TINJAUAN PUSTAKA
4.3 Analisis Faktor
Pada tulisan ini pembahasan penggunaan analisis faktor akan diuraikan
dalam satu kesatuan. Metode Principal Components Analysis (PCA) digunakan sebagai dasar perhitungan faktor, dan dari delapan belas variabel yang valid
serta reliabel dengan berdasarkan nilai eigen yang lebih dari sau, memberikan
hasil bahwa jumlah faktor yang sebaiknya dibentuk empat buah, sebagaimana
tertera pada keluaran sebagai berikut:
Gambar 4. Total Varians Yang Dijelaskan PCA
Total variansi yang dapat dijelaskan oleh keempaf faktor sebesar 55,6%,
angka yang tidak terlalu besar tetapi cukup mewakili variabel asal. Keempat
Gambar 5. Matrik Komponen Hasil Rotasi
Berdasarkan hasil pada gambar 5., diperoleh bahwa variabel yang
mendominasi setiap faktor dapat diuraikan sebagai berikut:
• Faktor pertama mempunyai nilai loading yang tinggi atau berkorelasi
secara kuat dengan delapan variabel yaitu matematika adalah mata
pelajaran yang saya sukai (V1); saya senang membaca buku matematika
(V2); belajar matematika sangat menyenangkan (V3); dalam keadaan bagaimanapun, pelajaran matematika selalu saya perhatikan (V5); jika
ada tambahan jam pelajaran matematika saya selalu mengikutinya (V9);
saya selalu merasa senang jika mengerjakan soal – soal matematika
(V11); segala sesuatu yang berhubungan dengan matematika bagi saya
merupakan hal yang menarik (V12); dan saya dapat berpikir jernih
(konsentrasi) pada saat mengerjakan soal‐soal matematika V13.
Berdasarkan variabel yang mendominasi faktor pertama, maka faktor ini dapat disebut sebagai “Motivasi Internal Siswa Dalam Belajar Matematika” atau “Faktor Siswa”
• Faktor kedua berkorelasi secara kuat dengan empat variabel yaitu catatan
pelajaran matematika saya lengkap (V10); suara guru saya cukup keras
dalam mengajar matematika sehingga terdengar oleh seluruh siswa (V17);
tulisan guru di papan tulis sistematik sehingga membantu saya memahami
materi yang sedang di ajarkan (V18); dan cara guru mengajar matematika
memacu saya untuk lebih giat belajar (V19). Sehingga faktor kedua bisa
dinyatakan sebagai “Metode Pengajaran Matematika dan Motivasi Guru Matematika Terhadap Siswa” atau “Faktor Guru”
• Faktor ketiga berkorelasi secara kuat dengan tiga variabel yaitu jika ada
lomba cepat tepat matematika di sekolah saya ingin selalu mengikuti
walaupun tidak menjadi pemenangnya (V7); orang tua memperhatikan saya
dalam belajar matematika (V21); sebelum mengikuti pelajaran matematika
saya membaca terlebih dahulu bahan yang akan diajarkan guru (V22).
Sehingga faktor 4 bisa diberi pernyataan baru “Motivasi Orang Tua Terhadap Siswa” atau “Faktor Orang Tua”
• Faktor keempat berkorelasi secara kuat dengan tiga variabel yaitu hitungan
dan rumus adalah yang pertama kali saya pikirkan jika saya mendengar kata matematika (V4); matematika banyak digunakan dalam kehidupan
sehari‐hari (V15); belajar matematika sangat berguna untuk masa yang akan
datang (V16). Sehingga faktor keempat dapat disebut sebagai
“Pengetahuan Siswa Terhadap Aplikasi dan Manfaat Mata Pelajaran
Matematika” atau “Faktor Aplikasi dan Manfaat Matematika”
Selanjutnya untuk mengetahui secara lebih mendetail persepsi siswa SMA/MA jurusan IPS terhadap mata pelajaran matematika, dari setiap variabel
yang mendominasi faktor diperoleh capaian terhadap setiap kategori
Untuk faktor siswa atau motivasi internal siswa dalam belajar
matematika diperoleh bahwa, mayoritas siswa jurusan IPS menyatakan bahwa
mereka tidak menyenangi matematika, sehingga ada kesan ‘terpaksa’ ketika mereka mengikuti (menyetujui) adanya tambahan pelajaran matematika.
Namun demikian pada dasarnya mereka masih mempunyai semangat belajar
matematika, yang ditunjukkan oleh tingginya siswa yang menyatakan bahwa
dalam keadaan bagaimanapun mereka tetap memperhatikan dengan sungguh‐
sungguh pelajaran matematika.
Untuk faktor guru atau metode pengajaran matematika dan motivasi
guru matematika terhadap siswa, mayoritas siswa menyatakan bahwa metode
mengajar guru cukup baik dan cukup memacu siswa untuk lebih giat belajar,
tetapi masih belum maksimal. Untuk faktor orang tua atau motivasi orang tua terhadap siswa, ternyata mayoritas siswa merasakan kurangnya dukungan
orang tua untuk lebih memperhatikan pelajaran matematika. Hal ini
diperparah oleh rendahnya minat siswa belajar matematika di rumah dalam arti menyiapkan terlebih dahulu, apalagi untuk mengikuti sebuah perlombaan
matematika.
Tabel 2. Persentase Jawaban Responden
Persentase responden dengan jawaban No . Var i‐ abel Pernyataan Sanga t Tidak Setuj u Tid ak Setu ju Setu ju Sanga t Setuj u 1. V1 Matematika adalah mata
pelajaran yang saya sukai 8,7% 49,1%
37,3
% 4,9%
2. V2 Saya senang membaca buku
matematika 9,3%
58,2 %
30,3
% 2,2%
Persentase responden dengan jawaban Var Sanga No Tid Sanga i‐ Pernyataan t . ak Setu t abel Tidak ju Setu Setuj Setuj ju u u menyenangkan % % 4. V4
Hitungan dan rumus adalah
yang pertama kali saya
pikirkan jika saya mendengar
kata matematika 3,9% 20,7 % 53,1 % 22,2% 5. V5
Dalam keadaan bagaimanapun,
pelajaran matematika selalu
saya perhatikan dengan
sungguh‐sungguh 3,7% 34,8 % 52,5 % 9% 6. V7
Jika ada lomba cepat tepat
matematika di sekolah saya
ingin selalu mengikuti
walaupun tidak menjadi
pemenangnya
14% 58,8
% 23% 4,2%
7. V9 Jikapelajaran ada matematikatambahan sayajam
selalu mengikutinya 6%
33,7
% 51,2% 9,1% 8. V10 Catatan pelajaran matematika
(statistika) saya lengkap 3,6% 24% 53,7
% 18,7% 9. V11 Sayamengerjakan selalu merasa soal senang– soaljika
matematika 6,7% 55,4 % 34,5 % 3,4% 10. V12
Segala sesuatu yang
berhubungan dengan
matematika bagi saya
merupakan hal yang menarik
7,6% 56,9 %
32,4
% 3,1%
11. V13
Saya dapat berpikir jernih
(konsentrasi) pada saat
mengerjakan soal‐soal
matematika
8,2% 56,7 %
31,3
% 3,7%
12. V15 Matematika banyak digunakan
Persentase responden dengan jawaban Var Sanga No Tid Sanga i‐ Pernyataan t . ak Setu t abel Tidak ju Setu Setuj Setuj ju u u datang 14. V17
Suara guru saya cukup keras
dalam mengajar matematika
sehingga terdengar oleh
seluruh siswa 3,7% 24,9 % 47,2 % 24,2% 15. V18
Tulisan guru di papan tulis
sistematik sehingga membantu
saya memahami materi yang
sedang di ajarkan
3,9% 23,1
%
55,7
% 17,7%
16. V19 Caramatematika guru memacu mengajar saya
untuk lebih giat belajar 6,6%
29,3 %
49,7
% 14,5% 17. V21 Orang tua memperhatikan saya
dalam belajar matematika 7%
37,5 %
45,2
% 10,3% 18. V22
Sebelum mengikuti pelajaran
matematika saya membaca
terlebih dahulu bahan yang
akan diajarkan guru
7% 44% 42,5
% 6,4%
Faktor terakhir keempat yaitu faktor pemahaman siswa tentang aplikasi
atau manfaat matematika, diperoleh bahwa sebenarnya mayoritas siswa
menyadari bahwa matematika mempunyai manfaat dalam kehidupan sehari‐
hari ataupun di masa mendatang. Namun demikian ketika mereka mendengar
kata matematika, pertama kali yang mereka pikirkan adalah hitungan dan
rumus‐rumus.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa secara umum
adalah “tidak menarik”. Faktor utama sebenarnya ada pada diri mereka sendiri yaitu kurangnya motivasi internal siswa dalam belajar matematika
karena sudah didasari rasa tidak senang. Faktor kedua yaitu belum optimalnya
metode pengajaran matematika serta belum maksimalnya motivasi guru
terhadap siswa. Faktor ketiga yaitu kurangnya dukungan orangtua terhadap
siswa khususnya untuk lebih memperhatikan pelajaran matematika. Faktor
terakhir yaitu belum konkritnya ditunjukkan aplikasi dan manfaat matematika
dalam kehidupan sehari‐hari ataupun di masa mendatang.
Tindak lanjut dari uraian tersebut adalah pertama, perlu adanya inovasi
metode pengajaran matematika di SMA/MA yang lebih menarik oleh guru.
Kedua, perlu penyampaian informasi lebih banyak tentang aplikasi matematika
baik di industri, instansi pemerintah, bank, lembaga konsultan, dan lain‐lain
yang diharapkan dapat mengurangi kesan rumus‐rumus atau hitungan dalam
matematika. Langkah kedua ini dapat dilakukan oleh semua pihak yang tentu
saja menaruh perhatian lebih pada bidang minat matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 1992. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dinas Pendidikan. 2004. Daftar SMA, MA dan SMK Negeri dan Swasta Kebupaten Sleman. Jogjakarta. Pemerintah Kabupaten Sleman.
Johnson. R. 1982. Applied Multivariate Statistical Analysis. New Jersey : Prestice Hall.
Nugroho. A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta : Andi Offset.
Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukandarrumini. 2002. Metode Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Penelitian Pemula. Yogyakarta : Penerbit Gadjah Mada University Press.
Supranto. 2004. Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Supranto. J. 1992. Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Zaenuri. 2007. Matematika Bukan ”Mati‐matian”, Kesulitan Belajar Matematika
http://zainurie.wordpress.com/2007/04/26
Zorn, Christoper. 2003. agglomerative Clustering of Rangking data, with an
Applicarion to Prison Rodeo Events. 6 hlm.
(Pengembangan Pembelajaran Dan Bahan Ajar)
Khurul Wardati
Prodi Matematika dan Pendidikan Matematika
Fakultas Saintek UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
ABSTRACT
Integration‐interconnection paradigm was a basic scientific framework in UIN Sunan Kalijaga,
which is placed science and religion to talk each other and become one building. The implementation of
teaching Calculus I using integration‐interconnection approach was one thing developed in Fakultas
Saintek UIN Sunan Kalijaga. This implementation need to be studied and examined in order to develop
teaching models and its properties. The aim of this research was to obtain an integrative‐interconective
teaching models in Calculus through behavioral‐teaching modification.
This is a developmental research using four‐D models and consist of four stage: define, design,
develop and dessiminate. Beside that, there has been done an evaluation for lecture‐handout. The
observation for lecturer was carried out in two ways, a process and an implementation of integrative‐
interconective teaching models.
The result shows that lecturer always give apperception and motivation, try to integrate‐
interconnect with Islamic values. But there is a different perception in its stage and models between
lecturer and students. In teaching models sides, work‐groups give some advantages, not only for
cognitive and affective aspect, but also for class dynamic.
Keyword : Integration, interconnection, four‐D models
Pendahuluan
Dunia pendidikan sebagai pilar utama suatu bangsa telah melakukan perombakan yang cukup signifikan. Reformasi pendidikan terus bergulir
dalam era otonomi daerah, ditandai dengan pengesahan revisi UU RI No. 2
tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada tanggal 12 Juni 2003 lalu.
Semangat reformasi yang memancarkan demokratisasi pendidikan Sistem Pendidikan Nasional itu, ditindaklanjuti dengan UU tentang Guru dan Dosen.
Kedudukan dosen sebagai tenaga professional, berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat dan
Sebagai bagian dari masyarakat pendidikan, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta sangat peduli terhadap permasalahan pendidikan yang dimulai
dengan upaya pengembangan IAIN menjadi UIN (Anonim, 2004). Rangkaian
panjang dalam upaya membangun paradigma dan epistimologi keilmuan di
UIN Sunan Kalijaga telah dimulai sebelum nama UIN ada, karena proses
perubahan nama UIN itulah yang memberi konsekuensi perubahan paradigma
dan epistimilogi keilmuan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman.
Selama ini PTAI memfokuskan pada kajian ilmu‐ilmu keislaman dengan
pendekatan yang cenderung eksklusif tanpa membuka diri terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan yang lain dan juga teknologi. Sementara,
perguruan tinggi umum kurang mempertimbangkan agama dalam
pengembangan IPTEKnya, karena agama dipandang sebagai sesuatu yang
terpisah dari dunia IPTEK. Paradigma keilmuan baru yang bersifat integratif‐
interkonektif ini, merupakan kerangka dasar keilmuan yang dikembangkan di
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sehingga memiliki identitas dan karakteristik
keilmuan yang berbeda dengan yang lain. Paradigma tersebut dijabarkan ke
dalam beberapa bagian yang mengelaborasi pendekatan integratif‐interkonektif dalam pokok‐pokok pengembangan silabinya, proses pembelajaran, evaluasi,
serta pedoman administrasi akademiknya (Anonim, 2004).
Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta telah mengfasilitasi
penyusunan perangkat pembelajaran, mulai dari silabus, SAP, Bahan Ajar dan
CD Pembelajaran, dengan pendekatan integrasi‐interkoneksi yang mengacu
pada buku “Kerangka Dasar Keilmuan dan Pengembangan Kurikulum”.
Implementasi pembelajaran dengan pendekatan integrasi‐interkoneksi beserta semua perangkat yang telah didesain, merupakan hal yang sedang
dikembangkan di UIN Sunan Kalijaga. Pendekatan integrasi‐interkoneksi
menempatkan wilayah agama dan ilmu serta antar ilmu untuk saling menyapa,
psikomotor) tetapi juga memasuki domain pendidikan Islam (ilmu, iman dan
amal).
Mata kuliah Kalkulus I merupakan mata kuliah wajib untuk 10 program
studi di Fakultas Saintek UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Anonim, 2006). Mata
kuliah tersebut telah didesain SAP dan bahan ajar yang integrtif‐interkonektif,
yang difasilitasi oleh Pokja Akademik. Implementasi pembelajaran Kalkulus I
yang integratif‐interkonektif tersebut, sangatlah perlu untuk ditelaah, dikaji,
dan diteliti guna pengembangan pembelajaran maupun pengembangan
perangkatnya.
Telaah dibatasi pada upaya memperoleh model pembelajaran yang
integratif‐interkonetif pada mata kuliah Kalkulus dengan modifikasi tingkah
laku pembelajaran yang dilangsungkan. Di samping itu, juga dievaluasi bahan
ajar Kalkulus I, sebagai salah satu perangkat pembelajaran, terutama terkait
dengan materi (isi) dan penyajian bahan ajar tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapatlah dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini, sebagai berikut : Bagaimanakah mengembangkan pembelajaran
Kalkulus I sehingga diperoleh model pembelajaran yang integratif‐ interkonektif? Berdasarkan proses pencarian model pembelajaran integratif‐
interkonektif tersebut, apa evaluasi (review) terhadap bahan ajar yang telah
ada?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah: