• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.5. Efisiensi Tataniaga

7.5.2. Analisis Farmer;s Share

Analisis farmer’s share merupakan perbandingan antara harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir. Analisis farmer’s share digunakan sebagai salah satu indikator untuk menentukan efisiensi operasional sistem tataniaga suatu produk atau komoditas. Biasanya analisis farmer’s share dinyatakan dalam bentuk persentase. Analisis farmer’s share berkebalikan dengan marjin tataniaga dalam besarnya nilai. Semakin tinggi marjin tataniaga suatu produk atau komoditi berarti bagian yang diterima petani semakin rendah, sedangkan jika farmer’s share memiliki nilai tinggi artinya semakin besar bagian yang diterima oleh petani. Adapun besarnya farmer’s share yang diterima petani padi organik pada sistem tataniaga beras organik tersertifikasi maupun non- sertifikasi di setiap saluran tataniaga (kecuali Saluran V dan Saluran VI pada sistem tataniaga beras organik tersertifikasi dan Saluran I pada sistem tataniaga beras non-organik) dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30. Farmer’s share pada Setiap Saluran Tataniaga Beras Organik di Kabupaten Tasikmalaya Saluran Pemasaran Harga di Tingkat Petani (Rp/kg) Harga di Tingkat Konsumen (Rp/kg) Farmer’s share (%)

Tataniaga Beras Organik Tersertifikasi

Saluran I 3.900 68.000 6

Saluran II 3.900 17.000 23

Saluran III 3.900 19.000 21

Saluran IV 3.900 11.000 35

Tataniaga Beras Organik Non-Sertifikasi

Saluran II 3.350 12.000 28

Berdasarkan Tabel 30, dapat diketahui bahwa saluran IV menghasilkan farmer’s share terbesar sehingga memberikan bagian paling besar yang diterima petani padi organik di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 35 persen. Hal ini disebabkan oleh saluran IV memberikan marjin tataniaga terkecil, sebagai akibat dengan rantai tataniaga yang paling pendek yaitu hanya terdapat Gapoktan Simpatik pada saluran ini. Sedangkan farmer’s share terkecil yang diterima oleh petani padi organik di Kabupaten Tasikmalaya berada pada saluran I yaitu sebesar

6 persen. Padahal pada saluran I ini, harga konsumen yang dijadikan patokan pada analisis farmer’s share merupakan harga pada tingkat pedagang ekspor yang menjual beras organik kepada pedagang lain dengan sistem FoB (Free on Board), artinya harga konsumen sebenarnya lebih tinggi sehingga dalam perhitungan farmer’s share lebih kecil jika menggunakan harga konsumen akhir di negara tujuan produk. Sedangkan farmer’s share pada saluran II sistem tataniaga beras organik non-sertifikasi sebesar 28 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan dari bagian yang diterima oleh petani padi organik di Kabupaten Tasikmalaya, maka secara operasional saluran IV pada tataniaga beras organik tersertifikasi adalah yang paling efisien. Besarnya nilai 35 persen yang merupakan nilai farmer’sshare tertinggi dibandingkan dengan besarnya farmer’s share pada saluran lainnya, memiliki arti bahwa setiap Rp 1,00 yang dibayarkan oleh konsumen.

7.5.3. Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya

Biaya tataniaga memiliki pengertian sebagai biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga dalam sistem tataniaga beras organik yang menyalurkan gabah hasil panen petani padi organik hingga menjadi beras organik yang sampai kepada konsumen akhir. Sedangkan keuntungan tataniaga merupakan selisih harga jual dengan biaya yang dikelaurkan selama proses tataniaga beras organik berlangsung. Perbandingan atau rasio antara besarnya keuntungan dengan biaya tataniaga dapat menunjukkan efisiensi operasional tataniaga dari suatu komoditas. Saluran tataniaga dapat dinyatakan efisien apabila penyebaran nilai rasio keuntungan terhadap biaya di setiap lembaga tataniaga merata. Hal ini berarti setiap biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga akan memberikan keuntungan yang tidak jauh berbeda antara masing-masing lembaga tataniaga yang ada pada saluran tataniaga tersebut. Adapun rasio keuntungan dan biaya tataniaga beras organik di Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Biaya Tataniaga, Keuntungan, Marjin Tataniaga, dan Rasio Keuntungan terhadap Biaya Tataniaga Beras Organik di Kabupaten Tasikmalaya

Lembaga Pemasaran

Beras Organik Tersertifikasi Beras Organik Non-

Sertifikasi Sal. I Sal. II Sal. III Sal. IV Sal. II Tengkulak II Biaya (c) (Rp/kg) 285 Keuntungan (π) (Rp/kg) 365 Rasio π/c 1,28 Gapoktan Simpatik Biaya (c) (Rp/kg) 3475 3475 3475 3475 Keuntungan (π) (Rp/kg) 4625 4625 4625 4625 Rasio π/c 1,33 1,33 1,33 1,33 Pabirk Beras Biaya (c) (Rp/kg) 865 Keuntungan (π) (Rp/kg) 3135 Rasio π/c 3,62

Eksportir (PT Bloom Agro)

Biaya (c) (Rp/kg) 16050 Keuntungan (π) (Rp/kg) 31.950 Rasio π/c 1,99 Pedagang Pengecer I Biaya (c) (Rp/kg) 630 Keuntungan (π) (Rp/kg) 5370 Rasio π/c 8,52 Pedagang Pengecer II Biaya (c) (Rp/kg) 3130 Keuntungan (π) (Rp/kg) 4870 Rasio π/c 1,56 Total Biaya (c) (Rp/kg) 19525 4105 6605 3475 1150 Keuntungan (π) (Rp/kg) 36575 9995 9495 4625 3500 Rasio π/c 1,87 2,43 1,44 1,33 3,04

Tabel 31 menunjukkan bahwa pada sistem tataniaga beras organik tersertifikasi pada saluran II memberikan rasio keuntungan dan biaya tataniaga terbesar yaitu sebesar 2,43 yang artinya bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan sebagai biaya tataniaga beras organik tersertifikasi maka akan diperoleh keuntungan sebesar Rp 2,43. Sedangkan pada sistem tataniaga beras organik non-sertifikasi rasio keuntungan dan biaya tataniaga yang lebih besar dibandingkan dengan saluran-saluran tataniaga yang ada di sistem tataniaga beras organik tersertifikasi yaitu sebesar 3,04. Nilai tersebut memiliki arti bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan sebagai biaya tataniaga beras organik non-sertifikasi akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 3,04.

Kondisi di sistem tataniaga beras organik tersertifikasi, saluran tataniaga I rasio keuntungan dan biaya tataniaga yang terbesar diperoleh eksportir (PT Bloom Agro) yaitu 1,99. Pedagang pengecer I mendapatkan rasio keuntungan dan biaya tataniaga terbesar pada saluran II yaitu 8,52. Pada saluran III, pedagang pengecer II memperoleh rasio keuntungan dan biaya tataniaga terbesar. Sedangkan pada saluran IV, rasio keuntungan dan biaya tataniaga terbesar diperoleh Gapoktan Simpatik yang juga merupakan satu-satunya lembaga tataniaga yang berada pada saluran ini. Di sisi lain, pada saluran tataniaga beras organik non-sertifikasi Pabrik Beras merupakan lembaga tataniaga yang mendapatkan rasio keuntungan dan biaya terbesar pada saluran II yaitu sebesar 3,62.

Kondisi pada sistem tataniaga beras organik tersertifikasi rasio keuntungan dan biaya tataniaga relatif merata. Namun, pada saluran II terdapat perbedaan yang signifikan dibanding dengan saluran yang lain, hal ini dikarenakan tidak adanya kontrol harga atau kesepakatan penetapan harga. Kontrol harga pada saluran II tidak dapat dilakukan yang dilatar belakangi pedagang pengecer II yang mayoritas berasal dari wilayah dengan jarak yang jauh dari Kabupaten Tasikmalaya seperti Jabodetabek, Bandung dan sekitarnya. Di sisi lain walaupun terdapat jarak distribusi yang jauh, pada saluran I telah dibuat kesepakatan bersama antara Gapoktan Simpatik dan eksportir (PT Bloom Agro) mengenai penetapan harga berdasarkan biaya-biaya yang ditanggung masing-masing lembaga tataniaga, sehingga rasio keuntungan dan biaya tataniaga relatif merata antar masing-masing lembaga. Hal yang sama juga terjadi pada saluran III dan

saluran IV dimana rasio keuntungan dan biaya relatif merata di setiap lembaga tataniaga karena lembaga tataniaga berada di wilayah Kabupaten Tasikmalaya dan sekitarnya sehingga biaya yang dikeluarkan dan harga beras organik masih dapat dikontrol. Kondisi berbeda terjadi pada saluran II sistem tataniaga beras organik non-sertifikasi, dimana rasio keuntungan dan biaya tataniaga tidak merata. Penyebabnya adalah posisi tawar petani padi organik rendah dibanding dengan lembaga tataniaga yang dihadapi, selain itu tidak adanya peran Gapoktan Simpatik untuk membantu petani padi organik non-sertifikasi mengontrol ketimpangan rasio keuntungan dan biaya tataniaga antar lembaga tataniaga.

Dapat disimpulkan bahwa setiap saluran tataniaga beras organik dapat memberikan keuntungan yang merata jika Gapoktan Simpatik sebagai lembaga yang merepresentasikan petani padi organik tersertifikasi maupun non-sertifikasi, mampu berperan aktif melakukan kontrol keuntungan dan biaya terhadap lembaga tataniaga pada setiap saluran. Hal ini dikarenakan penguasaan komoditas beras organik secara mayoritas telah dikuasai oleh Gapoktan Simpatik. Sehingga semakin kuat lembaga atau organisasi petani seperti Gapoktan Simpatik akan mampu menyeimbangkan rasio keuntungan dan biaya yang dihasilkan. Selain itu semakin jauh jarak yang dilalui untuk mendistribusikan beras organik maka akan cenderung mengecilkan rasio keuntungan dan biaya yang dihasilkan secara total pada saluran tersebut, apabila tidak ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi (ceteris paribus). Sistem tataniaga beras organik tersertifikasi lebih efektif dan efisien dibandingkan oleh sistem tataniaga beras organik non-sertifikasi karena adanya peranan kuat dari Gapoktan Simpatik.

Dokumen terkait