TINJAUAN PUSTAKA
2. Mendapatkan masukan sebagai evaluasi bahan ajar yang integrative ‐ interkonektif, setelah diimplementasikan
1. Bagi tenaga pengajar (guru, dosen), sebagai masukan dalam upaya
pembaharuan (pengembangan) model pembelajaran yang integratif‐
interkonektif
2. Bagi peneliti lain, dapat merupakan penelitian pendahuluan atau bahan
informasi yang akan membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut
3. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, memperkaya khasanah penelitian
Pendidikan Matematika dan Sains Kerangka Berfikir
Undang‐undang RI no. 14 tahun 2005 pasal 5 menyatakan bahwa :
“Kedudukan dosen sebagai tenaga professional sebagaimana dimaksud dalam
pasal 3 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen
sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni, serta pengabdi masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional”. Hal ini berarti bahwa salah satu fungsi professional
dosen adalah melaksanakan pembelajaran. Dosen dalam melaksanakan
pembelajaran haruslah senantiasa mengadakan pembaharuan (pengembangan)
baik dalam proses pembelajaran maupun bahan ajarnya.
Penelitian tentang pencarian model pembelajaran telah dilakukan pada
ilmu‐ilmu sumber ajaran Islam, menunjukkan bahwa praktek pembelajarannya
di UIN Sunan Kalijaga dapat dikelompokkan ke dalam tiga model besar, yaitu
relasi yang integrative, quasi integrative dan interkonektif. Dalam relasi yang
integrative, agama (Al Qur’an dan Al Hadist) dipahami sebagai sumber ilmu
pengetahuan sebagaimana sains. Quasi integrative di satu sisi menempatkan
Al Qur’an dan Al Hadits sebagai dua komponen utama dalam pemaduan dengan ilmu pengetahuan dan di sisi lain keduanya difungsikan sebagai
dialogis, dimana dua komponen yang berbeda dapat saling menyapa dan
Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan di sini adalah penelitian
pengembangan untuk mencari model pembelajaran integrative‐interkonektif
pada mata kuliah Kalkulus I. Implementasi pembelajaran tersebut juga sebagai
masukan (evaluasi) bahan ajar dengan memperhatikan interaksi dosen‐
mahasiswa (proses pembelajarannya) dan pemberdayaan bahan ajar yang telah
didesain.
Penelitian yang terkait dengan implementasi pembelajaran dengan
pendekatan integrasi‐interkoneksi, didasarkan pada pengertian pembelajaran
dan pendekatan integrasi‐interkoneksi sebagai berikut :
¾ Pembelajaran
Banyak orang awam yang menganggap bahwa belajar adalah suatu
kegiatan yang berhubungan dengan sekolah, seperti kegiatan membaca,
menulis dan menghitung. Sebenarnya, pembelajaran merupakan suatu proses
kompleks dan melibatkan keterkaitan antara berbagai aspek (Mulyasa, 2005),
sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah sistem. Tiga hal penting yang
menjadi karakteristik suatu sistem adalah:(1) memiliki tujuan, (2)mengandung
suatu proses dan (3) proses kegiatannya selalu melibatkan dan memanfaatkan berbagai komponen atau unsur‐unsur tertentu (Sanjaya, 2006).
¾ Pendekatan Integrasi‐Interkoneksi
Ilmu pengetahuan manusia pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi
tiga wilayah pokok: Natural Sciences, Social, dan Humanities.. Pengkategorian tersebut mempunyai kelemahan, diantaranya pada wilayah praksis: mengapa
mahasiswa dan dosen pada bidang natural sciences tidak mengenal isu dasar social sciences atau humanities, lebih‐lebih religious studies dan begitu sebaliknya. Perlu dibangun dialog dan kerjasama antara berbagai disiplin ilmu agar
kelemahan‐kelemahan yang ada dapat dihilangkan, sehingga tercapai
UIN Sunan Kalijaga merupakan salah satu lembaga keilmuan yang
mencoba membangun dialog dan kerjasama antara berbagai disiplin ilmu, yang
kemudian dikenal sebagai paradigma keilmuan integrasi‐interkoneksi. Amin
Abdullah selaku penggagas paradigma keilmuan tersebut membagi tradisi
keilmuan sekarang ini ke dalam tiga wilayah keilmuan, yaitu wilayah ilmu‐
ilmu agama (hadlarah al‐nash), wilayah ilmu‐ilmu umum (hadlarah al‐ilm), dan wilayah filsafat (hadlarah al‐falsafah). Paradigma keilmuan integrasi‐interkoneksi menempatkan masing‐masing rumpun ilmu agar menyadari keterbatasan‐
keterbatasan yang melekat dalam diri sendiri, sehingga bersedia untuk
berdialog, bekerjasama dan memanfaaatkan metode serta pendekatan yang
digunakan oleh rumpun ilmu lain (Amin Abdullah, 2006).
Paradigma keilmuan integrasi‐interkoneksi tersebut dapat dilihat dari dua
hal, yaitu ranah integrasi interkoneksi dan model kajian integrasi‐
interkoneksinya. Model kajian lain yang dapat dikembangkan dalam
implementasi paradigma keilmuan integrasi‐interkoneksi yakni similarisasi,
pararelisasi, komplementasi, komparasi, induktifikasi, dan verifikasi (Anonim,
2006). Pembelajaran ilmu‐ilmu umum (hadlarah al‐ilm) termasuk matematika‐ sains‐teknologi harus melibatkan dan memanfaatkan komponen dan unsur‐
unsur lain yang terdapat pada wilayah ilmu‐ilmu agama (hadlarah al‐nash) dan wilayah filsafat (hadlarah al‐falsafah).
Bahan ajar yang dikembangkan di UIN Sunan Kalijaga berbentuk modul.
Menurut Russel, modul merupakan bahan ajar atau paket pembelajaran untuk
menyajikan satu unit materi pelajaran atau bidang studi tertentu. Penggunaan
modul merupakan salah satu upaya penerapan konsep dan prinsip pembelajaran individual. (Ghafur, 2006).
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (developmental
research), model yang digunakan adalah model 4‐D (Four‐D Models). Model 4‐D terdiri dari tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap
pengembangan (develop) dan tahap pendesiminasian (disseminate) (Savasailam,
1974). Setiap tahapan dalam model 4‐D tersebut mengacu pada model desain
pengembangan instruksional menurut IDI (Instructional Development Institute) (Harjanto, 1997). Diagram alur pengembangan perangkat pembelajaran secara
garis besar dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Tahap Pendefinisian (Define)
Tahap Perancangan (Design)
Tahap Pengembangan Model (Develop) Tahap Pendessiminasian II Tahap Pendessiminasian I Tahap Pendessiminasian II
Evaluasi Evaluasi Evaluasi
Hasil yang dilaporkan
Gambar 1. Diagram alur model 4‐D Deskripsi dari masing‐masing tahap adalah sebagai berikut :
1. Tahap Pendefinisian (Define)
(a) Pra Survey
Tujuan dari tahap pendefinisian adalah menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan‐kebutuhan dalam penelitian, yang dilakukan melalui tahap
pengungkapan need assessment (perkiraan kebutuhan) dengan kondisi (konsep) awal yang sudah ada, yang diperoleh melalui :
i. Hasil wawancara antara peneliti dengan dosen‐dosen pengampu
matakuliah Kalkulus dan Fisika Dasar pada semester genap TA. 2006/2007
ii. Dokumen di Fakultas Saintek tentang :
o hasil kuosioner (angket) indek kinerja dosen (IKD) yang terkait proses
belajar mengajar (PBM) untuk dosen matakuliah Kalkulus pada semester
genap 2006/2007.
o Dokumen nilai mahasiswa untuk matakuliah Kalkulus I sebelum
mengulang di semester pendek 2007.
iii. Soal Pretest (penjajagan) untuk mengetahui kemampuan dasar
mengikuti matakuliah Kalkulus I.
iv. Hasil wawancara penilaian mahasiswa terhadap dosen‐dosen pengampu
matakuliah Kalkulus pada semester genap TA. 2006/2007.
v. Observasi awal terhadap dosen dan mahasiswa dalam proses
pembelajaran matakuliah Kalkulus I (22 juni 2007) pada semester pendek
TA. 2006/2007.
(b) Analisis Latar (Analyze Setting)
Ada tiga hal yang perlu diperhitungkan pada langkah ini (Harjanto, 1997), yaitu:
i. Karakteristik mahasiswa
Tujuan mengetahui karakteristik mahasiswa adalah untuk mengukur
apakah mahasiswa akan mampu mencapai ketuntasan belajarnya atau tidak,
serta untuk mengetahui hal‐hal yang dapat mendukung dan menghambat
aktifitas dan kemandirian belajarnya. Hal‐hal yang perlu diketahui
karakteristik mahasiswa meliputi faktor akademis dan faktor sosial ii. Kondisi
Yaitu hal‐hal berkaitan dengan kondisi pembelajaran, mengenai segala
kondisi yang mungkin menghambat dan hendaknya ditanggulangi pada
diungkap antara lain (Harjanto, 1997), adalah : Lingkungan fisik (Physical
environment), Lingkungan Emosional (Emotional environment), Lingkungan
Sosiologis (Sociological environment), dan Kondisi Psikologis Mahasiswa
(Student’s Own Physiological Make‐up)
iii. Sumber‐sumber maupun perangkat yang relevan
Sumber‐sumber yang tersedia dapat diidentifikasi, baik yang bersifat
human mupun non human, baik yang sengaja dirancang maupun yang dapat dimanfaatkan
2. Tahap Perancangan (Design)
Tujuan dari tahap perencanaan ini adalah untuk merancang suatu bentuk
pembelajaran yang memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah yang telah
teridentifikasi pada tahap pendefinisian. Rencana pembelajaran dalam satu
semester pendek T.A. 2006/2007 ini, dirancang dalam SAP integrative‐
interkonektif dan dipandu dengan handout.
3. Tahap pengembangan (Develop)
Langkah yang harus dilalui pada tahap pengembangan ini meliputi :
identifikasi kompetensi dasar dan indikator hasil belajar, menentukan metode dan aktifitas pembelajaran, dan membuat prototype pembelajaran
4. Tahap pendiseminasian (Disseminate), terdiri dari tahap‐tahap:
a.Uji coba perangkat
Tahap ini bertujuan mengujicobakan perangkat pembelajaran pada
subyek penelitian.
b. Analisis hasil
Berdasarkan pengamatan terhadap masing‐masing pelaksanaan desiminasi, diperoleh data tentang hasil pengamatan berupa catatan‐catatan
(dengan lembar observasi untuk dosen, mahasiswa dan lembar implementasi
beberapa mahasiswa) dan foto dokumentasi. Data‐data tersebut selanjutnya
dianalisis secara triangulasi.
Subyek penelitian ini adalah dosen Kalkulus I beserta mahasiswa Fakultas
Saintek UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang mengambil mata kuliah tersebut
pada semester pendek tahun 2007. Mahasiswa tersebut berjumlah 47 orang,
dari program studi Matematika, Pendidikan Matematika, Fisika, Pendidikan
Fisika, Kimia, Pendidikan Kimia dan Teknik Informatika.
Instrumen penelitian terdiri dari perangkat pembelajaran, lembar
observasi, angket dan wawancara. Perangkat pembelajaran terdiri dari SAP dan
handout. Terdapat tiga (3) lembar observasi, yaitu : lembar observasi
mahasiswa, lembar observasi dosen dan lembar implementasi pelaksanaan
pembelajaran model integrasi‐interkoneksi. Instrumen yang berupa angket dan
wawancara diperoleh dari mahasiswa, yaitu penilaian dosen oleh mahasiswa
terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan integrasi‐interkoneksi
(desiminasi I, II dan III). Berdasarkan model dan format yang dikembangkan
dalam penelitian ini, pengumpulan data lebih tertumpu pada :
a. implementasi desain perangkat pembelajaran.
b. Respon mahasiswa terhadap proses pembelajaran diperoleh dari hasil
observasi, angket respon mahasiswa, dan wawancara.
c. Untuk kesahihan informasi, data dikumpulkan melalui foto atau CD
dokumentasi kegiatan dan catatan selama proses pembelajaran.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menekankan
aspek proses dan produk serta bersifat kualitatif, sehingga data yang
terkumpul adalah data kualitatif. Data‐data ini mencakup proses dan produk yang terus menerus dikembangkan, sehingga diperoleh data yang meyakinkan.
Sumber informasi meliputi: perangkat pembelajaran (SAP dan handout),
catatan data dari observasi kelas (proses pembelajaran) yang terdiri dari
kepada mahasiswa. Pengisian angket tentang penilaian mahasiswa terhadap
dosen serta wawancara tentang tanggapan mahasiswa terhadap pelaksanaan
pembelajaran dilakukan setiap akhir pembelajaran. Informasi yang terkumpul
dianalisis secara deskriptif dalam mengungkap kerangka pemecahan masalah
dan guna memvalidasi data‐data kualitatif tersebut digunakan model
triangulasi (kroscek) (Priyadi, 2006). Hasil Penelitian
Hasil prasurvey (kondisi awal) yang terkait dengan perangkat
pembelajaran dan proses pembelajaran Kalkulus dan Fisika Dasar
dideskripsikan sebagai berikut :
a. Perangkat Pembelajaran :
- Sudah tersusun SAP dan bahan ajar yang integrative‐interkonektif oleh
tim fakultas Sainteks yang difasilitasi oleh Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, namun bahan ajar belum diimplementasikan secara optimal
- Sudah dipunyai SAP (sesuai form dengan kode FM‐UINSK‐BM‐08‐05/R0 yang telah disyahkan oleh PSM UIN Sunan Kalijaga tanggal 16 Juli 2007)
dan handout hasil workshop penyusunan SAP dan handout Fakultas Saintek telah dilaksanakan tanggal 15 Mei‐16 juni 2007) yang akan
diimplementasikan pada SP 2007. Handout terdiri dari 12 kali pertemuan yang telah disesuaikan dengan perencanaan yang disajikan dalam SAP dan
mengacu dari bahan ajar tersebut.
b. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran Kalkulus yang diperoleh dari data prasurvey
(semester genap 2006/2007), dapat dideskripsikan sebagai berikut :
Hasil wawancara dengan dosen pengampu :
- dosen yang melaksanakan pembelajaran integrative‐interkonektif belum
hasil dokumen nilai dan tes penjajagan (pretest) : secara umum
kemampuan dasar mahasiswa untuk belajar Kalkulus I sangatlah kurang.
Hal ini ditunjukkan dari data pretest (tes penjajagan) dan data dokumen
nilai Kalkulus I.
Gambaran umum data observasi awal dari hasil wawancara dengan
beberapa mahasiswa, angket mahasiswa dan hasil pengamatan dalam kelas
disajikan bersama dengan data pelaksanaan diseminasi 1 sampai dengan