HASIL PENELITIAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
4.2 Analisis Data
4.2.1 Analisis Data Keterlaksanaan PMRI
4.2.1.2 Analisis Data Keterlaksanaan PMRI Berdasarkan Dokumentasi
Pembelajaran pertama dengan menggunakan pendekatan PMRI
memunculkan 5 karakteristik PMRI. Karakteristik penggunaan konteks
terlihat ketika guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
G: hari ini kita akan melanjutkan pelajaran kemarin yaitu tentang penjumlahan pecahan.
G : sebelum memulai pelajaran kita mau apa?nyanyi?main?. BS: yessss.
Kegiatan motivasi dilakukan dengan menggunakan permainan yaitu
permainan “Mencari Pasangan”. Karakteristik penggunaan model terlihat
pada kutipan berikut ini
G: letakkan di tengah meja kalian dulu, baca soalnya kemudian selesaikan dengan menggunakan media tersebut.
Guru memberikan instruksi mengenai penggunaan media dengan
baik dan benar. Keterkaitan tampak pada saat guru mengajak siswa untuk
mengingat kembali materi sebelumnya. Hal ini terlihat pada kutipan
percakapan berikut ini
G: dalam bentuk pecahan yang atas dinamakan pembilang dan yang bawah dinamakan penyebut.
Pemanfaatan konstruksi siswa terlihat pada kutipan berikut ini
G : bagaimana cara menjumlahkan pecahan dengan penyebut sama?
BS:hanya dijumlahkan pembilangnya saja, penyebutnya tetap. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan.
Pada pertemuan kedua, semua karakteristik PMRI muncul dalam
proses pembelajaran. Penggunaan konteks terlihat ketika guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, terlihat pada kutipan berikut ini
G: kalau kemarin kita sudah belajar penjumlahan pecahan dengan penyebut yang ??...yang??....yang?
G: Iya yang sama, hari ini kita akan belajar penjumlahan pecahan dengan penyebut yang berbeda.
Interaktivitas terlihat dalam kutipan berikut ini,
G: sebelum belajar lebih lanjut,ini ada terang bulan tapi biar lebih seru kita nyanyi dulu ya,kita nyanyi yang mau dilombakan yaitu ambilkan bulan karna kita mau makan terang bulan ya.
Penggunaan konteks juga terlihat ketika guru membacakan masalah
kontekstual seperti pada kutipan berikut ini ,
G: Ibu memiliki kue terang bulan,ibu membagi terang bulan menjadi 6 potong lalu ibu memberikan 2 potongan kue itu kepada dika beberapa saat kemudian dika menerima 1 potong kue lagi dari kaka, berapa banyak bagian kue terang bulan yang dimiliki dika sekarang?.
Karakteristik penggunaan model terlihat ketika guru menjelaskan
mengenai penggunaan media yang akan digunakan pada hari itu.
G: kalian akan dibagikan gambar terang bulan untuk membantu mengerjakan soal
.
Mereka bebas menggunakan media tersebut untuk membantu
mendapatkan jawaban dari soal.Ada kelompok yang menggunakan cara
lain dalam mengerjakan soal. Guru memuji kelompok tersebut.
G:ya..bagus,kalian sudah menerapkn cara yang berbeda,kalian sudah menggunakan cara menyamakan penyebutnya.
Kutipan tersebut menunjukkan karakteristik pemanfaatan konstruksi
siswa. Karakteristik keterkaitan tampak ketika guru mengaitkan materi
penjumlahan pecahan dengan materi KPK.
G: sudah paham bagaimana cara menyamakan penyebutnya? 1
4 + 2
3
kok bisa ketemu 11
12 nah caranya dikali dengan KPK dari penyebutnya,penyebutnya berapa?.
Karakteristik pemanfaatan konstruksi siswa juga terlihat saat guru
bersama siswa menarik kesimpulan pembelajaran. Tampak pada kutipan
berikut ini.
G: nah kalau sudah Ibu akan mengulangi, kemarin kita sudah belajar mengenai pecahan yang berpenyebut sama dan sekarang kita sudah belajar menjumlahkan pecahan yang berpenyebut berbeda,jika menjumlah pecahan yang berpenyebut sama kita tinggal menambahkan pembilangnya tetapi jika menjumlahkan dengan penyebut beda kita harus menyamakan penyebutnya terlebih dahulu dengan cara yang tadi,dengan apa anak – anak?.
BS: dengan KPK.
Pertemuan ketiga juga memunculkan kelima karakteristik PMRI.
Penggunaan konteks terlihat ketika guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
G: sudah siap belajar? Hari ini kita masih akan belajar mengenai penjumlahan pecahan.
Interaktivitas terlihat ketika guru mengadakan kuis untuk
menambah motivasi siswa dalam belajar. Terlihat dalam kutipan berikut
G: kita akan kuis terlebih dahulu, nanti yang bisa menjawab akan ibu beri stiker bintang.
Media pembelajaran yang digunakan dalam pertemuan ketiga adalah
papan pecahan. Papan pecahan digunakan untuk membantu siswa
mengerjakan soal nomor 1 sedangkan nomor dua siswa mengerjakan
dengan cara mereka sendiri. Sepert terlihat pada kutipan berikut ini, ini
G: yang nomor satu kalian kerjakan secara berkelompok menggunakan papan pecahan, yang nomor dua tidak menggunakan papan pecahan namun menggunakan cara kalian sendiri
.
Dari kutipan tersebut tampak karakteristik PMRI yaitu penggunaan
model.Pemanfaatan konstruksi siswa terlihat pada kutipan berikut ini,
G: kamu boleh menggunakan cara yang menurutmu lebih mudah tapi tidak harus menyuruh temanmu menggunakan cara yang sama karena mereka belum tentu paham dengan cara yang kamu gunakan. Karakteristik keterkaitan tampak saat guru mengingat kembali materi
sebelum penjumlahan pecahan yaitu mengenai pecahan senilai.
Karakteristik tersebut terlihat pada kutipan berikut ini,
G: nah otomatis kita mengulang pelajaran yang dulu di bawahnya 3
4
berapa? 7
8 dibawahnya 7
8? 9
12. Berarti ini adalah pecahan
yang?..yang?”.
BS: “pecahan yang senilai.
G: karena berada pada garis yang sejajar.
Pemanfaatan konstruksi siswa juga terlihat ketika guru membimbing
siswa untuk menarik kesimpulan pembelajaran pada hari ini. Terlihat pada
G: bahwa dalam pecahan diingat-ingat, jika pecahan itu berbeda jangan kalian langsung tambahkan dulu karena ibaratnya kalian akan mencampur 2 benda yang berbeda. Jika pecahan tersebut berbeda penyebutnya harus diapakan dulu?, tanya guru.
S: disamakan dulu bu penyebutnya.
G:Ya,disamakan dulu penyebutnya. Kalian belajar lagi di rumah agar lebih lancar dalam berhitung.
Pembelajaran hari terakhir tidak memunculkan semua karakteristik
PMRI. Penggunaan model tidak tampak pada pembelajaran keempat ini.
Karakteristik penggunaan model terlihat saat guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
G: sudah ya ngobrolnya, dilanjutkan nanti. Hari ini matematika masih akan melanjutkan lagi tentang penjumlahan pecahan. Tetapi sebelum mulai ibu akan tanya lgi siapa yang masih bingung mengenai penjumlahan pecahan dengan beda penyebut?.
Karakteristik interaktivitas muncul ketika guru memotivasi siswa
dengan melakukan permainan. Terlihat pada kutipan berikut ini
G: hari ini kita akan bermain tentang pecahan, bu guru mempunyai kertas setiap kertas ada tulisan masing-masing. Nanti setiap anak mendapat satu kertas. Kemudian bu guru akan membacakan suatu cerita, perhatikan cerita tersebut. Jika ibu membacakan angka, misalnya 2 maka kalian harus berkumpul membentuk angka 2.
Keterkaitan tampak ketika guru menyinggung kembali materi
perkalian. Tampak pada kutipan berikut ini,
G: 4x3 5x6 itu harus sudah hafal di luar kepala, kalau masih menggunakan jari berarti kalian masih kelas berapa?, tanya guru. S: kelas 2 bu guru.
Karakteristik pemanfaatan konstruksi siswa terlihat ketika guru
membolehkan salah satu siswa menggunakan cara pengerjaan soal yang
dikira lebih mudah untuk digunakan. Terlihat dalam kutipan berikut ini,
berkata
G:Rsm boleh menggunakan cara ini, karena kamu pahamnya menggunakan cara ini.
4.2.1.3 Analisis Data Keterlaksanaan PMRI Berdasarkan Pengamatan
Di bawah ini merupakan hasil perhitungan data keterlaksanaan pada
tiap pertemuan.
Tabel 4.7 Hasil perhitungan data keterlaksanaan
Pertemuan ke- Rerata Skor Kriteria
1 37 Sangat Terlaksana
2 35 Terlaksana
3 36 Sangat Terlaksana
4 34 Terlaksana
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pada pertemuan pertama
kriteria keterlaksanaan adalah sangat terlaksana, pertemuan kedua
terlaksana. Sedangkan untuk pertemuan ketiga sangat terlaksana dan
pertemuan terakhir terlaksana. Setelah dihitung rata-rata dari seluruh
pertemuan, didapatkan skor 35,5. Skor tersebut termasuk ke dalam kriteria
4.2.2 Analisis Data Hasil Belajar
4.2.2.2 Analisis Data Hasil Belajar Menggunakan SPSS
1. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji prasyarat yang harus dilakukan
terlebih dahulu untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan
selanjutnya. Uji normalitas menggunakan uji Kolgomorov-Smirnov dengan bantuan program komputer SPSS for Windows ver.20.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai
berikut. Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05 data berdistribusi normal,
sehingga analisis selanjutnya menggunakan statistik parametris. Jika harga
sig. (2-tailed) ≤ 0,05 data tidak berdistribusi normal, sehingga analisis selanjutnya menggunakan statistik non parametrik. Hipotesis nol dan
hipotesis alternatif dalam penelitian ini adalah:
𝐻0 : Data tidak berdistribusi normal
𝐻1 : Data berdistribusi normal
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas
Mean Std. Deviasi Kolgomorof Smirnov Z Asymp.Sig.( 2-tailed) Analisis Keterangan Pretest Eksperimen 3,51 1,406 1,377 0,450 Sig>0,05 Distribusi Normal Posttest Eksperimen 8,34 1,214 0,969 0,304 Sig>0,05 Distribusi Normal Pretest Kontrol 3,13 0,906 0,933 0,349 Sig>0,05 Distribusi Normal Posttest Kontrol 6,50 1,266 0,942 0,337 Sig>0,05 Distribusi Normal
Menurut kriteria, semua aspek di atas memiliki nilai signifikansi >
0,05 sehingga semua data berdistribusi normal atau dengan kata lain H0
ditolak dan H1 diterima.
2. Uji Homogenitas
Setelah pengujian normalitas dilakukan, langkah selanjutnya adalah
menguji homogenitas baik data pretest maupun data posttest. Uji homogenitas ini juga merupakan uji prasyarat yang harus dilakukan
sebelum melakukan uji statistik. Kriteria yang digunakan untuk menguji
homogenitas adalah apabila nilai sig. (2-tailed)> 0,05 maka tidak terdapat perbedaan data dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Namun apabila
nilai sig.(2-tailed)≤ 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hipotesis nol dan hipotesis alternatif dalam penelitian ini adalah.
H0 : Varians tidak homogen
H1 : Varians homogen
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas
Levene’s
Test
Sig.(2-tailed) Analisis Keterangan
Pretest 3,551 0,65 Sig > 0,05 Homogen
Posttest 0,000 0,98 Sig > 0,05 Homogen
Dari perhitungan Levene’s Test di atas, nilai signifikansi dari data pretest dan posttest adalah > 0,05 yaitu 0,65 dan 0,98 sehingga semua data dinyatakan homogen. Dengan kata lain H0 ditolak dan H1 diterima.
Uji normalitas dan uji homogenitas telah dilakukan dan hasilnya
semua data berdistribusi normal dan homogen, sehingga aspek-aspek
tersebut akan dianalisis dengan menggunakan statistik parametris. Statistik
parametris yang digunakan adalah Independent Sample t-test atau paired t-test sesuai dengan keperluannya.
Analisis data dilakukan dengan cara menguji data pretest dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol, kemudian membandingkan data pretest ke posttest dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol dan selanjutnya menguji pengaruh perlakuan pada aspek hasil belajar ini.
3. Uji Statistik
3.1 Uji Perbedaan Nilai Rata-rata Pretest
Perbandingan rata-rata pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau tidak dari kedua
rata-rata tersebut. Jika tidak ada perbedaan, maka rata-rata pretest dari kedua sampel ini bisa dilakukan perbandingan karena mempunyai titik
pijak yang sama. Analisis statistik yang digunakan adalah statistik
parametris Independent sample t-test. Analisis statistik dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95%. Kedua rata-rata pretest dikatakan tidak ada perbedaan apabila nilai sig.(2-tailed)> 0,05. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:
H0: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol.
H1: Ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah jika nilai
sig.(2-tailed)>0,05 H0 diterima H1 ditolak atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 4.10 Hasil Perbandingan rata-rata pretest
Df Sig.(2-tailed) Analisis Keterangan
58 0,213 Sig.> 0,05 Tidak terdapat
perbedaan
Dari tabel di atas, nilai sig.(2-tailed)> 0,05 yaitu 0,213. Jadi H0 diterima dan H1 ditolak atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pretest kelas kontrol dan eksperimen.
3.2 Uji Perbedaan Nilai Rata-rata Pretest ke Posttest
Langkah ini dilakukan untuk melihat apakah ada kenaikan rata-rata
pretest ke posttest baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Analisis data menggunakan analisis parametrik yaitu Paired t-test dengan tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata pretest ke posttest dikatakan memiliki perbedaan yang signifikan apabila nilai sig. (2-tailed) ≤ 0,05. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:
H0: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
H1: Ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai
berikut. Jika nilai sig.(2-tailed)>0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pretest ke posttest. Dengan kata lain tidak ada kenaikan yang signifikan yang terjadi antara nilai rata-rata pretest ke posttest. Jika harga sig.(2-tailed) ≤ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pretest ke posttest. Dengan kata lain ada kenaikan yang signifikan yang terjadi antara nilai rata-rata pretest ke posttest.
Hasil perhitungan uji perbedaan rata-rata pretest ke posttest dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.11 Hasil perbandingan rata-rata pretest ke posttest
Kelas Df Sig.(2-tailed) Analisis Keterangan Eksperimen 29 0,000 Sig.< 0,05 Terdapat perbedaan
Kontrol 29 0,000 Sig.< 0,05 Terdapat perbedaan
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi di kelas
eksperimen adalah ≤ 0,05 yaitu 0,000. Maka H0 ditolak dan H1 diterima atau terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pretest ke posttest kelas eksperimen.
Nilai sig.(2-tailed) di kelas kontrol adalah < 0,05 yaitu 0,000. Maka H0 diterima dan H1 ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pretest ke posttest kelas kontrol.
3.3 Uji Pengaruh Perlakuan
Langkah ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan yang
signifikan antara nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan nilai rata-rata posttest kelas kontrol. Analisis perbedaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan PMRI berpengaruh terhadap hasil belajar.
Hasil analisis akan digunakan sebagai titik pijak untuk menarik
kesimpulan apakah hasil penelitian ini menerima atau menolak hipotesis
penelitian.
Analisis statistik menggunakan statistik parametrik yaitu
Independent sample t-test dengan taraf kepercayaan 95%. Kedua nilai rata-rata posttest dikatakan memiliki perbedaan yang signifikan apabila nilai sig.(2-tailed) < 0,05. Hipotesis statistiknya ada 2, hipotesis statistik yang
pertama digunakan untuk melihat ada perbedaan yang signifikan atau tidak
antara nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesisnya yaitu:
H0: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
H1: Ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
Hipotesis yang kedua digunakan apabila ada perbedaan yang
signifikan antara nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Melalui hipotesis ini, diketahui kelas mana yang memiliki nilai
rata-rata lebih tinggi. Hipotesis kedua didasarkan pada uji sig.(1-tailed).Hipotesisnya adalah:
H0: Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih rendah dari pada kelas kontrol.
H1: Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan pada hipotesis
pertama adalah sebagai berikut. Jika nilai sig.(2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima atau terdapat perbedaan yang signifikan antara posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan kata lain perlakuan penggunaan pendekatan PMRI berpengaruh secara signifikan terhadap
prestasi belajar matematika. Jika nilai sig.(2-tailed)>0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolakatau tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan kata lain perlakuan penggunaan pendekatan PMRI tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi belajar matematika.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan pada hipotesis
kedua adalah sebagai berikut. Jika t hitung > t tabel, makaterdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan kata lain, rata-rata posttest kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol. Jika t hitung ≤ t tabel, makatidak terdapat perbedaan yang signifikan antara posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan kata lain rata-rata posttest kelas eksperimen kurang dari kelas kontrol.
Hasil perhitungan nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.12 Hasil Perbandingan nilai rata-rata Posttest ke Posttest
Df t Sig.(2-tailed) Analisis Keterangan
58 5,679 0,000 Sig.< 0,05 Terdapat perbedaan Group Statistics kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean posttest eksperimen 30 8,34 1,214 ,222 kontrol 30 6,50 1,266 ,231
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi ≤ 0,05 yaitu 0,000. Maka pada hipotesis pertama, H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Ttabel untuk distribusi frekuensi 58 adalah 1,672. Pada tabel di atas diketahui t hitung> t tabel yaitu 5,679. Hal ini membuktikan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau dengan kata lain nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata kelas kontrol. Pernyataan
ini didukung dengan Mean kelas eksperimen yang lebih tinggi daripada kelas kontrol.
4.2.2.3 Analisis Data Hasil Belajar Berdasarkan KKM
Nilai-nilai siswa yang telah dihitung rata-ratanya kemudian
dibandingkan dengan nilai KKM yang ada di SD N Berbah 2 yaitu 65.
Berikut ini merupakan daftar nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 4.13 Nilai Rata-rata Posttest Kelas Eksperimen Siswa Rata-rata KKM (65) 1 7,85 Tuntas 2 7,5 Tuntas 3 7,85 Tuntas 4 7,85 Tuntas 5 6,07 Tidak Tuntas 6 9,64 Tuntas 7 9,64 Tuntas 8 8,21 Tuntas 9 8,21 Tuntas 10 10 Tuntas 11 8,21 Tuntas 12 8,93 Tuntas 13 10 Tuntas 14 8,21 Tuntas 15 10 Tuntas 16 8,21 Tuntas 17 8,21 Tuntas 18 10 Tuntas 19 7,85 Tuntas 20 6,43 Tidak Tuntas 21 10 Tuntas 22 10 Tuntas 23 7,85 Tuntas 24 6,43 Tidak Tuntas 25 8,93 Tuntas 26 8,93 Tuntas 27 8,21 Tuntas 28 6,43 Tidak Tuntas 29 8,21 Tuntas 30 6,43 Tidak Tuntas
Tabel 4.14 Nilai rata-rata Posttest Kelas Kontrol
Siswa Rata-rata KKM (65) 1 7,14 Tuntas 2 5,71 Tidak Tuntas 3 7,14 Tuntas 4 6,78 Tuntas 5 5 Tidak Tuntas 6 6,42 Tidak Tuntas 7 7,14 Tuntas 8 6,78 Tuntas 9 5,71 Tidak Tuntas 10 6,78 Tuntas 11 9,28 Tuntas 12 5,71 Tidak Tuntas 13 7,14 Tuntas 14 5,35 Tidak Tuntas
15 7,85 Tuntas 16 6,78 Tuntas 17 5,35 Tidak Tuntas 18 10 Tuntas 19 5,71 Tidak Tuntas 20 5 Tidak Tuntas 21 6,42 Tidak Tuntas 22 5,35 Tidak Tuntas 23 6,42 Tidak Tuntas 24 5,71 Tidak Tuntas 25 6,78 Tuntas 26 5 Tidak Tuntas 27 6,78 Tuntas 28 8,92 Tuntas 29 5 Tidak Tuntas 30 5,71 Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang lulus KKM dan yang tidak lulus KKM dari kelas
eksperimen maupun kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.15 Hasil perhitungan persentase KKM
Kelas Tuntas KKM Tidak tuntas KKM
Eksperimen 83,3% 16,7%
Kontrol 46,6% 53,4%
Hasil perhitungan persentase KKM kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat dilihat pula pada diagram berikut ini.
Gambar 4.4 Persentase ketuntasan KKM di kelas eksperimen
83,30% 16,70%