAB III HUKUM SYARIAH TERHADAP

A. Mekanisme Penawaran Saham di Bursa Efek

Mekanisme penawaran saham, merupakan cara yang digunakan oleh penjual maupun pembeli untuk memperdagangkan saham, hal ini berlaku umum di berbagai negara yang menyelenggarakan bursa saham.

Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, bahwa ada dua bentuk penawaran saham di Bursa Efek, yaitu penawaran melalui Pasar Perdana dan penawaran melalui Pasar Sekunder. Harga saham yang ditawarkan pada kedua pasar ini bisa berbeda secara mayoritas. Harga saham di Pasar Sekunder, jauh lebih tinggi dibandingkan harga saham di Pasar Perdana. Berikut ini adalah analisis penawaran saham di kedua pasar ini melalui pendekatan hukum Islam.

1. Penawaran saham di Pasar Perdana

Pasar perdana adalah bagian dari pasar modal yang berhubungan dengan penerbitan efek baru. Perusahaan, pemerintah

atau lembaga-lembaga sektor publik dapat memperoleh dana melalui penjualan saham baru atau penerbitan obligasi.

Pasar perdana (primary market) adalah pembelian surat berharga oleh investor sebelum surat berharga tersebut dicatatkan di bursa utama. Dalam pasar perdana, proses transaksi dilakukan oleh investor dan perusahaan yang menerbitkan surat berharga melalui perantara (pialang).1

1

Marzuki Usman, at all, Pengetahuan Dasar pasar Modal, (Jakarta: IBI, 1997), . 175.

33

Harga saham di Pasar Perdana, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, merupakan harga yang disepakati oleh emiten dengan penjamin emisi, dan harga ini tidak bisa ditawar. Harga saham yang dittetapkan ini melebihi harga nominal yang tertera di lembaran saham. Kelebihan harga ini didasarkan atas prospek perusahaan yang menjual saham dan kekuatan permintaan pasar. Semakin banyak permintaan saham di pasar perdana semakin tinggi harga saham tersebut. Dengan demikian, tinggi rendahnya harga saham di pasar perdana amat tergantung kepada kekuatan permintaan pasar, dan termasuk ke dalam hukum supply and demand (penawaran dan permintaan).

Jika dilihat dari kacamata hukum Islam, perkembangan harga juga didasarkan atas hukum supply and demand, yaitu semakin banyak permintaan semakin tinggi harga suatu komoditi. Istilah ini, dalam hukum ekonomi Islam disebut dengan hukm

al-„arad{ wa al-t}alab. Dalam persoalan harga, pemerintah tidak boleh ikut campur menentukannya, sesuai dengan sabda Rasulullah Saw.yang menyatakan :2

Dari Anas ibn Malik berkata dia: Telah melonjak harga (di pasar) pada masa Rasulullah Saw. Mereka (para sahabat) berkata: Wahai Rasulullah, tetapkanlah harga bagi kami. Rasulullah menjawab: Sesungguhnya Allah-lah yang menguasai, yang member rezeki, yang memudahkan, dan yangn menetapkan harga. Saya sungguh berharap bertemu dengan Allah dan tidak seorang pun (boleh) meminta saya untuk melakukan suatu kezaliman dalam persoalan jiwa dan dalam perosalan harta.

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, tokoh fikih dari kalangan Hambali, hadis ini disabdakan Rasulullah SAW ketika para sahabat memintanya untuk menetapkan harga (al-Tas‟ir) komoditas yang diperjualbelikan di pasar, sedangkan harga barang dalam keadaaan normal. Kenaikan harga ketika itu adalah disebabkan permintaan yang banyak, sementara stok barang menipis. Dalam keadaaan seperti ini, sebagaimana yang dinyatakan Rasulullah Saw dalam hadis ini di atas, penetapan harga oleh pemerintah merupakan suatu tindakan yang zalim; dan

2Abu Daud as-Sijistani, Sunan Abi Daud, (Mesir: Mustafa al-babi Al-Halabi, 1958), 272.

34

berbuat zalim hukumnya haram.3 Sebaliknya, jika pemintaan sedikit sedangkan stok barang menumpuk, maka sesuai dengan hukum pasar, harga komoditas tersebut akan melemah. Akan tetapi, jika komoditas yang menumpuk dengan harga yang lemah itu diborong oleh seorang pedagang, lalu disimpannya, dengan tujuan ketika harga komoditi itu naik baru kmoditi itu dilepas ke pasar, maka tindakan seperti ini juga merupakan suatu kezaliman,4 dalam hal ini pemerintah boleh, bahkan wajib turun tangan untuk mengendalikan harga tersebut, dan menghukum pelaku penumpukan/penimbunan komoditi tersebut.5

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa agio, kelebihan harga saham yang berhasil dijual di pasar perdana dari harga nominal saham, merupakan sesuatu yang diperbolehkan syara‟, karena kelebihan harga itu didasarkan atas hukum mekanisme pasar (supply and demand). Penjualan saham di pasar perdana itu dianggap sebagai objek jual-beli (al-Sil‟ah), yang sudah tentu mempunyai harga jual di pasar, atas kesepakatan antara pemilik dengan penjual. Transaksi saham di pasar perdana juga demikian halnya, yaitu kesepakatan harga antara emiten dengan penjamin emisi dikaitkan dengan permintaan pasar. Oleh sebab itu, penjualan saham di pasar perdana dengan adanya agio, merupakan sistem transaksi yang normal dalam hukum Islam.

Keabsahan transaksi saham di pasar perdana ini tentu saja harus dibarengi dengan suatu prinsip utama dalam Islam, yaitu „an

tara>d}in minkum (atas dasar suka sama suka di antara kamu). Kemudian di sisi lain, tingkat harga saham yang terjadi di pasar perdana amat ditentukan oleh kekuatan pasar dan prospektus dari perusahaan pemilik saham. Seseorang dalam membeli saham amat mempertimbangkan prospek dari perusahaan yang menjual saham,

3Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, ath-Thuruq al-Hukmiyyah fi as-Siyahsah asy-Syar‟iyyah (Kairo: Mu‟assasah al-„Arabiyyah li ath-Thiba‟ah wa an-Nasyr. 1961), 285.

4Tindakan penimbunan barang dengan tujuan harga komoditi naik dan ketika naik baru komoditi itu dilepas ke pasar dalam hukum Islam disebut dengan al-ihtikar. Perbuatan ihtikar ini, menurut hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim ibn al-Hajjaj dari Ma‟mar ibn „Abdillah adalah

dilarang. Lihat Imam Muslim ibn al-Hajjaj, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, 1983), 56.

35

dan sudah dapat dipastikan tujuan dari pembelian saham itu adalah untuk mendapatkan keuntungan. Suatu perusahaan yang memiliki prospektus yang baik dan cerah, tentu saja harga sahamnya akan melonjak, karena amat diminati oleh investor, sehingga semakin banyak saham suatu perusahaan yang dibeli investor, semakin baik dan cerah eksistensi dan masa depan perusahaan tersebut. Atas dasar itu, kelebihan harga saham yang diperjualbelikan di pasar perdana dari harga nominal, menunjukkan bahwa perusahaan itu memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang. Implikasi lebih lanjut akan membawa kesejahteraan kepada perusahaan, para investor, dan keuangan negara. Hal ini sesuai dengan tujuan yang dikehendaki oleh hukum Islam, yaitu untuk mencapai kemaslahatan.

2. Penawaran Saham di Pasar Sekunder

Penjelasan tentang dibolehkannya saham telah membuka peluang jual beli menurut harga pasar. Institusi yang memungkinkan terjadinya jual beli ini adalah bursa efek sebagai pasar sekunder.6

Penawaran umum (public offering) biasanya berlangsung dalam suatu periode tertentu. Periode penawaran umum adalah periode dimana efek ditawarkan kepada investor oleh penjamin emisi melalui para agen penjualan yang ditunjuk. Sementara yang dimaksud dengan penjatahan saham adalah pengalokasian efek pesanan para investor sesuai dengan jumlah yang tersedia, apabila suatu efek mulai tercatat di bursa, maka pada saat itulah efek tersebut mulai diperdagangkan di bursa. Perdagangan ini masuk ke pasar sekunder (secondary market).7

Harga saham di pasar sekunder tidak lagi ditentukan oleh emiten dan penjamin emisi (underwriter) sebagaimana halnya di pasar perdana. Akan tetapi, berdasarkan teori penawaran dan permintaan (supply and demand), disamping juga ditentukan oleh prospek perusahaan yang menerbitkan saham (emiten). Atas dasar

6

Iggi H Achsien. Investasi Syariah di Pasar Modal. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), 62.

7

Marzuki Usman, at all, Pengetahuan Dasar pasar Modal, (Jakarta: IBI, 1997), 176.

36

itu, harga saham di pasar sekunder bisa lebih tinggi dari harga saham di pasar perdana. Hal ini tergantung kepada permintaan pasar, sehingga harga saham di pasar sekunder bisa berfluktuasi sangat tinggi, dan hal ini akan menjadikan para investor kebingungan dan melakukan berbagai spekulasi. Misalnya, saham X secara drastis naik 30% dalam waktu beberapa menit dan bisa turun sampai 60% dalam waktu beberapa jam kemudian. Turun naiknya harga saham ini terjadi disebabkan adanya unsur permainan yang dilakukan oleh spekulan untuk mendapatkan keuntungan (capital gain) dalam waktu singkat.8

Beberapa kegiatan di pasar modal yang seringkali menjadi bahan diskusi terkait isu aspek kesyariahan baik oleh akademisi maupun pelaku pasar adalah pelaksanaan perdagangan Efek di bursa. Perdagangan Efek di bursa pada umumnya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahapan pembukaan rekening, tahap order, tahap pelaksanaan transaksi, tahap kliring dan penjaminan serta penyelesaian.

Mekanisme dan tahapan perdagangan Efek tersebut, juga berlaku untuk perdagangan Efek Syariah di bursa. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah pelaksanaan perdagangan Efek Syariah di bursa tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal, kita perlu mengetahui secara detail isu-isu syariah dalam pelaksanaan kegiatan pada tiap-tiap tahapan.

Dari sisi syariah, keseluruhan transaksi baik transaksi di bursa maupun di luar bursa harus tunduk kepada hukum islam tentang transaksi Sebelum menjadi istilah dalam capital dan

financial market dengan segala distorsinya akibat berbagai penyalahgunaan, Trading secara substansi merupakan aktivitas jual beli atau bai'.

Prinsip umum syariah dalam jual beli sebagaimana dapat disimpulkan dari pendapat para ulama dalam kitab-kitab fiqih seperti M. Rifa'i dalam Kifayatul Akhyar (184) dan Wahbah Az-Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu yaitu:

1) Pada dasarnya diperbolehkan transaksi jual beli sebagai salah satu sarana yang baik dalam mencari rezki. (QS.

8Yasso Winarto, Pasar Modal Indonesia (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. 1997), 425.

37

Baqarah: 194, an-Nisa': 29)

2) Barang ataupun instrumen yang diperjualbelikan itu harus halal sehingga dilarang menjualbelikan barang haram seperti miras, narkoba, bunga bank ribawi. (QS. al- Maidah: 3, 90)

3) Bermanfaat dan bermaslahat dengan adanya nilai guna bagi konsumen maupun pembeli serta tidak membahayakan.

4) Barang yang diperjualbelikan dapat diserahkan, baik secara langsung keseluruhan maupun secara simbolis

5) Barang yang diperjualbelikan harus jelas keadaannya, sifat-sifatnya, kualitasnya, jumlah dan satuannya dan karakteristik lainnya.

6) Dilakukan proses "ijab qabul" baik dalam arti tradisionalnya maupun modern.

seperti dalam paper trading yang menampilkan dokumen dagang berupa kertas maupun elektronic trading/ e-commerce yang menampilkan data komputer dan data elektronik lainnya (paperless trading). Kedua media tersebut substansinya menunjukkan sifat barang, mutu, jenis, jaminan atas kebenaran data dan dokumen serta bukti kesepakatan transaksi (dealing).

7) Transaksi dilangsungkan atas dasar saling sukarela ('an taradhin), kesepahaman dan kejelasan. (QS. an-Nisa': 29) 8) Tidak ada unsur penipuan maupun judi (gambling). (QS.

al-Baqarah: 278, al- Maidah: 90) 9) Adil, jujur dan amanat

(QS. al-Baqarah: 78)

10)Dalil umum transaksi jual-beli dalam Allah berfirman:

"dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..." (QS. al-Baqarah: 275). "Hai orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu,"

(QS. an-Nisa': 29). "Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu" (QS. al-Ma'idah: 1)."kamu tidak (boleh) menganiaya dan tidak (pula) dianiaya" (QS. al-Baqarah: 279).

38

Ajaran Islam amat mementingkan faktor kebenaran dan kejujuran dalam suatu transaksi, sehingga segala bentuk penipuan, sikap-sikap eksploitasi, dan membuat pernyataan palsu adalah dilarang. Rasulullah Saw menyatakan:

“Apabila dua orang yang melakukan suatu transaksi bersikap jujur dan benar, maka jual beli tersebut akan mendatangkan kebaikan untuk mereka. Apabila mereka tidak berterus terang dan berbohong, maka transaksi tidak mereka capai (HR al-Bukhari).9

Atas dasar itu, setiap pedagang berkewajiban untuk menjelaskan kekurangan atau cacat komoditas yang dijualnya, sehingga pembeli tidak tertipu, merasa kesal, dan sakit hati. Jika unsur penipuan, eksploitasi, dan hal-hal yang merugikan pihak konsumen, terdapat pada suatu transaksi, maka Rasulullah Saw. memberi hak kepada konsumen untuk membatalkan atau menerima transaksi itu apa adanya. Hak yang diberikan Islam ini disebut dengan Haq al-Khiyar. Hak Khiyar ini ada yang disebut dengan khiyar al-shart} (khiyar yang digunakan ketika salah satu atau beberapa syarat yang disepakati bersama tidak terpenuhi), ada

khiyar al-s}ifah (khiyar yang digunakan ketika sifat objek transaksi tidak terpenuhi), ada khiyar al-ru‟yah (khiyar yang digunakan karena ketidakjelasan komoditas yang ditransaksikan), dan ada

khiyar al-„aib (khiyar yang digunakan ketika komoditas yang menjadi objek transaksi mengandung cacat).10 Tujuan disyari‟atkannya khiyar dengan segala bentuknya ini adalah agar dalam suatu transaksi tidak ada pihak-pihak yang dirugikan, sehingga tidak terjadi pengambilan hak orang lain secara batil, sebagaimana firman Allah yang menyatakan:

“Hai orang-orang yang beriman ! janganlah kamu memakan

harta kamu di antara kamu dengan jalan yang batil (dengan

melanggar ketentuan agama atau persyaratan yang disepakati)… (al-Nisa‟/4: 29)11

9Muhammad ibn Ismail al-bukhari, S}ahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Kitab al-Islami, tt.), 8.

10Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Isla>my wa Adillatuhu (Damaskus : Daar el-Fikr, 1997), 519.

11 Quraisy Shihab, al-Qur‟an & Maknananya (Jakarta: Lentera Hati, 2010), 83.

39

Rasulullah melarang segala bentuk bisnis yang mendatangkan uang yang diperoleh melalui cara untung-untungan, spekulasi, dan ramalan (prediksi) yang bukan atas dasar suatu usaha dan fakta. Di antara bentuk-bentuk transaksi yang mengandung unsur untung-untungan, spekulasi, dan prediksi tersebut adalah:

a. Transaksi habal al-hablah, yaitu memperjualbelikan seekor unta betina, sementara unta tersebut belum lahir, tetapi diduga akan segera lahir sesuai dengan jenis kelamin yang diharapkan.12 Perdagangan saham di pasar sekunder, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, mengandung unsur spekulasi, prediksi, dan untung-untungan sebagaimana yang digambarkan dalam sabda Rasulullah tentang jual beli habal al-hablah.

b. Transaksi muza>banah, yaitu tukar menukar buah yang masih segar dengan yang sudah kering dengan gambaran bahwa buah yang sudah kering sudah dapat dipastikan jumlahnya, sementara buah yang masih segar masih berada di pohon. Bentuk lainnya adalah muhaqalah, yaitu penjualah gandum ditukar dengan gandum yang masih ada di dalam butirnya yang jumlahnya menggunakan sistem terkaan. Rasulullah Saw.dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Jabir ibn Abdullah dan Abu Sa‟id al-Khudri melarang bentuk jual beli

muzabanah dan muhalaqah ini.13

Termasuk ke dalam hal ini jual beli sebelum mendapatkan apa yang menjadi miliknya. Artinya, komoditas yang belum dimiliki belum bisa ditransaksikan, karena dalam transaksi ini terkandung unsur yang meragukan dan bersifat spekulatif. Dengan demikian unsur gamblingnya amat kental. Akibatnya pihak-pihak yang melakukan transaksi khususnya pembeli akan dirugikan. Rasulullah Saw, sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan oleh Abdullah ibn Umar mengatakan: Barang siapa membeli makanan, ia tidak boleh menjualnya sebelum ia menerima barangnya.14

12 Imam Muslim ibn al-Hajjaj, s{ahih Muslim (Beirut : Da>rul Ihya at-Turats al-„Arabi>, 1978) 798.

13 Muhammad Ibn Ismail a-Kahlani al-S}an‟ani, Subul al-Sala>m (Beirut: Da>r al-Fikr, 1985), Jilid III, 14.

40

Di samping itu, suatu transaksi dalam Islam juga tidak boleh mengandung kesamaran, karena akan membawa kepada sesuatu yang bersifat ketidakpastian (uncertainly). Kurangnya informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan objek dan proses suatu transaksi akan menimbulkan sifat keraguan dan ketidakpastian, yang pada akhirnya akan menghilangkan sifat keadilan dalam transaksi tersebut. Di dalam Islam, salah satu syarat sah suatu transaksi adalah mengetahui secara jelas objek yang ditransaksikan, sehingga tidak menimbulkan kekecewaan pihak konsumsen di kemudian hari.

Kemudian, Islam juga melarang transaksi jual beli yang mengandung unsur gambling (perjudian), karena transaksi seperti ini semata-mata didasarkan atas suatu spekulasi yang menimbulkan risiko dan ketidakpastian. Termasuk ke dalam bentuk transaksi ini adalah yang didasarkan atas prediksi arah pasar di masa yang akan datang oleh para investor melalui kemampuan dan pengetahuannya. Atas dasar prediksi ini para investor berupaya untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya melalui cara transaksi yang berbentuk gambling. Segala bentuk upaya melalui gambling akan senantiasa bergantung kepada nasib, sementara sikap spekulasi menampakkan ciri-ciri anti sosial. Sikap tergantung pada nasib dan anti sosial tidak sejalan dengan ajaran Islam, karena berlawanan dengan sikap etos kerja yang ditanamkan Islam bagi setiap umatnya.

Afzalur Rahman, dalam bukunya, Economic Doctrines of Islam, menyatakan bahwa bentuk-bentuk transaksi yang mengandung unsur gharar dan jahalah itu di antaranya: 15

(a) Jual beli barang yang belum dibuat;

(b) Jual beli barang yang belum ada di tangan penjual; (c) Jual beli buah-buahan yang belum masak;

(d) Jual beli barang yang belum ditentukan harga, jumlah, dan kualitasnya; dan

(e) Jual beli barang yang menguntungkan satu pihak.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semua bentuk bisnis yang mengandung unsur-unsur yang telah disebutkan di atas digolongkan sejenis dengan gambling (perjudian) dan oleh

15Afzalur Rahman, Economic Doctrines of Islam (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1996), 183.

41

karenanya tidak diakui oleh Islam berdasarkan pernyataan-pernyataan dari ayat-ayat al-Qur‟an dan al-Sunnah Rasulullah Saw. Ada petunjuk yang tegas untuk meninggalkan berbagai bentuk judi dan agar setiap muslim menghindarkan diri dari pengaruh judi dalam rangka menentramkan dan mensejahterakan masyarakat. Apabila peringatan dan larangan ini dilanggar, maka mereka akan menerima konsekuensi perbuatan tersebut.

Islam menempatkan dan memberi kebebasan kepada para pelaku ekonomi dalam menentukan harga pasar dan turun naiknya harga secara normal ditentukan oleh mekanisme pasar. Namun Islam mengecam dengan keras terjadinya kenaikan harga karena ulah para spekulan yang ingin meraup keuntungan yang besar dalam waktu yang singkat, sebagaimana yang terjadi di pasar sekunder. Dalam kaitan dengan ini Ibnu Taimiyyah mengemukakan bahwa setiap penyimpangan dari pelaksanaan ekonomi yang jujur, seperti sumpah palsu, takaran yang tidak tepat, dan niat jelek, dikecam oleh Islam.16

Lebih lanjut, Muhammad Nejatullah Siddiqi menjelaskan bahwa Islam memberikan kepercayaan yang sangat besar terhadap mekanisme pasar. Kepercayaan Islam terhadap mekanisme pasar hendaklah dipahami dengan lurus dan benar, di mana secara operasional mekanisme pasar berkolerasi secara langsung dengan tindakan-tindakan para konsumen dan produsen. Agar terbentuk mekanisme pasar yang Islami secara mutlak, falsafah moral Islam menggabungkan norma keadilan sosial ekonomi, distribusi pendapatan, pemerataan kekayaan, dan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, pasar merupakan gabungan aspek spiritual dan peranan pemerintah.17 Di antara peran pemerintah tersebut adalah: (a) menjaga hukum dan ketertiban serta mengamankan keselamatan dan harta benda semua orang; (b) menjamin berlakunya mekanisme etik bisnis Islam; (c) menjamin mekanisme

16Ibnu Taimiyyah, al-Hisbah fi al-Isla>m wa Wazhifah al-Huku>mah al-Isla>miyyah (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah), 25.

17Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam, alih bahasa Anas Sidik (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 57.

42

pasar agar berjalan dengan efesien; (d) menanggung beban sarana sosial dan fisik; dan (e) mengatur sistem keamanan masyarakat.18

Allah SWT dalam sebuah firman-Nya telah menyatakan bahwa dalam gambling tersebut memang ada manfaatnya, namun sisi kemudaratannya kerugiannya lebih besar.

Mereka bertanya kepadaku tentang khamar (segala minuman yang memabukkan) dan judi, katakanlah: “Pada keduanya (terdapat) dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. (QS al-Baqarah/2: 219)19

Manfaat yang terdapat dalam gambling sifatnya hanya sesaat, dan hal itu tidak dapat menyelesaikan berbagai persoalan ekonomi yang dihadapi manusia. Oleh karena bahayanya yang besar inlah agaknya Allah SWT kemudian menyatakan dengan tegas bahwa perbuatan judi itu adalah perbuatan dilarang.

Hai orang-orang yang beriman ! sesungguhnya khamar (dan segala yang memabukkan meskipun sedikit), judi, (berkorban untuk) berhala-berhala, panah-panah (yang digunakan untuk mengundi nasib) adalah perbuatan kekejian yang termasuk perbuatan setan, maka jauhilah (perbuatan-perbuatan itu)...(QS al-Ma‟idah/5: 90)20

Penegasan perjudian sebagai suatu perbuatan yang dilarang karena membawa dampak yang negatif atas perilaku para penjudi. Hal ini ditegaskan dalam ayat berikutnya yang berbunyi:

“Sesungguhnya setan hanya bermaksud menimbulkan

permusuhan dan kebencian di antara kamu melalui khamar dan judi...(QS al-Ma‟idah/5: 91)21

Faktor spekulatif yang berlangsung dalam perdagangan

saham di pasar sekunder menurut A. Mannan, pemerhati ekonomi Islam dari Pakistan, disebut juga dengan mengadu untung, yaitu

18Amin Akhtar,”Kerangka Kerja Struktur Sistem Ekonomi Islam”,

dalam Ainur R. Sophiaan (Ed.), Etika Ekonomi Politik (Surabaya: Risalah Gusti, 1997), 101.

19 Quraisy Shihab, al-Qur‟an & Maknananya (Jakarta: Lentera Hati, 2010), 34.

20 Quraisy Shihab, al-Qur‟an & Maknananya (Jakarta: Lentera Hati, 2010), 123.

21 Quraisy Shihab, al-Qur‟an & Maknananya (Jakarta: Lentera Hati, 2010), 123.

43

suatu bentuk usaha yang pada hakikatnya merupakan gejala untuk membeli sesuatu dengan harga murah, kemudian menjualnya ketika harga tinggi (mahal). Apabila harga di masa depan lebih mahal dari harga masa sekarang, maka para spekulan akan berusaha membeli komoditas tersebut sebanyak-banyaknya, kemudian menjualnya ketika harga sudah mahal. Demikian juga halnya apabila harga di masa yang akan datang lebih rendah dari harga yang berlaku sekarang, maka para spekulan juga akan melepas seluruh sahamnya untuk menghindari kemerosotan harga saham di masa yang akan datang.22 Faktor spekulasi yang terjadi di pasar sekunder sebenarnya dilakukan oleh para investor yang ingin mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, bukan dilakukan oleh perusahaan yang memasarkan saham di Bursa Efek. Keuntungan yang diperoleh oleh emiten (perusahaan yang menjual saham) hanya dari sisi bahwa saham perusahaannya menjadi

Dokumen terkait