• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut FAO (2008), mengartikan bahwa budidaya padi SRI diartikan sebagai upaya budidaya tanaman padi yang memperhatikan semua komponen yang ada di ekosistem (tanah, tanaman, mikro organisme dan makro organisme, udara, sinar matahari dan tentunya air) sehingga memberikan produktivitas yang tinggi/optimal/sinergis, menghindari berbagai pengaruh negatif bagi kehidupan komponen tersebut atau menghindari berbagai kerusakannya dan memperkuat dukungan untuk terjadinya aliran energi dan siklus nutrisi secara alami.

Ciifad (Cornell International Institute For Food Agriculture And Development) tahun 2010 menyatakan bahwa, SRI adalah sebuah metode yang digunakan untuk meningkatkan produksi padi dan memunculkan produktivitas

dari tanah, tenaga kerja dan modal melalui beberapa prinsip praktek pengelolaan. SRI bukanlah sebuah paket teknologi melainkan sebuah paket prinsip dan pemahaman bagaimana menanam padi secara lebih baik dan lebih bermanfaat. Petani diharapkan untuk melakukan percobaan terhadap metode ini dan mengadaptasikan metode ini sesuai dengan kondisi tanah, iklim, ketersediaan tenaga kerja sehingga mendapatkan sebuah rumusan praktek SRI terbaik untuk dirinya. Adapun prinsip praktek pengelolaan SRI menurut Ciifad 2010 antara lain sebagai berikut :

1) Persemaian dan Penanaman Bibit Padi di Lahan

a) Penanaman bibit padi di lahan dilakukan saat umur semaian masih muda. Pemindahan ke lahan dilakukan saat bibit padi berumur 8-12 hari yang di tandai dengan ciri fisik seperti hanya memiliki 2 helai daun kecil. Penyemaian biasanya dilakukan di wadah khusus bukan di sebagian petak lahan seperti yang umumnya dilakukan. Ini dilakukan guna mencegah rusaknya akar dan menjaga agar pertumbuhan padi dapat maksimal. Proses penanaman dilakukan dengan hati-hati dan cepat untuk meminimalkan kerusakan pada akar.

b) Untuk mencegah persaingan akar, padi ditanam secara tunggal.

c) Untuk mendorong perakaran yang kuat serta tumbuhnya kanopi, maka jarak tanam dibuat lebih lebar. Ada beberapa jarak tanam yang biasa dipakai yaitu 25 x 25 cm, 30 x 30 cm, 40 x 40 cm atau bahkan sampai 50 x 50 cm tergantung kualitas tanah.

2) Pengelolaan Tanah

Tanah diusahakan tetap lembab tetapi drainase dan aerasi tetap terjaga dengan baik. Hal ini dikarenakan padi sebenarnya adalah tanaman yang membutuhkan air tetapi bukanlah tanaman air. Drainase dan aerasi harus tetap terjaga karena akar membutuhkan oksigen untuk dapat berkembang dengan baik. Jika dalam kondisi tergenang dalam periode yang cukup lama, maka pasokan oksigen untuk akar akan berkurang dan menyebabkan kerusakan akar sehingga akar tidak bisa menjalankan tugasnya (sebagai pemasok bahan makanan) dengan baik. Dalam SRI, tanah tidak dipandang sebagai benda mati melainkan sebagai benda hidup, karena jika diamati

menggunakan mikroskop, tanah sebenarnya adalah rumah bagi banyak makhluk hidup yang berguna bagi tanaman. Drainase dan aerasi yang baik, maka mahkluk hidup di dalam tanah dapat hidup dan berkembang dengan baik yang berarti mereka dapat menjalankan fungsinya untuk mendukung pertumbuhan tanaman dengan maksimal. Mutu dan kesehatan tanah adalah kunci untuk bisa mendapatkan produksi yang baik.

3) Pengelolaan Air

Jumlah air yang digunakan selama budidaya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman padi itu sendiri. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, selama masa pertumbuhan vegetatif, tanaman padi hanya membutuhkan sedikit air. Air hanya digenangkan dengan ketebalan genangan air yang tipis selama tahap pembungaan dan pengisian bulir. Di beberapa negara yang telah mempraktekkan SRI, untuk menghemat waktu kerja beberapa petani mengairi dan mengeringkan sawahnya dengan siklus 3-5 hari. Praktek pengelolaan air di suatu lokasi tergantung tipe tanah, ketersediaan tenaga kerja serta faktor lainnya seperti iklim atau karakter dari varietas padi itu sendiri. Petani harus melakukan percobaan untuk menemukan bagaimana cara terbaik untuk mengelola air.

4) Unsur Hara

SRI sebaiknya unsur hara yang menjadi sumber bahan makanan padi diberikan dalam bentuk bahan organik atau dicampur dengan kompos yang terbuat dari sumber daya yang tersedia di sekitar lokasi produksi. Pemberian kotoran ternak selain kompos menunjukkan hasil panen yang lebih baik. Bahan organik sangat baik untuk mempertahankan struktur tanah, menjaga mutu tanah sehingga banyak mikroba tanah yang berguna bagi tanaman dapat hidup di tanah. Selain itu, bahan organik sangat baik sebagai pengikat air dalam tanah.

5) Pengendalian Gulma

Akibat lahan digenangi maka gulma akan menjadi sebuah masalah yang akan dihadapi oleh petani. Berdasarkan pengalaman, pengendalian gulma biasanya dilakukan mulai 10-12 hari setelah pemindahan semaian ke lahan. Dan proses pengendaliannya biasanya dilakukan 3-4 kali sampai

seluruh kanopi (daun-daun padi) menutupi tanah, yang secara alami menghambat pertumbuhan gulma.

Menurut Ciifat juga, bahwa metode SRI mampu memberikan manfaat lain antara lain sebagai berikut :

1) Meningkatkan produktivitas sumber daya air, tanah dan tenaga kerja.

2) Ramah terhadap lingkungan. Pengurangan pengunaan air memungkinkan penggunaan air untuk keperluan lain. Tanah tidak menjadi rusak dan menjaga keanekaragaman hayati tanah. Padi yang tidak digenangi tidak akan memproduksi metana sebuah gas yang termasuk golongan utama penyebab efek rumah kaca.

3) Dapat diterapkan baik oleh petani dengan kepemilikan lahan yang luas maupun yang sempit.

4) Menjadikan peran petani menjadi penting. Seperti yang sudah disebutkan, bahwa SRI bukanlah sebuah paket teknologi melainkan sebuah paket prinsip dan pemahaman bagaimana menanam padi secara lebih baik dan lebih bermanfaat, maka peran petani untuk keberhasilan metode ini sangat menetukan.

5) Kualitas bulir yang dihasilkan biasanya meningkat. Ketika padi SRI di giling biasanya persentasi yang dihasilkan meningkat karena berkurangnya jumlah bulir yang kosong atau pecah.

6) Pengurangan pemakaian bahan kimia pertanian maka beras yang dihasilkan adalah beras dengan residu bahan kimia dalam jumlah yang rendah sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi.

Dokumen terkait