• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mendapatkan masukan sebagai evaluasi bahan ajar yang integrative ‐ interkonektif, setelah diimplementasikan

Dalam dokumen Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta (Halaman 116-126)

TINJAUAN PUSTAKA

2.   Mendapatkan masukan sebagai evaluasi bahan ajar yang integrative ‐ interkonektif, setelah diimplementasikan

1. Bagi  tenaga  pengajar  (guru,  dosen),  sebagai  masukan  dalam  upaya 

pembaharuan  (pengembangan)  model  pembelajaran  yang  integratif‐

interkonektif 

2. Bagi peneliti lain, dapat merupakan penelitian pendahuluan atau bahan 

informasi yang akan membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut 

3. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, memperkaya khasanah penelitian 

Pendidikan Matematika dan Sains  Kerangka Berfikir 

Undang‐undang  RI  no.  14  tahun  2005  pasal  5  menyatakan  bahwa  : 

“Kedudukan dosen sebagai tenaga professional sebagaimana dimaksud dalam 

pasal 3 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen 

sebagai agen pembelajaran,  pengembang ilmu pengetahuan,  teknologi dan 

seni,  serta  pengabdi  masyarakat  berfungsi  untuk  meningkatkan  mutu 

pendidikan nasional”. Hal ini berarti bahwa salah satu fungsi professional 

dosen  adalah  melaksanakan  pembelajaran.  Dosen  dalam  melaksanakan 

pembelajaran haruslah  senantiasa mengadakan pembaharuan (pengembangan) 

baik dalam proses pembelajaran maupun bahan ajarnya. 

Penelitian tentang pencarian model pembelajaran telah dilakukan pada 

ilmu‐ilmu sumber ajaran Islam, menunjukkan bahwa praktek pembelajarannya 

di UIN Sunan Kalijaga dapat dikelompokkan ke dalam tiga model besar, yaitu 

relasi yang integrative, quasi integrative dan interkonektif.  Dalam relasi yang 

integrative, agama (Al Qur’an dan Al Hadist) dipahami sebagai sumber ilmu 

pengetahuan sebagaimana sains.   Quasi integrative di satu sisi menempatkan 

Al Qur’an dan Al Hadits sebagai dua komponen utama dalam pemaduan  dengan  ilmu  pengetahuan  dan  di  sisi  lain  keduanya  difungsikan  sebagai 

dialogis, dimana dua komponen yang berbeda dapat saling menyapa dan 

Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan di sini adalah penelitian 

pengembangan untuk mencari model pembelajaran integrative‐interkonektif 

pada mata kuliah Kalkulus I. Implementasi pembelajaran tersebut juga sebagai 

masukan  (evaluasi)  bahan  ajar  dengan  memperhatikan  interaksi  dosen‐

mahasiswa (proses pembelajarannya) dan pemberdayaan bahan ajar yang telah 

didesain.  

Penelitian  yang  terkait  dengan  implementasi  pembelajaran  dengan 

pendekatan integrasi‐interkoneksi, didasarkan pada pengertian pembelajaran 

dan pendekatan integrasi‐interkoneksi sebagai berikut : 

¾ Pembelajaran 

Banyak  orang  awam  yang  menganggap  bahwa  belajar  adalah  suatu 

kegiatan  yang  berhubungan  dengan  sekolah,  seperti  kegiatan  membaca, 

menulis dan menghitung.   Sebenarnya, pembelajaran merupakan suatu proses 

kompleks dan melibatkan keterkaitan antara berbagai aspek (Mulyasa, 2005), 

sehingga  dapat  dikatakan  sebagai  sebuah  sistem.  Tiga  hal  penting  yang 

menjadi karakteristik suatu sistem adalah:(1) memiliki tujuan, (2)mengandung 

suatu proses dan (3) proses kegiatannya selalu melibatkan dan memanfaatkan  berbagai komponen atau unsur‐unsur tertentu (Sanjaya, 2006).  

¾ Pendekatan Integrasi‐Interkoneksi 

Ilmu pengetahuan manusia pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi 

tiga wilayah pokok: Natural Sciences, Social, dan Humanities.. Pengkategorian  tersebut mempunyai kelemahan, diantaranya pada wilayah praksis: mengapa 

mahasiswa dan dosen pada bidang natural sciences tidak mengenal isu dasar  social sciences atau humanities, lebih‐lebih religious studies dan begitu sebaliknya.  Perlu  dibangun  dialog  dan  kerjasama  antara  berbagai  disiplin  ilmu  agar 

kelemahan‐kelemahan  yang  ada  dapat  dihilangkan,  sehingga  tercapai 

UIN  Sunan  Kalijaga  merupakan  salah  satu  lembaga  keilmuan  yang 

mencoba membangun dialog dan kerjasama antara berbagai disiplin ilmu, yang 

kemudian dikenal sebagai paradigma keilmuan integrasi‐interkoneksi. Amin 

Abdullah  selaku penggagas paradigma  keilmuan  tersebut  membagi  tradisi 

keilmuan sekarang ini ke dalam tiga wilayah keilmuan, yaitu wilayah ilmu‐

ilmu agama (hadlarah al‐nash), wilayah ilmu‐ilmu umum (hadlarah al‐ilm), dan  wilayah filsafat (hadlarah al‐falsafah). Paradigma keilmuan integrasi‐interkoneksi  menempatkan  masing‐masing  rumpun  ilmu  agar  menyadari  keterbatasan‐

keterbatasan  yang    melekat  dalam  diri  sendiri,  sehingga  bersedia  untuk 

berdialog, bekerjasama dan memanfaaatkan metode serta pendekatan yang 

digunakan oleh rumpun ilmu lain (Amin Abdullah, 2006). 

Paradigma keilmuan integrasi‐interkoneksi tersebut dapat dilihat dari dua 

hal,  yaitu    ranah  integrasi  interkoneksi  dan  model  kajian  integrasi‐

interkoneksinya.  Model  kajian  lain  yang  dapat  dikembangkan  dalam 

implementasi  paradigma  keilmuan integrasi‐interkoneksi yakni  similarisasi, 

pararelisasi, komplementasi, komparasi, induktifikasi, dan verifikasi (Anonim, 

2006). Pembelajaran ilmu‐ilmu umum (hadlarah al‐ilm) termasuk matematika‐ sains‐teknologi harus melibatkan dan memanfaatkan komponen dan unsur‐

unsur lain yang terdapat pada wilayah ilmu‐ilmu agama (hadlarah al‐nash) dan  wilayah filsafat (hadlarah al‐falsafah).  

Bahan ajar yang dikembangkan di UIN Sunan Kalijaga berbentuk modul. 

Menurut Russel, modul merupakan bahan ajar atau paket pembelajaran untuk 

menyajikan satu unit materi pelajaran atau bidang studi tertentu.  Penggunaan 

modul  merupakan  salah  satu  upaya  penerapan  konsep  dan  prinsip  pembelajaran individual. (Ghafur, 2006).  

     

Metode Penelitian 

Penelitian  ini  merupakan  penelitian  pengembangan  (developmental 

research), model yang digunakan adalah model 4‐D (Four‐D Models). Model 4‐D  terdiri dari tahap  pendefinisian  (define),  tahap  perancangan  (design), tahap 

pengembangan (develop) dan tahap pendesiminasian (disseminate) (Savasailam, 

1974). Setiap tahapan dalam model 4‐D tersebut mengacu pada model desain 

pengembangan instruksional menurut IDI (Instructional Development Institute)  (Harjanto, 1997).  Diagram alur pengembangan perangkat pembelajaran secara 

garis besar dapat dilihat pada gambar berikut ini : 

 

Tahap Pendefinisian (Define)

Tahap Perancangan (Design)

Tahap Pengembangan Model (Develop) Tahap Pendessiminasian II Tahap Pendessiminasian I Tahap Pendessiminasian II

Evaluasi Evaluasi Evaluasi

Hasil yang dilaporkan                  

       Gambar 1. Diagram alur model 4‐D  Deskripsi dari masing‐masing tahap adalah sebagai berikut : 

1. Tahap Pendefinisian (Define) 

(a)  Pra Survey 

Tujuan dari tahap pendefinisian adalah menetapkan dan mendefinisikan  kebutuhan‐kebutuhan dalam penelitian, yang  dilakukan melalui tahap 

pengungkapan need assessment (perkiraan kebutuhan) dengan kondisi (konsep)  awal yang sudah ada, yang diperoleh melalui :  

i. Hasil  wawancara  antara  peneliti  dengan  dosen‐dosen  pengampu 

matakuliah Kalkulus dan Fisika Dasar pada semester genap TA. 2006/2007  

ii. Dokumen di Fakultas Saintek tentang :  

o hasil kuosioner (angket) indek kinerja dosen (IKD) yang terkait proses 

belajar mengajar (PBM) untuk dosen matakuliah Kalkulus pada semester 

genap 2006/2007. 

o Dokumen  nilai  mahasiswa  untuk  matakuliah  Kalkulus  I  sebelum 

mengulang di semester pendek 2007. 

iii. Soal  Pretest  (penjajagan)  untuk  mengetahui  kemampuan  dasar 

mengikuti matakuliah Kalkulus I. 

iv. Hasil wawancara penilaian mahasiswa terhadap dosen‐dosen pengampu 

matakuliah Kalkulus pada semester genap TA. 2006/2007. 

v. Observasi  awal  terhadap  dosen  dan  mahasiswa  dalam  proses 

pembelajaran matakuliah Kalkulus I (22 juni 2007) pada semester pendek 

TA. 2006/2007.  

(b) Analisis Latar (Analyze Setting) 

Ada tiga hal yang perlu diperhitungkan pada langkah ini (Harjanto,  1997), yaitu:  

i. Karakteristik mahasiswa 

Tujuan  mengetahui  karakteristik mahasiswa adalah untuk  mengukur 

apakah mahasiswa akan mampu mencapai ketuntasan belajarnya atau tidak, 

serta untuk mengetahui  hal‐hal yang dapat mendukung  dan menghambat 

aktifitas  dan  kemandirian  belajarnya.  Hal‐hal  yang  perlu  diketahui 

karakteristik mahasiswa meliputi faktor akademis dan faktor sosial  ii. Kondisi  

Yaitu hal‐hal berkaitan dengan kondisi pembelajaran, mengenai segala 

kondisi  yang  mungkin  menghambat  dan  hendaknya  ditanggulangi  pada 

diungkap  antara  lain (Harjanto,  1997),  adalah  : Lingkungan fisik  (Physical 

environment),    Lingkungan  Emosional  (Emotional  environment),  Lingkungan 

Sosiologis    (Sociological  environment),  dan  Kondisi  Psikologis  Mahasiswa 

(Student’s Own Physiological Make‐up) 

iii. Sumber‐sumber maupun perangkat yang relevan 

Sumber‐sumber yang tersedia dapat diidentifikasi, baik yang bersifat 

human mupun non human, baik yang sengaja dirancang maupun yang dapat  dimanfaatkan 

2. Tahap Perancangan (Design) 

Tujuan dari tahap perencanaan ini adalah untuk merancang suatu bentuk 

pembelajaran yang memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah yang telah 

teridentifikasi pada tahap pendefinisian. Rencana pembelajaran dalam satu 

semester  pendek  T.A.  2006/2007  ini,  dirancang  dalam  SAP  integrative‐

interkonektif dan dipandu dengan handout. 

3. Tahap pengembangan (Develop) 

Langkah yang harus dilalui pada tahap pengembangan ini meliputi : 

identifikasi kompetensi dasar dan indikator hasil belajar, menentukan metode  dan aktifitas pembelajaran, dan membuat prototype pembelajaran 

4. Tahap pendiseminasian (Disseminate), terdiri dari tahap‐tahap: 

a.Uji coba perangkat  

Tahap ini bertujuan mengujicobakan perangkat pembelajaran pada 

subyek penelitian.  

b. Analisis hasil  

Berdasarkan  pengamatan  terhadap  masing‐masing  pelaksanaan  desiminasi, diperoleh data tentang hasil pengamatan berupa catatan‐catatan 

(dengan lembar observasi untuk dosen, mahasiswa dan lembar implementasi 

beberapa mahasiswa) dan foto dokumentasi. Data‐data tersebut selanjutnya 

dianalisis secara triangulasi. 

Subyek penelitian ini adalah dosen Kalkulus I beserta mahasiswa Fakultas 

Saintek UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang mengambil mata kuliah tersebut 

pada semester pendek tahun 2007. Mahasiswa tersebut berjumlah 47 orang, 

dari program studi Matematika, Pendidikan Matematika, Fisika, Pendidikan 

Fisika, Kimia, Pendidikan Kimia dan Teknik Informatika.  

Instrumen  penelitian  terdiri  dari  perangkat  pembelajaran,  lembar 

observasi, angket dan wawancara. Perangkat pembelajaran terdiri dari SAP dan 

handout.  Terdapat  tiga  (3)  lembar  observasi,  yaitu  :  lembar  observasi 

mahasiswa, lembar observasi dosen dan lembar implementasi pelaksanaan 

pembelajaran model integrasi‐interkoneksi. Instrumen yang berupa angket dan 

wawancara diperoleh dari mahasiswa, yaitu penilaian dosen oleh mahasiswa 

terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan integrasi‐interkoneksi 

(desiminasi I, II dan III). Berdasarkan model dan format yang dikembangkan 

dalam penelitian ini, pengumpulan data lebih tertumpu pada : 

a. implementasi desain perangkat pembelajaran. 

b. Respon  mahasiswa  terhadap  proses  pembelajaran  diperoleh  dari  hasil 

observasi, angket respon mahasiswa, dan wawancara. 

c. Untuk  kesahihan  informasi,  data  dikumpulkan  melalui  foto  atau  CD 

dokumentasi kegiatan dan catatan selama proses pembelajaran. 

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menekankan 

aspek  proses  dan  produk  serta  bersifat  kualitatif,  sehingga  data  yang 

terkumpul adalah data kualitatif. Data‐data ini mencakup proses dan produk  yang terus menerus dikembangkan, sehingga diperoleh data yang meyakinkan.   

Sumber informasi meliputi: perangkat pembelajaran (SAP dan handout), 

catatan  data  dari  observasi  kelas  (proses  pembelajaran)  yang  terdiri  dari 

kepada mahasiswa. Pengisian angket tentang penilaian mahasiswa terhadap 

dosen serta wawancara tentang tanggapan mahasiswa terhadap pelaksanaan 

pembelajaran dilakukan setiap akhir pembelajaran. Informasi yang terkumpul 

dianalisis secara deskriptif dalam mengungkap kerangka pemecahan masalah 

dan  guna  memvalidasi  data‐data  kualitatif  tersebut  digunakan  model 

triangulasi (kroscek) (Priyadi, 2006).   Hasil Penelitian 

Hasil  prasurvey  (kondisi  awal)  yang  terkait  dengan  perangkat 

pembelajaran  dan  proses  pembelajaran  Kalkulus  dan  Fisika  Dasar 

dideskripsikan sebagai berikut : 

a. Perangkat Pembelajaran :  

- Sudah tersusun SAP dan bahan ajar yang integrative‐interkonektif oleh 

tim fakultas Sainteks yang difasilitasi oleh Pokja Akademik UIN Sunan 

Kalijaga, namun bahan ajar belum diimplementasikan secara optimal 

- Sudah dipunyai SAP (sesuai form dengan kode FM‐UINSK‐BM‐08‐05/R0  yang telah disyahkan oleh PSM UIN Sunan Kalijaga tanggal 16 Juli 2007)   

dan handout hasil workshop penyusunan SAP dan handout Fakultas Saintek  telah  dilaksanakan  tanggal  15  Mei‐16  juni  2007)  yang  akan 

diimplementasikan pada SP 2007. Handout terdiri dari 12 kali pertemuan  yang telah disesuaikan dengan perencanaan yang disajikan dalam SAP dan 

mengacu dari bahan ajar tersebut. 

b. Proses Pembelajaran 

Proses  pembelajaran  Kalkulus  yang  diperoleh  dari  data  prasurvey 

(semester genap 2006/2007), dapat dideskripsikan sebagai berikut : 

™ Hasil wawancara dengan  dosen pengampu : 

- dosen yang melaksanakan pembelajaran integrative‐interkonektif belum 

™ hasil  dokumen  nilai  dan  tes  penjajagan  (pretest)  :  secara  umum 

kemampuan dasar mahasiswa untuk belajar Kalkulus I sangatlah kurang. 

Hal ini ditunjukkan dari data pretest (tes penjajagan) dan data dokumen 

nilai Kalkulus I.  

Gambaran  umum  data  observasi  awal  dari hasil  wawancara  dengan 

beberapa mahasiswa, angket mahasiswa dan hasil pengamatan dalam kelas 

disajikan  bersama  dengan  data  pelaksanaan  diseminasi  1  sampai  dengan 

Dalam dokumen Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta (Halaman 116-126)