• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam Penelitin ini dipenelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner sebanyak 106 responden(respon rate 100%) yang tersebar di dua sekolah SMA N 1 Klaten dan SMA N 2 Klaten. Data dari penelitian ini merupakan data primer karena diperoleh langsung dari nara sumber. Data dalam penelitian ini dibedakan menjadi 4, yaitu kepemimpinan transformasional kepala sekolah, motivasi kerja, profesionalisme guru dan kinerja guru. berikut ini akan disajikan mengenai identitas dan deskripsi responden berdasarkan data penelitiannya.

Deskripsi data terdiri dari karakteristik responden dan deskripsi empat variabel yang meliputi kepemimpinan transformasiona kepala sekolah, motivasi kerja, profesionalisme guru, dan kinerja guru.

1. Demografi Responden

Demografi responden dalam penelitian ini meliputi karakteristik responden dan analisis statistik deskriptif empat variabel yang meliputi kepemimpinan transformasional kepala sekolah, motivasi kerja, profesionalisme guru dan kinerja guru. Adapun pembahasan mengenai masing-masing analisis deskriptif adalah sebagai berikut:

a. Demografi responden mencangkup tingkat pendidikan, status pekerjaan dan masa kerja.

a) Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan dalam penelitian ini dibedakan menjadi lima kelompok tingkat pendidikan terakhir yaitu S2 dan S1. Hasil analisis data berdasarkan tingkat pendidikan dapat ditunjukan pada tabel berikut :

Tabel 5.1 Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

S1 93 87,7 87,7 87,7

S2 13 12,3 12,3 100,0

Total 106 100,0 100,0

Sumber : Data Primer, diolah 2015

Berdasarkan tabel di atas di ketahui bahwa sebagian besar responden (%) mempunyai tingkat pendidikan S1 sebanyak 93guru (87,7%) dan S2 sebanyak 13 guru (12,3%).

b) Status Pekerjaan

Dalam penelitian ini, status pekerjaan responden dikelompokan menjadi tiga kelompok: PNS, honorer dan tidak diketahui. Hasil analisis data berdasarkan status pekerjaan dapat ditunjukan pada tabel berikut :

Tabel 5.2 Status Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid PNS 68 63,0 64,2 64,2 Honorer 25 23,1 23,6 87,7 Tidak diketahui 13 12,0 12,3 100,0 Total 106 98,1 100,0

Berdasarkan tabel di atas di ketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 68 guru (64,9) berstatus pekerjaan PNS, honorer sebanyak 25 guru (23,1) dan tidak diketahui sebanyak 13 guru (12%)

c) Masa Kerja

Dalam penelitian ini masa kerja responden dikelompokan menjadi empat kelompok masa kerja, seperti tercantum pada tabel berikut :

Tabel 5.3 Masa Kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 1 - 10 Tahun 17 16,0 16,0 16,0 11 - 20 Tahun 36 34,0 34,0 50,0 21 - 30 Tahun 47 44,3 44,3 94,3 31 - 40 Tahun 6 5,7 5,7 100,0 Total 106 100,0 100,0

Berdasarkan tabel di atas di ketahui bahwa sebagian besar masa kerja responden (%) di atas lebih dari 21 tahun sebanyak 53 guru. Hal ini dikarenakan guru-guru di sekolah tersebut lebih berpengalaman. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari kedua sekolah yang di teliti kebanyakan guru-guru memiliki masa kerja di sekolah lebih dari 21 tahun sebanyak 53 guru (50%). 2. Deskripsi Variabel

Deskripsi variabel bertujuan untuk menggambarkan karakteristik responden dalam hal masing-masing variabel, yaitu kepemimpinan transformasional kepala sekolah, motivasi kerja, profesionalisme guru, dan kinerja guru. Berikut hasil deskripsi variabel:

a. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Tabel 5.4

Kategori Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Kategori Nilai Interval Frekuensi Persentase

(%) Sangat Transformatif 137 - 160 0 0

Transformatif 111 -136 26 24,5 Cukup Transformatif 85 - 110 80 75,5 Tidak Transformatif 58 - 84 7 0 Sangat tidak Transformatif 32 - 57 1 0

Sumber: Data Primer, diolah 2016

b. Motivasi Kerja

Tabel 5.5

Kategori Motivasi Kerja

Kategori Nilai Interval Frekuensi Persentase (%) Sangat Tinggi 94 - 110 0 0 Tinggi 76 – 93 72 67,9 Sedang 58 – 75 34 32,1 Rendah 40 – 57 0 0 Sangat Rendah 22 - 39 0 0

Sumber: Data Primer, diolah 2016

c. Profesionalisme Guru

Tabel 5.6

Kategori Profesionalisme Guru

Kategori Nilai Interval Frekuensi Persentase (%) Sangat Profesional 126 – 150 0 0

Profesional 102 - 125 69 65,1 Cukup Profesional 78 - 101 37 34,9 Tidak Profesional 54 - 77 0 0 Sangat Tidak Profesional 30 - 53 0 0

d. Kinerja Guru

Tabel 5.7

Kategori Kinerja Guru

Kategori Nilai Interval Frekuensi Persentase (%) Sangat Tinggi 126 – 150 0 0 Tinggi 102 - 125 37 34,9 Sedang 78 - 101 69 65,1 Rendah 54 - 77 0 0 Sangat Rendah 30 - 53 0 0

Sumber: Data Primer, diolah 2016

3. Analisis Data a. Uji Prasyarat

Uji prasyarat dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji lineritas. 1) Uji Normalitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pengamatan berdistribusi secara normal atau tidak, uji ini mengunakan Kolmogorov Smirnov. Hasil uji Normalitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.8 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KTKS MK PG KG

N 106 106 106 106

Normal Parametersa,b

Mean 108,96 78,95 102.,97 99,65 Std. Deviation 6,597 6,342 5,202 6,463 Most Extreme Differences Absolute 0,121 0,076 0,110 0,073 Positive 0,066 0,076 0,110 0,073 Negative -0,121 -0,057 -0,086 -0,069 Kolmogorov-Smirnov Z 1,249 0,782 1,136 0,750

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,088 0,574 0,151 0,628

Sumber :data primer, di olah 2016

Berdasarkan hasil output dapat dilihat nilai probabilitas variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah sebesar 0,088 motivasi

kerja sebesar 0,574, profesionalisme guru sebesar 0,151 dan kinerja guru sebesar 0,628. Apabila dibandingkan dengan asymp.sig > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

2) Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah, motivasi kerja, dan profesionalisme guru memiliki hubungan yang linear atau tidak dengan kinerja guru.

Tabel 5.9 Uji Linearitas

Antar Variabel Nilai Sig Batas Keterangan X1 * Y 0,577 0,05 Linearitas X2 * Y 0,154 0,05 Linearitas X3 * Y 0,082 0,05 Linearitas

Sumber : data primer, di olah 2016.

Nilai signifikansi yang diperoleh dari uji linearitas menunjukan bahwa antara variabel KTKS dan variabel KG adalah 0,577. Karena nilai 0,557 > 0,05 maka dapat hubungan kedua variable tersebut dikatakan linear. Nilai signifikansi yang diperoleh dari uji linearitas menunjukan bahwa antara variable MK dan variable KG adalah 0,154. Karena nilai 0,154 > 0,05 maka dapat hubungan kedua variable tersebut dikatakan linear. Nilai signifikansi yang diperoleh dari uji linearitas menunjukan bahwa antara variable PG dan variable KG adalah 0,082. Karena nilai 0,082 > 0,05 maka dapat hubungan kedua variable tersebut dikatakan linear.

b. Uji Asumsi Klasik

Heterokedasitas dan Uji Multikolinearitas. 1) Uji Heteroskedasitas

Suatu asumsi penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan (disturbance) yang muncul dalam regresi adalah homoskedastisitas, yaitu semua gangguan tadi mempunyai varian yang sama. Hasil uji Heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.10 Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -4,952 7,757 -0,638 0,525 Kepemimpinan Transformasional 0,061 0,051 0,123 1,207 0,230 Motivasi Kerja 0,028 0,053 0,055 0,537 0,592 Profesionalisme Guru 0,004 0,065 0,006 0,059 0,953 a. Dependent Variable: ABS_RES

Sumber : Data Primer ,diolah 2016

Berdasarkan hasil output dapat dilihat nilai signifikansi variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah sebesar 0,230. Untuk variabel motivasi kerja nilai signifikansinya sebesar 0,592. Sedangkan variabel profesionalisme guru nilai signifikansi sebesar 0,953. Karena nilai signifikansi dari ketiga variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat sisimpulkan bahwa tidak terjadi hetoroskedasitas.

2) Uji Multikolinearitas

Tabel 5.11 Uji Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF (Constant)

Kepemimpinan Transformasional 0,925 1,081

Motivasi Kerja 0,923 1,084

Profesionalisme Guru 0,909 1,100

Sumber : Data Primer,diolah 2016

Berdasarkan hasil output maka dapat dinilai tolerance pada variabel kepemimpinan transformasional memiliki nilai sebesar 0,925, untuk variabel motivasi kerja memiliki nilai sebesar 0,923 dan untuk profesionalisme guru memiliki nilai sebesar 0,909. Karena nilai ketiga variabel tersebut memiliki nilai lebih dari 0,1. Sedangkan nilai VIF variabel kepemimpinan tranformasional memiliki nilai sebesar 1,081, untuk motivasi kerja memiliki nilai sebesar 1,084, dan untuk profesionalisme guru memiliki niali sebesar 1,110. Oleh karena VIF < 10 maka disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas.

4. Pengujian Hipotesis

Pengujian penelitian ini analisis regresi sederhana berganda dan Analysis

Path.

Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua penulis menggunakan analisis Regresi Linier Berganda.

1. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Profesionalisme Guru

Ho: Tidak ada pengaruh positif signifikan kepemimpinan transformaional kepala sekolah terhadap profesionalisme guru

Ha: Ada pengaruh positif signifikan kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap profesionalisme guru

2. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Profesionalisme Guru

Ho: Tidak ada pengaruh positif signifikan motivasi kerja terhadap profesionalisme guru

Ha: Ada pengaruh positif signifikan motivasi kerja terhadap profesionalisme guru

Hasil output dari SPSS dengan Regresi Linear Berganda sebagai berikut :

Tabel 5.12

Regresi Linear Berganda

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 87,699 6,191 14,166 0,000 Motivasi Kerja 0,193 ,078 0,236 2,475 0,015 2 (Constant) 73,672 9,290 7,931 0,000 Kepemiminan Transformasional 0,151 0,076 0,192 2,003 0,048 Moivasi 0,162 0,079 ,198 2,064 0,042

a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Berdasarkan Tabel 5.12 diatas dapat diketahui bahwa kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh terhadap profesionalisme guru (B = 0,192; signifikansi 0,048 < 0,05) dengan F hitung 5,157. Dengan demikian ha diterima, yang berarti bahwa “Ada pengaruh yang positif signifikan variabel kepemimpinan tranformasional terhadap Profesionalisme Guru”.

berpengaruh terhadap profesionalisme guru (B = 0,198; signifikansi 0,042 < 0,05) dengan F hitung 5,157. Dengan demikian hiopotesis diterima, yang

berarti bahwa “Ada pengaruh yang positif signifikan variabel Motivasi Kerja terhadap Profesionalisme Guru “.

Untuk menguji hipotesis ketiga, keempat dan kelima penulis menggunakan analisis Regresi Linier Sederhana.

3. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru

Ho: Tidak ada pengaruh positif signifikan kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru

Ha: Ada pengaruh positif signifikan kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru

4. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru

Ho: Tidak ada pengaruh antara motivasi kerja terhadap kinerja guru Ha: Ada pengaruh antara motivasi kerja terhadap kinerja guru 5. Pengaruh Profesionalisme Guru terhadap Kinerja Guru

Ho: Tidak ada pengaruh positif signifikan Profesionalisme Guru terhadap Kinerja Guru

Ha: Ada pengaruh positif signifikan Profesionalisme Guru terhadap Kinerja Guru

Tabel 5.13

Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 50,467 11,597 4,352 ,000 Profesionalisme Guru ,478 ,112 ,384 4,247 ,000 2 (Constant) 26,469 12,949 2,044 ,043 Profesionalisme Guru ,388 ,110 ,313 3,538 ,001 Kepemimpinan Transformasional ,305 ,087 ,311 3,520 ,001 3 (Constant) 17,922 13,059 1,372 ,173 Profesionalisme Guru ,333 ,109 ,268 3,052 ,003 Kepemimpinan Transformasional ,272 ,085 ,277 3,184 ,002 Motivasi Kerja ,226 ,089 ,222 2,541 ,013

a. Dependent Variable: Kinerja Guru

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Berdasarkan Tabel 5.13 di atas dapat diketahui bahwa kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru (B = 0,277; sig 0,002 < 0,05) dengan F hitung17,900. Dengan demikian hiopotesis diterima, yang berarti bahwa “Ada pengaruh yang positif signifikan variabel kepemimpinan tranformasional terhadap kinerja guru”.

Berdasarkan tabel 5.13 di atas dapat diketahui bahwa motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru (B = 0,222; sig 0,013 < 0,05) dengan F hitung 17,900. Dengan demikian hiopotesis diterima, yang berarti bahwa “Ada

pengaruh yang positif signifikan variabel Motivasi Kerja terhadap Profesionalisme Guru “.

Berdasarkan tabel 5.13 di atas dapat diketahui bahwa profesionalisme guru berpengaruh terhadap kinerja guru (B = 0,268; sig 0,003 < 0,05) dengan F hitung 17,900. Dengan demikian hiopotesis diterima, yang berarti bahwa “Ada

pengaruh yang positif signifikan variabel Profesionalisme Guru terhadap Kinerja Guru “.

6. Hipotesis keenam

Pengaruh mediasi profesionalisme guru terhadap hubungan kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru. Ha: Tidak ada pengaruh mediasi positif signifikan profesionalisme guru

hubungan kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru.

Ha: Ada pengaruh mediasi positif signifikan profesionalisme guru hubungan kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru.

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 73,672 9,290 7,931 0,000 Kepemimpinan transformasional 0,151 0,076 0,192 2,003 0,048 Motivasi kerja 0,162 0,079 0,198 2,064 0,042

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 17,922 13,059 1,372 0,173 Kepemimpinan Transformasional 0,272 0,085 0,277 3,184 0,002 Motivasi Kerja 0,226 0,089 0,222 2,541 0,013 Profesionalisme Guru 0,333 0,109 0,268 3,052 0,003

a. Dependent Variable: Kinerja Guru

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Hasil output pada persamaan (1) memberikan nilai Standardized Beta kepemimpinan transformasional kepala sekolah sebesar 0,192 dan signifikan pada 0,048 sedangkan untuk variabel motivasi kerja sebesar 0,189 dan signifikan 0,042 yang berarti keduanya berpengaruh positif dan signifikan terhadap profesionalisme guru. Nilai koefisien standardized Beta 0,198 merupakan jalur p31. Nilai koefisien standardized Beta 0,192 merupakan jalur p32.

Hasil output persamaan (2) nilai Standardized untuk kepemimpinan transformasional kepala sekolah sebesar 0,277 dan signifikansi pada 0,002, motivasi kerja sebesar 0,222 dan signifikan pada 0,013 dan profesionalisme guru sebesar 0,268 dan signifikan pada 0,003. Ketiganya berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Nilai koefisiensi Standardized Beta 0,277 merupakan niali jalur p41, nilai koefisiensi Standardized Beta 0,222 merupakan nilai jalur p42 dan koefisiensi Standardized Beta 0,268 merupakan nilai jalur p43.

0,277 R1 R2

0,192

0,268 0,198

0,222

Dari data diatas maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut:

Maka untuk menguji hipotesis ke enam ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Untuk menguji pengaruh mediasi Profesionalisme Guru terhadap hubungan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolahdengan Kinerja Guru dilakukan dengan membandingkan koefisien korelasi antara Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru (hubungan langsung) dengan hasil kali antara koefisien korelasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dengan Profesionalisme Guru dan Kinerja Guru. Pengaruh mediasi dapat ditemukan apabila hasil kali koefisien korelasi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Profesionalisme Guru dengan Profesionalisme Guru dan Kinerja Guru lebih kecil dibandingkan dengan koefisien hubungan langsung

Kinerja Guru Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Motivasi Kerja Profesionalisme Guru

Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Kinerja Guru. Hasil analisis menemukan bahwa:

(1) β KTKS – PG = 0,192 (2) β PG – KG = 0,268 (3) β KTKS – KG = 0,277

Berdasarkan temuan di atas dapat dihitung β KTKS – PG x β PG – KG yaitu

0,192 x 0,268 = 0,051.

Apabila koefisien tersebut dibandingkan dengan koefisen β

Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru maka dapat disimpulkan bahwa Profesionalisme Guru tidak memediasi hubungan antara Kepemimpinan Transformasional Kepala sekolah dengan

Kinerja Guru karena hasil perkalian antara β kepemimpinan

transformasional kepala sekolah dengan kinerja guru dikali Profesionalisme Guru dan Kinerja Guru lebih kecil dari koefisien β

Kepemimpinan Transformasional Kepala sekolah dan Kinerja Guru sebesar 0,051 < 0,277.

b. Untuk menguji pengaruh mediasi Profesionalisme Guru terhadap hubungan Motivasi Kerjadengan Kinerja Guru dilakukan dengan membandingkan koefisien korelasi antara Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru dengan hasil kali antara koefisien korelasi Motivasi Kerja dengan Profesionalisme Guru dan Kinerja Guru. Pengaruh mediasi dapat ditemukan apabila hasil kali koefisien korelasi Motivasi Kerja dan

Profesionalisme Guru dengan Profesionalisme Guru dan Kinerja Guru lebih kecil dibandingkan dengan koefisien hubungan langsung Motivasi Kerja dan Kinerja Guru. Hasil analisis menemukan bahwa:

(1) β MK – PG = 0,198 (2) β PG – KG= 0,268 (3) β MK – KG = 0,222

Berdasarkan temuan di atas dapat dihitung β MK – PGx β PG – KG yaitu 0,198 x 0,268 = 0,053. Maka dapat dilihat bahwa 0,053 < 0,222.

Apabila koefisien tersebut dibandingkan dengan koefisen β Motivasi Kerja

dengan Kinerja Guru maka dapat disimpulkan bahwa Profesionalisme Guru tidak memediasi hubungan antara Motivasi Kerja dan Kinerja Guru

karena hasil perkalian antara β motivasi kerja dan kinerja guru dikali profesionalisme guru lebih kecil dari koefisien β motivasi kerja dan

Kinerja Guru sebesar 0,053 < 0,222. 3. Uji F

Uji statistik F digunakan untuk menguji apabila variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak signifikan dengan variabel terikat.

Tabel 5.16 ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 1248,265 3 416,088 13,526 ,000b

Residual 3137,820 102 30,763

Total 4386,085 105

a. Dependent Variable: Kinerja Guru

b. Predictors: (Constant), Profesionalisme Guru, Kepemimpinan Transformasional , Motivasi Kerja

Dari hasil output di atas maka dapat diambil keputusan sebagai berikut: 1. Jika p -value < α 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Hal ini berarti variabel bebas secara simultan memiliki pengaruh signifikan dengan variabel terikat.

2. Jika p-value > α 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Hal ini berarti variabel bebas secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dengan variabel bebas.

Maka di lihat dari tabel di atas maka nilai sig sebesar 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas secara stimultan memiliki pengaruh signifikan dengan variabel terikat.

B. Pembahasan

1. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap Profesionalisme Guru

Hasil pengujian seperti yang tercantum pada tabel 5.12 bahwa Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah berpengaruh positif terhadap Profesioanlisme Guru (B = 0,192; sig 0,048< 0,05) yang berarti kepemimpinan ransformasional kepala sekolah diikiuti oleh naiknya kopetensi profesional

guru yang makin tinggi kepemimpinan transformasiona kepala sekolah, akin tinggi juga tingkat kepemimpinan transformasional kepala sekolah, makin tinggi juga tingkat profesionalisme guru. ha ini mnguatkan argumentasi bahwa profesionalisme guru ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah kepemimpinan transformasinal kepala sekolah.

Hal ini karena kepala sekolah ikut mewarnai sikap mental atau cara diri kepala sekolah sebagai role model bai bawahannya, memiliki visi yang menarik dan memotivasi, menstimulasi bawahan untuk inovatif dan kreatif, memberikan dukungan, peneguhan dan bimbingan bagi bawahan. Oleh karena itu, seorang kepala sekolah mampu membawa perubahan bagi bawahan daam kemampuan mengajar guru sebagai penghargaan terhadap kerja dan upaya peingkatan produktivitas. Hal ini terwujud suatu sikap mental guru yang positif terhadap visi yang dimiiki oleh kepala sekolah sehingga guru akan melaksanakan tugas secara profesional sehingga dapat mencapai tujuan sekolah.

2. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Profesionalisme Guru

Hasil pengujian seperti yang tercantum pada tabel 5.12 bahwa motivasi kerja berpengaruh positif terhadap Profesioanlisme Guru (B = 0,198; sig 0,042< 0,05) yang berarti “Ada pengaruh yang positif signifikan variabel

motivasi kerja terhadap profesionalsme guru” berarti motivasi kerja yang tinggi dimiliki oleh guru maka guru akan semakin profesional. Hal ini menguatkan argumentasi bahwa profesionaisme guru ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah motivasi kerja.

Pada dasarnya seorang guru sudah mempunyai motivasi kerja dalam diri mereka. Seorang guru mempunyai motivasi yang tinggi dalam menjalankan proses pembelajaran maka proses pembelajaran itu akan berhasil. Oleh karena itu, guru yang berhasil dalam membawa proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diinginkan maka guu mempunyai kemampuan profesional dalam menjaankan tugasnya. Hal ini dikarenakan motivasi kerja yang tinggi seorang guru dapat dilihat dari kemampuan keprofesionalan guru yang diihat dari keinginan guru untuk berprestasi, mencintai pekerjaan itu sendiri, tempat kerja yang nyaman, suasana kerja yang mendukung dan gaji yang besar. Maka dari itu, guru yang memiliki motivasi kerja dilihat dari berbagai aspek maka guru lebih profesional dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan yang telah ditetapkan.

3. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala SekolahTerhadap Kinerja Guru

Hasil pengujian seperti yang tercantum pada tabel 5.13 bahwa kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja guru (B = 0,277; sig 0,002 < 0,05) yang berarti bahwa “Ada pegaruh

yang positif signifikan variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru yang berarti kepemimpinan transformasional kepala sekolah diikuti naiknya kinerja guru. Hal ini menguatkan argumentasi bahwa kinerja guru ditentukan oleh banyak faktor diantaranya kepemimpinan transformasional kepala sekolah.

Keberhasilan sekolah dalam melaksanakan segala aspek yang telah direncanakannya perlu didukung oleh kepemimpinan transformasional kepala sekolah yang hakekatnya terletak pada efisiensi dan efektivtas penampilan kepala sekolah. Hal ini didukung dengan pemipin yang dapat menginspirasi, pemimpin yang memotivasi, pemimpin yang menstimulasi bawahan untuk menjadi inovatif dan kretif, pemimpin yang memberikan dukungan dan memperhatikan bawahannya. Dengan demikian, kepemimpinan transformasional kepala sekolah memberikan pengaruh terhadap kinerja guru dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab, percaya diri, memiliki kompetensi, kondisi sekolah yang mendukung, serta, komunikasi antar pemimpin dan bawahan. Oleh karena tu, jika penerapan kepemimpinan transformasional kepala sekolah ditingkatkan maka akan berimplikasi terhadap meningkatnya kinerja guru.

4. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru

Hasil pengujian seperti yang tercantum pada tabel 5.13 bahwa kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja guru (B = 0,222; sig 0,013 < 0,05). Dengan demikian ada pengaruh yang positif signifikan variabel motivasi kerja terhadap kinerja guru yang berarti motivasi kerja yang tinggi maka makin tinggi pula hasil kerja yang tinggi.

Apabila guru memiliki motivasi kerja yang tinggi, maka guru akan memberikan yang terbaik demi kemajuan organisasinya. Motivasi dalam hal ini berfungsi sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi, pekerjaan

itu sendiri, tempat kerja yang nyaman, suasana kerja yang mendukung dan gaji yang besar. Guru yang merasa mampu menerapkan pembelajaran yang disenangi siswa serta memiliki hubungan yang harmonis baik dengan siswa maupun orang tua siswa, akan berdampak pada kinerja guru yang optimal. Dengan demikian, aspek motivasi kerja sesorang akan berpengaruh terhadap kinerjanya.

5. Pengaruh Profesionalisme Guru Berpengaruh Terhadap Kinerja Guru Hasil pengujian seperti yang tercantum pada tabel 5.13 bahwa profesionalisme guru berpengaruh positif terhadap kinerja guru (B = 0,268; sig 0,003< 0,05) dengan demikian hipotesis diterima yang berarti ada pengaruh yang positif signifikan variabel profesionalisme guru terhadap kinerja guru yang berarti profesionalisme guru diikuti oleh naiknya kinerja guru, makin tinggi kinerja guru makin tinggi juga tingkat profesionalisme guru.

Guru yang profesional ditandai dengan adanya penguasaan guru yang mampu menguasi bahan ajar, mengelola kelas dan interaksi belajar, pengelolaan program belajar mengaajar, pelayanan bimbingan dan konseling, penggunaan media dan sumber pembelajaran dan penilaian prestasi siswa. Seorang guru dapat menguasai materi serta konsep-konsep mata pelajaran dengan efektif. Oleh karena itu, guru harus senantiasa berusaha meningkatkan kinerjanya. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin profesional guru dalam melakukan pekerjaannya maka kinerjanya akan semakin meningkat pula.

6. Pengaruh mediasi Profesionalisme Guru Hubungan Antara Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru

Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh mediasi hubungan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja dengan kinerja guru. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perkalian nilai koefisien kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan profesionalisme guru dengan kinerja guru sebesar 0,051 lebih kecil dibandingkan dengan hubungan langsung kepemimpinaan transformasional kepala sekolah dengan kinerja guru sebesar 0,277. Selanjutnya ditunjukkan dengan hasil perkalian nilai koefisien motivasi kerja dan profesionalisme guru dengan kinerja guru sebesar 0,053 lebih kecil dari motivasi kerja dengan kinerja guru sebesar 0,222.

Kinerja guru yang ingin dicapai tidak di pengaruhi oleh faktor-faktor kepemimpinan transformasional kepala sekolah, motivasi kerja dan profesionalisme guru. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah yang mampu mendorong dan merubah pemahaman guru maka akan meningkat juga motvasi kerja guru ssehingga akan mencapai kierja yang tinggi pula. Selain itu guru yang kurang profesional dalam mengelola pembelajaran maka tidak akan mencapai kinerja yang baik pula. Faktor dalam diri yang dapat mendorong seorang untuk mencapai kinerja misalnya semangat kerja yang tinggi dan dorongan dari atasan yang tinggi maka kinerja guru akan semakin tinggi dan bagus.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN