• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Perdagangan saham dalam Islam

BAB II PERDAGANGAN SAHAM DALAM

B. Pendapat yang Memperbolehkan Perdagangan

2. Konsep Perdagangan saham dalam Islam

6) Jual beli saham adalah boleh, karena yang dijual itu adalah bagian dari milik pemegang saham dalam perusahaan atau sebagian miliknya sebagai ganti dari uang. Analogi ini diambil dari bab-bab yang terdapat dalam kitab fikih. Dalam kitab

Raddul Mukhtar disebutkan bahwa “ Apabila warisan salah seorang kamu dikeluarkan dari harta warisan, seperti barang-barang atau harta yang tidak bergerak, maka gantilah dengan harta yang lain, atau keluarkan untuknya dari harta warisan tersebut, seperti emas dengan perak atau sebaliknya. Pembayaran itu sah walaupun berbeda jenisnya, baik itu sedikit ataupun banyak, tetapi harus dengan syarat adanya serah terima dalam setiap transaksi”.24

7) Jual beli saham hukumnya sah, sebagaimana firman Allah SWT. “Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba” (Al-Baqarah;275). Tidak terdapat dalil yang khusus tentang saham, dan dalam kaidah fikih disebutkan pada dasarnya setiap akad itu boleh, kecuali jika ada dalil yang mengharamkannya.

8) Pemilik saham menjual bagiannya tidak membuat suatu kerugian pada perusahaan, karena pada dasarnya orang-orang yang turut bekerjasama dalam perusahaan pemilik saham sesuai dengan peraturan perusahaan sepakat dan setuju masuknya pemilik saham yang baru, tanpa adanya syarat pengetahuan mereka. Persetujuan (Ridha) adalah dasar dalam syariat Islam.

Demikianlah berbagai sumber dan argumen diperbolehkannya perdagangan saham menurut pandangan Islam.

2. Konsep Perdagangan Saham dalam Islam

Ajaran Islam yang bersumber kepada Quran dan al-Sunnah dapat dipilah menjadi tiga bagian besar, satu sama lain bersifat menyatu dan saling terkait. Ketiga ajaran besar itu adalah masalah yang berkaitan dengan aqidah (keimanan), masalah-masalah yang

24 Muhammad Amin Ibn Abidin, Hasyiah Qurah „Uyun al-Akhbar takmilah Rad al-Mukhtar „ala al-Dar al-Mukhtar (Beirut; Dar Fikr, 1966), Jilid 5, 643

25

berkaitan dengan ibadah, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang muamalah duniawiyah.25

Secara teori pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, dalam bentuk modal sendiri (stock) maupun hutang (bond), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities)

maupun oleh perusahaan swasta (Privat sector). Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (Financial market), dalam financial market, diperdagangkan semua bentuk hutang dan modal sendiri baik dana jangka panjang maupun jangka pendek, baik bersifat negotiable

maupun non negotiable.26 Konsep bursa saham yang sesuai dengan prinsip syariah ialah dalam berbagi keuntungan dan kerugian, tetapi tidak semua bisnis yang terdaftar dalam bursa saham sesuai dengan prinsip syariah, isu ini merupakan tantangan dalam pengembangan pasar modal syariah. 27

Fatwa DSN MUI No.40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal mengungkapkan bahwa Pasar Modal syariah adalah Pasar Modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan, dan mekanisme perdagangannya dipandang telah sesuai dengan syariah apabila telah memenuhi prinsip-prinsip syariah.28

Sebagai seorang muslim, ada banyak tanggungjawab yang seharusnya dilaksanakan dan salah satu tanggungjawab tersebut adalah melakukan manajemen terhadap harta kekayaan mereka. Dengan adanya eksistensi dari instrumen atau produk-produk dalam pasar modal termasuk bursa saham, muslim mampu melakukan manajemen harta kekayaan mereka dengan cara yang tepat.

25Nasrun Haroen. Perdagangan saham di bursa efek, tinjauan hukum Islam.(Jakarta: Kalimah, 2000), 7.

26Marzuki Usman. Pengetahuan Dasar Pasar Modal (Jakarta:IBI.1997),11

27Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor. An introduction to Islamic Finance.(John Willey & Sons (Asia) pte.Ltd.2007), . 172.

28 Fatwa DSN MUI No.40/DSN-MUI/X/2003 Tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.

26

Transaksi-transaksi bisnis yang demikian diperbolehkan dalam Islam sepanjang dasar fondasinya tidak bertentangan dengan syariah dan unsur dalam transaksi tersebut bebas dari unsur-unsur yang dilarang misalnya riba, judi, atau gharar (ketidakpastian).29 Hal tersebut merupakan sebuah usaha untuk melakukan investasi sesuai dengan yang dianjurkan dalam Islam.

Dalam ajaran Islam, kegiatan berinvestasi dapat dikategorikan sebagai kegiatan ekonomi yang sekaligus kegiatan tersebut termasuk kegiatan muamalah yaitu suatu kegiatan yang mengatur hubungan antar manusia. Sementara itu berdasarkan kaidah Fikih, bahwa hukum asal dari kegiatan muamalah itu adalah mubah (boleh) yaitu semua kegiatan dalam pola hubungan antar manusia adalah mubah (boleh) kecuali yang jelas ada larangannya (haram). Ini berarti ketika suatu kegiatan muamalah yang kegiatan tersebut baru muncul dan belum dikenal sebelumnya dalam ajaran Islam maka kegiatan tersebut dianggap dapat diterima kecuali terdapat implikasi dari Al Qur‟an dan Hadist yang melarangnya secara implisit maupun eksplisit.30

Dalam Islam, melakukan sebuah investasi diperbolehkan tetapi hal itu terbatas pada keadaan tertentu. Investasi Islam dapat didefinisikan sebagai investasi dalam jasa keuangan dan investasi produk-produk yang melekat pada prinsip-prinsip yang dibangun berdasarkan pada syariah atau hukum Islam sebagaimana yang dinyatakan dalam Quran dan Sunnah.31 Dalam Islam, hal tersebut diatur bahwa semua investasi haruslah dari sektor-sektor etis atau dengan kata lain, investasi yang dilaksanakan atau keuntungan yang didapatkan tidak boleh berasal dari kegiatan yang dilarang. Kegiatan-kegiatan yang dilarang ini meliputi produksi alkohol, perjudian, pornografi, bunga (riba) dan lain-lain.

Lebih dari pada itu, dana-dana yang diinvestasikan haruslah bebas dari utang yang berbunga. Investor tidak boleh membawa bunga (riba) ke dalam keuangan investasinya.

29 Mohd Ma‟sum Billah, Applied Islamic Capital Market ( Selangor: Sweet & Maxwell Asia, 2010), 185

30 BAPEPAM. Studi tentang Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia. 2004, 11.

27

Sebuah investasi dapat diartikan sebagai komitmen pada masa sekarang sebagai sumber penghasilan untuk jangka waktu tertentu dengan harapan untuk menerima penghasilan di depan. Sumber penghasilan di masa yang akan datang ini akan menggantikan uang para investor untuk waktu yang telah dijanjikan, mengganti kerugian rata-rata inflasi yang telah diprediksikan dan membayar risiko, yaitu ketidakpastian pembayaran di masa yang akan datang.32

Dalam investasi, ada hubungan yang langsung antara risiko dan keuntungan. Ada kebalikan diantara keduanya, dimana jika jaminan dengan kriteria resiko tinggi selalu akan memberikan keuntungan yang besar.33

Mekanisme perdagangan saham, dapat dilakukan dalam perdagangan saham di pasar perdana, kemudian dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Transaksi saham di pasar sekunder amat berbeda dengan transaksi saham di pasar perdana. Di pasar perdana proses perdagangan hanya terjadi ketika emiten (perusahaan yang menjual saham) mengeluarkan emisi baru, sementara perdagangan pada pasar sekunder terjadi setiap hari, dan dalam satu hari bisa terjadi beberapa kali perdagangan. Akan tetapi, untuk melakukan transaksi, pasar sekunder memberlakukan adanya jasa pedagang perantara, karena investor sendiri tidak boleh langsung terjun ke lantai bursa (Floor Trader).

Unsur permainan harga dapat dilakukan dengan cara: (a)

Netting, yaitu membeli saham pada awal perdagangan dimulai dan langsung dijual pada hari itu juga dalam posisi keuntungan tanpa harus mengeluarkan modal. (b) Short Selling, yaitu menjual saham saham pada posisi harga tertentu, kemudian membeli pada hari yang sama, yaitu saat harga saham turun. Kedua cara ini sangat lazim dilakukan di pasar modal dalam rangka mencari untung yang lebih besar (capital gain).34

32 Frank K. Reilly, Edgar A. Norton, Investment (Cincinnati: South Western, 2006), 3.

33 Mohd Ma‟sum Billah, Applied Islamic Capital Market ( Selangor: Sweet & Maxwell Asia, 2010), 187.

34Yasso Winarto, Pasar Modal Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1997), 425.

28

Setiap transaksi dan kesepakatan pada bursa saham harus bebas dari spekulasi. Para pihak yang bersepakat harus mempunyai pengetahuan yang lengkap tentang nilai-nilai lawan yang dipertukarkan sebagai hasil dari transaksi mereka.35

Ramainya Bursa Efek dengan unsur-unsur spekulatif dan para spekulan menyebabkan perkembangan harga saham tidak bisa dipastikan, sekalipun dilakukan oleh analis yang paling handal. Namun, transaksi saham di pasar sekunder pada lantai Bursa tidak sama dengan gambling (judi), karena unsur spekulasi pada

gambling tidak didasarkan atas data dan fakta, sementara spekulasi di lantai bursa didasarkan atas data dan fakta (semua keterangan yang berkaitan dengan informasi perusahaan yang menjual saham), selain itu juga didasarkan atas base fundamental dan teknikal.

Perbedaan lain antara gambling dengan spekulasi pada pasar sekunder di lantai bursa adalah, para investor dapat menentukan posisi jual pada posisi yang dinginkan, sementara pada gambling tidak informasi yang jelas, dan nilainya akan menghilang bila merugi. Dalam transaksi saham suatu perusahaan tidak akan kehilangan nilai, sekalipun bangkrut, perusahaan itu masih memperoleh hasil penjualan aktiva.

Jika ditinjau dari hukum Islam, penawaran saham di pasar sekunder memiliki beberapa unsur yang tidak sejalan, bahkan bertentangan dengan prinsip dan nilai bermuamalah dalam Islam. Dalam unsur netting dan short selling, sebagai unsur permainan dalam harga saham, terkandung makna ihtikar yang dilarang Islam. Dalam praktek ihtikar, seorang pembeli (investor) berupaya membeli sebanyak-banyaknya suatu komoditi, sehingga stok komoditi tersebut menipis dan harga melonjak naik. Saat harga melonjak naik, saham tersebut di lepas ke pasar, sehingga ia meraup keuntungan yang besar. Praktik transaksi seperti ini dilarang dalam Islam berdasarkan sabda Rasulullah Saw. Yang menyatakan: 36

35

Mohd Ma‟sum Billah, Applied Islamic Capital Market ( Selangor: Sweet & Maxwell Asia, 2010), 26.

36Imam Muslim ibn al-Hajjaj, s{ahih Muslim, (Beirut : Da>rul Ihya at-Turats al-„Arabi>, 1978) , 56.

29

Dari Ma‟mar ibn „Abdillah ra. berkata dia : Rasulullah Saw. telah bersabda : “Tidak boleh ada perbuatan ihtikar kecuali dari orang-orang yang berbuat salah” (HR Muslim).

Dengan demikian, praktik netting dan short selling yang berlaku di pasar sekunder sebagai cara permainan harga saham termasuk ke dalam kategori ihtikar yang dilarang shara‟. Larangan ini sangat rasional, karena akan membawa dampak negatif bagi kestabilan pasar, bahkan bisa menghancurkan para pedagang.

Kemudian, akibat perilaku para spekulan di pasar sekunder, harga saham sulit untuk ditebak dan sulit untuk stabil, karena fluktuasi harga di lantai bursa bisa terjadi pada setiap saat. Hal ini juga akan membawa dampak yang negatif bagi para pengusaha dan investor sendiri. Unsur-unsur spekulatif yang merugikan masyarakat dalam berbagai transaksi amat dikecam oleh Islam.

Dalam kajian hukum Islam unsur spekulatif ini disebut dengan jaha>lah (ketidakpastian). Secara definitif al-jaha>lah

diartikan sebagai suatu unsur yang tidak jelas pada kualitas, kuantitas, atau harga suatu komoditas. Transaksi yang mengandung unsur jahalah ini dilarang dalam Islam, karena bisa merugikan para pelaku ekonomi dan menimbulkan pertengkaran di antara mereka. Misalnya, terjadinya ketidakpastian tentang harga atau komoditas yang ditransaksikan, atau tenggat waktunya jelas.

Larangan syariah mesti diimplementasikan dalam bentuk aturan main yang mencegah praktik spekulasi, riba, gharar dan maysir. Salah satunya adalah dengan menetapkan minimum holding period atau jangka waktu memegang saham minimum. Dengan aturan ini, saham tidak bisa diperjualbelikan setiap saat, sehingga meredam motivasi mencari untung dari pergerakan harga saham semata. Masalahnya, berapa masa holding period yang masuk akal? Pembatasan ini memang meredam spekulasi, akan tetapi juga membuat investasi di pasar modal menjadi tidak likuid. Padahal bukan tidak mungkin seorang investor yang rasional betul-betul membutuhkan likuiditas mendadak sehingga harus mencairkan saham yang dipegangnya, sedangkan ia terhalang karena belum lewat masa minimum holding period nya. Metwally, seorang pakar ekonomi Islam dan modelling economics

mengusulkan minimum holding period setidaknya satu pekan. Selain itu, ia juga memandang perlu adanya selling price

30

berdasarkan nilai pasar perusahaan. Lebih lanjut Akram Khan melengkapi, untuk mencegah spekulasi di pasar modal maka jual beli saham harus diikuti dengan serah terima bukti kepemilikan fisik saham yang diperjualbelikan.37

Di samping itu, secara lebih umum dalam transaksi saham di pasar sekunder dengan unsur netting dan short selling

mengandung unsur gharar (penipuan), dalam ajaran Islam dilarang, karena Rasulullah Saw. melarang jual beli yang di dalamnya terkandung unsur gharar (HR Muslim).38 Para ulama fikih mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan gharar itu adalah sesuatu yang keberhasilannya diragukan apakah akan tercapai atau tidak. Dengan demikian, transaksi yang mengandung

gharar berarti transaksi yang bisa menimbulkan kerugian besar bagi salah satu pihak yang melakukan transaksi. Ahmad Musthafa al-Zarqa‟, pakar hukum Islam kontemporer asal Syira, menyatakan bahwa jual beli gharar itu adalah memperjualbelikan sesuatu yang masih bersifat spekulatif, yang eksistensi dan tolok ukurnya tidak jelas.39

Ajaran Islam amat mementingkan faktor kebenaran dan kejujuran dalam suatu transaksi, sehingga segala bentuk penipuan, sikap-sikap eksploitasi, dan membuat pernyataan palsu adalah dilarang. Rasulullah Saw menyatakan:

“Apabila dua orang yang melakukan suatu transaksi bersikap jujur dan benar, maka jual beli tersebut akan mendatangkan kebaikan untuk mereka. Apabila mereka tidak berterus terang dan berbohong, maka transaksi tidak mereka capai”(HR al-Bukhari).40

Atas dasar itu, setiap pedagang berkewajiban untuk menjelaskan kekurangan atau cacat komoditas yang dijualnya, sehingga pembeli tidak tertipu, merasa kesal, dan sakit hati. Jika unsur penipuan, eksploitasi, dan hal-hal yang merugikan pihak

37 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution.Investasi pada pasar modal syariah.(Jakarta: Kencana, 2007), .78.

38Imam Muslim ibn al-Hajjaj, s{ahih Muslim, (Beirut : Da>rul Ihya at-Turats al-„Arabi>, 1978), 62.

39Mustafa Ahmad az-Zarqa‟, al-Madkhal al-Fiqhi al-„Am: al-Fiqh al-Islami> fi> Thaubihi al-Jadi>d (Beirut: Dar al-Fikr, 1968), 96.

40Muhammad ibn Ismail bukhari, S}ahih Bukhari (Beirut: Dar al-Kitab al-Islami, tt.), 8.

31

konsumen, terdapat pada suatu transaksi, maka Rasulullah SAW. memberi hak kepada konsumen untuk membatalkan atau menerima transaksi itu apa adanya. Hak yang diberikan Islam ini disebut dengan Haq al-Khiyar. Hak Khiyar ini ada yang disebut dengan khiyar al-sharth (khiyar yang digunakan ketika salah satu atau beberapa syarat yang disepakati bersama tidak terpenuhi), ada

khiyar al-s}ifah (khiyar yang digunakan ketika sifat objek transaksi tidak terpenuhi), ada khiyar al-ru‟yah (khiyar yang digunakan karena ketidakjelasan komoditas yang ditransaksikan), dan ada

khiyar al-„aib (khiyar yang digunakan ketika komoditas yang menjadi objek transaksi mengandung cacat).41

Setelah kita sebutkan pendapat-pendapat ulama baik yang mengharamkan maupun yang memperbolehkan perdagangan saham, maka penulis memilih pendapat yang memperbolehkan dengan syarat-syarat yang telah dipenuhi oleh perusahaan dan saham-saham tersebut.

Dengan demikian, penulis mendukung pendapat yang memperbolehkan perdagangan saham, karena pada prinsipnya perdagangan saham tidak bertentangan dengan hukum Islam selama perusahaan (emiten) tidak beroperasi dalam hal-hal yang terlarang, seperti menghasilkan dan menjual minuman keras, dan tidak melakukan transaksi dengan menggunakan riba baik dalam menyimpan maupun meminjam, yang kesemuanya adalah terpenuhinya etika ekonomi Islam dan akad transaksi syariah.

41Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu. (Damaskus : Daar el-Fikr, 1997), 519.

32

Dokumen terkait