• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini membahas tingkat partisipasi masyarakat Kampung Sungai Rawa yang diwakili responden penelitian pada proses pelaksanaan pembangunan desa terkait penggunaan dana desa, keterlibatan dalam mengemukakan pendapat, kesempatan dalam mengemukakan pendapat, dan kesempatan dalam kegiatan. Penelitian ini secara garis besar merujuk pada tahapan partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1979), yaitu tahap pengambilan keputusan dalam perencanaan, tahap implementasi, tahap pemanfaatan hasil dan tahap evaluasi. Selanjutnya disetiap tahapan peneliti melakukan pemetaan tingkat partisipasi menurut Arnstein (1980), yaitu non partisipasi (manipulasi dan terapi), tokenisme (informasi, konsultasi, dan placation), selanjutnya citizen power (partnership, delegasi kewenangan dan control). Kemudian dapat dilihat perbandingan tingkat partisipasi antar golongan masyarakat.

Proses pembangunan melalui penggunaan dana desa diharapkan dapat menjadi langkah untuk mengurangi perbedaan pembangunan antara desa dan kota. Pembangunan yang dituntut adalah pembangunan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimana pembangunan dituntut untuk menjadikan masyarakat menjadi subjek pembangunan. Untuk itu diperlukan partisipasi dari setiap elemen masyarakat agar pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Tahap-tahap dalam proses pembangunan di Kampung Sungai Rawa sering mengalami tumpang tindih, dalam artian dalam sekali rapat pertemuan bersama warga bisa terjadi langsung beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan evaluasi. Keunikan ini tentu dapat mengurangi efektifitas pertemuan yang dilaksanakan karena terlalu banyak informasi yang harus diterima dan dipahami oleh masyarakat, serta tidak beraturan topik pembahasan, sehingga menyulitkan masyarakat untuk memilah informasi- informasi yang sesuai. Hal ini sesuai dengan penuturan (NZ, 40 Tahun).

“….karena disini masih kampung, mana ada yang paham masalah kumpul perencanaan, kumpul untuk pelaksanaan lah, dan sebagainya itu. Disini orang hanya tahu kalau disuruh kumpul di balai desa berarti ada kegiatan pembangunan, lebih baik kegiatan tu digabungkan aja sekalian, sehingga bisa untuk menghemat anggaran…”

Selain hal yang dituturkan di atas, terdapat keunikan lagi dalam proses pembangunan Kampung Sungai Rawa, yaitu kegiatan di atas akan dilaksanakan apabila seluruh pendapatan kampung terkumpul semua sehingga barulah dapat dilaksanakan proses dari tahap-tahap pembangunan yang telah dijelaskan. Dan untuk tahap implementasi/pelaksanaan, mayoritas masyarakat akan menghadiri kegiatan karena setiap yang menghadiri kegiatan mendapatkan kesempatan sebagai eksekutor pembangunan kampung.

“….rapat-rapat masalah pembangunan itu tidak bisa dilakukan setiap bulan, di sini kumpul rapat untuk itu kalau duit untuk kampung ini sudah terkumpul semua, baikdari pusat dari daerah dari pajak dan apbkam, setelah ditotal

semua berapa dapatnya sekian-sekian barulah dapat kita bikin macam mana rencana pembangunan kedepannya. Kalau mau langsung dikerjakan tidak akan cukup duitnya karena sedikit sekali….” (AD, 42 Tahun)

Berikut akan ditampilkan hasil pengukuran dari tingkat partisipasi responden dalam keseluruhan dari proses pembangunan desa melalui penggunaan dana desa, yaitu tahap pengambilan keputusan dalam perencanaan, tahap implementasi, tahap pemanfaatan hasil dan tahap evaluasi dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi responden menurut kelompok masyarakat di Kampung Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit tahun 2016

Tingkat Partisipasi

Masyarakat

Total Kurang Mampu Mampu

n % n % n % Non- partisipasi Manipulasi 21 70.0 1 3.3 22 36.7 Terapi 7 23.3 15 50.0 22 36.7 Tokenisme Informasi 0 0.0 7 23.3 7 11.7 Konsultasi 0 0.0 1 3.3 1 1.7 Penentraman 2 6.7 6 20.0 8 13.3 Citizen power Kemitraan 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Pendelegasian 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Kontrol Masyarakat 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Total 30 100.0 30 100.0 60 100.0

Data pada Tabel 22 menunjukkan hasil bahwa mayoritas responden yang tergolong pada masyarakat kurang mampu berada pada kategori manipulasi yaitu sebesar 70 persen atau sebanyak 21 orang. Sedangkan untuk responden yang tergolong masyarakat mampu paling banyak berada pada kategori terapi yaitu sebesar 50 persen atau sebanyak 15 orang. Total keseluruhan responden berada pada level non-partisipasi yaitu sebesar 73.3 persen atau sebanyak 44 orang, yang menjelaskan bahwa untuk proses pembangunan secara keseluruhan masih sangat minim adanya partisipasi dari masyarakat Kampung Sungai Rawa. Selain itu, tingkat partisipasi responden dalam keseluruhan proses pembangunan belum mencapai artian partisipasi yang seutuhnya, dimana wewenang yang dimiliki masyarakat tidak sebanding dengan wewenang yang dipegang oleh pemerintah kampung, hal ini dibuktikan dengan tingkat partisipasi responden yang hanya mencapai tingkat tokenisme.

Penjelasan di atas diperkuat dengan temuan di lapang yang menyatakan bahwa partisipasi masyarakat sangatlah minim, dimana masyarakat yang ikut andil dalam pembangunan dapat dihitung yaitu hanyalah orang-orang yang dianggap sebagai tokoh dan memiliki kedekatan dengan pemerintahan kampung.

“…yang mengerjakan pembangunan itu bisa tahu sendirilah siapa saja, orang- orangnya itu-itu saja, yang punya kedekatan sajalah, kalau untuk masyarakat ini pun tetutup kabar-kabarnya, paling yang sudah biasa saja yang sampai kabarnya....” (YA, 28 Tahun)

“…manolah paham kami kalau seperti itu, tidak ada kami ikut-ikut seperti itu, orangnya itu-itu saja, yang jelas orang desa tu lah (aparat pemerintahan kampung)....” (BT, 40 Tahun)

Kurang transparannya pemerintah kampung juga menjadi penyebab lain terkait kurangnya partisipasi penuh dalam partisipasi masyarakat, sehingga menyebabkan masyarakat menjadi apatis terhadap kegiatan pembangunan karena merasa sudah ada pembagian tugas dalam kegiatan pembangunan yaitu pemerintah kampung.

Tahap Pengambilan Keputusan dalam Perencanaan

Tingkat partisipasi pada tahap perencanaan adalah tingkatan partisipasi masyarakat Kampung Sungai Rawa dalam mengikuti rapat penyusunan rencana kegiatan-kegiatan pembangunan kampung melalui penggunaan dana desa yang dinilai dari kehadiran responden dalam perencanaan, keaktifan dalam rapat dan kontrol dalam pengambilan keputusan tersebut. Responden diberikan 19 pernyataan dan empat pilihan jawaban “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “setuju”, dan “sangat setuju”, dimana pengukuran dari setiap pernyantaan menunjukkan tingkat partisipasi menurut Arnstein (1980) yang dibagi menjadi tiga level yaitu non partisipasi, tokenisme, dan citizen power.

Tahap pengambilan keputusan dalam perencanaan pembangunan kampung melalui penggunaan dana desa diawali dari sosialisasi pembangunan kampung, menghadiri kegiatan perencanaan pembangunan dan dilanjutkan dengan perencanaan pembangunan kampung. Perencanaan pembangunan kampung diharapkan dapat menghasilkan output perencanaan pembangunan kampung yang baik dan sesuai dengan kebutuhan kampung dan masyarakatnya. Pengambilan keputusan untuk perencanaan pembangunan haruslah didapat dari prioritas yang paling besar yang dibutuhkan oleh masyarakat. Skala prioritas ini berasal dari berbagai usulan yang disampaikan masyarakat, sehingga didapat perencanaan pembangunan yang menurut partisipan paling mendesak untuk disegerakan. Agar didapat prioritas rencana pembangunan ini tidak semerta-merta berasal dari para usulan dari para stakeholder, tetapi juga harus berasal dari usulan seluruh kalangan masyarakat, dan dilanjutkan dengan rembug yang menghasilkan keputusan perencanaan yang paling diprioritaskan. Pengukuran tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan dalam perencanaan kegiatan pembangunan desa melalui penggunaan dana desa dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi responden pada tahap pengambilan keputusan dalam perancanaan menurut kelompok masyarakat di Kampung Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit tahun 2016

Tingkat Partisipasi

Masyarakat

Total Kurang Mampu Mampu

n % n % n % Non- partisipasi Manipulasi 21 70.0 7 23.3 28 46.7 Terapi 6 20.0 5 16.7 11 18.3 Tokenisme Informasi 1 3.3 9 30.0 10 16.7 Konsultasi 0 0.0 3 10.0 3 5.0 Penentraman 0 0.0 2 6.7 2 3.3 Citizen power Kemitraan 2 6.7 4 13.3 6 10.0 Pendelegasian 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Kontrol Masyarakat 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Total 30 100.0 30 100.0 60 100.0

Merujuk data pada Tabel 23 yang menunjukkan hasil bahwa sebagian besar responden berada dalam tingkat partisipasi manipulasi yaitu sebesar 46.7 persen atau sebanyak 28 orang, ditandai dengan ketidakhadiran responden pada tahap perencanaan pembangunan. Mayoritas responden yang tergolong pada masyarakat kurang mampu berada pada kategori manipulasi yaitu sebesar 70 persen atau sebanyak 21 orang. Sedangkan untuk responden yang tergolong masyarakat mampu paling banyak berada pada kategori informasi yaitu sebesar 30 persen atau sebanyak 9 orang.

“…sampai hari ni kalau urusan perencanaan pembangunan itu ya mereka- mereka saja (perangkat desa), kami yang merupakan orang biasa tidak tahu menahu, jangankan ingin tahu, kami tidak pernah diajak, kalaupun diajak adalah orang-orang yang berada di dekat laut (masyarakat yang dekat dengan

kantor pemerintahan kampung)....” (NT, 63 Tahun)

Masyarakat yang jauh dari pusat pemerintahan merasa kurang diperhatikan dan diikutsertakan dalam kegiatan perencanaan pembangunan, sehingga muncul pandangan adanya unsur kedekatan dengan pemerintah kampung untuk ikut serta dalam kegiatan perencanaan.

Mayoritas tingkat partisipasi responden berada pada level non partisipasi dengan jumlah 39 orang atau sebesar 65.0 persen, artinya partisipasi responden pada tahap pengambilan keputusan dalam perencanaan sangat rendah yang berarti responden tidak ikut berpartisipasi dalam tahap perencanaan pembangunan. Responden merasa mereka tidak berperan serta dan ada juga yang sekedar hanya hadir dalam tahap pengambilan keputusan dalam tahap perencanaan pembangunan kampung. Hal ini dapat dikarenakan responden tidak bisa hadir dalam kegiatan karena waktu pelaksanaan yang bersamaan dengan kesibukan

responden, dan responden yang hadir tapi tidak mendapatkan informasi bisa dikarenakan responden datang untuk sekedar memenuhi undangan.

Responden yang mencapai level partisipasi tokenisme adalah sebesar 25.0 persen atau dengan jumlah 15 responden. Hal ini berarti responden merasa hadir, dan mendapatkan informasi tetapi tidak menyuarakan aspirasinya ataupun hadir dan menyuarakan pendapat/saran/kritik pada setiap rapat pembahasan rencana kegiatan pembangunan, namun ada batasan pendapat yang dilakukan oleh pihak pemerintah kampung. Masyarakat tidak menyuarakan aspirasinya dan terdapat batasan pendapat tersebut bisa dikarenakan terlalu mendominasinya pihak pemerintah kampung dalam menjalankan kegiatan perencanaan, sehingga keputusan tetap didapat tetapi dilakukan oleh pihak pemerintahan kampung. Adapun partisipan yang mencapai tingkat partisipasi pada level citizen power

untuk tahap pengambilan keputusan dalam tahap perencanaan ini berjumlah 6 orang atau sebesar 10.0 persen dengan keseluruhannya berada pada tingkatan kemitraan menurut Arnstein. Hal ini berarti bahwa partisipan hadir, aktif dalam menyuarakan pendapat, saran, kritik pada setiap rapat pembahasan rencana kegiatan kelompok, dan pendapat, saran, serta kritikannya diperhitungkan oleh pihak pemerintah kampung untuk dilakukan negosiasi dan tetap keputusan penuh berada pada pihak pemerintah kampung. Partisipan yang mencapai level citizen power biasanya adalah partisipan yang dianggap sebagai orang kepercayaan masyarakat dan sebagian besar adalah perangkat Kampung Sungai Rawa baik itu RT, RW, dan perangkat desa.

“....kami sudah instruksikan setiap lembaga masyarakat, cuma terkadang tidak semuanya tersampaikan sampai ke masyarakat, biasanya ada juga masyarakat memberitahu kepada LMKnya masing-masing untuk sampaikan keluhan yang ada disekitar lingkungannya. Jadi sudah terwakilkan juga warga itu….” (AD, 42 Tahun)

“…kalau rapat itu yang jelas menunggu instruksi pak penghulu, kami semua (bagian pemerintah, BPKam, LMK) wajib datang, kalau tidak bisa kena sanksi kami ini, namanya juga wakil masyarakat…” (NH, 41 Tahun)

Tingkat partisipasi responden pada tahap pengambilan keputusan dalam perencanaan untuk masyarakat yang tergolong ke dalam masyarakat kurang mampu didominasi pada tingkat non-partisipasi yaitu dengan jumlah sebanyak 27 orang atau sebaran sebesar 90.0 persen. Sedangkan untuk responden yang tergolong ke dalam masyarakat mampu didominasi pada tahap non partisipasi dan tokenisme dengan sebaran berturut-turut sebesar 40.0 dan 46.7 persen atau sebanyak 12 dan 14 orang responden.

Tahap Implementasi Pembangunan

Tingkat partisipasi pada tahap implementasi merupakan tingkatan partisipasi dan keaktifan responden dalam melaksanakan setiap kegiatan pembangunan yang telah direncanakan yakni dari pelaksanaan pertemuan, pembentukan kelompok pelaksana, hinga porses eksekusi pembangunan yang telah direncanakan. Pada tahapan implementasi, masing masing responden diberikan 16 pernyataan dan empat pilihan jawaban “sangat tidak setuju”, “tidak

setuju”, “setuju”, dan “sangat setuju”, dimana pengukuran dari setiap pernyataan menunjukkan tingkat partisipasi menurut Arnstein (1980) yang dibagi menjadi tiga level yaitu non partisipasi, tokenisme, dan citizen power.

Tahap implementasi pembangunan kampung melalui penggunaan dana desa diawali dengan sosialisasi pertemuan mengenai pembangunan kampung, kemudian masyarakat menghadiri kegiatan perencanaan pembangunan dan dilanjutkan dengan penentuan kelompok sebagai eksekusi dalam pelaksanaan pembangunan. Tahap pelaksanaan yang melibatkan masyarakat ini bertujuan agar pembangunan kampung tetap menggunakan swadaya masyarakat agar masyarakat tahu dan mengerti untuk apa penggunaan dana desa, serta diharapkan dapat menghasilkan output pembangunan kampung yang baik dan sesuai dengan kebutuhan kampung dan masyarakatnya. Selain itu pelibatan masyarakat pada tahap ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta mendorong masyarakat untuk lebih memberikan perhatian kepada kegiatan pembangunan yang ada di kampung.

“…. Kita wajib mengajak semua masyarakat, minimal ada perwakilan masyarakatmya. Agar masyarakat tahu bagaimana perkembangan pembangunan di kampung ini…” (NH, 41 Tahun)

Pengukuran tingkat partisipasi pada tahap implementasi dari perencanaan kegiatan pembangunan kampung melalui penggunaan dana desa dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi responden pada tahap implementasi menurut kelompok masyarakat di Kampung Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit tahun 2016

Tingkat Partisipasi

Masyarakat

Total Kurang Mampu Mampu

n % n % n % Non- partisipasi Manipulasi 26 86.7 11 36.7 37 61.7 Terapi 0 0.0 3 10.0 3 5.0 Tokenisme Informasi 2 6.7 4 13.3 6 10.0 Konsultasi 0 0.0 5 16.7 5 8.3 Penentraman 2 6.7 7 23.3 9 15.0 Citizen power Kemitraan 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Pendelegasian 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Kontrol Masyarakat 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Total 30 100.0 30 100.0 60 100.0

Merujuk data pada Tabel 24 menunjukkan hasil bahwa mayoritas responden yang tergolong pada masyarakat kurang mampu berada pada kategori manipulasi yaitu sebesar 86.7 persen atau sebanyak 26 orang yang berartikan responden tidak ikut berpartisipasi atau tidak hadir dalam kegiatan. Sedangkan

untuk responden yang tergolong masyarakat mampu paling banyak berada pada kategori informasi yaitu sebesar 36.7 persen atau sebanyak 11 orang yang berartikan tingkat partisipasi yang ditandai dengan kehadiran tanpa mendapat kesempatan menyampaikan pendapat. Total keseluruhan responden paling besar menduduki kategori manipulasi yaitu sebesar 61.7 persen atau sebanyak 11 orang.

“…disini itu ada sistem undian untuk yang mengerjakan proyek pembangunan, makanya ketika ada kegiatan undian banyak yang datang, yang mendapat undian itulah kelompok yang mengerjakan…” (NZ, 40 tahun)

“…pembangunan disini kurang jelas informasinya, kami ikut saja apa yang dibuat pemerintah, lagi pula kami tidak mengeti, orang-orang itu sajalah yang tahu…” (HH, 69 Tahun)

Mayoritas responden berada pada level non partisipasi dengan jumlah sebaran 40 orang atau sebesar 66.7 persen, dimana responden merasa tidak berpartisipasi atau berpartisipasi tetapi hanya sebagai formalitas pada tahap implementasi dari rencana pembangunan melalui penggunaan dana desa. Pada tahap ini responden yang hadir pada rangkaian proses implementasi tidak mendapatkan informasi mengenai pembangunan, hal ini dikarenakan proses pembangunan sebagian besar diambil alih langsung oleh pihak pemerintahan kampung. 33 persen atau dengan jumlah 20 responden berada pada level partisipasi tokenisme, pada tingkat ini responden merasa hadir, dan mendapatkan informasi tetapi tidak menyuarakan aspirasinya ataupun hadir dan menyuarakan pendapat/saran/kritik pada setiap proses implementasi kegiatan pembangunan, namun ada batasan pendapat yang dilakukan oleh pihak pemerintah kampung. Masyarakat tidak mensuarakan aspirasinya dan terdapat batasan pendapat tersebut bisa dikarenakan terlalu mendominasinya pihak pemerintah kampung dalam menjalankan kegiatan pembangunan, sehingga keputusan tetap didapat tetapi dilakukan oleh pihak pemerintahan kampung. Diterapkannya sistem undian sendiri dalam tahap pelaksanaan kegiatan pembangunan Kampung Sungai Rawa melalui penggunaan dana desa berartikan bahwa tahap implementasi pembangunan di kampung ini bersifat “proyekan”, dimana dari setiap masyarakat yang menghadiri rapat mengenai implementasi pembangunan dan mendapatkan undian pengerjaan pembangunan hanya melakukan apa yang telah diinstruksikan oleh pemerintah kampung.

Pada tahap implementasi pembangunan melalui penggunaan dana desa di Kampung Sungai Rawa ini penulis tidak menemukan responden yang mencapai level citizen powership, yang berartikan tidak ada partisipasi penuh masyarakat. Tidak terdapatnya pembagian kekuasaan kepada masyarakat oleh pemerintah kampung yang dalam hal ini sebagai pemilik kekuasaan dalam pelaksanaan pembangunan.

Temuan yang penulis dapatkan di lapang menyebutkan sistem proyek dalam pengerjaan pembanguan di Kampung Sungai Rawa dipengaruhi dengan kesanggupan serta kemampuan kelompok pelaksana untuk menggunakan biaya sendiri untuk pengerjaannya terlebih dahulu. Hal ini jelas akan memberatkan golongan masyarakat yang tergolong dalam masyarakat kurang mampu untuk sampai pada tahap pelaksanaan yang lebih jauh lagi.

“….yang namanya proyekan biasanya kelompok yang dapat itu menggunakan duitnya terlebih jika uangnya belum cair, tapi tidak begitu lama, sesudah itu dibayarkan kembali, sementara…” (SU, 40 Tahun)

Tahap Pemanfaatan Hasil Pembanguan

Tingkat partisipasi pada tahap implementasi hasil pembangunan merupakan tingkatan partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan hasil yang diperoleh dari kegiatan pembangunan kampung yaitu berupa pemanfaatan hasil pembangunan baik infrastruktur maupun pemberdayaan. Pada tahapan pemanfaatan hasil pembangunan, masing masing responden diberikan 13 pernyataan dan empat pilihan jawaban “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “setuju”, dan “sangat setuju”, dimana pengukuran dari setiap pernyataan menunjukkan tingkat partisipasi menurut Arnstein (1980) yang dibagi menjadi tiga level yaitu non partisipasi, tokenisme, dan citizen power.

Manfaat dari hasil pembangunan yang dirasakan oleh masyarakat adalah berupa manfaat dari pembangunan infrastruktur yaitu berupa jalan-jalan di lingkungan kampung, adanya parit-parit yang berguna untuk mencegah pengikisan tanah di lingkungan masyarakat apabila musim pasang terjadi. Selain itu juga bangunan-bangunan penunjang pendidikan, kesehatan dan gedung serba guna, serta fasilitas olahraga di lingkungan masyarakat. Manfaat dari kegiatan pembangunan kampung yang masyarakat rasakan belum sampai pada tahap pemberdayaan masyarakat, hal ini dikarenakan adanya skala proritas yang ditetapkan pada kegiatan pertemuan-pertemuan yang diadakan adalah untuk pembangunan infrastruktur saja. Pengukuran tingkat partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil pembangunan kampung melalui penggunaan dana desa dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi responden pada tahap pemanfaatan hasil pembangunan menurut kelompok masyarakat di Kampung Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit tahun 2016

Tingkat Partisipasi

Masyarakat

Total Kurang Mampu Mampu

n % n % n % Non- partisipasi Manipulasi 26 86.7 8 26.7 34 56.7 Terapi 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Tokenisme Informasi 2 6.7 14 46.7 16 26.7 Konsultasi 0 0.0 2 6.7 2 3.3 Penentraman 2 6.7 6 20.0 8 13.3 Citizen power Kemitraan 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Pendelegasian 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Kontrol Masyarakat 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Total 30 100.0 30 100.0 60 100.0

Merujuk data pada Tabel 25, untuk masyarakat yang tergolong kurang mampu didominasi pada tingkat manipulasi yaitu sebanyak 26 orang atau sebesar 86.7 persen. Responden berpartisipasi tetapi hanya sebagai formalitas pada tahap pemanfaatan hasil dari hasil pembangunan melalui penggunaan dana desa. Pada tahap ini responden dapat menikmati hasil pembangungan yang ada di Kampung Sungai Rawa berupa pembangunan infrstruktur yaitu jalan yang ada di sekitar lingkungan masyarakat, pemanfaatan hasil pembangunan parit kampung (tali air), dan fasilitas bangunan lainnya berupa gedung serba guna, posyandu, sarana olahraga, gedung seni dan sekolah untuk anak usia dini. Namun tidak mendapatkan informasi mengenai pembangunan kedepannya dan tidak dapat memberikan saran mengenai hasil pembangunan, hal ini dikarenakan proses pembangunan yang kurang terbuka untuk seluruh masyarakat kampung.

“…tidak mungkin jika kita tidak menggunakan jalan dan tali air (parit) itu, sudah jelas teprampang di sekitar rumah kita.…” (AK, 50 Tahun)

Responden yang tergolong masyarakat mampu dengan hasil sebesar 46.7 persen atau dengan jumlah 14 orang berada tingkatan informasi yaitu dengan denga artian pada tahap ini responden dapat memanfaatkan hasil pembangunan yang ada di Kampung Sungai Rawa dan mendapatkan informasi mengenai pembangunan kedepannya akan tetapi tidak dapat memberikan saran mengenai hasil pembangunan yang ada, hal ini dikarenakan proses pembangunan yang sepenuhnya dipegang pemerintahan kampung serta rasa “bosan” masyarakat yang memberikan komentar tetapi tidak dihiraukan.

“…pembangunan sudah terasa, jelas ada bentuknya… tapi kalau mau memberikan saran bagaimana? Kalau tidak didengarkan saran itu warga pun malas juga lama-kelamaan, kalau seperti itu terima sajalah bentuknya…” (ZH, 44 tahun)

Mayoritas responden berada pada level non partisipasi dengan jumlah sebaran 34 orang atau sebesar 56.7 persen yang didominasi masyarakat kurang mampu yaitu dengan jumlah sebanyak 26 orang atau sebaran sebesar 86.7 persen. Sedangkan untuk responden yang tergolong ke dalam masyarakat mampu lebih banyak pada tahap tokenisme dengan sebaran 73.3 persen atau sebanyak 22 orang responden. Pada tahap ini responden memanfaatan hasil pembangunan yang ada, akan tetapi untuk pemanfaatan hasilnya sendiri tidak sampai pada pengusulan atau kritik untuk hasil pembangunan yang ada.

Pada tahap pemanfaatan hasil pembangunan melalui penggunaan dana desa di Kampung Sungai Rawa ini penulis tidak menemukan responden yang mencapai level citizen powership, yang berartikan tidak ada partisipasi penuh masyarakat. Tidak terdapatnya timbal balik dari negosiasi antara masyarakat dengan pemerintah dan tidak terdapat pembagian kekuasaan kepada masyarakat oleh pemerintah kampung yang dalam hal ini sebagai pemilik kekuasaan dalam pemanfaatan hasil pembangunan.

Tahap Evaluasi Hasil Pembanguan

Tingkat partisipasi pada tahap evaluasi dari hasil pembangunan merupakan tingkatan partisipasi masyarakat dalam menilai keberhasilan dari hasil pembanguan melalui penggunaan dana desa di Kampung Sungai Rawa. Penilaian hasil pembangunan ini bertujuan untuk melihat seberapa jauh tujuan yang diinginkan masyarakat Kampung Sungai rawa dapat tercapai, dalam hal ini yaitu pembangunan kampung. Pada tahapan evaluasi hasil pembangunan, masing masing responden diberikan 16 pernyataan dan empat pilihan jawaban “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “setuju”, dan “sangat setuju”, dimana pengukuran dari setiap pernyataan menunjukkan tingkat partisipasi menurut Arnstein (1980) yang dibagi menjadi tiga level yaitu non partisipasi, tokenisme, dan citizen power. Pengukuran tingkat partisipasi pada tahap evaluasi hasil dari kegiatan pembangunan kampung melalui penggunaan dana desa dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi responden pada tahap evaluasi hasil pembangunan menurut kelompok masyarakat di Kampung Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit tahun 2016

Tingkat Partisipasi

Masyarakat

Total Kurang Mampu Mampu

n % n % n % Non- partisipasi Manipulasi 24 80.0 10 33.3 34 56.7 Terapi 4 13.3 12 40.0 16 26.7 Tokenisme Informasi 0 0.0 2 6.7 2 3.3 Konsultasi 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Penentraman 2 6.7 6 20.0 8 13.3 Citizen power Kemitraan 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Pendelegasian 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Kontrol Masyarakat 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Total 30 100.0 30 100.0 60 100.0

Data pada Tabel 26 menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan masyarakat yang tergolong kurang mampu berada pada kriteria manipulasi dengan jumlah sebaran 24 orang atau sebesar 80.0 persen, dimana responden bisa