• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efisiensi Biaya Usahatani Ubi Jalar di Kabupaten Lamongan

Dalam dokumen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 26-30)

Dalam melakukan usahatani ubi jalar tujuannya untuk mendapatkan pendapatan yang tinggi. Pendapatan dapat diperoleh dari pengurangan antara besarnya penerimaan yang diterima oleh petani dengan semua biaya produksi yang dikeluarkan. Apabila penerimaan yang diperolch petani lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan, maka pendapatan yang akan diperoleh akan lebih besar dan begitu pula sebaliknya. Tingkat pendapatan yang diterima oleh petani dapat dilihat dari efisiensi biaya. Penggunaan biaya dalam usahatani ubi jalar meliputi biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan biaya penyusutan dari setiap peralatan yang digunakan kemudian digolongkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Penggunaan biaya produksi mempengaruhi pendapatan, semakin kecil biaya produksi yang dikeluarkan maka pendapatan yang diterima akan semakin besar. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh setiap petani dalam melakukan usahatani ubi jalar berbeda-beda tergantung dari luas lahan yang diusahakan, kualitas dan kuantitas bibit yang digunakan, penggunaan tenaga kerja, penggunaan pupuk serta penggunaan obat-obatan yang digunakan dalam usahatani ubi jalar. Penggunaan biaya-biaya tersebut harus dihitung agar alokasinya tidak berlebihan atau terlalu sedikit. Perhitungan biaya-biaya tersebut digunakan untuk mengetahui penggunaan biaya dalam usahatani ubi jalar tersebut sudah efisien atau belum. Biaya yang efisien akan menghasilkan keuntungan yang besar bagi setiap petani.

Tingkat efisiensi penggunaan biaya pada suatu usahatani ubi jalar dapat dihitung dengan menggunakan analisis R/C ratio dan B/C Ratio. R/C ratio merupakan analisis yang membandingkan antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan selama satu musim tanam usahatani ubi jalar selama 4 bulan. Efisiensi yang tinggi mampu diperoleh dengan cara

158

meningkatkan produksi serta menekan biaya produksi yang dikeluarkan.

Nilai R/C ratio > 1 menunjukkan bahwa penggunaan biaya usahatani ubi jalar tersebut adalah efisien dan apabila nilai R/C ratio < 1 maka penggunaan biaya usahatani ubi jalar tersebut tidak efisien. Apabila nilai R/C ratio = 1 maka penggunaan biaya usahatani ubi jalar berada pada titik impas. Sedangkan untuk menghitung Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) adalah jumlah penerimaan bersih ( pendapatan) dibagi total pengeluaran dan apabila hasilnya > 1 maka usahatani ubi jalar dinyatakan layak untuk diusahakan (Harmono et al, 2005). Hasil analisis data mengenai efisiensi penggunaan biaya usahatani ubi jalar di Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 4. Rata-Rata Total Produksi, Harga Jual, Biaya Tetap, Biaya Variabel, Penerim Total Penerimaan, Total Biaya,Pendapatan dan Efisiensi Biaya Uasahatani Ubi jalar di Kabupaten Lamongan per 0,21 Ha dan per Ha Masa Tanam Tahun 2019.

No Keterangan Jumlah 6 Penerimaan (Rp) 10.993.609,- 54.968.291,- 7 Pendapatan Total Biaya Tunai dihasilkan produksi sebesar 4.807 kg per 0,21 hektar dan 24.035 kg per hektare (Ha). Luas lahan yang ditanami ubi jalar musim tanam 2019 di lokasi penelitian sebesar 72,75 hektar dengan produksi sebesar 1.672.716 kg dan produktivitas sebesar 22,99 kg, dengan

159

rata-rata harga jual ubi jalar Rp 2.287,-. Rata-rata penggunaan biaya tetap dan biaya variabel adalah sebesar Rp 2.080.000,-, dan Rp 3.770.839,- per 0,21 hektar dan biaya tetap Rp 9.733.431,- dan biaya variabel Rp 8.854.196,- per hektar (Ha), sehingga rata-rata total penggunaan biaya pada usahatani ubi jalar adalah sebesar Rp 5.850.839,- per 0,21 hektar dan Rp 28.587.627,- per hektar (Ha).

Rata-rata total penerimaan yang diperoleh petani ubi jalar sebesar Rp 10.993.609,-, per 0,21 hektar dan Rp 54.968.045,- per hektar (Ha), dengan tingkat harga jual rata-rata adalah sebesar Rp 2.287,-/kg Rata-rata pendapatan total biaya tunai yang diperoleh adalah sebesar Rp Rp 7.222.770,- per 0,21 hektar dan Rp 36.113.849,- per hektar (Ha), dalam satu musim tanam kurang lebih 3-4 bulan.

Sedangkan rata-rata pendapatan total biaya usahatani yang diperoleh adalah sebesar Rp Rp 6.142.770,- ,per 0,21 hektar dan Rp 30.713.850,- per hektar (Ha), dalam satu musim tanam kurang lebih 3-4 bulan. Total penerimaan diperoleh dari rata-rata harga ubi jalar per kg dikalikan dengan rata-rata produksi dalam satu kali musim tanam kurang lebih 3-4 bulan.. Tingkat harga dan produksi merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terhadap pendapatan yang akan diperoleh petani dalam berusahatani ubi jalar. Total biaya merupakan jumlah dari total biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dalam usahatani ubi jalar di Kabupaten Lamongan meliputi biaya pajak tanah (PBB) dan biaya penyusutan peralatan-peralatan yang digunakan dalam usahatani ubi jalar yaitu biaya penyusutan cangkul dan diesel. Sedangkan biaya variabel dalam usahatani ubi jalar meliputi biaya pembelian bibit, biaya pupuk, biaya obat-obatan dan biaya tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga. Pendapatan yang didapat dihasilkan dari pengurangan antara total penerimaan dengan total biaya.

Penggunaan biaya pada usahatani ubi jalar di Kabupaten Lamongan adalah efisien. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil nilai

160

R/C ratio dan B/C ratio. R/C ratio total biaya tunai sebesar 2,92 ( luas lahan 0,21 Ha dan 1 Ha) dan R/C ratio total biaya usahatani sebesar 1,88 (0,21 Ha), sebesar 1,92 ( luas 1Ha). Nilai R/C ratio total biaya tunia dan R/C ratio total biaya usahatan mempunyai nilai lebih dari 1, artinya penggunaan biaya yang digunakan oleh petani ubi jalar sudah dialokasikan dengan baik. Nilai R/C ratio sebesar 2,92 dan 1,88 berarti setiap penggunaan biaya sebesar Rp 100 maka dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 292,-,dan Rp 188,-. Hal ini berarti keuntungan yang mampu diperoleh petani setiap mengeluarkan biaya sebesar Rp 100 adalah sebesar Rp 292,-, dan Rp 188,-. Sedangkan hasil analisis B/C ratio atas rata–rata total biaya tunai sebesar 1,91 (luas lahan 0,21 Ha dan 1 Ha) dan B/C ratio rata-rata biaya usahatani sebesar 1,05 (luas lahan 0,21 Ha) dan sebesar 1,07 ( luas lahan 1Ha). Hasil analisis B/C ratio atas rata – rata total biaya tunai dan atas total biaya usahatani mempunyai nilai lebih dari 1, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usahatani ubi jalar menguntungkan dan layak diusahakan. Sejalan dengan hasil penelitian (S. Masyitoh et al, , 2017)., (A. Leovita et al, 2018)., (M. S. El Yasin et al, , 2019).,(H. Hapsari et al, 2019)., (H. Khotimah et al, , 2010)., (F. Ratih et al, , 2012)., (T. Santoso, , 2012)., (M. Amandasari et al, 2014).,

d. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang analisis usahatani ubi jalar di Kabupaten Lamongan dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

Usahatani ubi jalar menguntungkan dan layak diusahakan dengan nilai R/C ratio sebesar 2,92 dan Nilai B/C ratio sebesar 1,91. Nilai R/C ratio dan B/C ratio lebih dari 1 menunjukkan bahwa kegiatan usahatani ubi jalar menguntungkan dan layak diusahakan.

161

2. Analisis Faktor – Faktor Produksi Yang Berpengaruh Terhadap

Dalam dokumen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 26-30)