• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Data

4.2.1 Analisis Data Keterlaksanaan PMRI

4.2.1.2 Analisis Data Keterlaksanaan PMRI Berdasarkan Dokumentasi

Pembelajaran pertama dengan menggunakan pendekatan PMRI

memunculkan 5 karakteristik PMRI. Karakteristik penggunaan konteks

terlihat ketika guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

G: hari ini kita akan melanjutkan pelajaran kemarin yaitu tentang penjumlahan pecahan.

G : sebelum memulai pelajaran kita mau apa?nyanyi?main?. BS: yessss.

Kegiatan motivasi dilakukan dengan menggunakan permainan yaitu

permainan “Mencari Pasangan”. Karakteristik penggunaan model terlihat

pada kutipan berikut ini

G: letakkan di tengah meja kalian dulu, baca soalnya kemudian selesaikan dengan menggunakan media tersebut.

Guru memberikan instruksi mengenai penggunaan media dengan

baik dan benar. Keterkaitan tampak pada saat guru mengajak siswa untuk

mengingat kembali materi sebelumnya. Hal ini terlihat pada kutipan

percakapan berikut ini

G: dalam bentuk pecahan yang atas dinamakan pembilang dan yang bawah dinamakan penyebut.

Pemanfaatan konstruksi siswa terlihat pada kutipan berikut ini

G : bagaimana cara menjumlahkan pecahan dengan penyebut sama?

BS:hanya dijumlahkan pembilangnya saja, penyebutnya tetap. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan.

Pada pertemuan kedua, semua karakteristik PMRI muncul dalam

proses pembelajaran. Penggunaan konteks terlihat ketika guru

menyampaikan tujuan pembelajaran, terlihat pada kutipan berikut ini

G: kalau kemarin kita sudah belajar penjumlahan pecahan dengan penyebut yang ??...yang??....yang?

G: Iya yang sama, hari ini kita akan belajar penjumlahan pecahan dengan penyebut yang berbeda.

Interaktivitas terlihat dalam kutipan berikut ini,

G: sebelum belajar lebih lanjut,ini ada terang bulan tapi biar lebih seru kita nyanyi dulu ya,kita nyanyi yang mau dilombakan yaitu ambilkan bulan karna kita mau makan terang bulan ya.

Penggunaan konteks juga terlihat ketika guru membacakan masalah

kontekstual seperti pada kutipan berikut ini ,

G: Ibu memiliki kue terang bulan,ibu membagi terang bulan menjadi 6 potong lalu ibu memberikan 2 potongan kue itu kepada dika beberapa saat kemudian dika menerima 1 potong kue lagi dari kaka, berapa banyak bagian kue terang bulan yang dimiliki dika sekarang?.

Karakteristik penggunaan model terlihat ketika guru menjelaskan

mengenai penggunaan media yang akan digunakan pada hari itu.

G: kalian akan dibagikan gambar terang bulan untuk membantu mengerjakan soal

.

Mereka bebas menggunakan media tersebut untuk membantu

mendapatkan jawaban dari soal.Ada kelompok yang menggunakan cara

lain dalam mengerjakan soal. Guru memuji kelompok tersebut.

G:ya..bagus,kalian sudah menerapkn cara yang berbeda,kalian sudah menggunakan cara menyamakan penyebutnya.

Kutipan tersebut menunjukkan karakteristik pemanfaatan konstruksi

siswa. Karakteristik keterkaitan tampak ketika guru mengaitkan materi

penjumlahan pecahan dengan materi KPK.

G: sudah paham bagaimana cara menyamakan penyebutnya? 1

4 + 2

3

kok bisa ketemu 11

12 nah caranya dikali dengan KPK dari penyebutnya,penyebutnya berapa?.

Karakteristik pemanfaatan konstruksi siswa juga terlihat saat guru

bersama siswa menarik kesimpulan pembelajaran. Tampak pada kutipan

berikut ini.

G: nah kalau sudah Ibu akan mengulangi, kemarin kita sudah belajar mengenai pecahan yang berpenyebut sama dan sekarang kita sudah belajar menjumlahkan pecahan yang berpenyebut berbeda,jika menjumlah pecahan yang berpenyebut sama kita tinggal menambahkan pembilangnya tetapi jika menjumlahkan dengan penyebut beda kita harus menyamakan penyebutnya terlebih dahulu dengan cara yang tadi,dengan apa anak – anak?.

BS: dengan KPK.

Pertemuan ketiga juga memunculkan kelima karakteristik PMRI.

Penggunaan konteks terlihat ketika guru menyampaikan tujuan

pembelajaran

G: sudah siap belajar? Hari ini kita masih akan belajar mengenai penjumlahan pecahan.

Interaktivitas terlihat ketika guru mengadakan kuis untuk

menambah motivasi siswa dalam belajar. Terlihat dalam kutipan berikut

G: kita akan kuis terlebih dahulu, nanti yang bisa menjawab akan ibu beri stiker bintang.

Media pembelajaran yang digunakan dalam pertemuan ketiga adalah

papan pecahan. Papan pecahan digunakan untuk membantu siswa

mengerjakan soal nomor 1 sedangkan nomor dua siswa mengerjakan

dengan cara mereka sendiri. Sepert terlihat pada kutipan berikut ini, ini

G: yang nomor satu kalian kerjakan secara berkelompok menggunakan papan pecahan, yang nomor dua tidak menggunakan papan pecahan namun menggunakan cara kalian sendiri

.

Dari kutipan tersebut tampak karakteristik PMRI yaitu penggunaan

model.Pemanfaatan konstruksi siswa terlihat pada kutipan berikut ini,

G: kamu boleh menggunakan cara yang menurutmu lebih mudah tapi tidak harus menyuruh temanmu menggunakan cara yang sama karena mereka belum tentu paham dengan cara yang kamu gunakan. Karakteristik keterkaitan tampak saat guru mengingat kembali materi

sebelum penjumlahan pecahan yaitu mengenai pecahan senilai.

Karakteristik tersebut terlihat pada kutipan berikut ini,

G: nah otomatis kita mengulang pelajaran yang dulu di bawahnya 3

4

berapa? 7

8 dibawahnya 7

8? 9

12. Berarti ini adalah pecahan

yang?..yang?”.

BS: “pecahan yang senilai.

G: karena berada pada garis yang sejajar.

Pemanfaatan konstruksi siswa juga terlihat ketika guru membimbing

siswa untuk menarik kesimpulan pembelajaran pada hari ini. Terlihat pada

G: bahwa dalam pecahan diingat-ingat, jika pecahan itu berbeda jangan kalian langsung tambahkan dulu karena ibaratnya kalian akan mencampur 2 benda yang berbeda. Jika pecahan tersebut berbeda penyebutnya harus diapakan dulu?, tanya guru.

S: disamakan dulu bu penyebutnya.

G:Ya,disamakan dulu penyebutnya. Kalian belajar lagi di rumah agar lebih lancar dalam berhitung.

Pembelajaran hari terakhir tidak memunculkan semua karakteristik

PMRI. Penggunaan model tidak tampak pada pembelajaran keempat ini.

Karakteristik penggunaan model terlihat saat guru menyampaikan tujuan

pembelajaran

G: sudah ya ngobrolnya, dilanjutkan nanti. Hari ini matematika masih akan melanjutkan lagi tentang penjumlahan pecahan. Tetapi sebelum mulai ibu akan tanya lgi siapa yang masih bingung mengenai penjumlahan pecahan dengan beda penyebut?.

Karakteristik interaktivitas muncul ketika guru memotivasi siswa

dengan melakukan permainan. Terlihat pada kutipan berikut ini

G: hari ini kita akan bermain tentang pecahan, bu guru mempunyai kertas setiap kertas ada tulisan masing-masing. Nanti setiap anak mendapat satu kertas. Kemudian bu guru akan membacakan suatu cerita, perhatikan cerita tersebut. Jika ibu membacakan angka, misalnya 2 maka kalian harus berkumpul membentuk angka 2.

Keterkaitan tampak ketika guru menyinggung kembali materi

perkalian. Tampak pada kutipan berikut ini,

G: 4x3 5x6 itu harus sudah hafal di luar kepala, kalau masih menggunakan jari berarti kalian masih kelas berapa?, tanya guru. S: kelas 2 bu guru.

Karakteristik pemanfaatan konstruksi siswa terlihat ketika guru

membolehkan salah satu siswa menggunakan cara pengerjaan soal yang

dikira lebih mudah untuk digunakan. Terlihat dalam kutipan berikut ini,

berkata

G:Rsm boleh menggunakan cara ini, karena kamu pahamnya menggunakan cara ini.

4.2.1.3 Analisis Data Keterlaksanaan PMRI Berdasarkan Pengamatan

Di bawah ini merupakan hasil perhitungan data keterlaksanaan pada

tiap pertemuan.

Tabel 4.7 Hasil perhitungan data keterlaksanaan

Pertemuan ke- Rerata Skor Kriteria

1 37 Sangat Terlaksana

2 35 Terlaksana

3 36 Sangat Terlaksana

4 34 Terlaksana

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pada pertemuan pertama

kriteria keterlaksanaan adalah sangat terlaksana, pertemuan kedua

terlaksana. Sedangkan untuk pertemuan ketiga sangat terlaksana dan

pertemuan terakhir terlaksana. Setelah dihitung rata-rata dari seluruh

pertemuan, didapatkan skor 35,5. Skor tersebut termasuk ke dalam kriteria

4.2.2 Analisis Data Hasil Belajar

4.2.2.2 Analisis Data Hasil Belajar Menggunakan SPSS

1. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji prasyarat yang harus dilakukan

terlebih dahulu untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan

selanjutnya. Uji normalitas menggunakan uji Kolgomorov-Smirnov dengan bantuan program komputer SPSS for Windows ver.20.

Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai

berikut. Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05 data berdistribusi normal,

sehingga analisis selanjutnya menggunakan statistik parametris. Jika harga

sig. (2-tailed) ≤ 0,05 data tidak berdistribusi normal, sehingga analisis selanjutnya menggunakan statistik non parametrik. Hipotesis nol dan

hipotesis alternatif dalam penelitian ini adalah:

𝐻0 : Data tidak berdistribusi normal

𝐻1 : Data berdistribusi normal

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas

Mean Std. Deviasi Kolgomorof Smirnov Z Asymp.Sig.( 2-tailed) Analisis Keterangan Pretest Eksperimen 3,51 1,406 1,377 0,450 Sig>0,05 Distribusi Normal Posttest Eksperimen 8,34 1,214 0,969 0,304 Sig>0,05 Distribusi Normal Pretest Kontrol 3,13 0,906 0,933 0,349 Sig>0,05 Distribusi Normal Posttest Kontrol 6,50 1,266 0,942 0,337 Sig>0,05 Distribusi Normal

Menurut kriteria, semua aspek di atas memiliki nilai signifikansi >

0,05 sehingga semua data berdistribusi normal atau dengan kata lain H0

ditolak dan H1 diterima.

2. Uji Homogenitas

Setelah pengujian normalitas dilakukan, langkah selanjutnya adalah

menguji homogenitas baik data pretest maupun data posttest. Uji homogenitas ini juga merupakan uji prasyarat yang harus dilakukan

sebelum melakukan uji statistik. Kriteria yang digunakan untuk menguji

homogenitas adalah apabila nilai sig. (2-tailed)> 0,05 maka tidak terdapat perbedaan data dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Namun apabila

nilai sig.(2-tailed)≤ 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hipotesis nol dan hipotesis alternatif dalam penelitian ini adalah.

H0 : Varians tidak homogen

H1 : Varians homogen

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas

Levene’s

Test

Sig.(2-tailed) Analisis Keterangan

Pretest 3,551 0,65 Sig > 0,05 Homogen

Posttest 0,000 0,98 Sig > 0,05 Homogen

Dari perhitungan Levene’s Test di atas, nilai signifikansi dari data pretest dan posttest adalah > 0,05 yaitu 0,65 dan 0,98 sehingga semua data dinyatakan homogen. Dengan kata lain H0 ditolak dan H1 diterima.

Uji normalitas dan uji homogenitas telah dilakukan dan hasilnya

semua data berdistribusi normal dan homogen, sehingga aspek-aspek

tersebut akan dianalisis dengan menggunakan statistik parametris. Statistik

parametris yang digunakan adalah Independent Sample t-test atau paired t-test sesuai dengan keperluannya.

Analisis data dilakukan dengan cara menguji data pretest dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol, kemudian membandingkan data pretest ke posttest dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol dan selanjutnya menguji pengaruh perlakuan pada aspek hasil belajar ini.

3. Uji Statistik

3.1 Uji Perbedaan Nilai Rata-rata Pretest

Perbandingan rata-rata pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau tidak dari kedua

rata-rata tersebut. Jika tidak ada perbedaan, maka rata-rata pretest dari kedua sampel ini bisa dilakukan perbandingan karena mempunyai titik

pijak yang sama. Analisis statistik yang digunakan adalah statistik

parametris Independent sample t-test. Analisis statistik dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95%. Kedua rata-rata pretest dikatakan tidak ada perbedaan apabila nilai sig.(2-tailed)> 0,05. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:

H0: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H1: Ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah jika nilai

sig.(2-tailed)>0,05 H0 diterima H1 ditolak atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.10 Hasil Perbandingan rata-rata pretest

Df Sig.(2-tailed) Analisis Keterangan

58 0,213 Sig.> 0,05 Tidak terdapat

perbedaan

Dari tabel di atas, nilai sig.(2-tailed)> 0,05 yaitu 0,213. Jadi H0 diterima dan H1 ditolak atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pretest kelas kontrol dan eksperimen.

3.2 Uji Perbedaan Nilai Rata-rata Pretest ke Posttest

Langkah ini dilakukan untuk melihat apakah ada kenaikan rata-rata

pretest ke posttest baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Analisis data menggunakan analisis parametrik yaitu Paired t-test dengan tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata pretest ke posttest dikatakan memiliki perbedaan yang signifikan apabila nilai sig. (2-tailed) ≤ 0,05. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:

H0: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol

H1: Ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol

Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai

berikut. Jika nilai sig.(2-tailed)>0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pretest ke posttest. Dengan kata lain tidak ada kenaikan yang signifikan yang terjadi antara nilai rata-rata pretest ke posttest. Jika harga sig.(2-tailed) ≤ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pretest ke posttest. Dengan kata lain ada kenaikan yang signifikan yang terjadi antara nilai rata-rata pretest ke posttest.

Hasil perhitungan uji perbedaan rata-rata pretest ke posttest dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.11 Hasil perbandingan rata-rata pretest ke posttest

Kelas Df Sig.(2-tailed) Analisis Keterangan Eksperimen 29 0,000 Sig.< 0,05 Terdapat perbedaan

Kontrol 29 0,000 Sig.< 0,05 Terdapat perbedaan

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi di kelas

eksperimen adalah ≤ 0,05 yaitu 0,000. Maka H0 ditolak dan H1 diterima atau terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pretest ke posttest kelas eksperimen.

Nilai sig.(2-tailed) di kelas kontrol adalah < 0,05 yaitu 0,000. Maka H0 diterima dan H1 ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pretest ke posttest kelas kontrol.

3.3 Uji Pengaruh Perlakuan

Langkah ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan yang

signifikan antara nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan nilai rata-rata posttest kelas kontrol. Analisis perbedaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan PMRI berpengaruh terhadap hasil belajar.

Hasil analisis akan digunakan sebagai titik pijak untuk menarik

kesimpulan apakah hasil penelitian ini menerima atau menolak hipotesis

penelitian.

Analisis statistik menggunakan statistik parametrik yaitu

Independent sample t-test dengan taraf kepercayaan 95%. Kedua nilai rata-rata posttest dikatakan memiliki perbedaan yang signifikan apabila nilai sig.(2-tailed) < 0,05. Hipotesis statistiknya ada 2, hipotesis statistik yang

pertama digunakan untuk melihat ada perbedaan yang signifikan atau tidak

antara nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesisnya yaitu:

H0: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol

H1: Ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol

Hipotesis yang kedua digunakan apabila ada perbedaan yang

signifikan antara nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Melalui hipotesis ini, diketahui kelas mana yang memiliki nilai

rata-rata lebih tinggi. Hipotesis kedua didasarkan pada uji sig.(1-tailed).Hipotesisnya adalah:

H0: Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih rendah dari pada kelas kontrol.

H1: Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.

Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan pada hipotesis

pertama adalah sebagai berikut. Jika nilai sig.(2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima atau terdapat perbedaan yang signifikan antara posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan kata lain perlakuan penggunaan pendekatan PMRI berpengaruh secara signifikan terhadap

prestasi belajar matematika. Jika nilai sig.(2-tailed)>0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolakatau tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan kata lain perlakuan penggunaan pendekatan PMRI tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap prestasi belajar matematika.

Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan pada hipotesis

kedua adalah sebagai berikut. Jika t hitung > t tabel, makaterdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan kata lain, rata-rata posttest kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol. Jika t hitung ≤ t tabel, makatidak terdapat perbedaan yang signifikan antara posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan kata lain rata-rata posttest kelas eksperimen kurang dari kelas kontrol.

Hasil perhitungan nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.12 Hasil Perbandingan nilai rata-rata Posttest ke Posttest

Df t Sig.(2-tailed) Analisis Keterangan

58 5,679 0,000 Sig.< 0,05 Terdapat perbedaan Group Statistics kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean posttest eksperimen 30 8,34 1,214 ,222 kontrol 30 6,50 1,266 ,231

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi ≤ 0,05 yaitu 0,000. Maka pada hipotesis pertama, H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Ttabel untuk distribusi frekuensi 58 adalah 1,672. Pada tabel di atas diketahui t hitung> t tabel yaitu 5,679. Hal ini membuktikan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau dengan kata lain nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata kelas kontrol. Pernyataan

ini didukung dengan Mean kelas eksperimen yang lebih tinggi daripada kelas kontrol.

4.2.2.3 Analisis Data Hasil Belajar Berdasarkan KKM

Nilai-nilai siswa yang telah dihitung rata-ratanya kemudian

dibandingkan dengan nilai KKM yang ada di SD N Berbah 2 yaitu 65.

Berikut ini merupakan daftar nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.13 Nilai Rata-rata Posttest Kelas Eksperimen Siswa Rata-rata KKM (65) 1 7,85 Tuntas 2 7,5 Tuntas 3 7,85 Tuntas 4 7,85 Tuntas 5 6,07 Tidak Tuntas 6 9,64 Tuntas 7 9,64 Tuntas 8 8,21 Tuntas 9 8,21 Tuntas 10 10 Tuntas 11 8,21 Tuntas 12 8,93 Tuntas 13 10 Tuntas 14 8,21 Tuntas 15 10 Tuntas 16 8,21 Tuntas 17 8,21 Tuntas 18 10 Tuntas 19 7,85 Tuntas 20 6,43 Tidak Tuntas 21 10 Tuntas 22 10 Tuntas 23 7,85 Tuntas 24 6,43 Tidak Tuntas 25 8,93 Tuntas 26 8,93 Tuntas 27 8,21 Tuntas 28 6,43 Tidak Tuntas 29 8,21 Tuntas 30 6,43 Tidak Tuntas

Tabel 4.14 Nilai rata-rata Posttest Kelas Kontrol

Siswa Rata-rata KKM (65) 1 7,14 Tuntas 2 5,71 Tidak Tuntas 3 7,14 Tuntas 4 6,78 Tuntas 5 5 Tidak Tuntas 6 6,42 Tidak Tuntas 7 7,14 Tuntas 8 6,78 Tuntas 9 5,71 Tidak Tuntas 10 6,78 Tuntas 11 9,28 Tuntas 12 5,71 Tidak Tuntas 13 7,14 Tuntas 14 5,35 Tidak Tuntas

15 7,85 Tuntas 16 6,78 Tuntas 17 5,35 Tidak Tuntas 18 10 Tuntas 19 5,71 Tidak Tuntas 20 5 Tidak Tuntas 21 6,42 Tidak Tuntas 22 5,35 Tidak Tuntas 23 6,42 Tidak Tuntas 24 5,71 Tidak Tuntas 25 6,78 Tuntas 26 5 Tidak Tuntas 27 6,78 Tuntas 28 8,92 Tuntas 29 5 Tidak Tuntas 30 5,71 Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang lulus KKM dan yang tidak lulus KKM dari kelas

eksperimen maupun kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.15 Hasil perhitungan persentase KKM

Kelas Tuntas KKM Tidak tuntas KKM

Eksperimen 83,3% 16,7%

Kontrol 46,6% 53,4%

Hasil perhitungan persentase KKM kelas eksperimen dan kelas

kontrol dapat dilihat pula pada diagram berikut ini.

Gambar 4.4 Persentase ketuntasan KKM di kelas eksperimen

83,30% 16,70%

Dokumen terkait