• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIWAYAT HIDUP

Lampiran 4. Catatan Tematik dari Informan CATATAN KE-

Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Kasus: Dana Desa di Desa Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau) Topik : Meminta Izin dan Penggalian Informasi

Metode : Wawancara Mendalam

Informan/Partisipan : Bapak Aduar (Sekdes/Kerani) Hari & Tanggal : Selasa, 22 Maret 2016

Waktu & Durasi : 14.30-15.05 (35 menit)

Tempat : Rumah Informan

Kondisi & Situasi : Aman

DESKRIPSI

Kampung Sungai Rawa merupakan nama lain dari Desa Sungai Rawa yang berubah sekitar satu tahun yang lalu.

“.... namo desa kito ni dah diganti jadi kampung sungai rawa, kemarin tu

pemerintah awak nyuruh balikkanlah lagi macam jaman dulu dengan maksud supayo makin tejalin kekeluargaan anto tiap masyarakat macam dedulu. Makonyo sekarang yang menjabat sebagai kepalo desa dulu kito sebut Pak Kades sekarang Pak Penghulu, habis tu sekretaris desa kito sebut Kerani dulunyo Pak Sekdes, sampai pado Kaur-kaur pun sekarang namonyo dah beganti Juru Tulis. Tapi itukan cumo namo ajo yang berubah, merujuk tugas tak pulak, tetap ajo…’’

Dana desa mulai diberikan di desa sejak setahun yang lalu atau pada periode 2015/2016 yaitu sebesar 200 jutaan, yang sepenuhnya untuk pembangunan fisik desa (pembangunan infrastruktur desa) diantaranya untuk pembangunan drainase, perbaikan jalan desa, dan renovasi bangunan-bangunan yang dimiliki pemerintahan desa. Pembangunan di Desa Sungai Rawa tergolong baik dalam segi pengadaan sarana infrastruktur masyarakat, ini dikarenakan pembangunan desa berdasarkan prioritas dari hasil rapat dan musrembangdes yang telah dilaksanakan.

Hasil pembangunan dari penggunaan dana desa yang digunakan tidak begitu terlihat karena pembangunan desa baru dilaksanakan setelah semua dana pemasukan desa yang berasal dari APBKam, dana dari kabupaten dan provinsi, beserta dana lainnya telah terkumpul dan dijumlahkan semuanya, barulah dana- dana tersebut digunakan untuk pembangunan yang telah disepakati bersama BAPEKAM dan LPMK beserta lembaga masyarakat yang ada. Selain itu kecilnya dana desa yang didapat tak begitu mempengaruhi hasil pembangunan desa yang membutuhkan dana yang cukup besar. Penggunaan dana desa seutuhnya digunakan untuk pembangunan fisik, sesuai dengan instruksi yang diberikan berdasarkan peratran yang berlaku dalam penggunaan dana desa.

“….rapat-rapat masalah pembangunan tu tak bisa dibuat setiap bulan do, disini kekumpul rapat untuk itu tu kalau dah duit untuk kampung ni dah tekumpul semuo

ntah dari pusat dari daerah dari pajak dan apbkam, dah ditotal semuo dapatnyo sekian-sekian barulah dapat kito bikin macam mano rencana pembangunan kedepannyo. Kalau nak langsung dikejokan langsung manolah cukup bendo duit

tu sikitnyo….”

Dalam pelaporan hasil pembangunan melalui penggunaan dana desa selalu dilaporkan kepada masyarakat, tetapi biasanya tidak terlalu dihiraukan oleh masyarakat desa karena masyarakat hanya akan bertanya jika hasil penggunaan dana desa tidak tampak terlihat (dalam artian barang jadinya tidak ada). Sosialisi yang diberikan oleh pemerintah desa kepada lembaga masyarakat (RT & RW) tidak tersampaikan seutuhnya kepada masyarakat desa karena kurang berjalannya musyawarah antar masyarakat desa bersama lembaga masyarakat (“karena setiap pertemuan akan memerlukan biaya, biaya tersebutlah yang saat ini ditekankan”). Penggunaan dana desa tetap melibatkan partisipasi masyarakat desa dalam bentuk aspirasi masyarakat desa yang disampaikan oleh lembaga masyarakat dalam musrenbangdes dan rapat-rapat desa yang dihadiri oleh seluruh aparatur desa (pemerintah desa, BAPEKAM, LPMK, dan lembaga masyarakat) dimana spirasi masyarakat tersebut disampaikan langsung kepada aparatur masyarakat dan kemudian akan disampaikan di rapat-rapat desa. Tidak semua aspirasi masyarakat langsung disetujui untuk dilanjutkan pada tahap pembangunan, semuanya tetap harus diberikan skala prioritasnya. Kalau dalam bentuk pelaksanaannya, partisipasi masyarakat adalah dalam bentuk tenaga yaitu tenaga dalam proses pembanguanan dikerjakan oleh masyarakat titu sendiri.

Keluhan masyarakat sampai saat ini belum ada, lagi pula pemerintahan yang berjalan juga masih cukup baru (kepala desa yang menjabat adalah kepala desa yang baru). Keluahan yang ada hanyalah keluhan yang merupakan keluhan- keluahan masyarakat yang belum terselesaikan dari pemerintahan sebelumnya. “....kami dah instruksikan setiap lembaga masyarakat dah, cumo kekadang tak semuonyo tesampaikan sampai ke masyarakat, kadang pun masyarakat kasi tau ke LMKnyo memasing untuk sampaikan keluhan yang ado disekitar lingkungan

dio. Jadi dah terwakilkan jugo warga tu….” INTERPRETASI

Fokus penggunaan dana desa untuk pembangunan yang terjadi di kampung Sungai Rawa difokuskan untuk pembangunan infrastruktur, yang melalui beberapa tahap pembangunan. Tahap-tahap ini sering mengalami tumpeng tindih dalam pelaksanaannya. Dalam prakteknya penggunaan dana desa juga melibatkan masyarakat untuk mengetahui apa yang dibutuhkan masyarakat. sehingga kelak tidak terjadi keluhan mengenai pelaksanaan pembangunan.

CATATAN KE-2

Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Kasus: Dana Desa di Desa Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau)

Topik : Penggalian Informasi

Metode : Wawancara Mendalam

Informan/Partisipan : Bapak Nurul Huda (Ketua LMK) Hari & Tanggal : Rabu, 23 Maret 2016

Waktu & Durasi : 19.30-20.20 (50 menit)

Tempat : Rumah Informan

Kondisi & Situasi : Aman dan sedikit remang bersama keluarga informan

DESKRIPSI

Warga Kampung Sungai Rawa sebagian besar saat ini berkerja dibidang pertanian dan sebagian besar lainnya bekerja sebagai buruh. Penghasilan warga saat ini mengalami kemunduran seiring dengan terjadinya penurunan APBD di Kab Siak karena terjadi penurunan harga bahan baku minyak. Masyarakat disini terbilang merata untuk penghasilannya, karena rata-rata memiliki pekerjaan yang sama.

“….asal yudhi tau ee, kebun sawit desa ni banyak jugo, banyak jugolah

orang sini dapat penghasilan dari situ, ado yang pegi dodoslah, nebas- nebas kebun tu supayo tak jadi semak. Tapi banyak lagi orang sini dah pindah kejo kat industri, tambah lak ado rencana nak jadi kawasan industri kat sini, tengok sebelum jembatan lekton tu dah ado pulak industri cangkang, sano lagi ado pulak industri pengepakan semen, kat pelabuhan buton tu ado jugo galangan kapal banyak tu yang jadi buruhlah kalau

namonyo sekarang. Belum lak lagi kejo kat PETRO…”

Dana desa yang telah bergulir di Kampung Sungai Rawa baru dirasakan satu kali, dan penerimaannya pun juga harus bertahap. Penggunaan dana desa yang langsung dari pusat dipergunakan untuk pembangunan infrastruktur seperti drainase, jalan di lingkungan warga dan renovasi kantor desa.

“Pembangunan kat kampung ni diraso terus meningkat, mulai dari jalan

jembatan lekton sebelum masuk kampung, jalan-jalan dah beaspal dan besemen, tali air dah dibuat. Jadi masyarakat dapat jugolah tebantu untuk perekonomiannyo, tapi kalau jalan pemda yang rosak tu bukan kewajiban desa yang baiki, tapi Pemda sorang, karno itu betul kewajiban dio. Kalau masalah listrik jelas nunggu keputusan PLN, ntah sampai kapan yang jelas

Pak Penghulu menjanjikan dalam waktu dekat ni.”

Dalam penerapan penggunaan dana desa, masyarakat Kampung Sungai Rawa terlebih dahulu menunggu instruksi dari Penghulu Kampung. Penggunaan dana desa dimulai dari tahap perencanaan sampai ke peninjauan kembali hasil penggunaan. Kebanyakan masyarakat tidak dapat hadir dengan berbagai macam alasan seperti terkendala waktu dan kepentingm sendiri, sudah merasa terwakili,

dan juga apatis.

“…kalau rapat tu yang jelas nunggu instruksi pak penghulu, kalau kami semuo (bagian pemerintah, BPKam, LMK) wajib datang tu kalau tak biso

keno sungut kami, namonyo jugo wakil masyarakat…”

“…. Kito wajib ngajak semuo masyarakat, paling tak ado perwakilan

masyarakatmyo. Bio masyarakat tau cam mano perkembangan

pembangunan di kampung dio…”

Kegiatan pembangunan desa selalu melibatkan masyarakat dimana dalam kenyataan dilaksanakan dengan sistem undian dimana semua masyarakat yang mampu untuk menjalankan kegiatan pembangunan dipilih berdasarkan undian. Dalam artian lain ini bisa dikatakan sebagai sitem proyekan, yang diberikan pemerintah untuk dikerjakan oleh masyarakat. pendelegasian kekuasaan disini diartikan sebagai hal ini.

Hasil pembangunan dari penggunaan dana desa tidak bisa dilihat langsung, karena pembanunan yang terjadi di Kampung Sunga Rawa berasal dari dana pendapatan desa secara keseluruhan, barulah kemudian dibagi-bagi untuk kepentingan pembangunan yang telah diprioritaskan berdasarkan kebutuhan masyarakat. untuk penilaian hasil pembangunan yang ada di Kampung Sungai Rawa lebih dipertanggungjawabkan kepada pemerintah daerah yang sebagai badan pengawas pembangunan.

“…kalau untuk penilaian pembangunan ni belum ado masyarakat

komentar lagi masalah kurang inilah itulah, masyarakat terimo ajo hasilnyo macam tu. Lagipun orang yang ngawasnyo tu dah ado dah yang dari pemda, misalnyo bangunan tu targetnyo 100 kalau dilapang cumo 90, pasti ado pertangungjawaban, ditanyo kemano 10 lagi? Tapi sejauh ni

belum ado lagi sampai harus balekkan duit pembangunan tu…” INTERPRETASI

Kegiatan yang dilaksanakan di Kampung Sungai Rawa semuanya berasala dari instruksi dari penghulu terlebih dahulu. Pembangunan yang terjadi difokuskan untuk pembangunan infrastruktur, seperti jalan dan renovasi bangunan sarana umum yang merupakan usulan dari masyarakat sendiri. Pembangunan selalu melibatkan masyarakat yaitu dari tahap perencanaan hingga tahap implementasi. Masyarakat tidak menyampaikan keluhan dari hasil pembangunan yang telah terlaksana dan dirasa sudah cukup memuaskan.

CATATAN KE-3

Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Kasus: Dana Desa di Desa Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau)

Topik : Penggalian Informasi

Metode : Wawancara Mendalam

Informan/Partisipan : Bapak Nazarudin/Man (Ketua BPKam) Hari & Tanggal : Kamis, 24 Maret 2016

Waktu & Durasi : 10.30-11.00 (30 menit)

Tempat : Rumah warga

Kondisi & Situasi : Terdapat tokoh masyarakat lainnya

DESKRIPSI

Struktur organinisai yang saat ini menjabat di badan pemerintahan Kampung Sungai Rawa dirasa belum mewakili setiap kalangan masyarakat, dimana yang menjabat merupakan orang-orang terdekat dari Penghulu yang menjabat pada saat ini.

“….ditetengok jugo kito tak bisa pulak bebengak do, banyak orang

kejo kat sini tak lain kekawan dan sodaro orang kantor desa ni

jugo….”

Pembangunan yang terjadi disini merupakan hasil dari usulan masyarakat yang telah dibuatkan skala prioritas berdasarkan kebutuhan yang mendesak yang harus disegerakan. Proses perencaan biasanya digandengkan dengan kegiatan-kegiatan lainnya. Masyarakat yang hadir pun biasanya adalah orang-orang yang itu-itu saja.

“…. yang jelas pembangunan disini tu habis dikumpulkan semuo

usulan pembangunan kedepannyo macam mano, barulah kito rapatkan mano yang paling duluan harus dibuatkan….”

“….disini namonyo jugo masih di kampung, mano ado yang paham

maslah kumpul perencanaan, kumpul untuk pelaksanaan lah, dan sebagainyo tu. Disini orang taunyo kalau disuruh kumpul kat balai desa berarti ado kegiatan pembangunan, lebih baik kegiatan tu

digabungkan ajo sekalian, dapat jugo menghemat anggaran…”

Minimnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan disini dikarenakan hal-hal kepentingan lainnya. Sehingga terjadi perasaan di masyarakat bahwa yang selalu diikutsertakan adalah orang-orang tertentu saja.

“….yang ikut-ikut tu kan pasalnyo banyak jugo yang tak bisa karno behalangan, rapat-rapat disini biasonyo tu pagi, jam-jam kantor yang dah pasti punyo kejo tentu tak bisa ikut, macam yang mendodos dan kejo hutan tu, makonyo yang bisa ikut-ikut tu orang-orang yg kejo kat

Pada proses-proses pembangunan yang telah dilaksanakan, pada tahap implementasi merupakan tahap yang paling banyak mendapatkan partisipasi dari masyarakat karena ada sistem proyek yang mendatangkan keuntungan.

“…disini tu ado sistem undian untuk yang mengejokan proyek

pembangunan, makonyo pas ado kegiatan undian tu banyak yang