• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.2 Hasil Penelitian Terdahulu

5Jurnal 1

Penerapan Dalam Proses Pengadaan Barang/Jasa Di Kabupaten Malang (Studi Pada Bidang Asset Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Malang)

Oleh Amelia Iftitah Damayanti, Tjahjanulin Domai, Abdul Wachid

5 Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 139-146

Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang

e-mail: Queen_theeta@yahoo.com

1. Tujuan Penelitian : Mengetahui bagiamana penerapan dalam proses pengadaan barang dan jasa di Kabupaten Malang di Bidang Asset Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keaungan Dan Asset Kabupaten Malang.

2. Metode Penelitian : Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian kualitatif pendekatan deskriptif

3. Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka secara garis besar peneliti menyimpulkan :

a. Mekanisme pada pengadaan barang/jasa secara elektronik yaitu e-Procurement menggunakan tata cara yang efektif bagi para pegawai khususnya di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset (DPPKA) Kabupaten Malang, mengingat tata cara pada e-Procurement tersebut lebih menghemat waktu serta biaya.

b. Kemudian untuk proses pengawasan, monitoring serta evaluasi pengadaan barang/jasa melalui yang dilaksanakan oleh DPPKA khususnya bidang asset dilakukan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang diperantarai oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) sudah berjalan dengan baik dengan diadakannya kegiatan tersebut disetiap akhir tahun.

c. Dalam penerapan berdampak pada proses pengadaan barang/jasa.

Dampak yang ditimbulkan adalah dampak positif yang sangat membantu para pegawai khususnya panitia pengadaan barang/jasa

dalammelaksanakan tugasnya, sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.Kemudian dampak negatif untuk pihak rekanan yaitu adanya sebagian rekanan yang belum memahami dan biasa menggunakan sistem elektronik utamanya menggunakan internet.

Kendala dalam pengadaan barang/jasa melalu adalah:

a. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) Khususnya Panitia Pengadaan Yang Tidak Mengerti Tentang Sistem Elektronik;

b. Sistem Aplikasi Pelaksanaan e-Procurement Yang Kurang Berfungsi Dengan Baik.

6Jurnal 2

Efektivitas Dalam Pengadaan Barang/Jasa (Studi terhadap Penerapan dalam Pengadaan Barang/Jasa di Kabupaten Bojonegoro)

Oleh Arindra Rossita Arum Nurchana, Bambang Santoso Haryono, Romula Adiono

Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang

E-mail: renataputri12@gmail.com

1. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui tingkat efektivitas dalam pengadaan barang dan jasa di kabupaten Bojonegoro.

2. Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

6 Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 2, Hal. 355 -359

3. Hasil penelitian : Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka secara garis besar peneliti menyimpulkan :

a. Di Kabupaten Bojonegoro dapat dikatakan kurang efektif. hal ini dikarenakan bahwa terdapat satu tujuan yang belum tercapai secara maksimal, yaitu peningkatan persaingan usaha yang sehat.

b. Di Kabupaten Bojonegoro, telah ditemukan adanya indikasi peluang “main mata”. Indikasi tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi nilai keefektifan penerapan dalam pengadaan barang/jasa.

c. Diperlukan pengawasan atau pemantauan yang intensif dari masyarakat dan LSM seperti ICW (Indonesia Corruption Watch). Perlunya pengawasan masyarakat dan LSM tersebut, karena dua aktor tersebut memiliki peran yang dianggap paling bagus dan netral dalam pengadaan barang/jasa, sehingga tujuan nantinya dapat berjalan dengan baik dan tanpa ada kecurigaan.

Jurnal 3

Evaluasi Electronic-Procurement Dalam Sistem Pengadaan Barang dan Jasa di Pemerintah Kota Surabaya

Oleh Sherlya Ayu Nidya Sari

1. Tujuan Penelitian : Mengetahui manfaat maupun dampak penggunaan Electronic-Procurement Dalam Sistem Pengadaan Barang dan Jasa di Pemerintah Kota Surabaya.

2. Metode penelitian : Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

3. Hasil penelitian : Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka secara garis besar peneliti menyimpulkan : Pelaksanaan di Pemerintah Kota Surabaya berdasarkan dengan konsep Weiss tentang evaluasi mengandung unsur penting. Terdapat 4 (empat) unsur penting dalam evaluasi menurut Weiss antara lain : Untuk mengukur dampak (to measure the effects) dengan bertumpu pada metodologi riset yang digunakan, Dampak (effects) tadi menekankan pada suatu hasil (outcomes) dari efisiensi, kejujuran, moral yang melekat pada aturan-aturan atau standar, Perbandingan antara dampak (effects) dengan tujuan (goals) menekankan pada penggunaan kriteria (criteria) yang jelas dalam menilai bagaimana suatu kebijakan telah dilaksanakan dengan baik, Memberikan kontribusi pada pembuatan keputusan selanjutnya dan perbaikan kebijakan pada masa mendatang sebagai tujuan sosial (the social purpose) dari evaluasi.

Pelaksanaan dalam sistem pengadaan barang dan jasa mempunyai faktor pendukung dan penghambat. Pelaksanaan mempunyai faktor pendukung yakni ada faktor teknis maupun non-teknis, yang dimaksud faktor teknis disini meliputi server, kapasitas server serta bandwitch, sedangkan non-teknis disini meliputi, lingkungan , persons disini dimaksud adalah mempunyai spesifikasi lulusan informatika, selain itu adanya spesifikasi admin dari pihak LPSE.

Selain terdapat faktor pendukung dalam pelaksanaan terdapat beberapa faktor yang menjadi kendala-kendala ataupun menjadi faktor penghambat selama proses pelaksanaannya yakni: Penyedia barang dan jasa masih banyak yang belum memahami alur sistem Full Electronics, Penyedia barang dan jasa masih banyak yang belum memahami bahwa di Pemerintah Kota Surabaya

merupakan suatu aplikasi desktop yang berarti bahwa keberhasilan ataupun kegagalan proses pemasukan penawaran tergantung pada kondisi desktop masing-masing, Tingkat kelalaian yang sangat tinggi dalam penggunaan password dan kunci kerahasiaan lainnya oleh user, Kelompok kerja belum sepenuhnya dapat mengikuti range jadwal state lelang tepat waktu sesuai dengan apa yang ditetapkan, Keterlambatan psroses berita acara Aanwijzing dan Addendum, Ketersediaan fasilitas koneksi internet dan fasilitas pendukung lainnya masih sangat terbatas untuk penyedia barang dan jasa di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya, Terbatasnya bandwitch yang menyebabkan kegagalan dalam aplikasi .

7Jurnal 4

Jurnal Adiministrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 2, Hal 344-349

Akuntabilitas Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Melalui Sistem (Studi Pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik Pemerintah Kabupaten Kediri)

Oleh Qori Lusi Pratiwi, Choirul Saleh, Abdul Wahid

Jurusan Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang

E-mail: qorylusy@gmail.com

1. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui tingkat akuntabilitas dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui sistem di Layanan Pengadaan Secara Elektronik Pemerintah Kabupaten Kediri.

7 Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 2, Hal. 355 -359

2. Metode Penelitian : Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan hanya dibatasi pada dua fokus penelitian, yaitu: (1) Akuntabilitas administratif dan akuntabilitas profesional sebagai bagian dari akuntabilitas publik; (2) Faktor pendorong dan Faktor penghambat akuntabilitas publik dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.

3. Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka secara garis besar peneliti menyimpulkan : Sistem pengadaan barang/jasa secara elektronik dapat meminimalisir terjadinya KKN jika dijalankan sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dan dengan berpedoman pada SOP LPSE. Akuntabilitas administratif LPSE Kabupaten Kediri dilaksanakan dengan berpedoman pada SOP LPSE yang disusun oleh LKPP sedangkan akuntabilitas profesional ditujukan dari jumlah pegawai LPSE yang memiliki sertifikat pengadaan. Mekanisme pengawasan akuntabilitas dilakukan dengan menggunakan aplikasi e-Audit oleh APIP yang dibentuk oleh LKPP pusat.

Jurnal 5

Evaluasi Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Secara Elektronik ( E-Procuremen Pada Lpse Kementerian Keuangan

Oleh Sitih Patimah Nasution(1006791814)

Fakultas Ekonomi Program Magister Perencanaan Dan Kebijakan Pablik ( Jakarta Juli 2012 )

1. Tujuan Penelitian : menyelidiki presepsi pelaku pengdaaan barang dan jasa pemerintah terhadap pelaksanaan e-procurement dalam mewujudkan tujuan

dari e-procurement yang diatur dalam pasal 107 peraturan presiden ri no. 54 tahun 2010.

2. Metode penelitian : Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif.

Variabel penelitian:

1. transparansi; mengukurjelas dan diketahui secara luasnya ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang dan jasa pemerintah.

2. Akutanbilias; mengukur kesesuaian pelaksanaan e-procuremnt dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan pengadaan barang dan jasa pemerintah

3. Akses pasar dan persaigan yang sehat; mengukur peningkatan akses pasar, perolehan barang dan jasa dengan harga yang kompetitif, dan tidak ada intervensi yang menganggu.

4. Evesiensi proses pengadaan; mengukur pengurangan biaya dan waktu proses pengadaan barang dan jasa pemerintah.

5. Dukungan prose s monitoring dan audit; mengukur kemudahan monitoring dan audit.

6. Akses informasi yang real time; mengukur pemenuhan kebutuhan akses informasi yang real time.

3. Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka secara garis besar peneliti menyimpulkan :

1. di Indonesia, khususnya pada LPSE Kementerian Keuangan baru diterapkan untuk pengadaan barang dan jasa pemerintah yang dilakukan

dengan cara E-Tendering. Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap di instansi kementerian keuangan seluruh indonesia.

2. Standard Operational Procedur (SOP) sendiri masih mengikuti ketentuan pengadaan manual sehingga terkesan kalau di indonesia baru sampai pada tahap mengelektronikkan pengadaan manual.

3. dapat meningkatkan transparansi pengadaan barang dan jasa pemerintah disetujui oleh panitia dan penyedia barang dan jasa pemerintah. Namun masih terdapat beberapa permasalahan di dalamnya, yaitu pada tahap aanwizjing belum di maksimalkan oleh panitia dan penyedia sebagai sarana komunikasi serta proses penilaian pada tahap evaluasi yang masih manual.

4. meningkatkan akuntabilitas pengadaan barang dan jasa pemerintah disetujui oleh panitia dan penyedia barang dan jasa pemerintah. Indikator akuntabilitas dibuat dengan menuangkan ketentuan-ketentuan dalam Perpres No.54 tahun 2010 dan Perka LKPP No.1 tahun 2011 dalam sistem.

Beberapa temuan sehubungan dengan peningkatan akuntabilitas adalah kurangnya pemahaman panitia dan penyedia atas ketentuan yang berlaku.

5. meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat bagi kalangan usaha disetujui oleh panitia dan penyedia pengadaan barang dan jasa pemerintah pada LPSE. Kementerian keuangan: dapat diikuti oleh semua penyedia berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas serta memberikan kesempatan kepada usaha kecil, menengah, dan perusahaan lokal serta pelaksanaan yang bisa membuat persaingan harga penawaran semakin ketat dan tidak bisa intervensi pihak lain dalam proses pengadaan.

Masalah yang masih ada pada akses pasar dan persaingan usaha masih terjadinya lelang ulang karena kurang/ tidak adanya penyedia.

6. dengan karakteristiknya sebagai sistem yang berbasis web mengubah proses bisnis pengadaan barang dan jasa pemerintah dengan bantuan teknologi, sehingga meningkatkan efisiensi waktu dan biaya dalam proses pengadaan barang dan jasa pemerintah. Masukan dari panitia maupun penyedia menyatakan bahwa proses aanwizjing masih belum efisien sebagai media untuk menjelaskan tentang pengadaan yang dilakukan serta masih ada panitia dan penyedia yang belum sepenuhnya sadar bahwa procurement harus diimbangi dengan perubahan mind set atas proses pengadaan itu sendiri.

7. mendukung proses monitoring dan audit proses pengadaan disetujui oleh panitia dan penyedia. Semua proses pengadaan dan alur dokumen serta sistem administrasi telah tersistematis sehingga memudahkan monitoring serta audit bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Dari sisi panitia sebagai pelaksana pengadaan menganggap memberikan keamanan dan kemudahan dalam monitoring dan audit sepanjang mengikuti prosedur dan aturan yang telah ditetapkan.

8. dengan sistemnya dapat memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time. Proses pengadaan barang dan jasa yang mempunyai batasan waktu yang sangat padat memerlukan suatu sarana untuk menyalurkan informasi secara cepat dan tepat. Kendala utama dari adalah infraksturktur komunikasi yang menjadi tulang punggung sistem tersebut.