A. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Kredit Pemilikan Rumah
4.1. Perlindungan Hukum Preventif
4.1.3. Analisis Bentuk Perlindungan Hukum Nasabah KPR Terhadap
Peraturan OJK tentang Perlindungan Kons umen.
Untuk memberikan penjelasan dan juga analisis terhadap bentuk perlindungan hukum bagi nasabah yang telah dituangkan ke dalam Peraturan OJK No.1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, penulis mendeskripsikannya sebagai berikut:
1. Informasi secara akurat, jujur, jelas dan tidak me nyesatkan tentang produk layanan dan atau jasa keuangan Bank (Pasal 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 20)
Jika dikaitkan dengan bentuk perlindungan hukum yang dapat diperoleh nasabah peminjam dana dalam hal ini adalah Nasabah Kredit Pemilikan Rumah mampu mendapatkan perlindungan hukum yang tegas dan jelas dari adanya indikasi kesewenang-wenangan Pelaku Usaha Sektor Jasa Keuangan dalam hal ini adalah Bank. Dalam Pasal 4 Peraturan OJK tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan telah menyebutkan bahwa pelaku usaha wajib menyediakan dan menyampaikan informasi secara akurat, jujur, jelas dan tidak menyesatkan
tentang produk layanan dan atau jasa keuangan yang ditawarkan kepada nasabah. Apabila ditafsirkan, maka ketika Nasabah hendak mengajukan permohonan KPR kepada Bank, maka Bank wajib menjelaskan tentang berbagai macam produk KPR yang dapat diambil. Adapun informasi tersebut harus diterangkan secara jelas mengenai jenis KPR apa saja yang ditawarkan oleh Bank dan juga disediakan. Mengingat menurut Peraturan Menteri Perumahan Rakyat, terdapat beberapa jenis KPR yang dapat diperoleh dengan menggunakan dukungan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan yaitu:
Untuk Kredit Kepemilikan rumah sederhana sehat terdapat beberapa macamnya yaitu meliputi:72
1) Kredit Pemilikan Rumah Sejahtera (KPR Sejahtera);
2) Kredit Pemilikan Rumah Sejahtera Murah (KPR Sejahtera Murah);
3) Kredit Pembangunan atau Perbaikan Rumah Swadaya Sejahtera (KPRS Sejahtera);
4) Kredit Konstruksi Rumah Sejahtera (KK Rumah Sejahtera) dan;
5) Kredit Konstruksi Rumah Sejahtera Murah (KK Rumah Sejahtera Murah); Dan untuk KPR Sejahtera sendiri juga memiliki beberapa macam dan jenisnya masing- masing yaitu:
1) KPR Sejahtera Tapak;
2) KPR Sejahtera Syariah Tapak; 3) KPR Sejahtera Susun; dan 4) KPR Sejahtera Syariah Susun.
72
Lihat pasal 3 dan 4 Peraturan Menteri Perumahan Ra kyat Nomo r 27 Tahun 2012 tentang Pengadaan Perumahan Mela lui Kredit/Pe mb iayaan Pe milikan Ru mah Se jahtera Dengan Dukungan Fasilitas Liku iditas Pe mbiayaan Pe ru mahan.
Nasabah juga berhak untuk memperoleh informasi yang update tentang segala sesuatu yang terkait dengan Kredit Pemilikan Rumah sesuai dengan Pasal 5. Apabila terdapat peraturan-peraturan baru tentang kebijakan tingkat suku bunga maupun penundaan ataupun penolakan permohonan yang diajukan oleh Nasabah, bank berkewajiban untuk menyampaikan informasi kepada nasabah tanpa terkecuali (Pasal 6). Dalam penyampaian informasi yang disampaikan kepada nasabah haruslah juga menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti oleh nasabah yaitu menggunakan bahasa Indonesia dan juga memberikan istilah-istilah yang mudah dimengerti oleh nasabah (Pasal 7).
Bank berkewajiban untuk memberikan penjelasan mengenai manfaat, resiko, syarat ketentuan dan juga setiap biaya yang harus ditanggung oleh calon debitur terhadap masing- masing produk atau layanan yang ditawarkan dalam bentuk ringkasan biasanya berupa brosur atau informasi lain yang digunakan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 8 Peraturan OJK Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, Pasal ini memberikan akses kemudahan bagi Debitur untuk dapat memilih KPR mana yang diinginkan dan juga disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhannya. Kemudian dilanjutkan dalam Pasal 9 Bank diwajibkan untuk memberikan pemahaman kepada Debitur mengenai hak dan kewajibannya itu. Karena dengan diberikan pemahaman terlebih dahulu kepada Debitur maka akan membuka akses bagi debitur untuk mempertimbangkan kemampuannya itu sehingga terjadi kesesuaian antara produk KPR yang ditawarkan oleh Bank dan juga Debitur.
Dalam hal Kredit Pemilikan Rumah yang notabene ini diberikan kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) maka masalah transparansi biaya
yang harus ditanggung oleh nasabah menjadi hal yang sangat penting dan sensitif untuk dibahas. Pasal 10 ayat (1) Peraturan OJK yang menyatakan bahwa “Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memberikan informasi mengenai biaya yang harus ditanggung konsumen untuk setiap produk dan/atau layanan yang disediakan oleh Pelaku Usaha Jasa Keuangan”. Ini memberikan gambaran perlindungan bagi nasabah secara preventif (mencegah) terhadap adanya tindakan curang yang dilakukan oleh Bank demi memperoleh keuntungan dan juga memanfaatkan posisi Debitur yang lemah dengan memberlakukan biaya atau bahkan bunga yang tidak terduga sehingga Debitur harus membayar angsuran tagihan KPR lebih tinggi daripada yang seharusnya.
Kemudian dalam Pasal 10 ayat (2) juga menegaskan bahwa “Pelaku Usaha Jasa Keuangan dilarang memberikan fasilitas secara otomatis yang mengakibatkan tambahan biaya tanpa persetujuan tertulis dari Konsumen”. Meskipun Bank berdalih memberlakukan tambahan biaya dengan adanya perbaikan atau peningkatan fasilitas layanan, namun apabila hal tersebut dilakukan secara tidak terduga atau tanpa persetujuan dari Debitur terlebih dahulu, maka tetap saja itu merupakan suatu bentuk pelanggaran dan merugikan Debitur. Bunyi Pasal 10 ayat (2) ini apabila dicermati secara seksama hanya melarang Pelaku Usaha untuk memberikan fasilitas tambahan yang mengakibatkan tambahan beban biaya tanpa persetujuan konsumen. Apabila Pasal ini diinterpretasikan bahwa tambahan biaya itu merupakan kenaikan tingkat suku bunga yang dibebankan oleh Bank kepada Nasabah, apakah juga dilarang dan dapat dikenakan pasal ini. Mengingat kenaikan tingkat suku bunga itu sendiri tidak diiringi dengan pemberian fasilitas tambahan yang diberikan Bank kepada
Nasabah, sehingga timbul suatu kekaburan hukum, bahwa tidak terdapat kejelasan pengaturan yang melarang Bank untuk menetapkan suku bunga yang dapat terus meningkat kepada nasabahnya tanpa diketahui oleh nasabah sebelumnya. Karena tingkat suku bunga itu jenisnya ada yang sifatnya majemuk dan terus meningkat, selain itu karena faktor sumber dana yang digunakan oleh Bank untuk KPR adalah menggunakan Pembiayaan Sekunder Perumahan yang didapatkan dari dana investor, sehingga Bank juga memilik i kewajiban untuk membayar bunga kepada investor pula. Tidak dapat dipungkiri Bank untuk mencapai kestabilan keuangan harus memikirkan pendapatan yang diperolehnya melalui tingkat suku bunga kredit yang diterapkan kepada debitur.
Kemudian pengaturan perlindungan terhadap kenaikan biaya yang tidak terduga tersebut kembali dipertegas melalui Pasal 12 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menginformasikan kepada Konsumen setiap perubahan manfaat, biaya, resiko, syarat, dan ketentuan yang tercantum dalam dokumen dan/atau perjanjian mengenai produk dan/atau layanan Pelaku Usaha Jasa Keuangan”. Bentuk pengaturan dalam Pasal 10 ayat (2) adalah berupa larangan sedangkan dalam pasal 12 ayat (1) ini berupa kewajiban yang dibebankan kepada pelaku usaha yang harus menyampaikan segala informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi. Apabila dianalisis menggunakan pendekatan logika berfikir secara runtut, apakah mungkin dalam hal ini Bank yang dengan sengaja memberlakukan kenaikan biaya tambahan atau suku bunga yang berlipat dengan tujuan mencari keuntungan akan memberikan informasi secara terbuka kepada nasabahnya yang merupakan ladang keuntungan bagi Bank tersebut dari adanya bunga dan juga biaya-biaya yang menjadi pemasukan bagi
Bank. Pasal 12 ini menjelaskan adanya kewajiban untuk menyampaikan informasi tentang adanya perubahan manfaat, biaya, resiko, syarat dan ketentuan demi kepentingan Nasabah agar tidak dirugikan dengan adanya keputusan sepihak yang dilakukan oleh Bank. Sehingga dalam Pasal 12 ayat (2) diberikan ketentuan batas waktu pemberitahuan oleh pihak Bank adalah paling lambat 30 hari sebelum perubahan tersebut terjadi. Dan konsumen memiliki hak untuk menolak atau menerima adanya perubahan tersebut dan memutuskan produk layanan tanpa dikenakan biaya apapun.
Adanya pengaturan perlindungan terhadap Nasabah KPR yang memberikan peluang untuk dapat meninggalkan produk layanan tanpa harus membayar biaya apapun apabila terdapat perubahan yang tidak dikehendaki tersebut juga sebenarnya memberikan celah kepada Nasabah debitur untuk tidak memenuhi kewajibannya atau mangkir dengan memanfaatkan alasan perubahan biaya dan sebagainya. Jika perjanjian tersebut adalah KPR yang dimana kredit harus dibayar tepat waktu dalam kurun waktu tertentu de ngan bunga yang telah ditentukan, jika ada perubahan yang tidak disetujui oleh debitur maka debitur dapat meninggalkan atau menghentikan KPR tanpa dikenakan ganti rugi apapun, namun dengan syarat rumah yang menjadi objek KPR tersebut haruslah dikembalikan kepada Bank atau menjadi hak bank.
2. Pemberian layanan pedoman penetapan biaya dan edukasi literasi keuangan kepada masyarakat (Pasal 13 dan Pasal 14)
Sangat penting artinya bagi masyarakat untuk mengetahui tentang biaya dan juga harga produk yang ia gunakan dalam lembaga perbankan. Dengan adanya pedoman penetapan biaya tersebut, maka akan dapat diketahui tentang
aspek kewajaran biaya dan atau harga yang ditetapkan oleh Bank. Selain itu, penyelenggaraan edukasi terhadap masyarakat untuk meningkatkan literasi keuangan. Sehingga pengetahuan masyarakat dan juga keterampilan masyarakat untuk mengakses segala informasi yang ia perlukan menjadi mudah untuk dilakukan oleh Konsumen. Dengan kata lain, Bank harus memberitahukan tentang jumlah total Kredit dan nilai angsuran beserta bunga yang ditetapkan setiap periode pembayarannya.73 Dengan adanya aspek kewajaran penghitungan tersebut, nasabah akan memperoleh perlindungan yang sifatnya mencegah apabila suatu hari Bank melakukan perbuatan yang menaikkan harga dan atau biaya di luar kewajaran, sehingga masyarakat akan mengetahui.74
Perhitungan bunga kredit sangat penting keberadaannya, karena perhitungan tersebut digunakan oleh bank untuk menentukan tingkat besar kecilnya angsuran pokok dan bunga yang harus dibayar oleh deb itur atas kredit yang diterimanya dari Bank. Dengan adanya pemahaman dari nasabah debitur tentang penghitungan bunga kredit tersebut akan menjadi dasar pertimbangan nasabah debitur apakah ia akan mengambil kredit yang ditawarkan oleh bank ataukah tidak. Penghitungan bunga memang lumayan rumit apabila dilakukan oleh masyarakat awam yang tidak menguasai dasar-dasar ekonomi maupun matematika. Mengingat metode penghitungan tingkat suku bunga kredit dapat menggunakan flat rate, (efektif) sliding rate dan anuitas. Flat rate itu sendiri
73 Lihat Pasal 13 dan Pasal 14 Penje lasan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
74
Beberapa perbankan telah mencantumkan informasi kredt dan juga ciciclan yang dapat dia mbil oleh nasabah. Contohnya Bank Tabungan Negara sebagai bank yang dibentuk oleh pemerintah untuk menyalurkan Kredit Pe milikan Ru mah mela lui likuidasi Pe mbiayaan Sekund er Peru mahan telah cukup menerap kan informasi dan literasi keuangan kepada masyarakat. Dengan me mbe rikan aplikasi kalkulator kredit yang dapat mena mpilkan ju mlah pin ja man beserta jangka waktu dan angsuranya. Dapat dilihat me lalu i a kun resmi Ban k Tabungan Negara mela lui http://www.btn.co.id/content.
merupakan perhitungan bunga berdasarkan plafon kredit dan besarnya bunga yang dibebankan kepada debitur telah dialokasikan secara proporsional sesuai dengan jangka waktu kredit. Dengan menggunakan flat rate maka jumlah pembayaran pokok dan bunga kredit setiap bulan akan sama besarnya.
Berikut akan disajikan contoh tabel dari masing- masing angsuran yang harus dibayar oleh debitur dengan menggunakan flat rate, sliding rate, dan juga anuitas dengan contoh Bank A memberikan kredit sebesar Rp 6.000.000,- selama 6 bulan ke depan kepada seorang kreditur dengan tingkat bunga 12% per tahun (flat rate, sliding rate, dan anuitas).
Tabel 7
Tabel Angsuran Debitur –Flat Rate
Bulan Saldo Angs uran
Pokok Angs uran Bunga Jumlah Angs uran 1 6.000.000 1.000.000 60.000 1.060.000 2 5.000.000 1.000.000 60.000 1.060.000 3 4.000.000 1.000.000 60.000 1.060.000 4 3.000.000 1.000.000 60.000 1.060.000 5 2.000.000 1.000.000 60.000 1.060.000 6 1.000.000 1.000.000 60.000 1.060.000 Jumlah 6.000.000 360.000 6.360.000
Sumber: Bank Indonesia
Sedangkan perhitungan dengan cara Efektif (sliding rate) merupakan perhitungan yang dilakukan setiap akhir periode pembayaran angsuran. Dimana pada perhitungan ini bunga kredit selalu dihitung dari saldo akhir setiap bulannya sehingga bunga yang dibayar oleh debitur pada setiap bulannya dapat semakin menurun, sehingga nilai angsuran yang dibayar oleh debitur setiap bulan dapat semakin mengecil.
Tabel 8
Tabel Angsuran Debitur – Sliding Rate
Bulan Saldo Angs uran
pokok Angs uran Bunga Jumlah Angs uran 1 6.000.000 1.000.000 60.000 1.060.000 2 5.000.000 1.000.000 50.000 1.050.000 3 4.000.000 1.000.000 40.000 1.040.000 4 3.000.000 1.000.000 30.000 1.030.000 5 2.000.000 1.000.000 20.000 1.020.000 6 1.000.000 1.000.000 10.000 1.010.000 Jumlah 6.000.000 210.000 6.210.000
Sumber: Bank Indonesia
Sedangkan Anuitas adalah jumlah angsuran setiap bulan yang dibayar oleh debitur yang tidak berubah selama jangka waktu kredit. Tetapi komposisi besarnya angsuran pokok maupun angsuran bunga pada setiap bulannya akan mengalami perubahan dimana angsuran bunga akan semakin me ngecil sedangkan angsuran pokoknya akan semakin besar .75
Tabel 9
Tabel Angsuran Debitur – Anuitas
Bulan Saldo Angs uran
Pokok Angs uran Bunga Jumlah Angs uran 1 6.000.000 975.290 60.000 1.035.290 2 5.024.710 985.043 50.247 1.035.290 3 4.039.667 994.893 40.397 1.035.290 4 3.044.774 1.004.842 30.448 1.035.290 5 2.039.932 1.014.891 20.399 1.035.290 6 1.025.041 1.025.040 10.250 1.035.290 Jumlah 6.000.000 211.740 6.211.740
Dari ketiga contoh perhitungan bunga yang telah disajikan diatas dapat disimpulkan bahwa besarnya bunga kredit yang harus dibayar oleh debitur akan berbeda-beda meskipun tingkat suku bunga yang ditetapkan adalah sama yaitu
75
Ba mbang & M ieke , Leaflet ini dter bi tkan oleh B ank Indonesia sebagai sal ah satu imple mentasi Arsitektur Per bankan Indonesia untuk mendukung upaya Eduk asi Masyarakat. (online), (www.b i.go.id), dia kses 28 Oktober 2015.
12%. Sehingga penggunaan penghitungan bunga yang digunakan sangat mempengaruhi jumlah besar kecilnya angsuran yang dibayar oleh debitur. Dengan adanya perhitungan tersebut haruslah diberitahukan tentang pedoman penetapan biaya yang ditetapkan oleh bank kepada debitur. Sehingga debitur aka n paham dan mengetahui berapa angsuran yang ia bayar dan berasal dari mana besaran tersebut.
Selain dari adanya penghitungan suku bunga, bank juga haruslah menyampaikan tentang suku bunga yang digunakan, dimana bentuk suku bunga yang biasa diterapkan yaitu suku bunga tetap (fixed rate) maupun suku bunga mengambang (floating rate). Debitur haruslah diberikan edukasi dan pemahaman tentang kelebihan dan kelemahan dari masing- masing tingkat suku bunga tersebut. meskipun sesuai dengan Peraturan Menteri Perumahan Rakyat telah menentukan dalam bahasan sebelumnya bahwa untuk Fasilitas Liquiditas Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah, bank pengusul haruslah menerapkan suku bunga tetap (fixed rate) dan menggunakan metode penghitungan bunga tahunan (annuity).76
Untuk suku bunga tetap (fixed rate) itu sendiri memiliki kelebihan bahwa debitur memiliki kepastian terhadap besarnya bunga yang akan di bayar, serta tidak terdapat perubahan tingkat suku bunga meskipun tingkat suku bunga pasar telah mengalami kenaikan. Berbeda dengan tingkat suku bunga mengambang yang apabila terjadi penurunan tingkat suku bunga pasar maka tingkat suku bunga kredit akan ikut turun juga. Namun untuk suku bunga tetap (fixed rate) juga memiliki kerugiannya sendiri yaitu ketika suku bunga pasar berada di bawah suku
76
Lihat Pasal 6, 7, 8, 9 ayat (4) huruf d Peraturan Menteri Peru mahan Rakyat No mor 27 Tahun 2012 tentang Pengadaan Perumahan Melalui kredit/Pe mb iayaan pemilikan Ru mah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas Likuid itas Pe mbiayaan Peru mahan.
bunga tetap, maka suku bunga kredit yang dibayar oleh debitur menjadi lebih mahal.77
3. Pemberian akses yang setara dan kesesuaian produk yang ditawarkan terhadap klasifikasi Nasabah (Pasal 15 dan Pasal 16)
Pemberian akses yang setara terhadap nasabah adalah hal yang sangat penting untuk memperhatikan asas non diskriminasi. Pasal 15 ayat (1) telah memberikan pengaturan yang jelas bahwa “Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memberikan akses yang setara kepada setiap konsumen sesuai klasifikasi konsumen atas produk dan/atau layanan Pelaku Usaha Jasa Keuangan”. Dimana untuk klasifikasi dari konsumen (nasabah) telah dijelaskan dalam ayat selanjutnya, yaitu ayat (2) yang menyatakan bahwa klasifikasi konsumen dapat dilakukan oleh Pelaku Usaha Jasa Keuangan (bank) berdasarkan78:
a) latar belakang nasabah;
b) keterangan mengenai pekerjaan nasabah;
c) rata-rata penghasilan yang dihasilkan oleh nasabah;
d) maksud dan tujuan menggunakan produk dan/atau layanan Bank; e) informasi lain yang digunakan untuk menentukan klasifikasi nasabah.
Untuk pemberian Kredit Pemilikan Rumah yang ditawarkan oleh bank, haruslah juga memperhatikan tentang jenis KPR mana yang akan diambil dan dapat diberikan kepada calon debitur. Mengingat KPR memiliki jenis-jenisnya antara lain meliputi, untuk Kredit Kepemilikan rumah sederhana sehat terdapat beberapa macamnya yaitu meliputi:79
1) Kredit Pemilikan Rumah Sejahtera (KPR Sejahtera);
77
Ba mbang & Mie ke, Op-cit, h lm. 7.
78
Lihat Pasal 15 Peraturan OJK No mor 1/ POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
79
Lihat pasal 3 dan 4 Peraturan Menteri Perumahan Ra kyat Nomo r 27 Tahun 2012 tentang Pengadaan Perumahan Mela lui Kredit/Pe mb iayaan Pe mili kan Ru mah Se jahtera Dengan Dukungan Fasilitas Liku iditas Pe mbiayaan Pe ru mahan.
2) Kredit Pemilikan Rumah Sejahtera Murah (KPR Sejahtera Murah);
3) Kredit Pembangunan atau Perbaikan Rumah Swadaya Sejahtera (KPRS Sejahtera);
4) Kredit Konstruksi Rumah Sejahtera (KK Rumah Sejahtera) dan;
5) Kredit Konstruksi Rumah Sejahtera Murah (KK Rumah Sejahtera Murah); Dan untuk KPR Sejahtera sendiri juga memiliki beberapa macam dan jenisnya masing- masing yaitu:
1) KPR Sejahtera Tapak;
2) KPR Sejahtera Syariah Tapak; 3) KPR Sejahtera Susun; dan 4) KPR Sejahtera Syariah Susun.
Bank memiliki standar untuk menentukan kualifikasi dari nasabahnya sendiri, untuk menentukan jenis dan kualitas dari kredit yang akan diberikan kepada nasabah baik itu yang jenisnya premium maupun platinum, tergantung jumlah kredit dan kondisi ekonomi nasabah. Bank tentunya akan menerapkan prinsip kehati- hatian di dalamnya. Sebelum memberikan kredit bank akan menempuh beberapa tahapan pemberian kredit yang meliputi:
a. Tahap pengajuan dan permohonan/aplikasi kredit
Pada tahap ini, calon debitur akan mengisi formulir pendaftaran kredit beserta melengkapi segala dokumen-dokumen yang dibutuhkan nantinya.
b. Penelitian berkas kredit dan analisis
Dalam tahapan ini, bank akan dalam melakukan analisis terhadap calon debitur tentang segala aspek yang terdapat padanya dengan
menggunakan prinsip 5’C maupun prinsip-prinsip lainnya yang biasa digunakan. Dalam proses penelitian dan analisis kredit inilah yang akan menentukan klasifikasi dari calon debitur yang bersangkutan sebagaimana bank dapat menentukan klasifikasi debitur sesuai Pasal 15 ayat (2) Peraturan OJK Nomor 1/POJK.07/2013.
c. Keputusan kredit
Dalam proses ini bank akan memberikan keputusan bahwa bank akan menerima permohonan kredit ataukah menolak permohonan kredit. Apabila bank memutuskan menerima permohonan kredit maka di situ bank telah melakukan analisis dan menyesuaikan terhadap aspek-aspek yang dimiliki oleh calon debitur terhadap permohonan kredit yang telah diajukan.
d. Perjanjian Kredit
Pada tahapan ini, perjanjian kredit dibuat sesuai dengan kesepakatan pihak bank dan kreditur. Dimana isi dari suatu perjanjian kredit haruslah memenuhi semua kebutuhan dan kepentingan kedua bela pihak. Selama ini, bentuk perjanjian kredit adalah perjanjian baku yang telah disiapkan oleh bank dan debitur hanya perlu untuk menandatangani nya saja. Dalam perjanjian kredit semua ketentuan akan dicantumkan termasuk jenis kredit, pembayaran pokok dan juga bunga yang timbul, yang akan diambil dan akan dibayar oleh debitur haruslah telah disetujui oleh debitur sepenuhnya.
Jaminan sanat penting keberadaannya bagi bank selaku kreditur, sebab jaminan ini yang akan menjadi penentu bahwa debitur akan melakukan pembayaran atas kredit yang telah disepakatinya. Dalam Kredit Pemilikan Rumah, yang menjadi jaminan adalah objek rumah itu sendiri, sehingga selama jangka waktu kredit sampai akhir pelunasan kredit semua sertipikat rumah berada pada pihak bank. Selain itu, untuk motif kehati- hatian nasabah debitur diwajibkan untuk mengambil asuransi perumahan sebagai salah satu bentuk antisipasi terhadap resiko.
f. Dropping kredit
Pada tahap ini, nasabah d debitur diberikan opsi untuk menentukan apakah yang melakukan pembayaran dan memilih rumah adalah debitur sendiri ataukah dilakukan oleh bank. Kebanyakan pada tahap ini, nasabah debitur sendiri yang diberikan wewenang untuk melakukan pembayaran kepada developer dan juga memilih rumah sesuai yang diinginkan dengan menggunakan pembayaran KPR dari bank.
g. Pengawasan kredit
Dalam tahap ini merupakan selama jangka waktu pembayaran kredit sesuai jumlah dan jangka waktu yang telah disepakati. Debitur harus memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran kredit beserta bunga dan biaya yang timbul sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Dalam masa ini, bank tidak tidak diperkenankan melakukan perbuatan yang merugikan nasabah debitur dengan menentukan kenaikan suku bunga ataupun meningkatkan biaya tertentu yang dapat membebani
debitur tanpa persetujuan debitur terlebih dahulu. Selain itu, bank harus melakukan pengawasan kepada debitur dan dapat me mastikan bahwa debitur dapat memenuhi prestasinya itu. Apabila di dalam masa perjalanan kredit menemukan kendala, bank haruslah melakukan upaya-upaya penyelamatan kredit agar tidak sampai terjadi non performing loan.
h. Pelunasan kredit
Kredit akan dianggap lunas apabila seluruh hutang kredit telah terbayar secara keseluruhan beserta bunga dan juga biaya yang timbul sesuai jangka waktu yang telah disepakati. Apabila sebelum jatuh tempo debitur dapat melakukan pelunasan dini, debitur harus terlebih dahulu melakukan pemberitahuan kepada bank. Sehingga tidak terjadi miskomunikasi antara bank dan juga debitur. Apabila semua pelunasan telah dipenuhi oleh debitur, bank haruslah menyerahkan sertipikat rumah kepada debitur dan melepaskan segala jaminan yang melekat pada kredit.
4. Strategi pe masaran yang tidak merugikan Nasabah (Pasal 17, 18, 19, dan Pasal 20)
Selain itu, dalam Pasal 17 juga telah menegaskan bahwa “Pelaku Usaha Jasa Keuangan dilarang menggunakan strategi pemasaran produk dan/atau layanan yang merugikan konsumen dengan memanfaatkan kondisi konsumen yang tidak memiliki pilihan lain dalam mengambil keputusan”. Bentuk dari pasal ini adalah jelas mengenai adanya larangan bagi pelaku Usaha untuk memanfaatkan kondisi nasabah yang tengah berada dalam kesulitan atau berada
pada titik yang lemah dalam pengambilan keputusan sehingga memiliki kecenderungan untuk mengikuti saja seluruh aturan main yang ditetapkan oleh Bank misalnya. Dalam kondisi yang dialami oleh Nasabah KPR sebagai pihak yang membutuhkan dana pinjaman untuk Kredit Pemilikan Rumah maupun