DESKRIPSI DATA PENELITIAN PEMBELAJARAN KALKULUS I PADA SP 2007
B. Mathematical Thinking as the Central Issues in Teaching Learning
2. Hasil Penelitian Eksperimen
Data hasil penelitian eksperimen dianalisis dengan analisis deskriptif
dan analisis statistik inferensial.
a. Analisis Deskriptif
Hasil penelitian yang dianalis secara deskriptif adalah (1) data
kemampuan guru mengelola pembelajaran, (2) data aktivitas siswa, (3) data
keterampilan kooperatif siswa, (4) data respon siswa, dan (5) data tes hasil
belajar.
Hasil pengamatan terhadap kemampuan guru mengelola pembelajaran menunjukkan bahwa rata‐rata skor tiap aspek yang diamati dari empat RP
termasuk kategori baik atau sangat baik. Jadi kemampuan guru mengelola
pembelajaran tergolong efektif.
Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa menunjukkan bahwa rata‐
rata setiap aspek yang diamati untuk empat RP memenuhi kriteria keefektifan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa tergolong efektif.
Hasil pengamatan terhadap keterampilan kooperatif siswa menunjukkan bahwa rata‐rata skor setiap aspek yang diamati untuk empat RP berada dalam
toleransi batasan keefektifan. Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan
Hasil angket respon siswa menunjukkan bahwa siswa merespon positif
setiap aspek dengan persentase minimal 82,5%. Jadi dapat disimpulkan respon
siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah positif.
Dari hasil belajar siswa pada kelas eksperimen diperoleh hasil 90% siswa
di kelas tersebut memperoleh skor minimal 65% dari skor total. Jadi untuk
kelas eksperimen, ketuntasan belajar secara klasikal tercapai. Sedangkan untuk
kelas kontrol, hanya 35% siswa di kelas tersebut yang memperoleh skor
minimal 65% dari skor total. Jadi untuk kelas kontrol, ketuntasan belajar secara
klasikal tidak tercapai.
Jadi berdasarkan hasil analisis deskriptif dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif untuk mengajarkan pokok bahasan
persamaan garis lurus di kelas VIII SMP.
b. Analisis Statistik Inferensial
Data hasil belajar dianalisis menggunakan analisis kovarian untuk
menjawab pertanyaan ketiga.
a) Model Regresi
Model regresi kelas eksperimen adalah Y = 29,558 + 0,712 X
Model regresi kelas kontrol adalah Y = 21,031 + 0,923 X
b) Uji Independensi
Hasil analisis untuk uji independensi model regresi kelas eksperimen
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Anava untuk Uji Independensi Model Regresi Kelas Eksperimen
Source of Varians SS Df MS F* F(0,95;1;38) Regression 250,900 1 250,900
Untuk taraf signifikan α = 5%, diperoleh F(0,95;1;38) = 4,10.
Dengan demikian F* > F(0,95;1;38) sehingga H0 ditolak. Berarti kemampuan awal siswa (X) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa
(Y).
Hasil analisis untuk uji independensi model regresi kelas kontrol
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Anava untuk Uji Independensi Model Regresi Kelas Kontrol
Source of Varians SS Df MS F* F(0,95;1;38) Regression 266,876 1 266,876
Error 407,499 38 10,724 24,887 4,10
Total 674,375 39
Untuk taraf signifikan α = 5%, diperoleh F(0,95;1;38) = 4,10.
Dengan demikian F* > F(0,95;1;38) sehingga H0 ditolak. Berarti kemampuan awal siswa (X) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa
(Y).
c) Uji Linearitas
Hasil analisis untuk uji linearitas model regresi kelas eksperimen
disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Anava untuk Uji Linearitas Model Regresi Kelas Eksperimen
Source of Varians SS Df MS F* Lack of Fit 94,520 11 8,593
Pure Error 541,556 27 20,058 0,428
Untuk taraf signifikan α = 5%, diperoleh F(0,95;11;27) = 2,166.
Dengan demikian F* < F(0,95;11;27) sehingga H0 diterima. Berarti model regresi kelas eksperimen adalah linear. Jadi kemampuan awal siswa (X) dan hasil belajar
Hasil analisis untuk uji linearitas model regresi kelas kontrol disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5 Anava untuk Uji Linearitas Model Regresi Kelas Kontrol
Source of Varians SS Df MS F* Lack of Fit 53,737 8 6,717
Pure Error 353,762 30 11,792 0,570
Untuk taraf signifikan α = 5%, diperoleh F(0,95;8;30) = 2,266
Dengan demikian F* < F(0,95;8;30) sehingga H0 diterima. Berarti model regresi kelas kontrol adalah linear. Jadi, kemampuan awal siswa (X) dan hasil belajar siswa
(Y) berhubungan secara linear.
d) Uji Kesamaan Dua Model Regresi
Hasil analisis untuk uji kesamaan dua model regresi disajikan pada Tabel
6.
Tabel 6 Anava untuk Uji Kesamaan Dua Model Regresi
a b SSE(R) SSE(F) F*
24,412 0,963 765,884 1.043,574 38,747
Untuk taraf signifikan α = 5%, diperoleh F(0,95;2;76) = 3,117.
Dengan demikian F* > F(0,95;2;76) sehingga H0 ditolak. Berarti model regresi kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama.
e) Uji Kesejajaran Dua Model Regresi
Karena kedua model regresi tidak sama, maka dilakukan uji kesejajaran
dua model regresi. Hasil uji kesejajaran disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Anava untuk Uji Homogenitas Koefisien Regresi
A B F* F(0.95;1;76) 1.043,57 1.052,06 0,618 3,967
Untuk taraf signifikan α = 5%, diperoleh F(0,95;1;76) = 3,967.
Dengan demikian F* < F(0,95;1;76) sehingga H0 diterima. Jadi, model regresi kelas eksperimen dan kelas kontrol sejajar. Hal ini berarti terdapat perbedaan hasil
belajar siswa yang diajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan pembelajaran
konvensional.
Berdasarkan hasil uji kesamaan dan uji kesejajaran dua model regresi
menunjukkan bahwa dua model regresi tersebut tidak sama tetapi sejajar.
Karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa yang
diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan hasil
belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Konstanta garis regresi kelas eksperimen adalah 29,558. Konstanta
tersebut lebih besar dibanding konstanta garis regresi kelas kontrol, yaitu
21,031. Secara geometris garis regresi kelas eksperimen lebih tinggi dibanding
garis regresi kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang
diajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk pokok bahasan
persamaan garis lurus lebih baik dibanding hasil belajar siswa yang diajar
menggunakan pembelajaran konvensional.
IV. PENUTUP
1. Simpulan
Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk pokok bahasan
persamaan garis lurus di kelas VIII SMP dikembangkan dengan
ini, dihasilkan perangkat pembelajaran yang baik. Perangkat pembelajaran
yang dihasilkan meliputi: Rencana Pembelajaran (RP), Buku siswa, Lembar
Kerja Siswa (LKS), dan Kuis, serta Tes Hasil Belajar (THB).
2) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif untuk mengajarkan pokok
bahasan persamaan garis lurus. Hal ini terlihat dari (1) kemampuan guru
mengelola pembelajaran, aktivitas siswa, dan keterampilan siswa memenuhi
kritria efektif, (2) respon siswa positif, dan (3) ketuntasan belajar siswa
secara klasikal tercapai.
3) Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk pokok bahasan persamaan garis
lurus lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini diperoleh dari
hasil analisis statistik inferensial. 2. Saran
Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diajarkan dalam penelitian ini
memberikan beberapa masukan untuk diperhatikan. Karena itu penulis
menyarankan : (1) Perangkat pembelajaran ini dapat dijadikan alternatif bagi
guru yang ingin melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk
pokok bahasan persamaan garis lurus; (2) Pembelajaran kooperatif tipe STAD
ini dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran untuk mengajarkan pokok
bahasan persamaan garis lurus; dan (3) Bagi guru yang selama ini
menggunakan pembelajaran konvensional untuk mengajarkan pokok bahasan
persamaan garis lurus dapat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD