• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Pengadaan Barang Dan Jasa Secara

BAB VI ANALISIS DATA

VI.1 Analisis Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Pengadaan Barang Dan Jasa Secara

Dalam penelitian ini, evaluasi pelaksanaan kebijakan pengadaan barang dan jasa secara e-procurement diukur dari data-data temuan di lapangan yang telah diklarifikasi sebelumnya ke dalam indikator-indkator dalam teori evaluasi kebijakan publik. Kemudian indikator-indikator tersebut dianalisis untuk mengonfirmasi jawaban informan dengan data sekunder. Adapun indikator-indikator yang digunakan peneliti adalah efektivitas, efisiensi, kecukupan, pemerataan, rensponsivitas, dan ketepatan.

1. Efektivitas

Indikator efektivitas digunakan untuk melihat apakah hasil dari suatu program yang sudah terlakasana sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Atau dengan kata lain, adakah keterkaitan antara hasil yang ada dengan hasil yang diharapakan sesuai tujuan? Dapat diketahui bahwa tujuan dari pelaksaan kebijakan pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-procurement) adalah

meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan meminimalisir KKN sehingga memudahkan dalam memenangkan setiap proyek.

Sebuah program akan efektif bila para pelaksana program memahami tujuan yang dibuatnya kebijakan tentang e-procurement. Program dikerjakan tentu karena melihat sebuah tujuan, itulah visi dan misi program, demi kepentingan publik. Pemerintah mengharapkan dengan melaksanakan kebijakan ini pemakaian anggaran dapat diminimalisir sehingga anggaran yang lebih dapat digunakan untuk kegitan pemerintah lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengadaan barang dan jasa sudah berjalan dengan baik karena dapat membantu penyedia barang dan jasa dalam memenangkan proyek sehingga adanya persaingan usaha yang sehat, pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkan pemerintah dapat terealisasi dengan cepat. Penilaian kelompok sasaran terhadap kebijakan e-procurement sangat baik, memudahkan pekerjaan, adanya persaingan usaha yang sehat. Rekanan merespon baik karena dengan sistem elektronik adanya kepercayaan yang penuh kepada pegawai/petugas dalam mengevaluasi dan memilih pemenang karena prosesnya transparansi dan akuntabel.

Berdasarkan hasil penelitian semua informan mengerti dan memahami tujuan dari kebijakan e-procurement yang salah satunya adalah meningkatkan transparansi dan akuntabel. Tujuan besar dari e-procurement yakni mensejahterakan bangsa belum sepenuhnya terlaksana tetapi pengadaan yang transparan dan akuntabel sudah terlaksana terbukti semua pihak dapat mengakses di aplikasi LPSE, yang mempunyai usaha dalam bidang penyedia barang dan

usaha yang memiliki username dan password dan tentunya sudah terdaftar di LPSE dapat mengikuti tender yang tersedia.

2. Efisiensi

Efektivitas dan efisiensi sangat berhubungan. Ukuran efisiensinya suatu program dalam kebijakan publik dilihat dari penggunaan sumber daya yang optimum sehingga suatu tujuan tertentu akan tercapa. Baik itu sumber daya manusia (tenaga) sumber daya alam, maupun sumbeer daya modal. Hal yang paling ditunjukkan adalah usaha-usaha sumber daya dalam mencapai hasil yang diinginkan.

Berdasarkan hasil penelitian usaha pemerintah untuk mencapai transparansi dan akuntabel adalah dengan terus dikembangkannya dan dikelola oleh LKPP sistem e-procurement dan terus melakukan pelatihan-pelatihan untuk melatih pegawai/petugas dan juga para penyedia barang dan jasa.

Untuk pegawai/petugas tidak ada standar khusus yang ditetapkan oleh LKPP, tetapi harus berkompeten di setiap bidangnya. Untuk kelompok kerja di ULP memiliki syarat salah satunya harus memiliki sertfikat sebagaimana diatur pada Perpres No. 54 Tahun 2010 pasal 17. Dari non manusianya, standar LPSE saaat dibentuk sangat rendah. LKPP tidak memberikan standar yang rumit. Pada tahun 2008 lpse tidak perlu ada kantor tapi di tahun 2012 naik standarnya unsur-unsurnya harus dipenuhi seperti admin, verifikator, trainernya dan helpdesknya.

Ada dua tipe LPSE yakni lpse sistem provider dan lpse service provider. Service provider adalah lpse tanpa peralan seperti server, komputer, jaringan hanya menyediakan pelayanannya saja. Sistem provider mempunyai perangkat.

Yang pertama memiliki sistem provider di pulau Nias adalah Kota Gunungsitoli di tahun 2013, kabupaten lain sebagai service provider dan bergabung di provinsi. Lkpp tidak menetapkan standar tetapi umtuk meningkatkan pelayan publik lkpp menginstruksikan mulai tahun 2014 untuk memiliki standar ISO dan SNI tetapi belum diwajibkan. Standar manusia sekarang sudah memenuhi standar, untuk di tahun 2012-2013 belum memenuhi standar dikarenakan petugas/pegawai mempunyai pekerjaan lebih dari satu. Saat ini udah bekerja sesuai tupoksi”

Berdasarkan Perpres No. 54 Tahun 2014 pasal 17 kepala bagian dan sub bidang tidak ada standar khusus yang ditentukan tetapi khusus untuk anggota kelompok kerja memiliki syarat atau standar yakni memiliki integritas, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas, memahami pekerjaan yang diadakan, memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas ULP/ Pejabat Pengadaan yang bersangkutan, memahami isi dokumen, metode dan prosedur pengadaan, tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat yang menetapkan sebagai anggota ULP/ pejabat pengadaan, memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang dan jasa sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan, dan menandatangani Pakta Integritas.

Anggaran pemerintah Kota Gunungsitoli digunakan 13 juta/bulan untuk biaya jaringan. Fasilitasnya belum memadai karena belum ada ruangan training dan ruangan adminsitrasi. Biaya yang dibutuhkan untuk ULP adalah biaya pengembangan sumber daya yakni pelatihan dan fasilitas yang digunakan adalah jaringan yang memadai, komputer dan ATK, saat ini sudah memadai. Untuk rekanan juga tidak mengeluarkan biaya yang sangat besar, hanya biaya scan

berkas yang dibutuhkan dan biaya jaringan. Disaat manual banyak biaya yang dikelurakan yakni biaya memperbanyak dokumen, biaya jaringan dan biaya perjalanan karena penyedia harus datang dimana lelang diadakan.

3. Kecukupan

Indikator kecukupan masih erat kaitannya dengan efektivitas. Program bisa dikatakan efektif apabila produktivitas atau ketersediaan sarana telah ada dan dapat mencapai tujuan. Akan tetapi, diperlukan penilaian apakah tujuan yang sudah tercapai benar-benar mencukupi kebutuhan dalam berbagai hal.

Berdasarkan hasil penelitian kebijakan dapat membantu mengatasi masalah meminimalisir KKN, meminimalisir kecelakaan di perjalanan karena saat manual penyedia harus datang ke daerah dimana lelang akan dilaksanakan untuk melihat pengumuman, mengantar dokumen dan memasukkan penawaran. Semua dokumen tidak dapat direkayasa, dan memudahkan untuk mengikuti lelang.

Penggunaan aplikasi masalah ketidakpercayaan kepada pegawai/petugas yakni adanya mementingkan atau memenangkan salah satu pihak, tidak ada lagi anggapan yang seperti itu. Saat ini rekanat atau penyedia benar-benar menikamati transparansi dan akuntabilitas terbukti peserta rekanat/penyedia meningkat dalam mengikuti lelang setiap paket. Sudah dinikmati oleh rekanat dalam perspektif pegawai. Peserta rekanat meningkat dalam mengikuti lelang setiap paket dan tidak lagi ada pertanyaan dari rekanat kapan ada lelang dan siapa pemenangnya karena saat manual sistemnya tertutup.

4. Perataan

Dalam kebijakan publik dapat diartikan dengan keadilan yang diberikan dan diperoleh oleh sasaran kebijakan publik. Keadilan yang bisa tampak yaitu jumlah biaya yang diterima kelompok sasaran dan juga manfaat dari hasil program yang terlaksana. Masyarakat butuh kesamarataan atas segala sesuatu yang diterima dari pemerintah berfungsi untuk melayani kebutuhan publik secara adil.

Berdasarkan ke enam rekanan atau penyedia barang dan jasa juga menyatakan bahwa kebijakan sangat bermanfaat bagi usaha mereka. Mereka mendapatkan pekerjaan karena ada kepastian, mengetahui info lelang secara detail dan terkoodinir dengan baik, dokumen aman kerana disaat manual bisa saja ada pihak yang berkepentingan membuka kotak penawaran untuk mengurangi berkas yang dikumpulkan.

Dari ke enam rekanan, lima orang mengatakan bahwa mereka dapat mengakses dan menggunakan aplikasi atau sistem dan satu orang yang belum bisa. Sudah ada pelatihan dari lpse dan ulp untuk menggunakan aplikasi. Misalnya ada pembaharuan atau format baru tetap diinformasikan dan dbantu pihak ULP dan LPSE

Pendapat dari petugas mengenai apakah semua rekanat dapat mengakses aplikasi atau sistem yang ada adalah untuk mengakses aplikasi, rekanat belum semua bisa mengakses aplikasi karena sumber dayanya dalam penguasaan yang kurang. Solusi dari LKPP, saat perusahaan mendaftar sebagai rekanat, perusahan

harus mempunyai admin. Upaya pemerintah daerah adalah melaksanakan pelatihan di bulan Januari dan Desember.

5. Responsivitas

Mengandung maksud adanya tanggapan sasaran kebijakan publik atas penerapan suatu kebijakan. Rensponsivitas tidak hanya berupa sikap menerima, tetapi juga penolakan dan kritikan merupakan respon yang berasal dari kelompok sasaran penerima kebijakan. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebenarnya responsivitas masyarakat adalah hal utama.

Berdasarkan penelitian tanggapan terhadap kebijakan , semua rekanan memberikan tanggapan yang positif terhadap kebijakan ini karena sangat bermanfaat bagi usaha mereka, salah satunya tidak ada pengangguran, semua rekanat dapat mengikuti lelang baik yang dilaksanakan di Pulau Nias maupun di seluruh Indonesia. Semua rekanat memiliki kendala yang sama, kendalanya adalah jaringan yang terganggu dan pemadaman lisitrik. Salah seorang rekanan pernah mengalaminya dan akhirnya batal mengikuti tender. Karena waktu yang diberikan untuk memasukkan penawaran hanya 24 jam, penambahan waktu itu harus ada persetujuan dari LKPP

Pihak LPSE kepada rekanat menyatakan “sudah melayani dengan SOP, sudah menerima karena itu tugas dari LPSE menerima keluhan para rekanat.

Permasalahan diselesaikan secara bersama dengan petugas LPSE. Misalnya tidak bisa bisa diselesaikan, dilakukan eskalasi permasalahan kepada LKPP. Hal ini juga dibenarkan ketika penulis menanyakan hal yang sama kepada rekanat, pelayanannya sudah baik, misalnya ada kesusahan dalam memasukkan dokumen,

mendaftarkan perusahaan baru ataupun di tempat lain jaringan bermasalah, datang ke kantor LPSE dan dibantu.

Tanggapan pihak pegawai/petugas tentang dampak kebijakan kepada rekanat dan kepada pegawai/petugasnya adalah adanya persaingan ketat, karena penawaran setiap rekanat tidak bisa dilihat oleh siapa pun, hanya pada jadwalnya yang telah ditetapkan bisa terbuka, tidak ada pihak yang dirugikan. Saat manual panitia dapat membuka tawaran setiap perusahan sehingga dapat terjadi kolusi dan nepotisme.

Dampaknya kepada pegawai/petugas adalah pegawai/petugas aman dan nyaman dalam melaksanakan tugas, tidak ada lagi intervensi dari pimpinan untuk memenangkan salah satu pihak untuk kepentingan rekanat dan pemimpin. Saat manual ada banyak intervensi dari pimpinan untuk memanangkan salah satu pihak dengan melakukan kecurangan. Saat ini tidak terjadi lagi karena semua diatur dalam sistem dan itu transparansi. Pegawai/petugas dapat mempertanggung jawabkan segala proses lelang yang diadakan.

6. Ketapatan

Indikator ketepatan dinilai dengan kembali melihat tujuan awal dari suatu kebijakan kepada kelompok sasaran. Kesesuaian antara tujuan yang diharapkan dengan hasil dari pelaksanaanprogram adalah keberhasilan program tersebut.

Tujuan-tujuan semula akan nampak pada hasil yang sudah nyata di depan mata.

Apakah tujuan tersebut telah terwujud di dalam pelaksanaan program dan sesuai dengan ekspektasi para pembuat program.

Kriteria ketepatan saling berhubungan dengan kriteria lainnya mulai dari efektivitas dan efisiensi, kecukupan dan pemerataan, serta rensponsivitas.

Kesemuanya akan memberikan jawaban atas implementasi program yang dikerjakan. Suatu program menjadi sia-sia bila tidak dapat mencapai tujuan yang diharapkan dan perlu dicari tahu apa yang menjadi kesalahan dari implementasinya.

Semua mengatakan bahwa kebijakan ini dibutuhkan di dunias usaha khususnya bagi penyedia barang dan jasa dan sangat membantu dalam memenangkan lelang karena semua punya kesempatan untuk menang, meminimalisir KKN, transparansi dan akuntabilitas, dan harapan sebagai rekanat supaya aplikasi terus dikembangkan dan memperbanyak pelatihan. Kebijakan ini tepat sasaran, lebih beruntung menggunakan aplikasi ini.

Pegawai/petugas juga berharap aplikasi ini dikembangkan, E-planning dan E-Contract dapat menjadi kebijakan nasional sehingga di bagian pengadaan barang dan jasa pemerintah tidak terjadi lagi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. E-planning dan E-Contract masih belum menjadi kebijakan nasional, hanya beberapa provinsi yang melaksanakannya sebagai uji coba.

VI.2 Analisis Dampak Pelaksanaan Pelaksanaan Kebijakan Pengadaan