• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Umum

Dalam dokumen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 99-117)

Pembahasan umum disertasi merupakan pembahasna secara holistik dan integrative atas pembahasan tiga sub kajian disertasi yang telah dilakukan.

Ulasan yang disajikan akan bersifat secara umum dan komprehensif mengenai temuan dan hasil penelitian berdasarkan kondisi empiris di lapangan dan fakta responden.

1. Analisis Kelayakan Usahatani Ubi Jalar Secara Ekonomi Kaitannya Dengan Pengembangan Usahatani Ubi Jalar di Kabupaten Lamongan.

Analisis secara ekonomi usahatani ubi jalar di Kabupaten Lamongan mencakup penerimaan, pendapatan dan biaya produksi. Dengan analisis ekonomi, maka petani dapat mempertimbangkan pengambilan keputusan dalam mengusahakan usahatani ubi jalar. Hasil analisis ini tidak bersifat tetap, tetapi dapat berubah -ubah sesuai dengan keadaan harga di pasaran,

231

baik harga produk hasil panen, harga prasarana produksi maupun harga sarana produksi.

Penerimaan merupakan jumlah produksi dikalikan harga ubi jalar.

Sedangkan pendapatan merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor-faktor produksi (Soekartawi, 2006). Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Adapun fungsi pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan kegiatan usahatani selanjutnya. Pendapatan merupakan balas jasa. Dijelaskan oleh (Soekartawi et al, 1986), bahwa selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani disebut pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai. Juga menjelaskan bahwa pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan yang diperoleh atas biaya biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani, sedangkan pendapatan atas biaya total merupakan pendapatan setelah dikurangi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor-faktor internal usahatani yang mempengaruhi pendapatan usahatani yaitu kesuburan lahan, luas lahan garapan, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan modal dalam usahatani, penggunaan input modern/teknologi, pola tanam, lokasi tanaman, fragmentasi lahan, status lahan status penguasaan lahan, cara pemasaran output, efisiensi penggunaan input dan tingkat pengetahuan maupun keterampilan petani dan tenaga kerja. Sedangkan faktor faktor eksternal usahatani, penemuan teknologi baru, fasilitas irigasi, tingkat harga output dan input, ketersediaan lembaga perkreditan, adat istiadat masyarakat dan kebijaksanaan pemerintah.. Pendapatan bersih usahatani dapat diketahui melalui analisis R/C rasio. R/C ratio menunjukan penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani. Semakin besar nilai R/C menunjukKan bahwa semakin besar pula penerimaan usahatani yang diperoleh untuk setiap rupiah yang

232

dikeluarkan. Hal tersebut menyimpulkan bahwa kegiatan usahatani tersebut menguntungkan untuk dilaksanakan. Kegiatan usahatani dikatakan layak jika nilai R/C ratio menunjukan angka lebih dari satu, artinya setiap penambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biayanya.

Sebaliknya jika nilai R/C ratio lebih kecil dari satu, menunjukan bahwa tambahan biaya setiap rupiahnya menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil, sehingga kegiatan usahatani dikatakan tidak menguntungkan. Jika nilai R/C rasio sama dengan satu artinya usahatani tidak untung dan tidak merugi.

Penggunaan biaya usahatani ubi jalar dibagi menjadi biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel meliputi biaya bibit, biaya pupuk, biaya obat-obatan, biaya tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga, Biaya tetap meliputi biaya pajak (PBB), biaya penyusutan peralatan. Biaya bibit adalah biaya pembelian bibit ubi jalar yang akan di tanam ke lahan yang telah dipersiapkan untuk usahatani ubi jalar. Biaya bibit merupakan biaya variabel yang dibutuhkan petani dalam melakukan usahatani ubi jalar dalam satu musim tanam. Biaya pupuk pada usahatani ubi-jalar adalah biaya pembelian pupuk yang akan diberikan pada tanaman ubi jalar yaitu berupa pupuk urea, pupuk ponska, pupuk SP36 dan pupuk ZA. Petani yang berusahatani ubi jalar tidak seluruhnya menggunakan pupuk secara maksimal, sehingga membuat petani dalam melakukan usahatani ubi jalar di Kabupaten Lamongan mampu meminimalkan penggunaan biaya pupuk tersebut. Pemupukan bertujuan untuk menambah zat hara didalam tanah yang dibutuhkan tanaman terutama unsur N,P dan K. Pertumbuhan dan perkembangan ubi jalar membutuhkan unsur hara N,P dan K, ketiga unsur tersebut, ubi jalar lebih banyak membutuhkan unsur hara K dari pada unsur hara N atau P (D. Juanda et al, 2000).

Biaya pestisida atau obat-obatan pada usahatani ubi jalar adalah biaya pembelian obat-obatan yang diberikan pada tanaman ubi jalar pada saat terserang penyakit. Jenis obat-obatan yang sering digunakan adalah larvin,

233

pembesar umbi (PGPR) dan pupuk daun (Gandasil D). Larvin digunakan untuk mencegah umbi terserang penyakit hama boleng (Cylas formicarius ). Hama boleng adalah larva (ulat berwarna putih) dari sejenis kumbang yang menyerupai semut. Umbi yang diserang hama boleng berlubang-lubang kecil tidak merata dipermukaan kulitnya, bila umbi dibelah, terdapat bekas gerekan berwarna hijau dan berbau busuk. Umbi tersebut bila direbus dan dimakan akan terasa pahit (D. Juanda et al, 2000). Biaya tenaga kerja usahatani ubi jalar di Kabupaten Lamongan berasal dari tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga (HKP) dengan 8 jam kerja per hari. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan tergolong tinggi karena usahatani ubi jalar banyak melibatkan tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja tersebut digunakan untuk melakukan persemaian, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan meliputi; penyiangan, pemupukan, pengairan, pengugaran (membalik), pemberian pestisida dan pemanenan.

Kebutuhan akan tenaga kerja yang paling banyak dalam tahapan pengolahan lahan, penanaman, dan pemanenan. Biaya tetap meliputi penggunaan biaya pajak tanah (PBB), biaya penyusutan peralatan cangkul dan disel.

Dapat disimpulkan pengembangan usahatani ubi jalar di Kabupaten Lamongan kaitannya dengan analisis kelayakan usahatani ubi jalar secara ekonomi dengan menggunakan analisis R/C ratio dan B/C ratio didapatkan nilai R/C sebesar 2,92 dan nilai B/C sebesar 1,91, ini menunjukkan bahwa nilai R/C ratio dan nilai B/C ratio lebih dari satu yang artinya usahatani ubi jalar di Kabupaten Lamongan menguntungkan dan layak dikembagkan.

2. Faktor- Faktor Produksi Yang Berpengaruh Terhadap Produksi ubi Jalar Kaitannya Dengan Pengembangan Usahatani Ubi Jalar di Kabupaten Lamongan

Faktor – faktor produksi luas lahan, pupuk urea, pupuk ponska, pupuk SP-36, pupuk ZA dan berpengaruh terhadap produksi ubi jalar di

234

Kabupaten Lamongan dan telah mencapai efisensi teknis, sedangkan untuk efisiensi alokatif dan ekonomi belaum efisien. Berdasarkan penelitian ini, diketahui bahwa hasil analisis model produksi stochastic frontier menunjukkan variabel luas lahan berpengaruh nyata atau signifikan terhadap produksi ubi jalar pada taraf kepercayaan 99%. Rata-rata luas lahan yang di usahakan petani di daerah penelitian yaitu seluas 0,21 hektar. Luas lahan tersebut tergolong kecil, hal ini menunjukkan bahwa petani ubi jalar merupakan petani berskala kecil sehingga jika petani ubi jalar ingin meningkatkan produksi ubi jalar, maka petani perlu memperhatikan luas lahan. Luas lahan yang diusahakan petani untuk usahatani ubi jalar sangat berpengaruh pada produksi, sehingga petani dituntut untuk mengusahakan usahataninya dengan penggunaan input produksi yang optimal. Luas lahan berpengaruh nyata terhadap hasil produksi ubi jalar dikarenakan lahan sebagai tempat tumbuh tanaman atau sarana untuk membudidayakan ubi jalar. Penggunaan lahan berbanding lurus dengan produksi yang diperoleh artinya semakin luas lahan yang digunakan maka produksi yang diperoleh akan semakin besar.

Ekstensifikasi pertanian diperlukan dalam rangka meningkatkan produksi pangan, khususnya ubi jalar sebagai diversifikasi makanan pokok orang Indonesia. Ekstensifikasi (perluasan lahan) dapat dilakukan dengan pembukaan areal baru pertanaman ubi jalar. Namun peningkatan luas lahan harus diikuti oleh penggunaan input-input produksi lainnya per hektar dalam rasio yang konstan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh (R.D.Sari et al, 2015), (B. Simanjuntak et al, 2019), (H. Khotimah et al, 2010), ( F. Ratih et al, 2012), (P. D.

Arimbawa et al, 2016), (R.W. Asmarantaka et al, 2017), (F. Ratih , 2013), (M. Andriani, et al, 2015), (Adekanye et al, 2015), (H. Badar et al, 2007 ), (0hajianya et al, 2014), (Mmasa et all, 2012), (A. Yusuf et al, 2015), dan (Matthew O. et al, 2008), menyatakan bahwa luas lahan mempunyai pengaruh positip terhadap peningkatan produksi ubi jalar.

235

Variabel pupuk urea berpengaruh signifikan terhadap produksi ubi jalar pada taraf kepercayaan 99%. Penggunaan pupuk urea yang berlebihan dapat menghambat pembungaan dan pembuahan pada tanaman sehingga dapat menurunkan produksi. Pemberian pupuk urea berlebih juga dapat merusak kesuburan tanah, jika urea diberikan terlalu banyak dalam tanah dapat membuat tanah menjadi masam. Tanah yang masam dapat mengakibatkan penyerapan unsur hara tertentu menjadi terhambat.

Penggunaan urea berlebih juga akan mengancam kelangsungan hidup mikroorganisme dalam tanah. Penggunaan urea berlebih juga akan menjadikan tanaman menjadi sukulen sehingga tanaman menjadi rentan terserang hama dan penyakit. Penggunaan pupuk urea yang dilakukan pada petani responden sudah melebihi tingkat anjuran penggunaan pupuk urea.

Penggunaan pupuk urea yang berlebihan secara kontinyu dapat menyebabkan tanah di lahan menjadi jenuh unsur hara yang terkandung di urea, oleh karena itu saat ini penggunaan pupuk urea (dalam jumlah yang sama) tidak akan berpengaruh nyata terhadap hasil produksi ubi jalar.

Penggunaan pupuk urea yang berlebihan ini tidak akan meningkatkan produksi usahatani ubi jalar atau bahkan penggunaan pupuk urea yang berlebihan tersebut akan menurunkan produksi, ubi jalar (The Law of Deminishing Returns). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh (Chen et al, 2017), (Lingga, 1994) dan (Sutejo et al, 1990), (B. Simanjuntak et al, 2019), dan (R.W. Asmarantaka et al, 2017), menyatakan bahwa pupuk urea mempunyai pengaruh positip terhadap peningkatan produksi ubi jalar.

Variabel pupuk ponska berpengaruh signifikan terhadap produksi ubi jalar pada taraf kepercayaan 99%. Pupuk phonska merupakan pupuk majemuk yang mana pupuk tersebut memiliki kandungan unsur hara yang lebih lengkap dibandingkan pupuk urea dan pupuk SP36. Karateristik pupuk phonska adalah memiliki kandungan unsur hara berimbang, tidak terlalu higroskopis sehingga tidak cepat menggumpal. Pupuk yang kandungan ansur haranya higroskopi seperti pupuk urea (kandungan N

236

tinggi), tidak dapat disimpan lama dan mudah menggumpal. Pupuk phonska merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara nitrogen (N: 15%), fosfat (P2O5: 15%), kalium (K2O: 15%) dan sulfur (S) sekaligus. Kegunaan pupuk phonska antara lain meningkatkan produksi dan kualitas panen, memacu pertumbuhan akar dan sistem perakaran yang baik, menambah kandungan protein, memperbesar ukuran umbi, dan memperlancar proses pembentukan gula dan pati (Petrokimia Gresik, 2012). Semakin meningkat penggunaan pupuk phonska (dibawah batas penggunaan maksimum), maka tanaman yang dihasilkan akan mengalami pembentukan umbi yang lebih besar sehingga hasil produksi ubi jalar dapat meningkat. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian (Uwah et al, 2013), (M. Andriani, et al, 2015), (Defri, 2011), (Adekanye et al ,2015), (Ohajianya et al, 2014), (R. D.Sari et al, 2015), (B. Simanjuntak et al, 2019), dan (R.W. Asmarantaka et al, 2017). menyatakan bahwa pupuk ponska mempunyai pengaruh positip terhadap peningkatan produksi ubi jalar.

Variabel pupuk SP-36 berpengaruh signifikan terhadap produksi ubi jalar pada taraf kepercayaan 99%. Ketersediaan nitrogen, fosfor, dan potasium adalah faktor yang paling menentukan untuk pertumbuhan dan hasil produksi maksimum ubi jalar, sehingga perlu diperhatikan tempat tumbuh, jenis dan dosis pupuk pada saat pemupukan. Menurut Petrokimia Gresik (2012) kandungan unsur hara dalam pupuk SP-36 adalah fosfor dalam bentuk tinggi yaitu sebesar 36% (kadar P2O5 larut asam sitrat minimal 34% dan kadar P2O5 larut dalam air minimal 30%). Unsur hara fosfor yang terkandung dalam pupuk SP36 hampir seluruhnya larut dalam air sehingga mudah mengalami pelindian (pelarutan hara secara cepat).

Akibatnya sebagian besar unsur hara fosfor akan segera difiksasi oleh unsur Al dan Fe yang ada dalam tanah, dan fosfor menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Penggunaan pupuk SP36 yang berlebihan tidak dapat meningkatkan produksi ubi jalar tetapi dapat mengubah tanah menjadi bersifat masam dan dapat menurunkan produktivitas ubi jalar (Rosmakam

237

et al, 2011). Menurut (Lingga, 1994) unsur hara yang banyak diserap oleh tanaman ubi jalar adalah unsur hara nitrogen (N) dan kalium (K), sedangkan untuk fosfor (P) hanya sedikit yang diserap. Maka pemberian unsur hara P yang berlebih untuk tanaman ubi jalar tidak akan meningkatkan produksi ubi jalar, melainkan membuat usahatani ubi jalar menjadi tidak efisien baik secara teknis maupun alokatif. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitina yang dilakukan oleh (Dumbuya et al, 2016), (Ningrum et al, 2018), (Rosmakam et al, 2011), (M. Andriani, et al, 2015), (Defri, 2011), (Ohajianya et al, 2014), dan (R.D.Sari et al, 2015), menyatakan bahwa pupuk SP-36 mempunyai pengaruh positip terhadap peningkatan produksi ubi jalar.

Variabel pupuk ZA berpengaruh signifikan terhadap produksi ubi jalar pada taraf kepercayaan 99%. Pupuk ZA mengandung 20,8% unsur nitrogen artinya dalam 100 kg pupuk ZA terdapat 20,8 kg nitrogen.

Nitrogen merupakan nutrisi utama yang mempengaruhi berbagai perkembangan produksi sel, fotosintesis dan sintesis asam amino untuk pertumbuhan dan peningkatan hasil panen ubi jalar. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh (Wang et al., 2020), (Hartemink et al, 2000), (E. Paturohman, 2015), (Uwah et al, 2013), (M.

Andriani, et al, 2015), (Defri, 2011), (Adekanye et al ,2015) menyatakan bahwa pupuk ZA mempunyai pengaruh positip terhadap peningkatan produksi ubi jalar.

Analisis efisiensi teknis dianalisis dengan menggunakan model produksi stochastic frontier. Nilai efisiensi tehnis dinyatakan sudah efisien jika nilai efisiensi tehnis diatas 0,7 (Coelli et al, 1998). Nilai efisiensi teknis sudah efisien jika nilainya lebih besar dari 0,7 (Kusnadi et al, 2015).

Jadi analisis efisiensi teknis dengan menggunakan model produksi stochastic frontier di daerah penelitian dinyatakan bahwa petani dalam mengusahakan usahatani ubi jalar sebesar 348 petani telah mencapai efisiensi teknis. Rata-rata nilai efisiensi teknis di daerah penelitian sebesar 0,95. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh

238

(Adeyonu et al., 2019), (R.W. Asmarantaka et al, 2017), (A. Yusuf , et al, 2015), (Ratih. F, 2013) dan (A.Jote et al, 2018), menyatakan bahwa usahatani ubi jalar telah mencapai efisiensi teknis. Untuk efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi belum efisien.

Dapat disimpulkan pengembangan usahatani ubi jalar di Kabupaten Lamongan kaitannya dengan faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi ubi jalar yaitu luas lahan, pupuk urea, pupuk ponska, pupuk SP-36 dan pupuk ZA, maka diharapkan petani mengembangkan usahatani ubi jalar. Untuk meningkatkan produksi ubi jalar petani harus memperhatikan penggunaan faktor -faktor produksi tersebut. Penggunaan faktor-faktor produksi terukur, terencana dan tepat waktu akan mendapatkan produksi yang maksimal dengan penggunaan faktor produksi yang optimal. Tercpainya efisiensi teknis menunjukkan bahwa petani telah mencerminkan kemampuannya untuk memperoleh output maksimal dari sejumlah input tertentu.. Seorang petani dikatakan lebih efisien secara teknis dari petani lain, petani dapat menghasilakn out put lebih besar dari pada tingkat penggunaan teknologi produksi yang sama. Sedangkan efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi belum efisien disebabkan karena harga-harga input produksi yang berubah-ubah cenderung naik sedangkan harga ubi jalar cenderung menurun. Petani berada pada bargaining position yang lemah, petani tidak mempunyai daya tawar yang tinggi terhadap penentuan harga.

3. Analisis Kelayakan Usahatani Ubi Jalar Secara Ekonomi dan Faktor- Faktor Produksi Yang Berpengaruh Terhadap Produksi ubi Jalar Kaitannya Dengan Faktor-Faktor Pengembangan Usahatani Ubi Jalar.

Faktor sosial, faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor akses informasi dan faktor kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap pengembangan usahatani ubi jalar. Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa faktor sosial dapat memberikan nilai positip dan signifikan pada pengembangan usahatani ubi jalar. Faktor sosial dengan

239

usia, pendidikan dan pengalaman berusahatani berpengaruh positip terhadap pengembangan usahatani ubi jalar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia petani di Kabupaten Lamongan bervariatif. Usia dapat menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga terdapat perbedaan keragaman perilakunya berdasarkan usia yang dimiliki, antara petani muda dan petani yang lebih tua dalam mengelola usahataninya.

Petani yang lebih tua lebih fokus dalam mengelola usahatani dari pada petani yang usianya lebih muda. Perbedaan petani usia muda dengan petani usia tua terletak pada pengalaman yang dimiliki petani dalam berusahatani. Hasil studi secara empiris mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Padmodiharjo, 1994), (Mardikanto, 1993), (Agussabi, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan formal maupun pendidikan non formal memiliki kemampuan yang kuat dalam mengukur variabel faktor sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan petani di Kabupaten Lamongan bervariatif. Pendidikan merupakan proses belajar yang dapat dijadika sebagai cara untuk membawa kearah perubahan. Pendidikan dapat menggambarkan tingkat intelegensi yang berhubungan dengan daya pikir. Pendidikan merupakan proses belajar yang dapat dijadikan sebagai cara untuk membawa ke arah perubahan.

Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin luas ilmu pengetahuannya, sehingga menimbulkan cara berfikir lebih baik. Pendidikan menggambarkan tingkat kemampuan kognitif dan bobot atau derajat ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang. Hasil studi secara empiris menunjukkan bahwa pendidikan formal dan non formal di daerah penelitian mempunyai nilai positip dengan factor loading tertinggi. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh (Soekartawi, 1993), (R.D.Sari et al, 2015), (A.Yusuf et al, 2015), menyatakan bahwa pendidikan adalah faktor yang mempengaruhi petani dalam menentukan usahataninya. sebesar 0,704. Pengalaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berapa lama petani melakukan kegiatan usahatani. Pengalaman petani berusahatani ubi jalar didapat dari

240

proses belajar turun temurun dari orang tua atau saudara yang dianggap lebih berpengalaman. Hal ini sesuai dengan pendapat (Hermanto,1993) bahwa petani mengembangkan kemampuan dan kompetensi usahataninya dari pengalaman yang diperoleh secara turun-temurun, keterbatasan pengalaman akan menutup cakrawala gagasan yang ada pada memori pikiran. Hasil studi ini sesuai dengan kondisi empiris bahwa petani yang memiliki pengalaman usahatani lebih lama cenderung lebih selektif dalam proses pengambilan keputusan untuk menjalankan usahataninya. Petani yang memiliki cukup banyak pengalaman dapat menyelesaikan berbagai macam persoalan yang dihadapi saat menjalankan usahataninya. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh (Mardikanto, 1993), (R.D.Sari et al, 2015), (A.Yusuf et al, 2015) dan (Suparta, 1991),menyatakan bahwa pengalaman berusahatani adalah sangat mempengaruhi petani dalm menentukan pilihan usahataninya.

Faktor eknomi adalah pendapatan, luas lahan dan peluang usaha.

Pendapatan, yang dimaksud adalah pendapatan yang diperoleh dari pendapatan usahatani maupun pendapatan dari luar usahatani. Fakta empiris menunjukkan bahwa petani di Kabupaten Lamongan adalah petani yang memiliki etos kerja yang kuat, pekerja keras dalam mencapai sesuatu yang diinginkan, sehingga petani berupaya mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Berbagai upaya akan dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan ekonomi keluarga.

Pendapatan dalam penelitian ini adalah pendapatan yang berupa barang atau uang dari hasil usahatani maupun pendapatan dari luar usahatani.

Pendapatan merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor – faktor produksi. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan yang diperoleh atas biaya – biaya yang benar - benar dikeluarkan oleh petani, sedangkan pendapatan atas biaya total merupakan pendapatan setelah dikurangi biaya tunai dan biaya diperhitungkan (Soekartawi,2003). Pendapatan luar usahatani (pendapatan

241

sampingan) diperoleh dari petani sebagai petambak, buruh bangunan, buruh tani, pedagang dan beternak. Sejalan dengan hasil penelitian (U.F.S.Putri et al, 2014) pendapatan di luar usaha tani (off farm income) yaitu pendapatan dari bekerja pada usahatani lain ( farming working an others farm) yang dilakukan oleh rumah tangga petani, meliputi pendapatan dari buruh tani. Hasil studi ini secara empiris mendukung hasil penelitian (Salim, 1994) bahwa tingginya pendapatan akan menyebabkan terpenuhinya akan berbagai kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan,

Luas lahan adalah variabel faktor ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa luas lahan sangat tepat untuk mengukur kondisi ekonomi petani. Luas lahan yang dimiliki petani di daerah penelitian tergolong rendah rata-rata 0,21 hektar untuk usahataninya. Bahkan juga memanfaatkan tanah pekarangan disekitar rumahnya untuk menanam bahan makanan seperti sayur-sayuran. Hal yang paling utama dalam pertanian dan usahatani adalah lahan pertanian, yang mana semakin luas lahan maka semakin besar jumlah produk yang dapat dihasilkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (D. Marhaeni, 2017), (Mubyarto, 1989 ), (Assis et al, 2014), ( Sharma et al,2007) dan (I.

Drambilla et al, 2011) dan (P.D.Arimbawa et al, 2016), menyatakan bahwa luas lahan merupakan faktor yang mempengarui produksi.

Peluang usaha yaitu kemampuan petani untk melakukan pekerjaan atau usaha yang dilakukan diluar usahatani. Peluang usaha ini juga akan menambah pendapatan petani. Sedangkan kompetensi bisnis seseorang dalam memanfaatkan peluang usaha menurut (Yustika, 2006), meliputi : (1) harus proaktif dengan selalu ada inisiatif dan tegas dalam melaksanakan usaha, (2) sedangkan seseorang yang berorientasi pada prestasi selalu mencari peluang usaha, berorientasi terhadap effisiensi, konsentrasi untuk kerja keras, perencanaan yang sistematik, selalu memonitor, (3) komitmen terhadap perusahaan orang lain yang dicirikan

242

dengan selalu penuh komitmen dalam mengadakan kontrak kerja dan mengenali pentingnya hubungan usaha.

Faktor lingkungan dengan irigasi, teknologi dan modal. Menurut ( Hernanto,1996), modal merupakan unsur pokok usahatani yang penting, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-barang baru, yaitu produksi pertanian. Sedangkan menurut (Mubyarto, 1989), modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu hasil pertanian.

Menurut (Soekartaw,1986), menyebutkan modal usahatani terdiri dari berbagai macam masukan. Modal merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan produktivitas usahatani. Secara umum telah diketahui bahwa modal petani untuk menjalankan usahataninya terbatas (lemah), sehingga mereka perlu akes terhadap permodalan lainnya (kredit).

Pemeratan akses terhadap modal bagi petani diyakini sebagai salah satu alternatife untuk meningkatkan pendapatannya. Dengan modal yang cukup petani dapat mengoptimalkan sumberdaya usahataninya guna meningkatkan keuntungan usahanya yang pada gilirannya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani (Sudaryanto dan Agustian, 2003).

Sejalan dengan hasil penelitian (Syaifuddin, 2008), menyatakan bahwa lingkungan pertanian yaitu modal berpengaruh nyata terhadap kompetensi petani dan pendapatan keluarga.

Irigasi menunjukkan variabel faktor lingkungan. Irigasi di tempat penelitian yaitu irigasi setengah teknis dan tadah hujan. Menurut UU No. 7 Tahun 2004 pasal 41 ayat 1 tentang sumber daya air, irigasi merupakan usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air untuk menunjang

Irigasi menunjukkan variabel faktor lingkungan. Irigasi di tempat penelitian yaitu irigasi setengah teknis dan tadah hujan. Menurut UU No. 7 Tahun 2004 pasal 41 ayat 1 tentang sumber daya air, irigasi merupakan usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air untuk menunjang

Dalam dokumen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 99-117)