• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi masyarakat yang dikaji dalam penelitian ini, merujuk pada tahapan partisipasi menurut Uphoff (1979) yaitu perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan Evauasi. Selanjutnya peneliti melakukan pemetaan tingkat partisipasi menurut Arnstein (1980), yaitu manipulasi dan terapi termasuk ke dalam non partisipasi; informasi, konsultasi, dan placation termasuk kedalam tokenism; selanjutnya partnership, delegasi kewenangan dan kontrol termasuk ke dalam citizen power. Pada bagian ini peneliti akan menganalisis dua hal mengenai hubungan faktor internal (umur, tingkat pendidikan jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan) dan faktor eksternal (tingkat intensitas interaksi dan tingkat transpasransi) responden dalam penelitian yang menjadi sample dari populasi masyarakat Kampung Sungai Rawa dengan tingkat partisipasi disetiap tahapan proses pembangunan desa. Hasil analisis akan disajikan menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi Rank Spearman.

Hubungan antara Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Kajian tingkat partisipasi beberapa tujuan yaitu untuk mengetahui hubungan antara faktor internal meliputi umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi pada keseluruhan proses pembanguan. Pada pengujian statistik penelitian ini, terdapat dua hipotesis yang diasumsikan, yaitu:

H0: Tidak terdapat hubungan antara faktor internal dan tingkat partisipasi masyarakat.

H1: Terdapat hubungan antara faktor internal dan tingkat partisipasi masyarakat. Hubungan antara Umur dengan Tingkat Partisipasi pada Proses Pembangunan

Analisis hubungan ini digunakan untuk melihat sejauh mana faktor internal, yakni umur dengan tingkat partisipasi pada proses pembangunan menurut kelompok masyarakat. Hasil analisis akan disajikan menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi Rank Spearman. Hipotesis awal (H0) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan tingkat partisipasi pada proses pembangunan sedangkan (H1) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara umur dengan tingkat partisipasi pada proses pembangunan. Untuk lebih jelasnya hubungan antara kedua kategori tersebut dapat dilihat pada Tabel 27 dan Tabel 28.

Tabel 27 Tingkat partisipasi menurut umur responden dari kelompok masyarakat kurang mampu di Kampung Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit tahun 2016 Tingkat Partisipasi Umur Responden Total non-produktif produktif n % n % n % Non Partisipasi 18 100.0 10 83.3 28 93.3 Tokenisme 0 0.0 2 16.7 2 6.7 Citizen power 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Total 18 100.0 12 100.0 30 100.0

Berdasarkan Tabel 27, untuk responden yang tergolong pada masyarakat kurang mampu pada kategori umur Non-Produktif (<15 tahun, >64 tahun) sebesar 100.0 persen atau 18 orang termasuk pada kategori non-partisipasi, kategori umur Produktif (15 - 64 tahun) sebesar 83.3 persen atau 10 orang juga pada kategori non-partisipasi. Hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi pada proses pembangunan juga dianalisis menggunakan uji Rank Spearman. Karena Nilai Signifikansi sebesar 0.039 (< 0.1) maka hipotesis yang diterima adalah H1 dengan koefisien korelasi sebesar 0.327*, yang mempunyai terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat partisipasi pada proses pembangunan dengan kekuatan hubungan bersifat moderat.

Tabel 28 Tingkat partisipasi menurut umur responden dari kelompok masyarakat mampu di Kampung Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit tahun 2016 Tingkat Partisipasi Umur Responden Total non-produktif produktif n % n % n % Non Partisipasi 1 100.0 15 51.7 16 53.3 Tokenisme 0 0.0 14 48.3 14 46.7 Citizen power 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Total 1 100.0 29 100.0 30 100.0

Merujuk data pada Tabel 28 menunjukkan untuk responden yang tergolong pada masyarakat mampu pada kategori umur non-produktif (<15 tahun, >64 tahun), 1 orang termasuk pada kategori non-partisipasi, kategori umur produktif (15 - 64 tahun) sebesar 51.7 persen atau 15 orang termasuk pada kategori non- partisipasi dan 48.3 persen atau 14 orang termasuk pada kategori tokenisme. Hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi pada proses pembangunan juga dianalisis menggunakan uji Rank Spearman. Hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan dalam perencanaan yangdianalisis menggunakan uji Rank Spearman menunjukkan nilai Signifikansi > 0.05 maka

hipotesis yang diterima adalah H0, yang mempunyai arti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat partisipasi pada proses pembangunan.

Hasil temuan di lapang, masyarakat yang tergolong masyarakat kurang mampu yang sebagian besar adalah orang-orang yang tergolong lanjut usia menjadi keterbatasan tersendiri bagi mereka untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan. Seseorang bisa berpartisipasi pada setiap tahap-tahap dalam proses pembangunan ini apabila mampu dalam fisik dan mampu dalam materi.

“… uwan (nenek) ini sudah tua, jangankan mau ikut kumpul, mau berjalan aja sudah tidak kuat, samalah dengan orang-orang yang sejawat dengan

uwan…” (PN, 79 Tahun)

“….semuanya berhak ikut undian (untuk proyekan) itu, tak tebatas setiap kalangan bisa ikut, tapi dikembalikan lagi, dia mampu tidak? (dalam artian materi)….” (YY, 53 Tahun)

Usia tidak menentukan seseorang untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan pemanfaatan hasil pembangunan yang ada di Kampung Sungai Rawa. Seluruh hasil pembangunan merupakan hak untuk setiap masyarakat yang ada di kampung tersebut, karena pembangunan dilaksanakan untuk menunjang kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. secara sadar maupun tidak sadar, masyarakat akan tetap merasakan manfaat dari pembangunan yang ada di Kampung Sungai Rawa yang wujudnya berupa fisik nyata.

“…tidak mungkin pula kita tidak menggunakan jalan dan tali air (parit) itu, sudah jelas terpampang dekat rumah kita ini.…” (AK, 50 Tahun)

“… yang jelas tentu digunakan pembangunannya itu. pembangunan sudah terasa, jelas ada bentuknya… …” (ZH, 44 tahun)

Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi pada Proses Pembangunan

Analisis hubungan ini digunakan untuk melihat sejauh mana faktor internal, yakni tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi menurut masyarakat pada proses pembangunan. Hasil analisis akan disajikan menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi Rank Spearman. Hipotesis awal (H0) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi pada tahap proses pembangunan sedangkan (H1) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi pada proses pembangunan. Untuk lebih jelasnya hubungan antara kedua kategori tersebut dapat dilihat pada Tabel 29 dan Tabel 30.

Tabel 29 Tingkat partisipasi menurut tingkat pendidikan responden dari kelompok masyarakat kurang mampu di Kampung Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit tahun 2016

Tingkat Partisipasi

Tingkat Pendidikan Responden

Total Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Non Partisipasi 28 93.3 0 0.0 0 0.0 28 93.3

Tokenisme 2 6.7 0 0.0 0 0.0 2 67

Citizen power 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Total 30 100.0 0 0.0 0 0.0 30 100.0

Berdasarkan data pada Tabel 29, responden yang tergolong pada masyarakat kurang mampu dengan tingkat pendidikan rendah mayoritas atau sebesar 93.3 persen atau 28 orang termasuk pada kategori non-partisipasi. Berdasarkan uji Rank Spearman hasil di atas tidak dapat dilihat keterhubungannya, hal ini disebabkan karena data yang homogen dimana variabel pengarung hanya berada pada satu tingkatan saja, sehingga tidak bisa dilihat perbandingan untuk setiap tingkat pada variabel pengaruh terhadap tingkat partisipasi pada proses pembangunan.

Hasil temuan di lapang, masyarakat yang tergolong masyarakat kurang mampu cenderung berada pada tingkat pendidikan yang rendah karena seluruhnya adalah orang-orang yang berusia lanjut dan dahulunya sangatlah sulit untuk menempuh pendidikan jika di lihat dari keadaan kampung.

“…orang yang sudah tua disini, ketika tua dulu bagaimana mau sekolah tinggi- tinggi, tempat sekolahnya saja jauh, kalau dilihat dulu kampung ini masih hutan rimba, bagaimana mau pregi sekolah, ada juga paling di seberang kalau kalau tidak di siak…” (ZF, 48 Tahun)

Rendahnya pendidikan masyarakat dengan masyarakat rendah bukanlah menjadi hal yang dapat membedakan tingkat partisipasi masyarakat salam proses pembangunan di Kampung Sungai Rawa, melainkan kembali lagi dalam bentuk kemampuan masyarakat tersebut untuk berpartisipasi.

Tabel 30 Tingkat partisipasi menurut tingkat pendidikan responden dari kelompok masyarakat mampu di Kampung Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit tahun 2016

Tingkat Partisipasi

Tingkat Pendidikan Responden

Total Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Non Partisipasi 0 0.0 8 40.0 8 80.0 16 53.3

Tokenisme 0 0.0 12 60.0 2 20.0 14 46.7

Citizen power 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Berdasarkan data pada Tabel 30 menunjukkan sebagian responden yang tergolong pada masyarakat mampu dengan tingkat pendidikan sedang sebesar 60.0 persen atau 12 orang termasuk pada kategori tokenisme. Sedangkan sebagian besar responden yang tergolong pada masyarakat mampu dengan tingkat pendidikan tinggi sebesar 80.0 persen atau 8 orang termasuk pada kategori non- partisipasi. Berdasarkan uji Rank Spearman hasil di atas dapat dilihat hubungan dimana nilai signifikan sebesar 0.020 (< 0.01) dan nilai koefisien korelasi sebesar -0.378* yang mempunyai arti terdapat hubungan signifikan yang moderat antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi dengan arah yang negatif, apabila semakin tinggi pendidikan maka partisipasi semakin rendah.

Hasil di lapangan dan observasi penulis menunjukkan bahwa masyarakat yang selalu berpartisipasi dalam kegiatan adalah masyarakat yang tergolong sebagai aparat pemerintahan kampung (seperti LMK dan BPKam) dan masyarakat yang memiliki kedekatan dengan orang-orang tersebut, dimana sebagian besar merupakan masyarakat dengan tingkat pendidikan menengah. Melihat partisipasi yang hanya sampai pada tingkat tokenisme dirasa wajar karena pemegang kekuasaan penuh adalah pemerintah kampung, bukan khalayak masyarakat. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan dalam perencanaan namun hubungannya tidak begitu kuat. Kebanyakan dari masyarakat yang berpartisipasi tidaklah berpendidikan tinggi melainkan yang memiliki tingkat pendidikan sedang.

“…mau dibilang masyarakat yang ikut-ikut kegiatan tu tak jugo harus orang sekolah tetinggi, lagipun bukan banyak yang sekolah tinggi kat

sini…” (MF, 31 Tahun)

Tingkat pendidikan biasanya menjadi tolak ukur tersendiri dalam melihat seberapa besar prioritas usulan pembangunan yang harus diambil. Biasanya masyarakat yang ikut berpartisipasi lebih tinggi adalah orang-orang yang berada pada lingkup pemerintahan kampung yang sebagian besar berpendidikan sedang dan tinggi.

Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Tingkat Partisipasi pada Proses Pembangunan

Analisis hubungan ini digunakan untuk melihat sejauh mana faktor internal, yakni jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi pada signifikan menurut kelompok masyarakat. Hasil analisis akan disajikan menggunakan tabulasi silang dan uji Chi Square. Hipotesis awal (H0) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi pada signifikan sedangkan (H1) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi pada signifikan. Untuk lebih jelasnya hubungan antara kedua kategori tersebut dapat dilihat pada Tabel 31 dan Tabel 32.

Tabel 31 Tingkat partisipasi menurut jenis pekerjaan responden dari kelompok masyarakat kurang mampu di Kampung Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit tahun 2016

Tingkat Partisipasi Jenis Pekerjaan Total Pertanian Non-pertanian n % n % n % Non Partisipasi 13 86.7 15 100.0 28 93.3 Tokenisme 2 13.3 0 0.0 2 6.7 Citizen power 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Total 15 100.0 15 100.0 30 100.0

Merujuk data dari Tabel 31, bagi responden yang tergolong dalam masyarakat kurang mampu dan bekerja di bidang pertanian sebesar 86.7 persen atau 13 orang termasuk pada kategori non-partisipasi, sementara partisipan program yang bekerja di bidang non-pertanian sebesar 100.0 persen atau 15 orang juga termasuk pada kategori non-partisipasi.

Hubungan antara jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi pada proses pembangunan yang dianalisis menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menggunakan uji Chi Square menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari taraf nyata atau α sebesar 0.1 maka r > 0.1 sehingga hipotesis yang diterima adalah H0. Hal tersebut menjelaskan bahwa baik jenis pekerjaan yang berhubungan dengan pertanian maupun non-pertanian tidak menjamin akan turut berpartisipasi dalam proses pembangunan. Sesuai dengan ungkapan dari Bapak MS (48 Tahun).

“….rasa-rasanya kalau mengikuti rapat-rapat itu tidak melihat dia dari mana atau pun kerjanya apa, kalau mau ikut ya ikutlah, kalau tidak mau ikut siapa yang mau melarang, itu hak dia….”

Tabel 32 Tingkat partisipasi menurut jenis pekerjaan responden dari kelompok masyarakat mampu di Kampung Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit tahun 2016 Tingkat Partisipasi Jenis Pekerjaan Total Pertanian Non-pertanian n % n % n % Non Partisipasi 6 75.0 10 45.5 16 53.3 Tokenisme 2 25.0 12 54.5 14 46.7 Citizen power 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Total 8 100.0 22 100.0 30 100.0

Merujuk data dari Tabel 32, responden yang tergolong dalam masyarakat mampu dan bekerja di bidang pertanian sebesar 75.0 persen atau 6 orang termasuk pada kategori non-partisipasi, responden yang tergolong dalam masyarakat

mampu dan bekerja di bidang non-pertanian sebesar 54.5 persen atau 12 orang termasuk pada kategori tokenisme.

Hubungan antara jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi pada proses pembangunan yang dianalisis menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menggunakan uji Chi Square menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari taraf nyata atau α sebesar 0.1 maka r > 0.1 sehingga hipotesis yang diterima adalah H0. Hal tersebut menjelaskan bahwa baik jenis pekerjaan yang tidak dapat memastikan masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam proses pembangunan. Sesuai dengan ungkapan dari Bapak NZ (40 Tahun).

“….yang ikut-ikut itu banyak juga yang tak bisa karena behalangan, rapat- rapat disini biasanya itu pagi, jam-jam kantor yang sudah pasti puny pekerjaaan sendiri, tentu tidak bisa ikut, seperti yang mendodos dan kerja di hutan itu, makanya yang bisa ikut-ikut itu orang-orang yang berkerja di sekitar sini ajalah ….”

Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi pada Proses Pembangunan

Analisis hubungan ini digunakan untuk melihat sejauh mana faktor internal, yakni tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi pada proses pembangunan menurut masyarakat ekonomi masyarakat. Hasil analisis akan disajikan menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi Rank Spearman. Hipotesis awal (H0) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi pada proses pembangunan sedangkan (H1) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi pada proses pembangunan. Untuk lebih jelasnya hubungan antara kedua kategori tersebut dapat dilihat pada Tabel 33 dan Tabel 34.

Tabel 33 Tingkat partisipasi menurut tingkat pendapatan responden dari kelompok masyarakat kurang mampu di Kampung Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit tahun 2016

Tingkat Partisipasi

Tingkat pendapatan Responden

Total Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Non Partisipasi 28 93.3 0 0.0 0 0.0 28 93.3

Tokenisme 2 6.7 0 0.0 0 0.0 2 67

Citizen power 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Total 30 100.0 0 0.0 0 0.0 30 100.0

Berdasarkan data pada Tabel 33, responden yang tergolong pada masyarakat kurang mampu dengan tingkat pendapatan rendah mayoritas atau sebesar 93.3 persen atau 28 orang termasuk pada kategori non-partisipasi. Berdasarkan uji Rank Spearman hasil di atas tidak dapat dilihat keterhubungannya, hal ini disebabkan karena data yang homogen dimana variabel pengarung hanya berada pada satu tingkatan saja, sehingga tidak bisa dilihat

perbandingan untuk setiap tingkat pada variabel pengaruh terhadap tingkat partisipasi pada proses pembangunan. Hasil temuan di lapang, masyarakat yang tergolong masyarakat kurang mampu keseluruhannya adalah masyarakat yang berada pada tingkat pendapatan rendah dan merupakan kalangan yang kurang berpartisipasi.

Tabel 34 Tingkat partisipasi menurut tingkat pendapatan responden dari kelompok masyarakat mampu di Kampung Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit tahun 2016

Tingkat Partisipasi

Tingkat pendapatan Responden

Total Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Non Partisipasi 0 0.0 8 40.0 8 80.0 16 53.3

Tokenisme 0 0.0 12 60.0 2 20.0 14 46.7

Citizen power 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Total 0 0.0 20 100.0 10 100.0 30 100.0

Berdasarkan data pada Tabel 34, sebagian responden yang tergolong pada masyarakat mampu dengan tingkat pendapatan sedang sebesar 60.0 persen atau 12 orang termasuk pada kategori tokenisme. Sedangkan sebagian besar responden yang tergolong pada masyarakat mampu dengan tingkat pendapatan tinggi sebesar 80.0 persen atau 8 orang termasuk pada kategori non-partisipasi. Berdasarkan uji

Rank Spearman hasil di atas dapat dilihat hubungan dimana nilai signifikan < 0.05 dan nilai koefisien korelasi sebesar -0.378 yang mempunyai arti terdapat hubungan signifikan yang moderat antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi dengan arah yang negatif, apabila semakin tinggi pendapatan maka partisipasi semakin rendah.

Hasil di lapangan dan observasi penulis menunjukkan bahwa masyarakat yang selalu berpartisipasi dalam kegiatan adalah masyarakat yang tergolong sebagai aparat pemerintahan kampung (seperti LMK dan BPKam) dan masyarakat yang memiliki kedekatan dengan orang-orang tersebut, dimana sebagian besar merupakan masyarakat dengan tingkat pendapatan sedang. Masyarakat yang mempunyai tingkat pendapatan tinggi jarang sekali mencampuri kegiatan pembangunan desa karena kesibukannya pada pekerjaan yang digelutinya.

“…pembangunan di sini bagaimana ya, kami ikut saja apa yang dibuat oleh pemerintah, lagi pula kami tidak mengeti, orang-orang itu sajalah yang paham akan itu …” (HH, 69 Tahun)

Melihat partisipasi yang hanya sampai pada tingkat tokenisme dirasa wajar karena pemegang kekuasaan penuh adalah pemerintah kampung, bukan khalayak masyarakat.

Hubungan antara Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi pada Proses Pembangunan

Kajian tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan dalam perencanaan memiliki beberapa tujuan yaitu untuk mengetahui hubungan antara faktor eksternal meliputi tingkat intensitas interaksi dan tingkat transparansi dengan tingkat partisipasi pada proses pembangunan. Pada pengujian statistik penelitian ini, terdapat dua hipotesis yang diasumsikan, yaitu:

H0: Tidak terdapat hubungan antara faktor eksternal dan tingkat partisipasi masyarakat pada proses pembangunan.

H1: Terdapat hubungan antara faktor eksternal dan tingkat partisipasi masyarakat pada proses pembangunan.

Hubungan antara Tingkat Intensitas Interaksi dengan Tingkat Partisipasi pada Proses Pembangunan

Analisis hubungan ini digunakan untuk melihat sejauh mana faktor eksternal, yakni tingkat intensitas interaksi dengan tingkat partisipasi pada proses pembangunan menurut kelompok masyarakat. Hasil analisis akan disajikan menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi Rank Spearman. Hipotesis awal (H0) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat intensitas interaksi dengan tingkat partisipasi pada proses pembangunan sedangkan (H1) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat intensitas interaksi dengan tingkat partisipasi pada proses pembangunan. Untuk lebih jelasnya hubungan antara kedua kategori tersebut dapat dilihat pada Tabel 35 dan Tabel 36.

Tabel 35 Tingkat partisipasi menurut tingkat intensitas interaksi dari kelompok masyarakat kurang mampu di Kampung Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit tahun 2016

Tingkat Partisipasi

Tingkat Intensitas Interaksi

Total Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Non Partisipasi 13 100.0 14 100.0 1 33.3 28 93.3

Tokenisme 0 0.0 0 0.0 2 66.7 2 6.7

Citizen power 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Total 13 100.0 14 100.0 3 100.0 30 100.0

Berdasarkan data pada Tabel 35, untuk responden yang tergolong pada masyarakat kurang mampu yang merasa tingkat intensitas interaksi rendah, keseluruhannya berada pada tingkat partisipasi non-partisipasi yaitu sebesar 100.0 persen atau sebanyak 13 orang. Responden merasa tingkat intensitas interaksi sedang, keseluruhannya berada pada tingkat partisipasi non-partisipasi yaitu sebanyak 14 orang. Sedangkan responden yang merasa tingkat intensitas interaksi

tinggi, sebagian besar berada pada tingkat partisipasi tokenisme yaitu sebesar 66.7 persen atau sebanyak 2 orang.

Hubungan antara tingkat intensitas interaksi dengan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan dalam perencanaan yang dianalisis menggunakan uji Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat intensitas interaksi dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Karena Nilai Signifikansi 0.005 (< 0.1) maka hipotesis yang diterima adalah H1 dan koefisien korelasi 0.461** yang berarti berhubungan moderat.

Hasil di lapang menunjukkan, masyarakat yang mengikuti kegiatan perencanaan pembangunan selain tokoh, merupakan kalangan yang tergolong dekat dengan aparat pemerintahan di Kampung Sungai Rawa. Kedekatan bisa diartikan dengan seringnya aparat desa berinteraksi dengan masyarakat. seperti yang diungkapkan oleh Bapak NT (63 Tahun).

“…sampai hari ini kalau urusan perencanaan pembangunan itu, dia dengan dia sajalah (perangkat desa), kami orang biasa ini mana tahu menahu, jangankan mau tahu, diajak saja tidak, kalaupun diajak ya orang-orang dekat laut itu saja (masyarakat yang dekat dengan kantor pemerintahan

kampung)....”

Tabel 36 Tingkat partisipasi menurut tingkat intensitas interaksi dari masyarakat mampu di Kampung Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit tahun 2016 Tingkat Partisipasi

Tingkat Intensitas Interaksi

Total Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Non Partisipasi 7 87.5 7 70.0 2 16.7 16 53.3

Tokenisme 1 12.5 3 30.0 10 83.3 14 46.7

Citizen power 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Total 8 100.0 10 100.0 12 100.0 30 100.0

Merujuk data pada Tabel 36 menunjukkan untuk responden yang tergolong pada masyarakat mampu yang merasa tingkat intensitas interaksi rendah, mayoritas berada pada tingkat partisipasi non-partisipasi yaitu sebesar 87.5 persen atau sebanyak 7 orang. Responden yang merasa tingkat intensitas interaksi sedang, sebagian besar berada pada tingkat partisipasi non-partisipasi yaitu sebesar 70.0 persen atau sebanyak 7 orang. Sedangkan responden yang yang merasa tingkat intensitas interaksi tinggi, mayoritas berada pada tingkat partisipasi tokenisme yaitu sebesar 83.3 persen atau sebanyak 10 orang.

Hubungan antara tingkat intensitas interaksi dengan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan dalam perencanaan yang dianalisis menggunakan uji Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat intensitas interaksi dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Karena Nilai Signifikansi 0.000 (< 0.1) maka

hipotesis yang diterima adalah H1 dan koefisien korelasi 0.600** yang berarti berhubungan agak kuat.

Hasil di lapang juga menunjukkan hal yang sama, dimana masyarakat yang ikut andil atau turut berpartisipasi dalam proses pembangunan merupakan orang-orang yang memiliki kedekatan dengan aparat pemerintahan kampung, seperti paparan dari NZ (40 Tahun)

“….kalau mau dilihat kembali kita tidak bisa berbohong (tidak dapat disembunyikan), banyak orang yang berkerja di sini (kantor desa) tidak lain adalah kerabat dan saudara dari petinggi kantor itu juga….”

Selain itu, kenyataan di lapang menunjukkan pada tahap implementasi merupakan tahap yang paling banyak antusias dari masyarakat Kampung Sungai Rawa, selain sistem undian proyek yang menjadi daya tarik, intensitas komunikasi yang intens dilakukan pemerintah kampung juga menjadi pendorong sendiri bagi masyarakat untuk hadir dalam tahap implementasi. Selain itu hal yang menyebabkan lebih tinggi partisipasi untuk masyarakat mampu adalah sistem proyek yang berlaku untuk kegiatan pembangunan.

Hubungan antara Tingkat Transparansi dengan Tingkat Partisipasi pada Proses Pembangunan

Analisis hubungan ini digunakan untuk melihat sejauh mana faktor eksternal, yakni tingkat transparansi dengan tingkat partisipasi pada tahap tahap pengambilan keputusan dalam perencanaan dalam pembangunan menurut kelompok masyarakat. Hasil analisis akan disajikan menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi Rank Spearman. Hipotesis awal (H0) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat transparansi dengan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan dalam perencanaan sedangkan (H1) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat transparansi dengan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan dalam perencanaan. Untuk lebih jelasnya hubungan antara kedua kategori tersebut dapat dilihat pada Tabel 37 dan Tabel 38.

Tabel 37 Tingkat partisipasi menurut tingkat transparansi dari kelompok masyarakat kurang mampu di Kampung Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit tahun 2016

Tingkat Partisipasi

Tingkat Transparansi