• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG DAN JASA SECARA ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) DI KOTA GUNUNGSITOLI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG DAN JASA SECARA ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) DI KOTA GUNUNGSITOLI"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG DAN JASA SECARA ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) DI

KOTA GUNUNGSITOLI

(Studi Kasus Pada Kantor LPSE Kota Gunungsitoli)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi

Negara

Disusun Oleh:

Hasmarini Ariestin Waruwu 130903087

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini diajukan untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh : Nama : Hasmarini Ariestin Waruwu

NIM : 130903087

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Evaluasi Dampak Kebijakan Pengadaan Barang Dan Jasa Secara Elektronik (E-Procurement) Di Kota Gunungsitoli (Studi Kasus Pada Kantor LPSE Kota Gunungsitoli

Dosen Pembimbing

Drs. M. Ridwan Rangkuti, M.Si Nip. 196110041986011011

Medan,

Ketua Departemen Ilmu Admnistrasi Negara

Dr. Tunggul Sihombing, MA Nip. 196203011986031027

Wakil Dekan

Husni Thamrin, S.Sos, M.SP Nip. 197203082005011001

(3)

ABSTRAK

EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG DAN JASA SECARA ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) DI KOTA

GUNUNGSITOLI

(STUDI KASUS PADA KANTOR LPSE KOTA GUNUNGSITOLI) Nama : Hasmarini Ariestin Waruwu

NIM : 130903087

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Dosen Pembimbing : Drs. M. Ridwan Rangkuti M.Si

Dengan kemajuan teknologi informasi pemerintah Republik Indonesia memanfaatkan untuk mewujudkan pemerintahann yang bersih (clean governance) dan menerapkan tata kelola yang baik. Adanya Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sehingga diterapkannya E- Procurement yang memberikan keuntungan yang bisa dimanfaatkan oleh pengguna maupun penyedia lelang elektronik yaitu: proses lelang yang lebih cepat, hemat waktu dan biaya karena tidak harus menyerahkan dokumen administrasi lelang yang biasanya bertumpuk-tumpuk.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaaan pengadaan barang secara elektronik dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dan mengetahui dampak input dan output pelaksanaan pengadaan barang dan jasa secara elektronik terhadap kelompok sasaran. Penelitian ini juga memberikan beberapa saran dan rekomendasi yang bermanfaat bagi Pemerintah Kota Gunungsitoli, khusunya kegiatan LPSE, agar mencapai target dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas sehingga tujuan besar dari E-Procurement yakni mensejahterakan bangsa dapat tercapai.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian ekplanasi dengan analisis data kualitatif dengan menggunakan 6 (enam) variabel indikator evaluasi menurut Willian N. Dunn, yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas dan ketepatan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan pengumpulan data sekunder. Wawancara dilakukan dengan 6 (enam) orang pegawai/ petugas dan 6 (enam) orang rekanan (penyedia barang dan jasa) yang terdaftar di LPSE.

Dari hasil analisis data diperoleh beberapa kesimpulan penting dalam penelitian ini. Bahwa pelaksanaan kebijakan E-Procurement telah transparansi dan akuntabilitas karena semua kegiatan diatur dalam aplikasi dimulai dari pengumuman lelang sampai pada pengumuman pemenang. Indikator yang lebih berpengararuh adalah efektivitas dan ketepatan.

Kata Kunci (Keywords) : Evaluasi Kebijakan, Indikator Evaluasi William N.

Dunn, E-Procrement, LPSE, Kota Gunungsitoli

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, dan ketekunan kepada penulis selama masa penyelesaian skripsi yang berjudul “Evaluasi Dampak Kebijakan Pengadaan Barang Dan Jasa Secara Elektronik (E-Procurement) Di Kota Gunungsitoli Studi Pada Kantor LPSE Kota Gunungstoli”. Adapun penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Sebagai satu karya ilmiah, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena it, penulis mengharapkan adanya kritik maupun saran yang sifatnya membangun demi perbaikan skripsi ini.

Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, semangat dan dorongan, baik itu secara moral maupun secara materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih sedalam-dalamnya kepada pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pengerjaan skripsi ini. Skripsi ini penulis dedikasikan untuk semua pihak yang telah banyak membantu, yaitu:

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si.

2. Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Bapak Dr. Tunggul Sihombing M.A

(5)

3. Kepada Ibu Dra. Asima Yanti S. Siahaan, MA, P.hD selaku sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU Dan Kepada Ibu Dra.

Elita Dewi, MSP selaku dosen pembimbing akademik

4. Kepada Bapak Drs. M. Ridwan Rangkuti selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu meluangkan waktu dan memberikan masukan yang membangun dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

5. Kepada Bapak Drs. Kariono M.Si selaku dosen penguji seminar proposal.

6. Seluruh dosen di Departemen Ilmu Admnistrasi Negara FISIP USU yang telah memberikan banyak ilmu selama perkuliahan.

7. Staff administrasi di Departemen Ilmu Admnistrasi Negara FISIP USU, khusus untuk kak Mega dan Kak dian serta.. yang telah banyak membantu penulis dalam urusan administrasi.

8. Kepada Bapak Walikota Gunungsitoli, Bapak Sekretaris Daerah Ir.

Agustinus Zega, Kepala Bagian Adm. Pembangunan Sekaligus Selaku Ketua LPSE Karman Sinaga, Kepala Bagian Unit Layanan Pengadaan Manahat Fraser Napitupulu, SKM, Bang Indra Juang Putera Hulu, S.Kom, Bang Kristof Temana Laowo dan seluruh pegawai yang telah berbaik hati dalam memberikan izin dan data yang dibutuhkan penulis.

9. Untuk rekanan atau penyedian barang dan jasa yang telah bersedia menjadi narasumber untuk menyelesaikan penelitian ini.

10. Untuk kedua orangtua saya, Bapak (Haogomano Waruwu) dan Mama (Samaria Zega) yang telah membesarkan, mendidik, menyekolahkan dan selalu mengasihi serta senantiasa memberikan doa, dorongan, materil selama studi. Terimakasih sedalam-dalamnya untuk semua pengorbanan

(6)

dan semoga diberikan umur yang panjang dan kesehatan dan perlindungan dari Tuhan Yesus Kristus.

11. Untuk abang sulung Iyarman, SH dan Kakak Laura Sylvia Johanna, abang Wawan Bena Arif Calon SH Dan Kakak Enda Aginta Ginting, Keponakan Kevin, Ayu Waruwu, terimakasih untuk doa, dukungan dan materil selama studi.

12. Untuk keluarga besar Waruwu Idanogawo dan Keluarga besar Zega Lolomoyo terimakasih doa dan dukungannya.

13. Kepada teman-teman Badan Pengurus Harian dan seluruh anggota Generasi Muda Nias, terimakasih untuk doa, dukungan, tanggung jawab serta kebaikan kalian selama penulis di organisasi ini.

14. Untuk Ratakan Laia calon S.Psi, terimakasih sudah banyak membantu dan meluangkan waktu untuk terus menemani penulis, tempat bercerita, selalu sabar dan memberikan doa serta dukungan kepada penulis selama pengerjaan skripsi.

15. Untuk kakak pembina di organisasi dan gereja, adek-adek binaan, “ciwi- ciwi Mandolin dan “gadis-gadis terompet, terimakasih untuk doa, semangat dan dorongan selama pengerjaan skripsi.

16. Untuk sabahat Siti Rahmadani Hasibuan, sahabat SD, sahabat SMP, sahabat SMA, teman-teman PKL Sarimanis, Purnama dkk, Yuyun dkk, terimakasih untuk doa, dorongan selama pengerjaan skripsi.

17. Kepada seluruh teman-teman AN 2013 “AN satu, AN jaya” yang selalu menemani penulis selama masa perkuliahan, terimakasih untuk kebersamaan kita setiap harinya.

(7)

18. Kepada guru-guru SD Luaha Bouso, guru-guru SMP dan SMA Swasta Lentera Harapan, terimakasih untuk ilmu yang diberikan selama sekolah.

19. Kepada semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi yang tidak penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terimakasih.

Medan, April 2017 Penulis

Hasmarini Ariestin Waruwu NIM: 130903087

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

...

i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR BAGAN ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAK ... ix

BAB IPENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Rumusan Masalah ... 6

I.3 Tujuan Penelitian ... 6

I.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 8

II.1 Kerangka Teori ... 8

II.1.1 Kebijakan Publik ... 8

II.1.2 Proses Kebijakan Publik ... 10

II.1.3 Implementasi Kebijkan ... 11

II.1.3.1 Pengertian Implementasi Kebijakan ... 11

II.1.4 Evaluasi Kebijakan ... 12

II.1.4.1 Pengertian Evaluasi Kebijakan ... 12

II.1.4.2 Tujuan Evaluasi ... 13

II.1.4.3 Pendekatan Terhadap Evaluasi ... 14

II.1.4.4 Indikator Evaluasi ... 14

(9)

II.1.4.5 Metode Evaluasi ... 15

II.1.4.6 Model Evaluasi Yang Digunakan Peneliti ... 16

II.2 Hasil Penelitian Terdahulu ... 16

II.3 Kebijakan Pengadaan Barang Dan Jasa ... 16

II.3.1 Transparansi ... 25

II.3.2 Akuntabilitas ... 26

II.3.3 Pengertian Electronic Government ... 27

II.3.3.1 Pengertian Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Secara Elektronik (E-Procurement) ... 28

II.3.3.2 Dasar Hukum E-Procurement ... 29

II.3.3.3 Jenis-Jenis E-Procurement ... 30

II.3.3.4 Tujuan Dan Manfaat Dari Pengadaan Barang Dan Jasa Secara Elektronik (E-Procurement) ... 30

II.3.3.5 Prinsip-Prinsip Pengadaan Barang Dan Jasa Secara Elektronik (E- Procurement) ... 32

II.4 Definisi Konsep ... 33

II.5 Definisi Operasional ... 35

II.6 Sistematika Penulisan ... 36

BAB IIIMETODE PENELITIAN ...38

III.1 Bentuk Penelitian ... 38

III.2 Lokasi Penelitian ... 38

III.3 Informan Penelitian ... 38

III.4 Teknik Pengumpulan Data ... 39

III.5 Teknik Analisis Data ... 40

BAB IVGAMBARAN UMUM ...42

IV.1 Sejarah Kota Gunungsitoli ... 42

(10)

IV.2 Profil Kota Gunungsitoli ... 45

IV.3 Tugas ULP (Unit Layanan Pengadaan ... 49

BAB V PENYAJIAN DATA ...53

1. Indikator efektivitas ... 54

2. Indikator efisiensi ... 55

3. Indikator kecukupan ... 58

4. Indikator perataan ... 59

5. Indikator responsivitas ... 61

6. Indikator ketepatan ... 63

V.1 Data Sekunder ... 64

V. 1.1 Petugas LPSE Kota Gunungsitoli... 64

V.2 Jumlah Rekanat dan Daftar Pemenang Lelang ... 67

V.3 Dokumentasi ... 68

BAB VI ANALISIS DATA ... 77

VI.1 Analisis Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Pengadaan Barang Dan Jasa Secara Elektronik (E-Procurement) ... 77

1. Indikator efektivitas ... 77

2. Indikator efisiensi ... 79

3. Indikator kecukupan ... 81

4. Indikator perataan ... 82

5. Indikator responsivitas ... 83

6. Indikator ketepatan ... 84

VI.2 Analisis Dampak Pelaksanaan Pelaksanaan Kebijakan Pengadaan Barang Dan Jasa Secara Elektronik (E-Procurement) ... 85

(11)

BAB VII PENUTUP ... 87 VII.1 Kesimpulan ... 87 VII2 Saran ... 89 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar4.1 : Peta Kota Gunungsitoli ... 42

Gambar 5.1 : Kantor Walikota Gununsitoli ... 68

Gambar 5.2 : Kantor Bagian Administratif Pembangunan dan Infrakstruktur ... 68

Gambar 5.3 : Kantor Unit Layanan Pengadaan ... 69

Gambar 5.4 : Ruang Kerja Kelompok Kerja ULP ... 69

Gambar 5.5 : Kepala Sub Bidang Unit Layanan Pengaaan ... 70

Gambar 5.6 : Rekanat (Direktur CV. Ivan) ... 70

Gambar 5.7 : Rekanat (Direktur CV. Brian Putra Anugrah Pratama ... 71

Gambar 5.8 : Kepala Bagian Administratif Pembangunan dan Infrakstruktur (Ketua LPSE) dan Admin PPE/Admin Sistem ... 71

Gambar 5.9 : HalamanUtama LPSE Kota Gunungsitoli ... 72

Gambar 5.10 : Informasi Proyek Dan Pemenang ... 72

Gambar 5.11 : Daftar Lelang ... 73

Gambar 5.12 : Salah Satu Informasi Lelang ... 73

Gambar 5.13 : Informasi Peserta Lelang ... 74

Gambar 5.14 : Informasi Harga Penawaran ... 74

Gambar 5.15 : Informasi Pemenang Lelang ... 75

Gambar 5.16 : HalamanUtamaSiRUP ... 75

Gambar 5.17 : Halaman Login Aplikasi Sirup ... 76

(13)

Daftar Lampiran

1. Surat Pengajuan Judul Skripsi

2. Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi 3. Surat Penunjukkan Dosen Pembimbing 4. Undangan Seminar

5. Jadwal Seminar

6. Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal 7. Berita Acara

8. Kartu Kendali Bimbingan Skripsi

9. Surat Izin Pra Penelitian Dari FISIP USU 10. Surat Izin Penelitian Dari FISIP USU

11. Surat Izin Penelitian Dari Pemerintah Sekretaris Daerah Kota Gunungsitoli 12. Pedoman Wawancara Kepada Pegawai/Petugas

13. Pedoman Wawancara Kepada Rekanan 14. Data Informan

15. Surat Keputusan Walikota Tentang Pembentukan Tim Pelaksana Lpse

16. Surat Keputusan Walikota Tentang Pengangkatan Kepala, Sekretaris, Anggota Sekretariat Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kota Gunungsitoli Tahun Anggaran 2017

17. Surat Keterangan Penelitian 18. Daftar Rekanan Yang Terdaftar 19. Anggaran Dana Kegiatan Lpse

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 :Rekapitulasi Penindakan Pidana Korupsi ... 4 Tabel 4.1 : Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut

Kecamatan di Kota Gunungsitoli Tahun 2010, 2014, dan 2015 ... 44 Tabel 4.2.2 : Nama- Nama SKPD ... 45 Tabel 4.2.2 : Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Golongan Kepangkatan dan Jenis Kelamin di Kota Gunungsitoli, 2015 ... 47 Tabel 4.2.3 : Susunan Keanggotaan Unit Layanan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Kota Gunungsitoli ... 45 Tabel 5.1.1 : Susunan Tim Pelaksanaan Layanan Pengadaan Barnag/Jasa Pemerintah Secara

Elektronik Kota Gununngsitoli ... 63 Tabel 5.3.1 : Jumlah Rekanan ... 67 Tabel 5.3.2 : Jumlah Paket Dan Nilai Kontrak ... 67

(15)

DAFTAR BAGAN

Bagan 4.2.1 : Struktur Organisasi Pemerintah Kota Gunungsitoli ... 47

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi informasi terjadi sedemikian pesatnya sehingga data, informasi, dan pengetahuan dapat disebarkan dan diakses di seluruh lapisan masyarakat. Kemajuan teknologi informasi bukan hanya di bidang pendidikan, keamanan sosial, dan perdagangan melainkan juga dalam pemerintahan. Dengan kemajuan teknologi informasi pemerintah Republik Indonesia memanfaatkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih (clean governance) dan menerapkan tata kelola yang baik (good governance) menerbitkan Keputusan Presiden (Keppes) RI Nomor 80 Tahun 2003.

Berdasarkan keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali mengalami penyempurnaan terakhir dengan PP No. 95 Tahun 2007 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku sejak tanggal 1 Juni 2011, hal ini terdapat pada pasal 135 Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Pengadaan barang dan jasa atau yang lebih dikenal dengan lelang dilakukan pada semua pihak dari pemerintahan maupun swasta. Lelang adalah proses pengadaan barang dan jasa yang dilakukan pemerintah buat penyedia dan kontraktor.

Pengadaan Barang dan Jasa pemerintah secara elektronik (E-Prcurement) merupakan salah satu tata cara yang diatur dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 yang bertujuan untuk:

1. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas;

2. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat;

(17)

3. Memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan;

4. Mendukung proses monitoring dan audit; dan

5. Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time.

E-Procurement adalah suatu bentuk sistem baru dalam pengadaan barang dan jasa yang mampu membentuk pemerintah dalam hal transparansi informasi serta layanan masyarakat berbasis web. E-Procurement saat ini merupakan salah satu pendekatan terbaik dalam mencegah terjadinya korupsi dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah. Dengan E-Procurement peluang untuk kontak langsung antara penyedia barang dan jasa dengan panitia pengadaan menjadi semakin kecil, lebih transparan, hemat waktu dan biaya serta dalam pelaksanaannya mudah untuk melakukan pertanggungjawaban keuangan.

Sebelumnya proses pengadaan barang/jasa dilakukan dengan cara konvensional dimana langsung mempertemukan pihak-pihak yang terkait dalam pengadaan seperti penyedia barang/jasa dan pengguna barang/jasa. Pengadaan yang dilakukan secara konvesional dinilai memiliki beberapa kelemahan yang banyak merugikan seperti mudahnya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) berkembang serta kurang transparan. Pengadaan konvensional juga membutuhkan waktu yang lama, sehingga dipandang menyia-nyiakan waktu dan biaya, kurangnya informasi serta kompetensi yang kurang sehat yang berakibat terhadap kualitas pengadaan, sering terjadi eksklusif terhadap penyedia barang/jasa potensial dan pemberian hak khusus terhadap penyedia barang/jasa tertentu.

Diterapkannya E-Procurement akan memberikan keuntungan yang bisa dimanfaatkan oleh pengguna maupun penyedia lelang elektronik yaitu: proses

(18)

lelang yang lebih cepat, hemat waktu dan biaya karena tidak harus menyerahkan dokumen administrasi lelang yang biasanya bertumpuk-tumpuk.

Dalam usaha mengatasi kelemahan-kelemahan dan kesulitan dalam proses pengadaan maka dilakukanlah pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik (E-Procurement) yang dilakukan dengan cara e-tendering yaitu tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang dapat diikuti oleh penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan secara elektronik dengan cara menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan. Proses pengadaan barang/jasa dengan sistem elektronik memanfaatkan penggunaan internet sebagai sarana informasi dan komunikasi. Dengan sistem lelang elektronik, maka intensitas pertemuan antara panitia/kelompok kerja pengadaan dengan penyedia barang/jasa atau peserta lelang dan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dapat diminimalisir.

E-Lelang adalah sebuah sistem yang akan mengadakan proses penawaran harga dilakukan satu kali pada hari, tanggal, dan waktu yang telah ditentukan dan disepakati dalam dokumen pengadaan untuk mencari harga terendah tanpa mengabaikan kualitas dan sasaran yang telah ditetapkan. E-Lelang biasanya digunakan untuk pengadaan barang/jasa yang memerlukan evaluasi teknis untuk mendapatkan kualitas terbaik dan evaluasi harga untuk mendapatkan harga yang wajar. Proses pengadaan barang/jasa melalui E-Lelang adalah pekerjaan kontruksi, pengadaaan barang dengan variasi kualitas yang beragam, dan jasa pemborongan nonkontruksi.

Peraturan Presiden mengenai pengadaan barang/jasa Pemerintah ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman pengaturan mengenai tata cara

(19)

pengadaan barang/jasa yang sederhana, jelas dan kompeherensif, sesuai dengan tata kelola yang baik. Pengaturan mengenai tata cara pengadaan barang/jasa pemerintah dalam peraturan presiden ini diharapkan dapat meningkatkan iklim investasi yang kondusif, efisiensi belanja negara, percepatan pelaksanaan APBN/APBD, dan meningkatkan keberpihakan terhadap industri nasional dan usaha.

Tabel 1.1 1Rekapitulasi Penindakan Pidana Korupsi

Penindakan 2012 2013 2014 2015 2016

Penyeledikan 77 81 80 87 61

Penyidikan 48 70 56 57 58

Penuntutan 36 41 50 62 46

Inkracht 28 40 40 37 41

Eksekusi 32 44 48 38 53

Sumber: statistik, www.acch.kpk.go.id

2Komisi pemberantasan korupsi (KPK) mencatat hingga 2015, kerugian negara akibat korupsi pada sektor pengadaan barang barang dan jasa nilaianya mencapai Rp 1 Triliun. Dari 468 kasus korupsi yang ditangani KPK, terdapat 142 kasus yang terkait pengadaan barang dan jasa. (Sumber Kompasnews.Com Senin 27/6/2016 Dilihat Senin 7/11/2016).

“Komisi Pengawas persaingan usaha (KPPU) menemukan adanya persengkokolan tender kontruksi listrik pedesaan Sumut pada penggunaan APBN 2013 dan sudah

1Statistik, www.acch.kpk.go.id

2

(20)

menghukum 20 terlapor”. (berita sore online/5 Februari 2016, dilihat Senin, 28 November 2016, 15:38 WIB)”3

“Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) pada tahun 2014, telah mengalokasikan anggaran belanja yang bersumber dari dana APBD Sumatera Utara untuk kegiatan pengadaan barang dan jasa sebagai kebutuhan pendidikan di SMK Binaan Provinsi Sumatera Utara dengan total nilai anggaran sebesar Rp 16,16 miliar, dengan jumlah kegiatan sebanyak tiga paket kegiatan. Kegiatan pengadaan barang dan jasa tersebut berjudul Pengadaan Revitalisasi Peralatan Praktik dan Perlengkapan Pendukung Teknik Permesinan dengan nilai Rp 12 miliar, Pengadaan Revitalisai Peralatan Pratik Dan Perlengkapan Pendukung Teknik Elektronika Industri Rp 2,7 miliar dan Pengadaan Revitalisasi Peralatan Praktik Dengan Perlengkapan Pendukung Teknik Kendaraan Ringan senilai Rp 1,5 miliar. Ketiga kegiatan tersebut ditemukan adanya kerugian negara yang mencapai 5 miliar.”4

Mengenai pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang dilakukan pemerintah ternyata sering dilakukan tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku karena tidak adanya undang-undang yang memberikan sanksi terhadap terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh aparatur negara sehingga pelaksanaan pengadaan barang/jasa menimbulkan keresahan di masyarakat, tidak menguasai aturan pengadaan, dan tidak semua memiliki keahlian dalam menggunakan aplikasi internet.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul

”Evaluasi Dampak Kebijakan Pengadaan Barang Dan Jasa Secara Elektronik (E-Procurement) Di Kota Gunungsitoli (Studi Kasus Pada Kantor LPSE Kota Gunungsitoli)”

3 Berita sore online/5 Februari 2016, dilihat Senin, 28 November 2016, 15:38 WIB

4Waspada.co.id/ 20 November 2015, Dilihat Senin 28 November 2016, 16:11

(21)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka untuk mempermudah arah dan proses pembahasan, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah E-Procurement meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengadaan barang dan jasa secara elektronik di kantor layanan pengadaan secara elekronik (LPSE) Kota Gunungsitoli?

2. Bagaimana dampak input dan outcome pelaksanaan terhadap kelompok sasaran?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaaan pengadaan barang secara elektronik dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas di kantor layanan pengadaan barang dan jasa secara elektronik Kota Gunungsitoli.

2. Untuk di kantor layanan pengadaan barang secara elektronik Kota Gunungsitoli.

1.4 Manfaat Peneltian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Subyektif: Sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir secara ilmiah dan sistematis dalam memecahkan suatu permasalahan, melalui sebuah kajian literatur sehingga dperoleh kesimpulan yang teruji dan bermanfaat.

(22)

2. Secara Praktis: Memberikan data dan informasi yang berguna sebagai kalangan terutama mereka yang secara serius mengamati pelaksanaan pengadaan barang dan jasa secara elektronik, serta memberikan masukan bagi masyarakat khususnya di tempat penelitian ini dilaksanakan agar dapat terus meningkatkan keberhasilan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa secara elektronik.

3. Secara Akademis: Penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan kontribusi bagi konsentrasi Kebijakan di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara mengenai Penelitian Evaluasi.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kerangka Teori

Seperti yang dikemukakan oleh Nawawi Hadari (1990:149) dalam suatu studi penelitian perlu ada kejelasan titik tolak atau landasan berfikir untuk memecahkan dan membahas masalah. Untuk itu perlu disusun suatu kerangka teori sebagai pedoman yang menggambarkan dari mana sudut masalah tersebut disorot.

Menurut Kerlinger yang dikutip dari Effendy (2012:35), teori adalah serangkaian konsep, konstruk, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara mengonstruksi hubungan antara konsep dan proposisi dengan menggunakan asumsi dan logika tertentu. Menurut Lewis Coser dalam Neuman (2013:63) salah satu fungsi utama teori adalah memerintahkan percobaan dengan bantuan konsep, teori juga memilih aspek- aspek dan data yang relevan diantara berbagi macam “fakta” yang dihadapi penyelidik fenomena sosial. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

II.1.1 Kebijakan Publik

Secara etimologis, istilah kebijakan atau policy berasal dari bahasa Yunani

“polis” berarti Negara. Dalam Bahasa Inggris “Policie” yang artinya berkenaan dengan pengendalian masalah-masalah publik atau administrasi pemerintah (Dunn, 2000:22)

(24)

Istilah kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok maupun suatu badan pemerintahan) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu (Winarno, 2002: 14)

David Easton dalam Hesel Nogi (2003:2) menyatakan bahwa kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat, sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan sseuatu tindakan pada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk pengalokasian nilai- nilai kepada masyarakat.

James E. Anderson dalam Tangkisilan (2003:2) mendefinisikan kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Dalam hal ini, kebijakan publik dipahami sebagai pilihan kebijakan yang dibuat pejabat atau badan pemerintah dalam bidang tertentu, misalnya pendidikan, pertanian, kesehatan, dan lain sebagainya.

Jones (1997) menekankan studi kebijakan publik ini pada dua (2) proses, yaitu:

a. Proses-proses dalam ilmu politik, seperti bagaimana masalah-masalah itu sampai pada pemerintah, bagaimana pemerintah mendefenisikan masalah, dan bagaimana tindakan pemerintah.

b. Refleksi tentang bagaimana seorang bereaksi terhadap masalah-masalah, terhadap kebijakan negara, dan memecahkannya.

(25)

Secara sederhana kebijakan publik adalah setiap keputusan atau program yang dikeluarkan pemerintah yang ditujukan kepada masyarakat atau kepada sasaran dari kebijakan tersebut sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan dari negara tersebut. Nugroho (2012:123) menyatakan juga bahwa kebijakan publik adalah strategi untuk mengatur masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju masyarakat yang dicita-citakan.

II.1.2 Proses Kebijakan Publik

Adapun proses pembuatan kebijakan publik menurut Anderson dalam Subarsono (2009:12) yaitu:

a. Formulasi Masalah (Problem Formulation)/Agenda Setting

Apa masalahnya? Apa yang membuat hal tersebut menjadi masalah kebijkan? Bagaimana masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah? Proses ini juga berkitan dengan cara suatu masalah bisa mendapat perhatian pemerintah.

b. Formulasi Kebijakan (Formulation)

Bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah tersebut? Siapa saja yang berpatisipasi dalam formulasi kebijakan? Hal ini berkaitan dengan proses perumusan pilihan- pilihan kebijakan oleh pemerintah.

c. Penentuan Kebijakan (Adoption)

Bagaimana alternatif ditetapkan? Persyaratan atau kriteria seperti aa yang harus dipenuhi? Siapa yang melaksanakan kebijakan? Bagaimana proses atau strategi untuk melaksanakan kebijakan? Apa isi dari dari kebijakan yang

(26)

telah ditetapkan? Hal ini berkaitan dengan proses ketika pemerintah memilih untuk melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan.

d. Implementasi (Implementation)

Siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan? Apa yang mereka kerjakan? Hal ini berkaitan dengan proses untuk melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil.

e. Evaluasi (Evaluation)

Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan diukur? Siapa yang mengevauasi kebijakan? Apa konsekuensi dari adanya evaluasi kebijakan? Adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau pembatalan?

Hal ini berkaitan dengan proses memonitorir atau menilai hasil atau kinerja kebijakan melibatkan upaya-upaya policy makers untuk mempengaruhi birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran.

II.I.3 Implementasi Kebijakan

II.1.3.1 Pengertian implementasi kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah dirumuskan akan sia-sia. Oleh karena itulah implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang paling penting di dalam kebijakan publik. Menurut Jones (1996), mungkin tidak berlebihan jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan.

Menurut Lineberry dalam Fadillah Putra (2001:81) menyatakan bahwa sproses implementasi setidak-tidaknya memiliki beberapa elemen sebagai berikut:

(27)

1. Pembentukan unit organisasi baru dan staf pelaksana

2. Penjabaran tujuan ke dalam berbagai aturan pelaksana (Standart Operating Proceduress/SOP)

3. Koordinasi berbagai sumber dan pengeluaran kepada kelompok sasaran;

pembagian tugas di dalam dan di antara dinas-dinas/badan pelaksana 4. Pengalokasian sumber-sumber untuk mencapai tujuan.

II.1.4 Evaluasi Kebijakan

II.1.4.1 Pengertian Evaluasi Kebijakan

Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan.

Evalausi baru dapat dilakukan kalau suatu kebijakan sudah berjalan cukup waktu.

Memang tidak ada batasan waktu yang pasti kapan suatu kebijakan harus dievaluasi. Untuk dapat mengetahui outcome dan dampak suatu kebijakan sudah tentu diperlukan waktu tertentu, misalnya 5 tahun semenjak kebijakan tersebut diimplementasikan. Sebab apabila evalausi dilakukan terlalu dini, maka outcome dan dampak dari suatu kebijakan belum tampak.

Menurut Badjuri dan Yuwono dalam Tangkisilan (2003:25) evaluasi kebijakan merupakan tahapan yang cukup penting dan sering terlupakan efektivitasnya dalam konteks kebijakan publik Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagaian besar kebijakan publik di Indonesia secara formal telah dilakukan evaluasi dengan baik, namun demikian, substansi kebijakan tersebut ternyata tidak tercapai secara efektif, bahkan sebagian lagi mengalami kegagalan.

Oleh karenanya studi evaluasi ini penting, khususnya dalam rangka penanaman urgensi pencapaian tujuan substansial dari sebuah kebijakan, dan bukan formalitas

(28)

semu semata. Berbicara mengenai jenis atau tipe kebijakan, Heath dalam Tangkisilan (2003:27) membedakan evaluasi kebijakan publik atas tiga bagian yaitu sebagai berikut:

1. Tipe evaluasi proses (proses evaluasi), dimana evaluasi dilakukan dengan memusatkan perhatian pada pertanyaan bagaimana program dilaksanakan?

2. Tipe evaluasi dampak, dimana evaluasi ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang telah dicapai dari program?

3. Tipe evaluasi strategi, dimana evaluasi ini bertujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan bagaimana program dapat dilaksanakan secara efektif, untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat dibanding program-program lain yang ditujukan pada masalah yang sama sesuai dengan topik mengenai kebijakan publik.

II.1.4.2 Tujuan Evaluasi

Evaluasi memiliki beberapa tujuan (Subarsono 2009:120) yang dapat dirinci sebagai berikut:

1. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.

2. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasi juga dapat diketahui beberapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.

3. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan. Salah satu tujuan evaluasi adalah mengukur beberapa besar dan kualitas pengeluaran atau output dari suatu kebijakan.

(29)

4. Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada tahap lebih lanjut, evaluasi ditujukan untuk melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun negatif.

5. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan. Evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.

6. Sebagai bahan masukan untuk kebijakan yang akan datang. Tujuan akhir dari evaluasi adalah untuk memberikan masukan bagi proses kebijakan ke depan agar menghasilkan kebijakan yang lebih baik.

II.1.4.3 Pendekatan terhadap Evaluasi

Menurut William N. Dunn dalam Subarsono (2009:611-612) ada tiga jenis pendekatan terhadap evaluasi yakni:

1. Evaluasi Semu adalah pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskritif untuk menghasilkan informasi yang terpecaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan, tanpa menanyakan manfaat atau nilai dari hasil kebijakan tersebut pada individu , kelompok atau masyakat.

2. Evaluasi Formal adalah pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskritif untuk menghasilkan informasi yang terpecaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan berdasarkan sasaran program kebijakan yang telah ditetapkan secara formal oleh pembuat kebijakan.

3. Evaluasi Proses Keputusan Teoritis adalah pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskritif untuk menghasilkan informasi yang

(30)

terpecaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit diinginkan oleh berbagai stake holders.

II.1.4.4 Indikator Evaluasi

Menurut Subarsono (2005), untuk menilai suatu keberhasilan suatu kebijakan perlu dikembangkan beberapa indikator, karena penggunaan indikator yang tunggal akan membahayakan, dalam arti hasil penilaiannya dapat bias dari yang sesungguhnya. Indikator atau kritera evaluasi yang dikembangkan oleh William N. Dunn mencakup lima indikator sebagai berikut:

1. Efektivitas : apakah hasil yang diinginkan telah tercapai?

2. Efisiensi : seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan?

3. Kecukupan : seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat memecahkan masalah?

4. Pemerataaan : apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata kepada kelompok yang berbeda?

5. Responsivitas : apakah hasil kebijakan memuat preferensi/nilai kelompok dan dapat memuaskan mereka?

6. Ketepatan : apakah hasil yang dicapai bermanfaat?

II.1.4.5 Metode Evaluasi

Finsterbusch dan Motz dalam Subarsono (2005:28) untuk melakukan evaluasi terhadap program yang telah diimplementasikan, ada beberapa metode evaluasi yang dapat dipilih yakni:

(31)

1. Single program after-only yaitu informasi yang diperoleh berdasarkan keadaan kelompok sasaran sesudah program dijalankan

2. Single program before-after informasi yang diperoleh berdasarkan perubahan keadaan sasaran sebelum dan sesudah program dijalankan 3. Comparative after-only yaitu informasi yang diperoleh berdasarkan

keadaan sasaran dan bukan sasaran program dijalankan

4. Comparative before-after yaitu informasi yang diperoleh berdasarkan efek program terhadap kelompok sasaran sebelum dan sesudah program dijalankan

II.1.4.6 Model evaluasi yang digunakan peneliti

Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan metode penelitian dengan menggunakan model Single program after only. Peneliti hendak melihat perubahan keadaan kelompok sasaran sesudah program kebijakan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa secara elektronik diimplementasikan.

II.2 Hasil Penelitian Terdahulu

5Jurnal 1

Penerapan Dalam Proses Pengadaan Barang/Jasa Di Kabupaten Malang (Studi Pada Bidang Asset Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Malang)

Oleh Amelia Iftitah Damayanti, Tjahjanulin Domai, Abdul Wachid

5 Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 139-146

(32)

Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang

e-mail: Queen_theeta@yahoo.com

1. Tujuan Penelitian : Mengetahui bagiamana penerapan dalam proses pengadaan barang dan jasa di Kabupaten Malang di Bidang Asset Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keaungan Dan Asset Kabupaten Malang.

2. Metode Penelitian : Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian kualitatif pendekatan deskriptif

3. Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka secara garis besar peneliti menyimpulkan :

a. Mekanisme pada pengadaan barang/jasa secara elektronik yaitu e- Procurement menggunakan tata cara yang efektif bagi para pegawai khususnya di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset (DPPKA) Kabupaten Malang, mengingat tata cara pada e-Procurement tersebut lebih menghemat waktu serta biaya.

b. Kemudian untuk proses pengawasan, monitoring serta evaluasi pengadaan barang/jasa melalui yang dilaksanakan oleh DPPKA khususnya bidang asset dilakukan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang diperantarai oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) sudah berjalan dengan baik dengan diadakannya kegiatan tersebut disetiap akhir tahun.

c. Dalam penerapan berdampak pada proses pengadaan barang/jasa.

Dampak yang ditimbulkan adalah dampak positif yang sangat membantu para pegawai khususnya panitia pengadaan barang/jasa

(33)

dalammelaksanakan tugasnya, sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.Kemudian dampak negatif untuk pihak rekanan yaitu adanya sebagian rekanan yang belum memahami dan biasa menggunakan sistem elektronik utamanya menggunakan internet.

Kendala dalam pengadaan barang/jasa melalu adalah:

a. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) Khususnya Panitia Pengadaan Yang Tidak Mengerti Tentang Sistem Elektronik;

b. Sistem Aplikasi Pelaksanaan e-Procurement Yang Kurang Berfungsi Dengan Baik.

6Jurnal 2

Efektivitas Dalam Pengadaan Barang/Jasa (Studi terhadap Penerapan dalam Pengadaan Barang/Jasa di Kabupaten Bojonegoro)

Oleh Arindra Rossita Arum Nurchana, Bambang Santoso Haryono, Romula Adiono

Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang

E-mail: renataputri12@gmail.com

1. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui tingkat efektivitas dalam pengadaan barang dan jasa di kabupaten Bojonegoro.

2. Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

6 Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 2, Hal. 355 -359

(34)

3. Hasil penelitian : Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka secara garis besar peneliti menyimpulkan :

a. Di Kabupaten Bojonegoro dapat dikatakan kurang efektif. hal ini dikarenakan bahwa terdapat satu tujuan yang belum tercapai secara maksimal, yaitu peningkatan persaingan usaha yang sehat.

b. Di Kabupaten Bojonegoro, telah ditemukan adanya indikasi peluang “main mata”. Indikasi tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi nilai keefektifan penerapan dalam pengadaan barang/jasa.

c. Diperlukan pengawasan atau pemantauan yang intensif dari masyarakat dan LSM seperti ICW (Indonesia Corruption Watch). Perlunya pengawasan masyarakat dan LSM tersebut, karena dua aktor tersebut memiliki peran yang dianggap paling bagus dan netral dalam pengadaan barang/jasa, sehingga tujuan nantinya dapat berjalan dengan baik dan tanpa ada kecurigaan.

Jurnal 3

Evaluasi Electronic-Procurement Dalam Sistem Pengadaan Barang dan Jasa di Pemerintah Kota Surabaya

Oleh Sherlya Ayu Nidya Sari

1. Tujuan Penelitian : Mengetahui manfaat maupun dampak penggunaan Electronic-Procurement Dalam Sistem Pengadaan Barang dan Jasa di Pemerintah Kota Surabaya.

2. Metode penelitian : Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

(35)

3. Hasil penelitian : Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka secara garis besar peneliti menyimpulkan : Pelaksanaan di Pemerintah Kota Surabaya berdasarkan dengan konsep Weiss tentang evaluasi mengandung unsur penting. Terdapat 4 (empat) unsur penting dalam evaluasi menurut Weiss antara lain : Untuk mengukur dampak (to measure the effects) dengan bertumpu pada metodologi riset yang digunakan, Dampak (effects) tadi menekankan pada suatu hasil (outcomes) dari efisiensi, kejujuran, moral yang melekat pada aturan-aturan atau standar, Perbandingan antara dampak (effects) dengan tujuan (goals) menekankan pada penggunaan kriteria (criteria) yang jelas dalam menilai bagaimana suatu kebijakan telah dilaksanakan dengan baik, Memberikan kontribusi pada pembuatan keputusan selanjutnya dan perbaikan kebijakan pada masa mendatang sebagai tujuan sosial (the social purpose) dari evaluasi.

Pelaksanaan dalam sistem pengadaan barang dan jasa mempunyai faktor pendukung dan penghambat. Pelaksanaan mempunyai faktor pendukung yakni ada faktor teknis maupun non-teknis, yang dimaksud faktor teknis disini meliputi server, kapasitas server serta bandwitch, sedangkan non-teknis disini meliputi, lingkungan , persons disini dimaksud adalah mempunyai spesifikasi lulusan informatika, selain itu adanya spesifikasi admin dari pihak LPSE.

Selain terdapat faktor pendukung dalam pelaksanaan terdapat beberapa faktor yang menjadi kendala-kendala ataupun menjadi faktor penghambat selama proses pelaksanaannya yakni: Penyedia barang dan jasa masih banyak yang belum memahami alur sistem Full Electronics, Penyedia barang dan jasa masih banyak yang belum memahami bahwa di Pemerintah Kota Surabaya

(36)

merupakan suatu aplikasi desktop yang berarti bahwa keberhasilan ataupun kegagalan proses pemasukan penawaran tergantung pada kondisi desktop masing-masing, Tingkat kelalaian yang sangat tinggi dalam penggunaan password dan kunci kerahasiaan lainnya oleh user, Kelompok kerja belum sepenuhnya dapat mengikuti range jadwal state lelang tepat waktu sesuai dengan apa yang ditetapkan, Keterlambatan psroses berita acara Aanwijzing dan Addendum, Ketersediaan fasilitas koneksi internet dan fasilitas pendukung lainnya masih sangat terbatas untuk penyedia barang dan jasa di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya, Terbatasnya bandwitch yang menyebabkan kegagalan dalam aplikasi .

7Jurnal 4

Jurnal Adiministrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 2, Hal 344-349

Akuntabilitas Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Melalui Sistem (Studi Pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik Pemerintah Kabupaten Kediri)

Oleh Qori Lusi Pratiwi, Choirul Saleh, Abdul Wahid

Jurusan Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang

E-mail: qorylusy@gmail.com

1. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui tingkat akuntabilitas dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui sistem di Layanan Pengadaan Secara Elektronik Pemerintah Kabupaten Kediri.

7 Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 2, Hal. 355 -359

(37)

2. Metode Penelitian : Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan hanya dibatasi pada dua fokus penelitian, yaitu: (1) Akuntabilitas administratif dan akuntabilitas profesional sebagai bagian dari akuntabilitas publik; (2) Faktor pendorong dan Faktor penghambat akuntabilitas publik dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.

3. Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka secara garis besar peneliti menyimpulkan : Sistem pengadaan barang/jasa secara elektronik dapat meminimalisir terjadinya KKN jika dijalankan sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dan dengan berpedoman pada SOP LPSE. Akuntabilitas administratif LPSE Kabupaten Kediri dilaksanakan dengan berpedoman pada SOP LPSE yang disusun oleh LKPP sedangkan akuntabilitas profesional ditujukan dari jumlah pegawai LPSE yang memiliki sertifikat pengadaan. Mekanisme pengawasan akuntabilitas dilakukan dengan menggunakan aplikasi e-Audit oleh APIP yang dibentuk oleh LKPP pusat.

Jurnal 5

Evaluasi Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Secara Elektronik ( E- Procuremen Pada Lpse Kementerian Keuangan

Oleh Sitih Patimah Nasution(1006791814)

Fakultas Ekonomi Program Magister Perencanaan Dan Kebijakan Pablik ( Jakarta Juli 2012 )

1. Tujuan Penelitian : menyelidiki presepsi pelaku pengdaaan barang dan jasa pemerintah terhadap pelaksanaan e-procurement dalam mewujudkan tujuan

(38)

dari e-procurement yang diatur dalam pasal 107 peraturan presiden ri no. 54 tahun 2010.

2. Metode penelitian : Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif.

Variabel penelitian:

1. transparansi; mengukurjelas dan diketahui secara luasnya ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang dan jasa pemerintah.

2. Akutanbilias; mengukur kesesuaian pelaksanaan e-procuremnt dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan pengadaan barang dan jasa pemerintah

3. Akses pasar dan persaigan yang sehat; mengukur peningkatan akses pasar, perolehan barang dan jasa dengan harga yang kompetitif, dan tidak ada intervensi yang menganggu.

4. Evesiensi proses pengadaan; mengukur pengurangan biaya dan waktu proses pengadaan barang dan jasa pemerintah.

5. Dukungan prose s monitoring dan audit; mengukur kemudahan monitoring dan audit.

6. Akses informasi yang real time; mengukur pemenuhan kebutuhan akses informasi yang real time.

3. Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka secara garis besar peneliti menyimpulkan :

1. di Indonesia, khususnya pada LPSE Kementerian Keuangan baru diterapkan untuk pengadaan barang dan jasa pemerintah yang dilakukan

(39)

dengan cara E-Tendering. Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap di instansi kementerian keuangan seluruh indonesia.

2. Standard Operational Procedur (SOP) sendiri masih mengikuti ketentuan pengadaan manual sehingga terkesan kalau di indonesia baru sampai pada tahap mengelektronikkan pengadaan manual.

3. dapat meningkatkan transparansi pengadaan barang dan jasa pemerintah disetujui oleh panitia dan penyedia barang dan jasa pemerintah. Namun masih terdapat beberapa permasalahan di dalamnya, yaitu pada tahap aanwizjing belum di maksimalkan oleh panitia dan penyedia sebagai sarana komunikasi serta proses penilaian pada tahap evaluasi yang masih manual.

4. meningkatkan akuntabilitas pengadaan barang dan jasa pemerintah disetujui oleh panitia dan penyedia barang dan jasa pemerintah. Indikator akuntabilitas dibuat dengan menuangkan ketentuan-ketentuan dalam Perpres No.54 tahun 2010 dan Perka LKPP No.1 tahun 2011 dalam sistem.

Beberapa temuan sehubungan dengan peningkatan akuntabilitas adalah kurangnya pemahaman panitia dan penyedia atas ketentuan yang berlaku.

5. meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat bagi kalangan usaha disetujui oleh panitia dan penyedia pengadaan barang dan jasa pemerintah pada LPSE. Kementerian keuangan: dapat diikuti oleh semua penyedia berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas serta memberikan kesempatan kepada usaha kecil, menengah, dan perusahaan lokal serta pelaksanaan yang bisa membuat persaingan harga penawaran semakin ketat dan tidak bisa intervensi pihak lain dalam proses pengadaan.

(40)

Masalah yang masih ada pada akses pasar dan persaingan usaha masih terjadinya lelang ulang karena kurang/ tidak adanya penyedia.

6. dengan karakteristiknya sebagai sistem yang berbasis web mengubah proses bisnis pengadaan barang dan jasa pemerintah dengan bantuan teknologi, sehingga meningkatkan efisiensi waktu dan biaya dalam proses pengadaan barang dan jasa pemerintah. Masukan dari panitia maupun penyedia menyatakan bahwa proses aanwizjing masih belum efisien sebagai media untuk menjelaskan tentang pengadaan yang dilakukan serta masih ada panitia dan penyedia yang belum sepenuhnya sadar bahwa procurement harus diimbangi dengan perubahan mind set atas proses pengadaan itu sendiri.

7. mendukung proses monitoring dan audit proses pengadaan disetujui oleh panitia dan penyedia. Semua proses pengadaan dan alur dokumen serta sistem administrasi telah tersistematis sehingga memudahkan monitoring serta audit bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Dari sisi panitia sebagai pelaksana pengadaan menganggap memberikan keamanan dan kemudahan dalam monitoring dan audit sepanjang mengikuti prosedur dan aturan yang telah ditetapkan.

8. dengan sistemnya dapat memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time. Proses pengadaan barang dan jasa yang mempunyai batasan waktu yang sangat padat memerlukan suatu sarana untuk menyalurkan informasi secara cepat dan tepat. Kendala utama dari adalah infraksturktur komunikasi yang menjadi tulang punggung sistem tersebut.

(41)

II.3 Kebijakan Pengadaan Barang Dan Jasa

II.3.1 Transparansi

Transparasi publik adalah suatu keterbukaan secara sungguh-sungguh, menyeluruh, dan memberi tempat bagi partisipatif aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam proses pengelolaan sumber daya publik (Adriyanto, 2007:21)

Dalam KepMenPAN No.26/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, menjelaskan pengertian transparansi penyelenggaraan publik merupakan pelaksanaan tugas dan kegiatan yang bersifat terbuka bagi masyarakat dari proses kebijakan, perencanaan, dan pengawasan ataupun pengendaliannya, serta mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan informasi.

Transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi berbagai proses, kelembagaan dan informasi harus dapat diakses secara bebas oleh mereka yang membutuhkannya, dan informasi harus dapat disediakan secara memadai dan mudah dimengerti, sehingga dapat digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi.

Transparansi dalam konteks pelayanan publik harus terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan serta disediakan secara memadai dan mudah dimengerti (Ratminto,Winarsih, 2005: 19). Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima kebutuhan pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(42)

II.3.2 Akuntabilitas

Menurut Kumurotomo akuntabilitas adalah ukuran yang menuujukkan apakah aktivitas birokrasi publik atau pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah sudah sesuai dengan norma dan nlai-nilai yang dianut oleh rakyat dan apakah pelayanan publik tersebut mampu mengakomodasi kebutuhan rakyat yang sesungguhnya.

Menurut UU No. 28 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, akuntabilitas adalah azas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Lembaga Administrasi Negara (LAN) mendefinisikan akuntabilitas sebagai kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja atas tindakan seseorang/ badan hukum/ pimpinan suatu organisasi kepada yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan.

Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh sektor publik terdiri dari beberapa dimensi. Ellwood (dalam Mardiasno, 2002:226) menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh orang sektor publik yaitu:

1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum 2. Akuntabilitas proses

(43)

4. Akuntabilitas kebijakan

Lembaga Administrasi Negara (2007:57) memberikan indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pelaksanaan prinsip akuntabilitas adalah sebagai berikut:

1. Akuntabel pengelolaan anggaran yang dikeluarkan 2. Pertanggungjawaban kinerja

3. Intensitas penyimpangan

4. Upaya tinak lanjut penyimpangan

II.3.3 Pengertian Electronik Governance

E-Goverment, sebagai sebuah konsep memiliki prinsip – prinsip dasar yang universal, tetapi pengertian maupun penerapannya di sebuah negara tidak dapat di pisahkan dari sejarah, budaya, pendidikan, padangan politik, kondisi ekonomi masing masing negara. E- Goverment didefinisikan sebagai suatu mekanisme interaksi baru antara pemerintah dan masyarakat dan pihak – pihak lain yang berkepentingan, dimana pemanfaatan teknologi informasi dan teknologi komunikasih dengan tujuan meningkatkan kualitas pelayanan publik (Indrajit,2002).

Electonik Goverment di indonesia telah diperkenalkan melalui instruksi Presiden Nomor 6/2001 Tgl 24 April 2001 Tentang Telematika ( Telekomunikasi, Media Dan Informatika) yang menyatakan aparat pemerintah harus mengunakan teknologi telematika untuk mendukung good governace dan mempercepat proses demokrasi. Lebih jauh lagi, elektronik goverment wajib diperkenalkan untuk

(44)

salah satu area dimana internet dapat digunakan untuk menyediakan akses bagi masyarakat yang berupa pelayanan yang mendasar dan mensimplifiksasi hubungan anatara masyarakat dan pemerintah.

Menurut Keppres Nomor 20 Tahun 2006 E- Goverment adalah penmanfaatan teknologi informasi dan komunikasih dalam proses pemerintahan utuk meningkatkan efesiensi, efektifitas, transparansi, dan akutanbilitas penyelengaraan pemerintahan. Peranan IT dalam proses bisnis membuat organisasi berusaha untuk menginplementasikan IT untuk proses teringrasi.

II.3.3.1 Pengertian Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Secara Elektonik (E- Procurement)

Menurut daftar kata X-Solutions dalam Andri Heryandi (2012) merupakan sebuah istilah dari pengadaan (procurement) atau pembelian secara elektronik. Menurut Ippolito dalam Ita Akyuna (2003) Bank Dunia menyebut dari sisi pemerintahan sebagai electronic government procurement atau E-GP adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi khususnya internet oleh pemerintahan-pemerintahan dalam melaksanakan hubungan pengadaan dengan para pemasok untuk memperoleh barang, karya-karya, dan layanan konsultasi yang dibutuhkan oleh sektor publik.

Menurut Palmer dalam Ita Akyuna (2003) menyebutkan adalah teknologi yang dirancang untuk memfasilitasi manajemen seluruh aktivitas pengadaan barang melalui internet, yang meliputi semua aspek fungsi pengadaan yang didukung oleh bermacam-macam bentuk komunikasi secara elektronik.

(45)

Menurut Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tentang tentang Perubahan Keempat atas Keputusan Presiden No. 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan mulai diterapkan sejak tahun 2007 dengan berdirinya LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah), atau pengadaan barang dan jasa pemerintah yang selanjutnya disebut PPE adalah sistem pengadaan barang dan jasa Kementerian/ Lembaga/

Sekretariat Lembaga Tinggi Negara/ Sekretariat Lembaga Tertinggi Negara/ TNI/

Polri/ Komisi/ Pemerintah Propinsi/ Pemerintah Kabupaten/ Pemerintah Kota/Bank Indonesia (BI)/Badan Hukum Milik Negara (BHMN)/ Badan Usaha Milik Negara (BUMN/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)/ Badan Layanan Umum (BLU), yang proses pelaksanaannya dilakukan secara elektronik dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi, yang meliputi: E- Lelang Umum (e-regular Tendering), E-Lelang Penerimaan (e-Reverse Tender), E-Pembelian (e-Purchasing), E-Penawaran Berulang (e-Reverse Auction), dan e- Seleksi (e-Selection).

Menurut Edquist et al, Public procurement adalah proses akuisisi yang dilakukan pemerintah dan institusi publik untuk mendapatkan barang (goods), bangunan (works), dan jasa (services) secara transparan, efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan keinginan penggunannya. Dalam hal ini, pengguna bisa individu (pejabat), unit organisasi (dinas), atau kelompok masyarakat luas.

(46)

II.3.3.2 Dasar Hukum

8 Implementasi agar sesuai dengan tujuan dan prinsip pengadaan didasarkan atas peraturan pemerintah yaitu Undang-undang Nomor 11 tahun 2008, tentang Informasi dan Transaksi elektronik:

1. Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

2. Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2006, tentang Perubahan keempat atas Keputusan Presiden nomor 8 tahun 2003.

3. Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2008, tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009.

4. Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2004, tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.

II.3.3.3 Jenis-Jenis E- Procurement

1. E-Lelang Umum (e-Regular Tendering) 2. E-Lelang Penerimaan (e-Reverse Tendering) 3. E-Pembelian (e-Purchasing)

4. E-Penawaran Langsung (e-Price Quatation) 5. E-Penawaran Berulang (e-Reverse Auction) 6. E-Pembelian Langsung (e-Direct Purchasing) 7. E-Seleksi (e-Selection)

8. E-Katalog (e-Catalog)

(47)

II.3.3.4 Tujuan Dan Manfaat Dari Pengadaan Barang Dan Jasa Secara Elekronik (E-Procurement)

Adapun tujuan dari , menurut Siahaya (2012:80) sebagai berikut :

1. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas 2. Meningkatkan akses pasar dan persaigan dan usaha 3. Meningkatkan tingkat efisiensi proses pengadaan 4. Mendukung proses monitoring dan audit

5. Memenuhi kebutuhan akses informasi terkini

Tujuan ditas sejalan dengan isi Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah pada pasar 107, yaitu:

1. Meningkatkan transparasi dan akuntabilitas

2. Meningkatkan akses pasar dan persaigan yang sehat 3. Memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan 4. Mendukung proses monitoring dan audit

5. Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time

Secara umum tujuan dari diterapkannya E- Procurement yaitu untuk menciptakan transparasi, efisiensi dan efektifitas serta akuntabilitas dalam pengadaan barang dan jasa melalui media elektronik antara pengguna jasa dan penyedia jasa. Damin (2002) menambahkan mengenai tujuan yaitu untuk memperbaiki tingkat layanan kepada users, dan mengembangkan sebuah pendekatan pengadaan yang lebih terintegritas memlalui rantai suplai perusahaan tersebut, serta untuk mengefetifkan penggunaan sumber daya manusia dalam

(48)

Adapun manfaat yang diperoleh dari penerapan menurut Thai (2009) yaitu manfaat langsung (meningkatkan akurasi data,meningkatkan efesiens dalam koperasi, proses aplikasih yang lebih cepat, mengurangi biaya atministrasi dan mengurangi biaya operasi) dan manfaat tidak langsung (E- Procurement membuat penggadaan lebih kompetitif, meningkatkan customer services, dan menigkatkan hubungan dengan mitra kerja). Selain itu menurut Olken (2007), melalui transparasi akutabilitas dan partisipasi masyarakat dapat diperoleh melalui akses yang lebih baik ke informasi. Hal ini dapat membantu negara-negara berkembang untuk mengurangi korupsi yang merupakan masalah besar dibanyak negara berkembang. Menurut Keppres No. 80/2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintaha mempunyai beberapa manfaat yakni:

1. Menghemat anggaran;

2. Membuat proses interaksi antara pengguna dan penyedia jasa, serta masyarakat menjadi lebih mudah dan cepat;

3. Meningkatkan kontrol terhadap berbagai penyimpangan;

4. Mengurangi kontak fisik yang bisa meminimalkan risiko KKN;

5. Terjadinya pengurangan Harga pembelian barang, Penagihan dan pembayaran, serta Biaya administrasi;

6. Dapat mengoptimalkan pengelolaan basis pasokan yang tepat waktu;

7. Merupakan salah satu inisiatif e-Government.

II.3.3.5 Prisnsip–Prinsip Pengadaan Barang Dan Jasa Secara Elektronik (E–

Procurement)

Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses pengadaan

(49)

kepada masyarakat dari segi atministrasi, teknis, dan keuangan. Maka sesuai dengan Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 pengadaan barang dan jasa menerapakan rinsip – prinsip sebagai berikut:

1. Efisiensi, berarti pengadaan barang dan jasa harus diusahakan dengan mengunakan dana dan daya yang minimal untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kuliats dan sasaran dalam waktu yang ditetapkanatau mengunakan dana yang telah di tetapkan untuk mencapai hail dan sasaran dnegan kualitas yang maksimal.

2. Efektif , berarti pengadaan barang dan jasa harus sesuai dengan sasaran yang telah di tetapkan serta meberikan manfaat yang sebesar – besarnya

3. Transparan, berarti semua ketentuan dan infrmasi mengenai pengadaan barang dan jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh penyedia barang dan jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya.

4. Terbuka, berarti pengadaan barang dan jasa dapat diikuti oleh semua penyedia barang dan jasa yang memenuhi pesyaratan atau kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas.

5. Bersaing, berarti pengadaan barang dan jasa harus dilakukan melalaui persaingan yang sehat diantara sebaik mungkin penyedia barang dan jasa yang setara dan memenuhi persyaratan sehinga dapat diperoleh barang dan jasa yang ditawarkan secara kompetitf dan tidak ada interfensi yang mengganggu tercipanya mekanisme pasar dalam pengadaan barang dan jasa.

(50)

6. Adil atau tidak diskriminatif, bererti meberikan perlakuan yang sama baik kepada semua penyedia barang dan jasa dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada pihak tertentu dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional

7. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan pengedaan barang dan jasa sehinga dapat di pertangungjawabkan.

II.4 Definisi konsep

Definisi konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian keadaan kelompok, atau individu tertentu. Dalam hal ini konsep penelitian bertujuan untuk merumuskan dan mengidentifikasikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian dan perbedaan persepsi yang dapat mengaburkan penelitian ini.

Adapun definisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. James E. Anderson dalam Tangkisilan (2003:2) mendefinisikan kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Dalam hal ini, kebijakan publik dipahami sebagai pilihan kebijakan yang dibuat pejabat atau badan pemerintah dalam bidang tertentu, misalnya pendidikan, pertanian, kesehatan, dan lain sebagainya.

2. Menurut Badjuri dan Yuwono dalam Tangkisilan (2003:25) evaluasi kebijakan merupakan tahapan yang cukup penting dan sering terlupakan efektivitasnya dalam konteks kebijakan publik Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagaian besar kebijakan publik di Indonesia secara

(51)

formal telah dilakukan evaluasi dengan baik, namun demikian, substansi kebijakan tersebut ternyata tidak tercapai secara efektif, bahkan sebagian lagi mengalami kegagalan.

3. Indikator evaluasi yang dikembangkan oleh William N. Dunn mencakup lima indikator yaitu,

a. Efektivitas b. Efisiensi c. Kecukupan d. Pemerataaan e. Responsivitas f. Ketepatan.

4. Menurut Ratminto dan Winarsih (2005: 19). Transparansi dalam konteks pelayanan publik harus terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan serta disediakan secara memadai dan mudah dimengerti.

5. Menurut Kumurotomo akuntabilitas adalah ukuran yang menuujukkan apakah aktivitas birokrasi publik atau pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah sudah sesuai dengan norma dan nlai-nilai yang dianut oleh rakyat dan apakah pelayanan publik tersebut mampu mengakomodasi kebutuhan rakyat yang sesungguhnya.

6. Menurut Ippolito dalam Ita Akyuna (2003) Bank Dunia menyebut dari sisi pemerintahan sebagai electronic government procurement atau E-GP adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi khususnya internet oleh pemerintahan-pemerintahan dalam melaksanakan hubungan

Gambar

Tabel 1.1  1 Rekapitulasi Penindakan Pidana Korupsi
Gambar 4.2 : Peta Kota Gunungsitoli
Tabel 4.1 : Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut  Kecamatan di Kota Gunungsitoli Tahun 2010, 2014, dan 2015
Tabel 4.2.2 : Nama- Nama SKPD
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian salah satu faktor pendorong atau motivasi yang mendasari terjadinya interaksi sosial masyarakat dalam ruang warung kopi diantaranya adalah warung kopi

Tanggul nggul penutup penutup sementara sementara sebaiknya sebaiknya dirancang dirancang dengan dengan menggunakan geotube dengan dimensi cukup kuat menahan terjangan

ESD  mempromosikan  kompetensi seperti berpikir kritis, membayangkan skenario masa  depan  dan  membuat  keputusan  dengan cara  kolaboratif.  Pendidikan  untuk

Puslitbang tek MIRA mengembangkan penggunaan gas hasil gasifikasi batubara yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada pem-bangkit listrik tenaga diesel, penggunaan dua

Dari latarbelakang tersebut dapat diketahui bahwa rumusan tujuan dari penelitian dan penulisan ini adalah dapat mengetahui keinginan untuk memperbaiki taraf hidup

Pada selektor botol ini akan mengambil botol asing, botol sangat kotor, mengambil sampah dalam botol, botol karat, botol sompal, botol kusam, dan botol pecah.. Dengan tujuan

Ini tidak bermaksud memperkecil aspek lain di luar hukum seperti tatanan politik, hankam, ekonomi, budaya dan hukum sendiri, sebab bagaimanapun juga itu merupakan