• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan Dan Manfaat Dari Pengadaan Barang Dan Jasa Secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.3 Kebijakan Pengadaan Barang Dan Jasa

II.3.3 Pengertian Electronic Government

II.3.3.4 Tujuan Dan Manfaat Dari Pengadaan Barang Dan Jasa Secara

Adapun tujuan dari , menurut Siahaya (2012:80) sebagai berikut :

1. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas 2. Meningkatkan akses pasar dan persaigan dan usaha 3. Meningkatkan tingkat efisiensi proses pengadaan 4. Mendukung proses monitoring dan audit

5. Memenuhi kebutuhan akses informasi terkini

Tujuan ditas sejalan dengan isi Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah pada pasar 107, yaitu:

1. Meningkatkan transparasi dan akuntabilitas

2. Meningkatkan akses pasar dan persaigan yang sehat 3. Memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan 4. Mendukung proses monitoring dan audit

5. Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time

Secara umum tujuan dari diterapkannya E- Procurement yaitu untuk menciptakan transparasi, efisiensi dan efektifitas serta akuntabilitas dalam pengadaan barang dan jasa melalui media elektronik antara pengguna jasa dan penyedia jasa. Damin (2002) menambahkan mengenai tujuan yaitu untuk memperbaiki tingkat layanan kepada users, dan mengembangkan sebuah pendekatan pengadaan yang lebih terintegritas memlalui rantai suplai perusahaan tersebut, serta untuk mengefetifkan penggunaan sumber daya manusia dalam

Adapun manfaat yang diperoleh dari penerapan menurut Thai (2009) yaitu manfaat langsung (meningkatkan akurasi data,meningkatkan efesiens dalam koperasi, proses aplikasih yang lebih cepat, mengurangi biaya atministrasi dan mengurangi biaya operasi) dan manfaat tidak langsung (E- Procurement membuat penggadaan lebih kompetitif, meningkatkan customer services, dan menigkatkan hubungan dengan mitra kerja). Selain itu menurut Olken (2007), melalui transparasi akutabilitas dan partisipasi masyarakat dapat diperoleh melalui akses yang lebih baik ke informasi. Hal ini dapat membantu negara-negara berkembang untuk mengurangi korupsi yang merupakan masalah besar dibanyak negara berkembang. Menurut Keppres No. 80/2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintaha mempunyai beberapa manfaat yakni:

1. Menghemat anggaran;

2. Membuat proses interaksi antara pengguna dan penyedia jasa, serta masyarakat menjadi lebih mudah dan cepat;

3. Meningkatkan kontrol terhadap berbagai penyimpangan;

4. Mengurangi kontak fisik yang bisa meminimalkan risiko KKN;

5. Terjadinya pengurangan Harga pembelian barang, Penagihan dan pembayaran, serta Biaya administrasi;

6. Dapat mengoptimalkan pengelolaan basis pasokan yang tepat waktu;

7. Merupakan salah satu inisiatif e-Government.

II.3.3.5 Prisnsip–Prinsip Pengadaan Barang Dan Jasa Secara Elektronik (E–

Procurement)

Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses pengadaan

kepada masyarakat dari segi atministrasi, teknis, dan keuangan. Maka sesuai dengan Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 pengadaan barang dan jasa menerapakan rinsip – prinsip sebagai berikut:

1. Efisiensi, berarti pengadaan barang dan jasa harus diusahakan dengan mengunakan dana dan daya yang minimal untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kuliats dan sasaran dalam waktu yang ditetapkanatau mengunakan dana yang telah di tetapkan untuk mencapai hail dan sasaran dnegan kualitas yang maksimal.

2. Efektif , berarti pengadaan barang dan jasa harus sesuai dengan sasaran yang telah di tetapkan serta meberikan manfaat yang sebesar – besarnya

3. Transparan, berarti semua ketentuan dan infrmasi mengenai pengadaan barang dan jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh penyedia barang dan jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya.

4. Terbuka, berarti pengadaan barang dan jasa dapat diikuti oleh semua penyedia barang dan jasa yang memenuhi pesyaratan atau kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas.

5. Bersaing, berarti pengadaan barang dan jasa harus dilakukan melalaui persaingan yang sehat diantara sebaik mungkin penyedia barang dan jasa yang setara dan memenuhi persyaratan sehinga dapat diperoleh barang dan jasa yang ditawarkan secara kompetitf dan tidak ada interfensi yang mengganggu tercipanya mekanisme pasar dalam pengadaan barang dan jasa.

6. Adil atau tidak diskriminatif, bererti meberikan perlakuan yang sama baik kepada semua penyedia barang dan jasa dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada pihak tertentu dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional

7. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan pengedaan barang dan jasa sehinga dapat di pertangungjawabkan.

II.4 Definisi konsep

Definisi konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian keadaan kelompok, atau individu tertentu. Dalam hal ini konsep penelitian bertujuan untuk merumuskan dan mengidentifikasikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian dan perbedaan persepsi yang dapat mengaburkan penelitian ini.

Adapun definisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. James E. Anderson dalam Tangkisilan (2003:2) mendefinisikan kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Dalam hal ini, kebijakan publik dipahami sebagai pilihan kebijakan yang dibuat pejabat atau badan pemerintah dalam bidang tertentu, misalnya pendidikan, pertanian, kesehatan, dan lain sebagainya.

2. Menurut Badjuri dan Yuwono dalam Tangkisilan (2003:25) evaluasi kebijakan merupakan tahapan yang cukup penting dan sering terlupakan efektivitasnya dalam konteks kebijakan publik Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagaian besar kebijakan publik di Indonesia secara

formal telah dilakukan evaluasi dengan baik, namun demikian, substansi kebijakan tersebut ternyata tidak tercapai secara efektif, bahkan sebagian lagi mengalami kegagalan.

3. Indikator evaluasi yang dikembangkan oleh William N. Dunn mencakup lima indikator yaitu,

a. Efektivitas b. Efisiensi c. Kecukupan d. Pemerataaan e. Responsivitas f. Ketepatan.

4. Menurut Ratminto dan Winarsih (2005: 19). Transparansi dalam konteks pelayanan publik harus terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan serta disediakan secara memadai dan mudah dimengerti.

5. Menurut Kumurotomo akuntabilitas adalah ukuran yang menuujukkan apakah aktivitas birokrasi publik atau pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah sudah sesuai dengan norma dan nlai-nilai yang dianut oleh rakyat dan apakah pelayanan publik tersebut mampu mengakomodasi kebutuhan rakyat yang sesungguhnya.

6. Menurut Ippolito dalam Ita Akyuna (2003) Bank Dunia menyebut dari sisi pemerintahan sebagai electronic government procurement atau E-GP adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi khususnya internet oleh pemerintahan-pemerintahan dalam melaksanakan hubungan

pengadaan dengan para pemasok untuk memperoleh barang, karya-karya, dan layanan konsultasi yang dibutuhkan oleh sektor publik.

II.5 Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Singarimbun adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasioanal adalah penunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Adapun indikator yang digunakan peneliti untuk melakukan evaluasi terhadap pengadaan barang dana jasa secara elektronik adalah:

a. Efektivitas : apakah hasil yang diinginkan telah dicapai?

b. Efisiensi : seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan?

c. Kecukupan : seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah?

d. Pemerataaan : apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok-kelompok yang berbeda?

e. Responsivitas : apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-kelompok tertentu?

f. Ketepatan : apakah hasi (tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai?

II.6 Sistematika Penulisan

Hasil penelitian nantinya akan dilaporkan dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini peneliti diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini diuraikan kerangka teori, definisi konseptual, dan sistematika penulisan.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini diuraikan bentukdan lokasi penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data, dan etika dalam melakukan penelitian.

BAB IV : GAMBARAN UMUM

Bab ini peneliti menguraikan tentang gambaran dan karakteristik lokasi penelitian.

BAB V : PENYAJIAN DATA

Bab ini akan diuraikan data-data yang diperoleh dari kegiatan penelitian di lapangan serta membahas atau menginterpretasikan data-data yang dibahas di bab sebelumnya. analisis terhadap data-data yang sehingga diperoleh hasil dari pembahasan dan interpretasi data-data yang diperoleh.

BAB VI : ANALISIS DATA

. Pada bab ini peneliti menguraikan analisis terhadap data-data sehingga diperoleh hasil dari pembahasan dan interpretasi data-data yang diperoleh.

BAB VII : PENUTUP

Bab ini peneliti akan menguraikan kesimpulan dan sarana/rekomendasi berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.

BAB III

METODE PENELITIAN III.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kulitatif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat (Nawawi, 1990:64). Dengan metode deskriptif diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang evalua si kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik di kantor layanan pengadaan secara elektronik (LPSE) Kota Gunungsitoli.

III.2 Lokasi Penelitian

Penelitian Dilaksanakan Di Kantor Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Gunungsitoli Di Kompleks Kantor Walikota Jl. Pancasila No. 14, Pulau Nias, Sumatera Utara.

III.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif diperlukan informan penelitian agar setiap informasi didapat secara detail oleh peneliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan informan kunci (key informan) dan informan utama. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok

yang diperlukan dalam penelitian, sedangkan informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang sedang diteliti.

Dalam penelitian ini yang menjadi :

a. Informan kunci yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan oleh penelitian. Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala LPSE Kota Gunungsitoli, Sekretaris LPSE Kota Gunungsitoli.

b. Informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah pegawai/staf LPSE Kota Gunungsitoli dan para stakeholder.

III. 4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan dan data-data yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data-data sebagai berikut:

1. Teknik pengambilan data primer, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian sesuai dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara:

a. Observasi (Observation), yaitu kegiatan penelitian dengan cara mengamati secara langsung dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapagan serta menjaring data yang tidak terjangkau.

b. Wawancara (Interview), yaitu memberikan pertanyaan langsung kepada sejumlah pihak yang terkait dengan masalah tersebut.

2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui catatan-catatan tertulis lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara:

a. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, serta pendapat ahli yang berkompetensi dan memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b. Studi dokumentasi, yaitu teknik yang digunakan dengan menelaah catatan-catatan tertulis, atau dalam bentuk dokumen, arsip yang menyangkut masalah yang diteliti yang berhubungan dengan instansi terkait.

c. Browsing, yaitu pencarian bahan-bahan yang relevan dengan masalah yang diteliti melalui media internet.

III. 5 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkat data sehingga mudah untuk membuat suatu deskripsi. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini adalah peneliti mengkorfirmasi seluruh existing data primer ( wawancara dan observasi) dan data sekunder serta menyajikannya dengan analisis kualitatif. Teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan serta menafsirkannya dengan analisis dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan peneletian.

BAB IV

GAMBARAN UMUM

IV.1 Sejarah Kota Gunungsitoli

Kota Gunungsitoli adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008, sebagai salah satu hasil pemekaran dari Kabupaten Nias. Dasar hukumnya adalah Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2008. Berdasarkan catatan sejarah, Gunungsitoli atau sering disebut Luaha sudah dikenal atau dikunjungi sejak abad ke 18. Posisi Kota Luaha in terleetak pada muara Sungai Nou atau pasar Gunungsitoli saat ini. Pada saat itu ada tiga marga dominan yang menghuni Kota Luaha, yaitu Harefa, Zebua, dan Telaumbanua atau dikenal dengan Sitolu Tua.

Gambar 4.2 : Peta Kota Gunungsitoli

Kota Gunungsitoli terletak di Pulau Nias dan berjarak sekitar 85 mil laut dari Kota Sibolga. Ada dua pintu masuk dan keluar Pulau Nias yang berada di Kota Gunungsitoli, yaitu Bandar Udara Binaka dan Pelabuhan Angin. Secara topografi, sebagian besar wilayah kota berbukit-bukit sempit dengan ketinggian bervariasi antara 0-800 meter dpl. Struktur batuan dan susunan tanah umumnya bersifat labil mengakibatkan sering terjadi patahan pada jalan-jalan aspal dan longsor.

Ada beberapa kecamatan di Kota Gunungsitoli yakni Kecamatan Gunungsitoli, Gunungsitoli Alo'oa, Gunungsitoli Barat, Gunungsitoli Idanoi, Gunungsitoli Selatan, Gunungsitoli Utara. Batas Wilayahnya sebagai berikut : Luas Wilayah : ± 469,36 km²

Letak di atas

permukaan laut : 0 - 600 m

Utara Kecamatan Sitolu Ori (Kabupaten Nias Utara)

Selatan Kecamatan Gido dan Hili Serangkai (Kabupaten Nias)

Barat Kecamatan Alasa Talumozoi dan

Namohalu Esiwa (Kabupaten Nias Utara), serta Hiliduho (Kabupaten Nias)

Timur Samudera Hindia

Sebagaian besar mata pencaharian penduduk berasal dari sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, perikanan, termasuk juga perdagangan. Padi sawah merupakan komoditas tanaman panga terbesar yang diusahakan para petani. Panaroma pantai yang indah, rumah adat Nias, dan peninggalan sejarah berupa batu megalit yang terbesar di setiap kecamatan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Tabel 4.1 : Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Gunungsitoli Tahun 2010, 2014, dan 2015

Kecamatan

Visi: kota gunungsitoli yang maju, nyaman dan berdaya saing Misi :

1. Membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing.

2. Membangun perekonomian yang kokoh dan berkeadilan .

3. Membangun infrakstruktur wilayah serta pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan.

4. Menghadirkan tata kelola pemerintahan yang akuntabel, profesional dan melayani.

5. Memperkokoh kehidupan sosial kemasyrakatan yang berbudaya, religius, dan tata hukum.

Tujuan pembangunan daerah :

1. Mewujudkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkulitas dan terjangkau, disertai dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

2. Mewujudkan perekonomian yang kokoh dan berkeadilan.

3. Mewujudkan penyediaan infraktsruktur dan prasarana wilayah yang berkualitas dan merata.

4. Mewujudkan tata kelola pemerintah yang efektif, profesional dan melayani dengan hati.

5. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang religius, berbudaya dan tata hukum.

Tabel 4.2.2 : Nama- Nama SKPD

NO Nama Bagian Sekretariat Daerah dan Perangkat Daerah Kota Gunungsitoli 1. Bagian Pemerintahan, Otonomi Daerah dan Trantibum Linmas

2. Bagian Kesejahteraan Rakyat dan Pemberdayaan Masyarakat 3. Bagian Hukum

4. Bagian Perkonomian dan Sumber Daya Alam

5. Bagian Administrasi Pembangunan dan Infranstruktur 6. Bagian Pengadaan Barang Jasa

7. Bagian Umum dan Tata Usaha Pimpinan

14. Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman 15. Satuan Polisi Pamong Praja

16. Dinas Sosial

17. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian 18. Dinas Lingkungan Hidup

19. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

20. Dinas Pembardayaan Masyarakat & Desa/Kelurahan

21. Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

22. Dinas perhubungan

23. Dians Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Atap 24. Dinas Perikanan

25. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 26. Dinas Perdagangan dan Perindustrian 27. Bappeda

28. Badan Pengelolaan Keuangan & Pendapatan Daerah 29. Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM 30. Badan Kesbangpol

36. Kecamatan Gunungsitoli Selatan 37. Kecamatan Gunungsitoli Idanoi 38. Kecamatan Gunungsitoli Barat 39. Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa 40. Kecamatan Gunungsitoli Utara 41. Walikota Gunungsitoli

42. Wakil Walikota Gunungsitoli

Bagan 4.2.1 : Struktur Organisasi Pemerintah Kota Gunungsitoli

Tabel 4.2.2 : Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Golongan Kepangkatan dan Jenis Kelamin di Kota Gunungsitoli, 2015

Golongan Kepangkatan

44. Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik 45. Staf Ahli Bidang Pembangunan, Ekonomi dan Keuangan 46. Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia 47. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat

48. Asisten Perkonomian dan Pembangunan 49. Asisten Administrasi Umum

Walikota

II/A (Pengatur Muda) 89 57 146

IV.3 Tugas ULP (Unit Layanan Pengadaan)

Tabel 4.2.3 : Susunan Keanggotaan Unit Layanan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Kota Gunungsitoli

No Jabatan Nama

1. Kepala Manahat Fraser Napitupulu, S.KM

NIP. 19760424 200012 1 002 2. Sekretaris Arlyn Ephafras Zega, M.Si

NIP. 19860130 200903 1 001

3. Anggota Novanolo Zebua

NIP. 19900121 201101 1 001

Sekretaris Riswan Kurniawan Zebua, A.Md

NIP. 19820328 201001 1 018 4. Anggota kelompok kerja

ULP

1. Manahat Fraser Napitupulu, S.KM NIP. 19760424 200012 1 002 2. Seriusman Nehe

NIP. 19850727 201001 1 023 3. Putra Setiawan BW, SH

NIP. 19870322 201001 1 005 4. Arlyn Ephafras Zega, M.Si

NIP. 19860130 200903 1 001 5. Heron Poniman Harefa, ST

NIP. 19821005 201101 1 004

NIP. 19760306 201101 1 003 7. Ahmadi Ansar Siregar

NIP. 19840624 201001 1 016 8. Danieli Mendrofa

NIP. 19840624 201001 1 024 9. Radius Orani Zatulo Zega, SP

NIP. 19801019 201001 1 014 14. Gemma Eka Kurniaman Zebua

NIP. 19850503 201001 1 026 15. Saferius Nduru

NIP. 19850509 201001 1 029

Tugas kepala ULP :

a. Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan ULP;

b. Menyusun program ada anggaran ULP;

c. Mengawasi seluruh kegiatan pegiatan barang dan jasa di ULP dan melaporkan apabila ada penyimpangan dan/atau indikasi penyimpangan;

d. Melaksanakan pengembangan dan pembinaan Sumber Daya Manusia ULP;

e. Menugaskan/menempatkan/memindahkan anggota kelompok kerja sesuai beban kerja masing-masing kelompok kerja ULP;

f. Mengusulkan kebutuhan anggaran operasional, sarana prasarana, honor kepala, sekretaris dan staf pendukung;

g. Membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pengadaan banrang dan jasa kepada walikota; dan

h. Mengusulkan pemberhentian anggota Pokja yang ditugaskan di ULP kepada walikota, apabila terbukti melakukan pelanggaran peraturan perundang-undangan atau KKN.

Tugas sekretaris ULP :

a. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pengadministrasian di ULP;

b. Menyusun penjadwalan tugas Pokja;

c. Membantu administrasi pengadaan Pokja;

d. Membantu administrasi pengadaan Pokja;

e. Mengiventarisasi sanggahan dan sanggahan banding;

f. Memfasilitasi kebutuhan operasional dan pemeliharaan sarana prasarana pada ULP;

g. Memantau harga barang dan jasa;

h. Mengkoordinasikan tim teknis dalam membantu rangkaian proses pengadaan khususnya spesifikasi barang/pekerjaan;

i. Mengkoordinasikan tim ahli pengadaan barang dan jasa dalam membantu rangkaian proses pengadaan.

Tugas kelompok kerja ULP :

a. Menyusun rencana pemilihan penyedia barang dan jasa;

b. Menetapkan dokomen pengadaan;

c. Menetapkan besaran nominal jaminan penawaran;

d. Memgumumkan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di website pemerintah daerah dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta

menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan dalam portal pengadaan nasional;

e. Menilai kualifikasi penyedia barang dan jasa melalui prakualifikasi atau pascakualifikasi;

f. Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang masuk;

g. Menjawab sanggahan

h. Menetapkan penyedia barang dan jasa untuk :

1) Pelelangan atau penunjukan langsung untuk paket pengadaan barang/ pekerjaan konstruksi/ jasa lainnya yang bernilai paling tinggi Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);

2) Seleksi penunjukan langsung untuk paket pengadaan jasa konsultasi yang bernilai paling tinggi Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);

i. Menyampaikan hasil pemilihan dan salinan dokumen pemilihan penyedia barang dan jasa kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);

j. Menyimpan dokumen asli pemilihan penyedia barang dan jasa;

k. Membuat laporan mengenai proses pengadaan kepada kepala ULP;

l. Memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pengadaan barang dan jasa kepada PA/KPA;

m. Mengusulkan perubahan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

n. Mengusulkan perubahan spesifikasi teknis pekerjaan.

BAB V

PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini penulis akan menyajikan dan menguraikan data-data yang diperoleh selama masa penelitian yang telah dilakukan di Kantor Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Secara Elektronik (LPSE). Data yang diperoleh berupa data sekunder atau wawancara langsung kepada informan penelitian. Ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis yaitu : pertama, penelitian diawali denga pengumpulan berbagai dokumen seperti susunan organisasi, rencana strategis dan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin dijawab. Kedua, penulis melakukan sejumlah wawancara dengan pegawai/petugas dan penyedia yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun yang menjadi informannya adalah:

1. Kepala Bagian Administrasi Pembangunan dan Infrakstruktur, selaku Ketua LPSE dan Kepala Bagian Unit Layanan Pengadaan.

2. Kepala sub bidang pelayanan jasa dan konstruksi.

3. Admin PPE/Admin Sistem.

4. Rekanat/ penyedia barang dan jasa.

1. Indikator Efektivitas

Sebagai suatu proses, sebuah kebijakan menunjuk pada cara dimana melalui cara tersebut suatu organisasi dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya. Pengambil kebijakan menetapkan kebijakan sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Cara yang ditetapkan dan disahkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki diantaranya dengan adanya program.

Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Keberhasilan program dapat dilihat ketika tujuan dari program dapat dilaksanakan dan tercapai. Pemerintah telah menetapkan salah satu tujuan dari kebijakan adalah transparansi dan akuntabilitas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, peneliti menemukan rata-rata informan memberikan informasi dengan sangat antusias terhadap penelitian penulis, informan mengerti dengan apa yang penulis pertanyakan. Dari keenam penyedia barang dan jasa yang penulis tanyakan mereka memahami tentang tujuan dari , mereka mengetahi peraturan dan segala tata cara menggunakan aplikasi, dan mereka juga mengetahui seluruh kelebihan dan kendala dari penggunaan aplikasi E-Proc urement.

Penulis menanyakan pendapat informan (rekanat) mengenai penilaian terhadap kebijakan sudah terlaksana atau tidak. Ke enam informan menilai secara garis besar program ini terlaksana dengan baik, memudahkan pekerjaan, semua dokumen terjamin, tidak mengeluarkan biaya yang besar. “Penilaian kami adalah lebih mudah pekerjaan. Rekanat tidak perlu membawa dokumen ke daerah

dimana pelelangan diadakan dan meminimalisir kecelakaan di jalan”. (Efraim Hia/ Wakil Direktur CV. Swani Siteholi).

Penulis juga menanyakan pendapat semua informan apakah sudah transparansi dan akuntabilitas sesuai dengan dengan tujuan dari kebijakan ? Semua informan mengatakan bahwa sudah transparansi dan akuntabilitas.

Dibandingkan dengan manual tidak adanya transparansi dimulai dari pengumuman lelang, hanya beberapa pihak yang mendengar informasi dan banyak terjadi kecurangan saat memilih penawaran dan dokumen yang disertakan.

Penulis juga mengatakan kepada salah satu petugas apakah tujuan dari e-procurement sudah terlakasana atau tidak “Untuk tujuan besar dari ini yakni

Penulis juga mengatakan kepada salah satu petugas apakah tujuan dari e-procurement sudah terlakasana atau tidak “Untuk tujuan besar dari ini yakni