• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini membagi responden kedalam dua kelompok besar berdasarkan sertifikasi lahan padi organik yaitu petani padi organik yang tersetifikasi dan petani yang non-sertifikasi. Adapun sebaran jumlah responden petani padi organik tersertifikasi 16 orang dan 16 orang untuk responden petani

padi non-sertifikasi. Responden petani padi organik tersetifikasi telah menerapkan prinsip-prinsip pertanian organik berdasarkan SOP (Standar Operational Procedure) dari awal pengolahan lahan hingga waktu panen. Selain itu dalam proses budidaya padi organik petani padi organik tersertifikasi mendapatkan pengawasan budidaya hingga panen oleh ICS (internal control system) yang merupakan lembaga internal dibawah Gapoktan yang memiliki kewajiban pengawasan. Di sisi lain petani padi organik non-sertifikasi merupakan petani padi organik yang menerapkan prinsip-prinsip pertanian organik namun belum mendapatkan pengakuan organik dari lembaga sertifikasi yang berwenang.

Responden selanjutnya dikaji dalam beberapa klasifikasi responden yaitu usia, tingkat pendidikan baik formal maupun informal, status usahatani, pengalaman usahatani dan status kepemilikan lahan. Keragaan karakteristik responden tersebut dianggap penting karena mempengaruhi keputusan petani responden dalam melakukan budidaya usahatani padi organik terutama dalam segi efektivitas dan efisiensinya.

Rata-rata usia responden dari hasil penelitian dikelompokan dalam tiga kelompok besar yaitu 25-35 tahun, 36-45 tahun, dan > 46 tahun. Adapun pembagian usia responden dan persentasenya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sebaran Usia Responden Petani Padi Organik Golongan

Usia (tahun)

Petani Padi Organik Tersertifikasi

Petani Padi Organik Non-Sertifikasi Jumlah (orang) % Jumlah (orang) %

25-35 3 18,75 1 6,25

36-45 7 43,75 3 18,75

> 46 6 37,5 12 75

Jumlah 16 100 16 100

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah responden petani padi organik tersertifikasi paling banyak pada rentang usia 36-45 tahun sebanyak 7 orang (43,75 persen), sedangkan pada rentang usia 25-35 tahun merupakan jumlah yang paling sedikit yaitu 3 orang. Namun, secara umum usia petani padi organik tersertifikasi lebih banyak berada pada usia produktif yaitu < 45 tahun yaitu 10 orang (62,5 persen). Sebaran umur responden petani padi organik non-sertifikasi

paling banyak pada umur > 46 tahun 12 orang (75 persen). Sedangkan yang paling sedikit pada rentang umur 25-35 tahun yaitu satu orang (6,25 persen). Secara umum, karakteristik responden petani padi organik non-sertifikasi berada pada kelompok usia yang telah melewati umur produktif yaitu > 46 tahun.

Pada Tabel 8 menunjukan tingkat pendidikan formal petani responden. Tingkat pendidikan formal akan berpengaruh pada pengambilan keputusan usahatani. Hal ini dikaitkan dengan adopsi dan penerapan prinsip teknologi pertanian organik untuk meningkatkan produksi panen dan keselarasan dengan lingkungan.

Tabel 8. Sebaran Tingkat Pendidikan Formal Responden Tingkat

Pendidikan

Petani Padi Organik Tersertifikasi

Petani Padi Organik Non-Sertifikasi Jumlah (orang) % Jumlah (orang) %

SD 7 43,75 10 62,5

SMP/MTS 0 0 2 12,5

SMA/MA/SMK 7 43,75 2 12,5

D3/S1 2 12,5 2 12,5

Jumlah 16 100 16 100

Berdasarkan Tabel 8 dapat terlihat sebaran tingkat pendidikan jumlah responden petani padi organik tersertifikasi pada tingkat pendidikan SMA/MA/SMK sama dengan pada tingkat pendidikan SD yaitu tujuh orang (43,75 persen), sedangkan pada tingkat pendidikan D3/S1 terdapat 2 orang responden (12,5 persen). Secara umum sebaran responden petani padi organik tersertifikasi lebih banyak pada tingkat pendidikan yang relatif tinggi yaitu sembilan orang responden (56,25 persen) memiliki pendidikan minimal SMA/SMA/SMK.

Sebaran tingkat pendidikan petani padi organik non-sertifikasi paling banyak berada pada tingkat pendidikan SD, 10 orang responden (62,5 persen). Sedangkan pada tingkat pendidikan yang lain terdapat jumlah responden yang sama yaitu dua responden (12,5 persen) untuk masing-masing tingkat pendidikan. Secara umum tergambar bahwa responden petani padi organik non-sertifikasi

memiliki tingkat pendidikan yang rendah karena mayoritas 62,5 persen responden memiliki tingkat pendidikan SD.

Pada Tabel 9 memperlihatkan tingkat pengalaman usahatani padi pada umumnya dan pengalaman usahatani padi dengan sistem pertanian organik. Informasi ini merupakan aspek penting karena tingkat pengalaman usahatani padi konvensional dan pengalaman menerapkan sistem pertanian organik berhubungan dengan perubahan kebiasaan (behavior) dengan adanya teknologi baru. Selanjutnya informasi ini akan menjadi tolak ukur ketepatan pengambilan keputusan usahatani termasuk juga penerapan prinsip-prinsip pertanian organik. Tabel 9. Sebaran Tingkat Pengalaman Usahatani Padi Konvensional dan

Usahatani Padi Organik Tingkat

Pengalaman (tahun)

Petani Padi Organik Tersertifikasi

Petani Padi Organik Non-Sertifikasi Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % Padi Konvensional < 10 tahun 6 37,5 2 12,5 ≥ 10 tahun 10 62,5 12 75 Padi Organik < 5 tahun 9 56,25 14 87,5 ≥ 5 tahun 7 43,75 2 12,5 Jumlah 16 100 16 100

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa tingkat pengalaman usahatani padi secara konvensional petani padi organik tersertifikasi memiliki sebaran

paling banyak pada ≥ 10 tahun yaitu 10 orang responden (62,5 persen). Hal sama juga terjadi pada petani padi organik non-sertifikasi tingkat pengalaman usahatani padi konvensional pada ≥ 10 tahun dengan jumlah yang lebih besar yaitu sebesar 12 orang responden (75 persen) dibanding petani padi organik tersertifikasi. Sebaran tingkat pengalaman usahatani padi organik pada responden petani padi organik tersertifikasi secara umum berimbang yaitu sembilan orang (56,25 persen)

responden untuk yang < 5 tahun dan ≥ 5 tahun berjumlah 7 orang (43,75 persen) responden. Sedangkan pada responden petani padi organik non-sertifikasi menujukan sebaran tingkat pengalaman usahatani padi organik paling banyak

yaitu 14 orang (87,5 persen) responden pada tingkat pengalaman < 5 tahun dan hanya dua orang (12,5 persen) responden yang memiliki tingkat pengalaman ≥ 5 tahun. Secara umum petani padi organik tersertifikasi memiliki pengalaman usahatani padi organik lebih lama, sebaliknya pengalaman usahatani padi konvensional relatif lebih rendah dibandingkan dengan petani padi organik non- sertifikasi.

Tabel 10 menunjukan penguasaan luas lahan petani padi organik. Namun, penguasaan lahan tidak dapat sepenuhnya menunjukan kuantitas hasil panen padi organik. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti kesuburan lahan, kemudahan mendapatkan jaringan irigasi, dan sebagainya. Tabel 10. Sebaran Penguasaan Luas Lahan Petani Padi Organik

Luas Lahan (ha)

Petani Padi Organik

Tersertifikasi Petani Padi Organik Jumlah (orang) % Jumlah (orang) %

≤ 0,25 6 38 6 38

0,25 s.d 0,5 7 44 6 38

0,51 s.d 1,0 3 19 2 13

> 1 0 0 2 13

Jumlah 16 100 16 100

Terlihat pada Tabel 10 sebaran jumlah responden petani padi organik tersertifikasi memiliki penguasaan lahan paling banyak pada rentang luas lahan

kurang dari (≤ ) 0,25 hektar yaitu 6 orang (38 persen) responden, sedangkan tidak satupun petani responden tersebut yang memiliki penguasaan lahan > 1 hektar. Hal yang serupa juga terjadi pada sebaran penguasaan lahan petani padi organik non-sertifikasi rentang luas lahan kurang dari (≤ ) 0,25 hektar berada pada posisi terbanyak pertama yaitu 6 orang (38 persen) responden, namun pada kelompok responden ini terdapat dua orang (12,5 persen) responden yang memiliki luas lahan > 1 hektar. Rata-rata luas lahan sawah padi petani padi organik tersertifikasi dan petani padi organik non-sertifikasi masing-masing 0,41 dan 0,45 hektar.

Salah satu faktor penting yang berpengaruh dalam besarnya pendapatan usahatani adalah status penguasaan lahan petani. Pada Tabel 11 menunjukan

perbandingan antara petani padi organik tersertifikasi dan petani padi organik non-sertifikasi terkait dengan status penguasaan lahan.

Tabel 11. Sebaran Status Penguasaan Lahan Petani Padi Organik Status

Penguasaan Lahan

Petani Padi Organik Tersertifikasi

Petani Padi Organik Non-Sertifikasi Jumlah (orang) % Jumlah (orang) %

Sendiri 13 81,25 9 56,25

Sewa 2 12,5 3 18,75

Gadai/sakap 0 0 0 0

Bagi hasil 1 6,25 4 25

Jumlah 16 100 16 100

Pada Tabel 11 sebaran status penguasaan lahan petani padi organik

tersertifikasi dengan status “sendiri” paling mendominasi dengan jumlah 13 orang

(81,25 persen) responden sedangkan pada status sewa hanya dua orang (12,5 persen) responden. Hal yang sama terjadi pada petani padi organik non-sertifikasi sebaran penguasaan lahan paling banyak dengan status “sendiri” namun dengan jumlah yang lebih sedikit yaitu sembilan orang (56,25 persen) responden,

sedangkan terbanyak kedua pada status penguasaan lahan “bagi hasil” yaitu empat

orang (25 persen) responden. Pada status penguasaan lahan gadai/sakap tidak satupun responden dari kedua kelompok responden yang memilihnya.

Dokumen terkait