A. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Kredit Pemilikan Rumah
4.1. Perlindungan Hukum Preventif
4.1.2. Perlindungan Hukum Nasabah KPR Secara Preventif Terhadap
Otoritas Jasa Keuangan.
Nasabah debitur Kredit Pemilikan Rumah meskipun keberadaannya adalah merupakan nasabah peminjam dana, namun setiap hak-haknya haruslah diberikan juga. Mengingat nasabah peminjam dana ini keberadaannya juga sangat berarti bagi bank untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai lembaga intermediary. Sehingga haruslah disamakan bentuk perlindungan hukumnya baik antara nasabah penyimpan dana dan juga nasabah peminjam dana.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai salah satu lembaga yang dibentuk melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, memiliki beberapa tugas yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang untuk memberikan perlindungan Konsumen dan masyarakat utamanya dalam sektor keuangan. OJK memiliki wewenang untuk melakukan kegiatan pencegahan terhadap kerugian konsumen dan masyarakat. Dimana tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh OJK tersebut dimuat dalam Pasal 29 UU OJK yaitu:
a) Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya;
b) Meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan
c) Tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;68
Beberapa wewenang OJK di atas dapat dikategorikan sebagai suatu bentuk perlindungan hukum preventif karena sifatnya adalah mencegah. Dengan
68
memberikan pemahaman atau edukasi terhadap masyarakat mengenai karakteristik lembaga keuangan dan juga informasi terkait yang berkenaan dengan pelayanan lembaga keuangan yang harus diberikan. Dalam hal penentuan tingkat suku bunga dalam Kredit Pemilikan Rumah, OJK juga memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat mengakses informasi mengenai kredit dan juga tingkat suku bunga kredit yang dikenakan oleh perbankan melalui situs halaman web resmi yang dikelola oleh Otoritas Jasa Keuangan.69 Selain itu upaya yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan adalah dengan melakukan pengawasan terhadap lembaga keuangan sebagai upaya pencegahan apabila terjadi kemungkinan-kemungkinan adanya penyelewengan atau moral hazard. Untuk lebih memberikan landasan hukum yang kuat terhadap adanya perlindungan hukum terhadap konsumen jasa keuangan pada sektor jasa keuangan OJK mengeluarkan Peraturan OJK No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
Perlindungan Konsumen di sektor jasa keuangan ini memiliki tujuan untuk mewujudkan sistem perlindungan Konsumen yang andal, meningkatkan pemberdayaan Konsumen, serta menumbuhkan kesadaran kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan tentang pentingnya perlindungan Konsumen sehingga dapat memberikan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap sektor jasa keuangan.70 Dengan adanya peraturan yang mengatur tentang perlindungan
69 Untuk mengetahui mengenai info rmasi kredit dan juga Suku Bunga Dasar Kredit, masyarakat dapat mengaksesnya melalu i situs http://www.o jk.go.id/sukubunga-dasar-kred it yang dike lola oleh OJK. Se la in itu, dala m hala man webnya OJK juga mencantumkan call center atau kontak informasi yang dapat me mberikan layanan kepada masyarakat mengenai hal-hal dala m sektor jasa keuangan. Contohnya dalam leta k hala man bawah web OJK a kan mene mukan Pertanyaan Lebih Lanjut tentang publikasi SBDK ini dapat menghubungi nomor te lepon. 2310108, e xt. 4798, 4443, dan 6787.
70
Lihat Pen jelasan Perturan OJK No.1/POJK.07/ 2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
konsumen sektor jasa keuangan ini diharapkan mampu mewujudkan suatu hasil yang nyata antara para Pelaku Usaha Keuangan untuk tetap memperhatikan aspek kewajaran dalam menetapkan biaya atau harga produk dan/atau layanan, fee-based pricing minimum yang tidak merugikan konsumen, serta kesesuaian antara produk dan/atau layanan yang ditawarkan dengan memperhatikan segi kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh Konsumen. Jadi, apabila ditafsirkan tentang tujuan dibentuknya Peraturan OJK ini juga membidik adanya kesesuaian dan juga perlindungan terhadap konsumen sektor jasa keuangan dalam hal ini juga termasuk Debitur KPR agar mendapatkan tingkat suku bunga yang wajar dan juga penawaran produk pembiayaan yang wajar dengan memperhatikan segi kemampuan calon debitur terlebih dahulu.
Dalam kajian mengenai perlindungan hukum, terdapat konsep perlindungan hukum yang sifatnya preventif yaitu upaya pencegahan dan juga perlindungan hukum yang sifatnya represif yaitu upaya pemulihan ketika suatu pelanggaran hak telah terjadi. Jika dikaji tiap pasal, dalam Peraturan OJK ini akan ditemukan bentuk konsep yuridis tentang bentuk perlindungan hukumnya. Berikut akan diklasifikasikan bentuk perlindungan hukum bagi konsumen (nasabah) yang sifatnya preventif menurut Peraturan OJK No.1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
Tabel 6
Bentuk Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Secara Preventif
No Bentuk Perlindungan Pasal Bentuk
1
Market Conduct, keterbukaan informasi penyampaian layanan dan juga pembuatan perjanjian sebagai dokumen sarana alat bukti.
Pasal 4 Kewajiban
2 Updating information, kemudahan dalam
3
Reason of rejection, adanya informasi mengenai penundaan atau penolakan permohonan produk dan/atau layanan.
Pasal 6 Kewajiban
4 Penggunaan bahasa dan istilah dalam
setiap dokumen. Pasal 7 Kewajiban
5
Penyediaan ringkasan produk yang berisi manfaat, resiko, dan biaya produk dan/atau layanan dan syarat dan ketentuannya (brosur).
Pasal 8 Kewajiban
6 Memberikan pemahaman hak dan
kewajiban Konsumen. Pasal 9 Kewajiban
7 Keterbukaan informasi tentang biaya. Pasal 10 Kewajiban dan Larangan 8
Kewajiban menyampaikan isi syarat dan
ketentuan produk sebelum
penandatanganan perjanjian.
Pasal 11 Kewajiban
9
Informasi perubahan manfaat, biaya, resiko, syarat dan ketentuan dalam dokumen perjanjian.
Pasal 12 kewajiban
10 Penyediaan pedoman penetapan harga dan
biaya produk/layanan. Pasal 13 kewajiban
11 Penyelenggaraan edukasi literasi keuangan
kepada masyarakat. Pasal 14 kewajiban
12 Pemberian akses yang setara kepada setiap
konsumen sesuai klasifikasi. Pasal 15 kewajiban
13 Memperhatikan kesesuaian produk dengan
konsumen. Pasal 16 kewajiban
14 Strategi pemasaran produk dan layanan
dengan cara yang baik. Pasal 17 Larangan
15 Kebebasan memilih produk layanan. Pasal 18 Larangan
16
Pelarangan penawaran produk melalui sarana komunikasi pribadi tanpa persetujuan konsumen.
Pasal 19 Larangan
17 Pencantuman identitas dan status Pelaku
Usaha Jasa Keuangan. Pasal 20 kewajiban
18 Keseimbangan, keadilan, dan kewajaran
perjanjian. Pasal 21 kewajiban
19 Pengaturan tentang perjanjian baku Pasal 22 Larangan
20 Penyediaan informasi tentang indikasi
benturan kepentingan. Pasal 23 kewajiban
21 Layanan bagi konsumen berkebutuhan
khusus. Pasal 24 kewajiban
22 keamanan simpanan, dana, aset konsumen
yang berada pada pelaku usaha keuangan. Pasal 25 kewajiban 23 Pemberian tanda bukti kepemilikan produk
layanan tepat waktu. Pasal 26 kewajiban
25 Pelaksanaan instruksi konsumen sesuai
perjanjian. Pasal 28 kewajiban
26 Pencegahan penyalahgunaan pihak
terafiliasi. Pasal 30 kewajiban
27 Informasi Rahasia. Pasal 31 kewajiban
28 Penyediaan mekanisme pelayanan dan
penyelesaian pengaduan bagi konsumen. Pasal 32 kewajiban
29 Bebas biaya pengaduan konsumen. Pasal 33 kewajiban
30 Penyediaan unit kerja penyelesaian
pengaduan konsumen. Pasal 36 kewajiban
31 Pertanggungjawaban Direksi atas ketaatan
terhadap peraturan OJK. Pasal 47 kewajiban
32 Sistem pengawasan Direksi. Pasal 48 kewajiban
33
Pelaku usaha jasa keuangan wajib memiliki dan menerapkan kebijakan prosedur tertulis perlindungan konsumen.
Pasal 49 kewajiban
34 Sistem pengendalian internal. Pasal 50 kewajiban
35
OJK mengawasi kepatuhan Pelaku Usaha Jasa Keuangan terhadap peraturan perlindungan konsumen.
Pasal 51 kewajiban
36 OJK meminta informasi dan laporan
perlindungan konsumen. Pasal 52 kewajiban
Sumber: bahan hukum primer, diolah, 2015
Apabila dilihat dari segi bentuk norma nya, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK. 07/2013 ini merupakan bentuk peraturan pelaksana Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Menurut cara perolehannya, kewenangan ada tiga yaitu atribusi, mandat dan delegasi. Sedangkan peraturan ini merupakan suatu bentuk peraturan yang dibuat karena kewenangan atribusi, yaitu pemberian kewenangan pengaturan yang baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Artinya, ketika suatu badan atau institusi memperoleh atribusi kewenangan pengaturan, kewenangan itu melekat pada institusi itu sampai dengan dicabut atau tidak diberlakukan lagi peraturan perundang-undangan yang memberikan atribusian.71
71
Dalam peraturan OJK tentang Perlindunga n Konsumen memberikan bentuk perlindungan yang sifatnya preventif atau mencegah, dimana dalam pasal-pasal yang mengaturnya dapat berisi suatu kewajiban yang harus dipenuhi atau dilakukan oleh Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan juga berupa pasal larangan tentang hal- hal yang tidak boleh dilakukan oleh Pelaku Usaha Jasa Keuangan. Semua bentuk kewajiban dan juga larangan tersebut dituangkan dalam bentuk aturan konkrit dan juga jelas dalam tiap pasalnya.
4.1.3. Analisis Bentuk Perlindungan Hukum Nasabah KPR Terhadap Kenaikan