• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.6 Analisis Instrumen

3.6.1 Validitas

Menurut Gay (dalam Sukardi, 2005: 121), Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas item adalah demikian sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total (Arikunto, 2003: 76). Sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total.

Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas item soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus korelasi product moment yaitu :

2 2



2 2

) ( ) ( ) )( (

   y y N x x N y x xy N rxy Keterangan : xy

r = koefisien korelasi antara x dan y. N = banyaknya peserta didik

x = jumlah skor item

2

x = jumlah kuadrat skor item

y2 = jumlah kuadrat skor total

xy = jumlah perkalian skor item dan skor total

Hasil perhitungan dikonsultasikan atau disesuaikan dengan tabel, jika maka butir soal tersebut valid (Arikunto, 2003: 75). Dengan dapat diperoleh dari tabel harga kritik r pada lampiran 66 dengan = banyaknya subjek dan .

3.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilai (Sudjana, 1990: 16). Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur (Sukardi, 2005: 127).

Untuk mengetahui reliabilitas tes bentuk uraian digunakan rumus Alpha sebagai berikut (Arikunto, 2003: 109).

( )

Keterangan:

= reliabilitas yang dicari;

∑ = jumlah varians skor tiap-tiap butir soal; = varians total;

Dengan diperolehnya sebenarnya baru diketahui tinggi rendahnya koefisien tersebut, agar lebih sempurnanya perhitungan reliabilitas sampai pada kesimpulan, sebaiknya hasil tersebut dikonsultasikan atau disesuaikan dengan tabel product moment. Jika maka soal tersebut reliabel. Dengan dapat diperoleh dari tabel harga kritik r pada lampiran 66 dengan

(banyaknya subjek) dan .

3.6.3 Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauan (Arikunto, 2003: 207).

Menurut Arifin (2009, 135), langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan tingkat kesukaran (difficulty index) antara lain.

1) Menghitung rata-rata untuk tiap butir soal dengan rumus.

2) Menghitung tingkat kesukaran dengan rumus.

3) Membandingkan tingkat kesukaran dengan kriteria sebagai berikut: P = 0,00 – 0,30 : sukar;

P = 0,31 – 0,70 : sedang; P = 0,71 – 1,00 : mudah.

tingkat kesukaran dengan kriteria.

Soal-soal yang dianggap baik yaitu soal-soal sedang yang mempunyai taraf kesukaran 0,30 sampai 0,70 (Arikunto, 2003: 210).

3.6.4 Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan daya pembeda menurut Arifin (2009, 133) antara lain.

1) Menghitung jumlah skor total tiap peserta didik.

2) Mengurutkan skor dari skor terbesar sampai skor terkecil. 3) Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah.

4) Menghitung rata-rata untuk masing-masing kelompok. 5) Menghitung daya pembeda dengan rumus:

̅ ̅

Keterangan:

: daya pembeda;

̅ : rata-rata kelompok atas;

̅ : rata-rata kelompok bawah.

6) Membandingkan daya beda dengan kriteria sebagai berikut: 0,40 ke atas : sangat baik;

0,30 – 0,39 : baik;

0,20 – 0,29 : cukup, soal perlu perbaikan; 0,19 ke bawah : kurang baik, soal harus dibuang.

3.7 Analisis Data Awal

Analisis data awal dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata dengan Anava pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang digunakan adalah nilai rapor semester genap kelas VIII SMP Negeri 13 Semarang tahun ajaran 2011/2012.

3.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang digunakan yaitu:

: data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Uji ini untuk mengetahui kenormalan data yang akan dianalisis. Uji statistik yang akan digunakan adalah uji Chi kuadrat dengan rumus (Sudjana, 2005: 273):

keterangan:

= harga chi kuadrat;

= frekuensi hasil pengamatan; = frekuensi yang diharapkan.

Kriteria pengujian: tolak jika , dicari menggunakan tabel distribusi pada daftar dengan derajat kebebasan – dan taraf signifikan (Sudjana, 2005: 273).

Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data pada nilai awal mempunyai varians yang sama (homogen). Hipotesis yang akan diujikan adalah:

: (ketiga kelompok memiliki varians yang sama),

: paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku (varian tidak homogen). Uji kesamaan varians menggunakan uji Bartlett. Untuk memudahkan perhitungan, satuan-satuan yang diperlukan dalam uji Bartlett disusun dalam bentuk Tabel 3.2 dibawah ini

Tabel 3.2 Uji Bartlett

Sampel ke Dk si2 log si2 (dk).log si2 1 2 . K n1– 1 n2 – 1 . nk – 1 . s12 s22 . sk2 log s12 log s12 . log sk2 (n1– 1).log s12 (n2 – 1).log s12 . (nk – 1).log sk2 Jumlah ∑ ∑ – – ∑ . log si2

Dari daftar tersebut kita hitung harga-harga yang diperlukan, yakni: a) varians gabungan dari semua sampel

∑ ∑

b) harga satuan B dengan rumus: ∑ . c) uji Bartlett digunakan statistik chi kuadrat:

{ ∑ } dengan disebut logaritma asli dari bilangan 10.

Kriteria pengujian: tolak jika dengan didapat distribusi chi kuadrat dengan peluang , dan taraf signifikan (Sudjana, 2005: 262–263).

3.7.3 Analisis Varians Satu Arah (ANAVA)

Analisis varians satu arah dimaksudkan untuk menentukan apakah kelompok sampel memiliki rata-rata yang sama ataukah tidak secara statistik. Sebuah populasi yang masing–masing berdistribusi normal dengan rata–rata , , , … , dan simpangan baku berturut-turut . Akan diuji hipotesis nol dengan hipotesis alternatif .

artinya rata-ratanya sama;

paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku artinya rata-ratanya berbeda.

Data sempel akan dinyatakan dengan yang berarti data ke-j dalam sempel yang diambil dari populasi ke-i. Untuk memudahkan, data sempel disusun seperti dalam Tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3 Data Sampel Dari k Buah Populasi Berdistribusi Normal DARI POPULASI KE 1 2 3 …… k Data Hasil Pengamatan …… …… . . . . …… Jumlah Rata-rata ̅ ̅ ̅ ̅

Untuk memudahkan perhitungan, akan digunakan simbol-simbol berikut:

∑ dengan ∑( )

∑ jumlah kuadrat-kuadrat (JK) dari semua nilai pengamatan

Daftar analisis varians untuk menguji adalah seperti Tabel 3.4 di bawah ini.

Tabel 3.4 Daftar Analisis Varians

Sumber variansi Dk JK KT F

Rata-rata 1 RY R=RY/1

Antar kelompok k-1 A/D

Dalam kelompok ∑ ∑

Total ∑ ∑

Dengan jalan membagi KT antar kelompok oleh KT dalam kelompok, maka diperoleh harga

Di mana dapat digunakan untuk menguji hipotesis kesamaan beberapa rata-rata populasi. Jika harga ini lebih besar dari F tabel dengan dk pembilang (k-1) dan dk penyebut ∑ untuk yang dipilih. Maka hipotesis nol, ditolak (Sudjana, 2005: 305).