• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor – Faktor Produksi Yang Berpengaruh Terhadap Usahatani Ubi Jalar di Kabupaten Lamongan

Dalam dokumen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 30-39)

a. Pendahuluan

Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor yaitu tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan. Salah satu subsektor yang memiliki pearanan penting dalam pembangunan pertanian adalah subsektor tanaman pangan.

Beberapa peran strategis subsektor tanaman pangan diantaranya dalam hal pertumbuhan dan pengembangan ketahanan pangan, PDB (Produk Domistik Bruto), kesempatan kerja serta sumber pendapatan perekonomian regional dan nasional. Peranan tanaman pangan dalam hal mewujudkan ketahanan pangan erat kaitannya dengan ketahanan sosial, stabilitas ekonomi dan keamanan nasional. Bahan pangan yang tidak tersedia dengan cukup dan harga yang tidak terjangkau oleh masyarakat akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat secara luas dari segi ekonomi maupun sosial (M. Andriani at al, 2015).

Sasaran pembangunan pangan adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga. Pengembangan ketahanan pangan dilakukan antara lain berdasarkan pada keragaman sumber daya pangan, kelembagaan dan potensi lokal. Salah satu sumber pangan yang strategis adalah tanaman pangan dan palawija. Tanaman pangan dan palawija sebagai sumber karbohidrat dalam pemenuhan gizi masyarakat. Pemenuhan kebutuhan tanaman padi dan palawija harus dijaga ketersediaannya dan terjangkau oleh masyarakat.

Tanaman pangan mempunyai peran strategis dalam pembangunan pertanian. Peran strategis tanaman pangan diantaranya pertumbuhan dan pengembangan ketahanan pangan, membuka kesempatan kerja dan sumber pendapatan perekonomian regional dan nasional. Tanaman pangan yang berpotensi sebagai sumber pangan antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang-kacangan, kedelai dan lain-lain (M.

Andriani at al, 2015). Pria dan wanita yang terlibat dalam pertanian,

162

tetapi pria memiliki peran yang dominan dalam budidaya pertanian sebagai produsen tanaman pangan pokok misalnya: singkong, sorgum, sweet potato, jagung, dan padi (David, 2015).

Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, maka kebutuhan akan pangan semakin meningkat. Alternatif untuk mengatasi masalah pertumbuhan pertumbuhan konsumsi adalah program diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan bukan berarti menggantikan beras, tetapi mengubah pola konsumsi masyarakat dengan banyak jenis pangan yang dikonsumsi. Diversifikasi pangan menjadi salah satu pilar dalam ketahanan pangan di Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan, mengartikan ketahanan pangan sebagai usaha untuk mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga dalam jumlah yang cukup, mutu gizi yang layak, aman dikonsumsi merata serta terjangkau oleh setiap individu, Sesuai dengan undang-Undang No 22 Tahun 1999 pembangunan subsector tanaman pangan harus dapat memperkuat posisi petani, pelaku agribisnis lainnya serta aparatur pertanian dengan memanfaatkan keunggulan agroekosistem masing-masing daerah kabupaten atau kota (M. Andriani at al, 2015).

Ubi jalar (Ipomoea batatas L.,), merupakan tanaman yang biasanya ditanam sebagai tanaman pangan pokok tahunan yang mengandung karbohidrat dan dapat tumbuh pada iklim tropis dan sub-tropis (Uwah et all., 2013). Di negara-negara berkembang, ubi jalar adalah tanaman pangan paling penting kelima di dunia, setelah beras (Oryza sativa L.,), gandum (Triticum aestivum L.,), kentang (Solanum rootosum L.,), jagung (Zea mays L.,) dan singkong (Manihot esculenta Crantz) (Ochieng et al., 2017). Ubi jalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang memberikan sumbangan terhadap PDB yang cukup signifikan dan terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Disamping itu komoditi ubi jalar telah memberikan sumbangan terhadap devisa negara melalui eksport dalam bentuk

163

tepung. Ubi jalar menjadi salah satu dari dua puluh jenis pangan yang berfungsi sebagai sumber karbohidrat. Ubi jalar menjadi salah satu tanaman pangan alternatif untuk mendampingi beras menuju ketahanan pangan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa ubi jalar merupakan (1) sumber karbohidrat keempat setelah padi, jagung, dan ubi kayu; (2) memiliki produktivitas tinggi dibandingkan dengan padi dan ubi kayu; (3) memiliki potensi diversifikasi produk yang cukup beragam; (4) memiliki potensi permintaan pasar local, regional dan eksport terus meningkat; (5) serta memiliki kandungan gizi yang cukup beragam dan tidak dimiliki oleh tanamn pangan lainnya (M.

Andriani at al, 2015).

Diversifikasi pangan dapat dilakukan melalui (1) pengembangan konsumsi pangan karbohidrat yang beragam; (2) pengembangan dan peningkatan daya tarik pangan karbohidrat non beras dan (3) pengembangan produk dan mutu produk pangan karbohidrat non beras yang bergizi tinggi dan memungkinkan untuk dikembangkan (A.

Leovita, 2018).

Usahatani ubi jalar di Kabupaten Lamongan masih mempunyai potensi untuk dikembangkan baik jangka pendek maupun jangka panjang agar produksi dan produktivitas semakin meningkat (Rencana strategis Kabupaten Lamonagan tahun 2016 - 2021). Tingkat produktivitas ubi jalar tergantung pada jumlah produksi dan penggunaan faktor – faktor produksi, oleh karena itu petani dituntut bekerja secara effisien dalam mengelola usahataninya agar produksi optimal. Produktivitas mengacu pada kemampuan petani untuk menempatkan sumber daya mereka dalam penggunaan faktor produksi, sehingga akan meningkatkan produksi (Olagunju, 2007). Faktor-faktor produksi sangat berperan dalam ekonomi, secara sederhana faktor produksi merupakan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa, merupakan teori mendasar dalam ekonomi teknologi (McKenzie, 2004). Faktor-faktor produksi seperti

164

kualitas pupuk, harga tanaman rendah,, irigasi dan transportasi mempunyai peran dalam meningkatkan produksi (M. B. Akram et al, 2004). Peningkatan produktivitas melalui efisiensi tehnis menjadi penting untuk diperhatikan. Peningkatan produksi ubi jalar melalui jalur ekstensifikasi tampaknya semakin sulit karena terbatasnya penyediaan lahan pertanian produktif. Upaya peningkatan produksi ubi jalar melalui efisiensi tehnis menjadi pilihan yang tepat. Hasil penelitian (F. Ratih, 2013) dan Hasil penelitian (A. Leovita, 2015), menyatakan bahwa efisiensi teknis usahatani ubi jalar masih dapat ditingkatkan karena tingkat efisiensi teknis masih berada pada kisaran 50-90%, dimana efisiensi teknis masing-masing sebesar 0,85 dan kisaran antara 0,47 hingga 0,95, oleh karena itu peningkatan produktivitas melalui efisiensi alokatif dan ekonomi menjadi sangat penting.

Biaya produksi digunakan untuk menentukan biaya per unit produksi sebagai syarat perdagangan pertanian untuk mengetahui pendapatan riil petani, sebagai dasar bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan harga, kibajakan peraturan perdagangan, kebijakan hibah produksi, kebijakan subsidi dan kebijakan penentuan tarif (Sarfraz Hassan, 2005). Produksi ubi jalar di sebagian besar daerah dipengaruhi oleh biaya pupuk yang tinggi, kesuburan tanah yang buruk, penggunaan varietas lokal, hama dan penyakit, masalah tempat penyimpanan ubi jalar, masalah pemrosesan dan fragmentasi tanah yang tidak mendorong mekanisasi (Ume et al., 2016). Masalah faktor-faktor produksi yang berpengaruh pada efisiensi produksi adalah masalah kombinasi optimal faktor produksi (Kreneva et al.,2015). Efisiensi penggunaan input dilakukan untuk memaksimumkan keuntungan atau pendapatan usahatani yang dilakukan oleh petani. Upaya ini dapat dicapai jika setiap nilai produk marginal dari input produksi yang digunakan setara dengan harga input, artinya petani harus mampu mengkombinasikan dan

165

mengalokasikan penggunaan faktor-faktor produksi secara tepat untuk menghindari dari inefisiensi penggunaan faktor produksi (B.

Simanjuntak at al, 2019). Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap faktor-faktor produksi usahatani ubi jalar meliputi: luas lahan, jumlah bibit, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk ponska, pupuk SP-36, pupuk ZA dan varietas ubi jalar putih (Varietas Sukuh) sebagai variable dummy terhadap produksi ubi jalar (Ipomae batata L.,) dan effisiensi teknis, effsiensi alokatif dan effisiensi ekonomi.

b. Metode Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan secara purposive methode di Kabupaten Lamongan sebagai salah satu sentra produksi ubi jalar di Jawa Timur, yang terdapat di Kecamatan Kalitengah dan Kecamatan Kedungpring.

Data primer didapatkan dari petani responden dengan menggunakan kuisioner. Penemtuan jumlah responden dengan metode sensus sebanyak 348 petani di Kabupaten Lamongan yang terdapat di Kecamatan Kalitengah sebanyak 165 petani tersebar di 4 desa sentra ubi jalar yaitu di Desa Sugihwaras, Desa Canditunggal, Desa Kuluran, Desa Kediren dan Kecamatan Kedungpring sebanyak 183 petani responden tersebar di 2 desa yaitu Desa Kradenanrejo dan Desa Gunungrejo, pada musim tanam 2019. Sedangkan data sekunder didapatkan dari UPT penyuluh Pertanian Kecamatan Kalitengah dan Kecamatan Kedungpring. Penelitian dilakukan dari bulan September hingga November 2019.

Tahapan pelaksanaan penelitian diawali dengan kegiatan survey ke lahan petani ubi jalar. Selanjutnya dilakukan Forum Group Discussion dengan Unit Pelayanan Teknis Penyuluh Pertanian, ketua kelompok tani, perangkat desa, tokoh masyarakat di Kecamatan Kalitengah dan di Kecamatan Kedungpring. Tahap akhir penelitian

166

yaitu melakukan pengumpulan data dan tabulasi data, setelah itu dilakukan analisis dan interpretasi data untuk mengetahui pola fungsi produksi dan efisiensi usahatani ubi jalar.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis fungsi produksi frontier stochastic untuk menghitung effisiensi teknis, effisiensi ekonomis dan effisiensi alokatif. Analisis fungsi produksi frontier stochastic untuk mengukur effisiensi teknis usahatani ubi jalar dengan menggunakan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE) frontier 4.1. Fungsi produksi frontier stochastic adalah fungsi produksi maksimum yang dapat diperoleh dari beberapa kombinasi faktor produksi pada tingkat teknologi tertentu. Dengan demikian fungsi produksi frontier stochastic menggambarkan hubungan fisik antara faktor-faktor produksi dan output yang posisinya terletak pada isoquant (Triyono et al., 2020). Model produksi frontier stochastic digunakan untuk mengukur efisiensi teknis, dan inefisiensi sumber daya dengan menentukan hubungan antara tingkat output dan input menggunakan pendekatan dua istilah kesalahan yaitu kesalahan normal tradisional dengan rata-rata nol dan varians konstan (Matthew O. at al, 2008). Efisiensi tehnik adalah perbandingan antara nilai output dan input yang diamati secara optimal dari unit produksi, dalam bentuk ratio untuk output potensial maksimum (Hashmi et al., 2016).

Efisiensi teknis dalam pertanian adalah istilah yang mengacu pada kapasitas pertanian untuk menghasilkan jumlah maksimum output dari tingkat input yang diberikan, atau untuk menghasilkan tingkat output yang diberikan dari jumlah minimum input untuk teknologi yang diberikan (Adeyonu et al., 2019). Efisiensi teknis pertanian diukur menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas frontier stochastic dengan menggunakan data penampang dan menemukan varians efek pertanian menjadi komponen yang sangat signifikan untuk menyelidiki apakah ada perbedaan yang signifikan dalam efisiensi teknis rata-rata petani paruh waktu dan penuh waktu (Ohajianya et al, 2014). Fungsi

167

produksi Cobb – Douglas merupakan model regresi non-linier berganda, agar model tersebut dapat dianalisis maka harus ditransformasikan ke dalam persamaan linier yaitu dengan logaritma natural (Ln). Fungsi biaya produksi frontier stochastic diestimasi menggunakan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE).

Fungsi biaya produksi frontier stochastic diasumsikan oleh Cobb-Douglas yang ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural (ln) sebagai berikut : (Sudrajat et al., 2017).

Y = βo + β1 X1 + . . . + βk Xk (vi + ui) ………(1)

Dimana:

Y = Produksi usaha tani ubi jalar dalam logaritma natural (Ln) X1 = Faktor produksi yang dinormalkan dalam logaritma natural

(Ln) Βo = Konstanta

β1-k = Parameter yang diestimasi

vi = Eror yang disebabkan oleh faktor yang tidak dapat dikuasi petani

ui = Eror yang disebabkan oleh faktor yang dapat dikuasai petani

Dalam fungsi produksi usahatani ubi jalar, faktor- faktor produksi yang diduga mempengaruhi produksi yaitu luas lahan, jumlah bibit, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk phonska, pupuk SP36, pupuk ZA dan varitas bibit putih (Varietas Sukuh) sebagai variable dummy. Fungsi produksi frontier stochastic untuk produksi ubi jalar dalam penelitian ini, dengan memasukkan faktor produksi kedalam persamaan frontier, maka persamaan fungsi produksi frontier stochastic usahatani ubi jalar dapat dirumuskan sebagai berikut (Ahmad et al., 2014) :

LnY = βo + β1lnX1+ β2lnX2 + β3lnX3 ++ β4lnX4 + + β5lnX5 + + β6lnX6

+ β7lnX7 + d1D1 + vi – u ……… ………(2)

168

Keterangan:

Y = Produksi ubi jalar (Kg) X1 = Luas lahan (Ha)

X2 = Jumlah bibit (kg) X3 = Tenaga kerja (HKP) X4 = Pupuk urea (Kg) X5 = Ponska (Kg) X6 = Pupuk SP36 (Kg) X7 = Pupuk ZA (Kg)

D1 = 1, Variabel dammy stek bibit ubi jalar putih (Varietas Sukuh) D = 0, Selain ubu jalar putih (Varietas Sukuh)

bo = Intersep

b1 – b7 = Koefisien regresi eu = Standart error

Analisis efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi

Efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi dapat diukur dengan menurunkan fungsi biaya ganda dari fungsi produksi Cobb-Douglass yang homogen (Debertin,1986). Analisis efisiensi alokatif menjelaskan kemamuan petani dalam menghasilkan sejumlah output pada kondisi minimisasi rasio biaya input (Saptana,2012). Dengan meminimumkan fungsi biaya input dengan kendala fungsi produksi pada persamaan (2) sehingga fungsi biaya ganda frontier adalah sebagai berikut:

Ln C = ß0 + ß1lnY + ß2lnP1 + ß3lnP2 + ß4lnP3 + ß5lnP4 + ß6lnP5+

ß7lnP6………(3) Dimana:

C = biaya produksi ubi jalar (Rp) Y = jumlah produksi ubi jalar (kg)

P1 = harga rata- rata bibit ubi jalar (Rp/bibit) P2 = biaya tenaga kerja HKP (Rp)

169

P3 = harga rata-rata pupuk urea (Rp) P4 = harga rata-rata pupuk ponska (Rp) P5 = harga rata-rata pupuk SP36 (Rp) P6 = harga rata-rata pupuk ZA (Rp)

β1, β1, β2, β3, β4, β5, β6, β7 = parameter estimasi Efisiensi ekonomi didefinisikan sebagai rasio total biaya produksi minimum yang diobservasi (C*) dengan total biaya produksi aktual (C) dengan persamaannya sebagai berikut (Jondrow, et al,1982).

EE= =

………...(4) Dimana EE bernilai 0 ≤ EE ≤ 1. Efisiensi ekonomi (EE) merupakan

gabungan dari efisiensi teknis (ET) dan efisiensi alokatif (AE), sehingga AE dapat diperoleh sebagai berikut:

AE

………..(5)

Bagan alir penelitian kuantitatf, metode survey dapat dilihat pada gambar 10.

170

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian Kwantitatif c. Hasil dan Pembahasan

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Ubi

Dalam dokumen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 30-39)