• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.2.1 Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 dengan Model Pembelajaran TGT

dengan Menggunakan Media “3 In 1”

Pembelajaran pada kelas eksperimen 1 peneliti menerapkan model pembelajaran TGT dengan menggunakan media “3 In 1”. Tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT, yaitu presentasi

kelas, belajar kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kelompok. Untuk media “3 In 1” itu sendiri terdiri dari media flash, alat peraga, dan kartu berpasangan. Media flash tersebut berisikan semua bahan ajar yang akan diajarkan dalam 4 pertemuan. Setiap 1 kali pertemuan berisikan paparan materi, LKPD, dan game. Selain itu, untuk pertemuan ke-5 terdapat turnamen yang aturannya juga dikemas dalam media flash serta terdapat rapor untuk rekapan skor game dan turnamen seluruh pertemuan. Alat peraga yang digunakan berupa bangun-bangun datar yang saling sebangun dan terbuat dari kertas BC. Begitu juga dengan kartu berpasangan, kartu berpasangan ini dibuat sesuai materi yang diajarkan pada setiap pertemuan dan digunakan pada saat sesi game.

Pada tahap presentasi kelas, guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan media flash. Penggunaan media flash ini mampu untuk memvisualisasikan konsep-konsep yang abstrak dalam matematika dan membuat suasana kelas menjadi hidup. Namun selain menggunakan media flash, pada tahap ini guru juga memanfaatkan alat peraga yang berupa bangun datar yang sebangun sehingga selain peserta didik mendapatkan visualisasinya peserta didik juga dapat secara kongkrit melihat konsep-konsep yang diajarkan. Hal tersebut sesuai dengan teori Bruner bahwa penggunaan alat peraga dalam pembelajaran yang dapat membantu menyampaikan pengalaman kepada peserta didik serta memberikan gambaran mengenai objek yang mewakili suatu konsep.

Pada tahap belajar kelompok, pemakaian LKPD sebagai bahan diskusi membantu dalam membangun konsep secara matang dari masalah yang diberikan. Dengan menggunakan LKPD, kegiatan belajar terpusat pada peserta didik karena

peserta didik sendiri yang harus menyelesaikan permasalahan dan mengkonstruksi pengetahuannya. LKPD dikerjakan dengan teman satu kelompoknya. Apabila ada salah satu anggota kelompok yang belum paham, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru. Peran guru saat belajar kelompok adalah sebagai pemimpin, fasilitator, dan motivator. Sebagai seorang pemimpin, guru bertugas untuk mengkondisikan dan mengarahkan peserta didik agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Guru sebagai fasilitator mempunyai tugas memberi bimbingan dan arahan sehingga tidak hanya mendikte peserta didik. Guru sebagai motivator bertugas membangkitkan semangat dan minat belajar peserta didik. Dalam proses pembelajaran TGT terdapat tahapan belajar kelompok yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling bertukar pendapat atau ide untuk memecahkan masalah.

Dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT terdapat tahapan game dan turnamen. Dalam tahap game ini, peneliti menggunakan kartu berpasangan yang harus dipecahkan oleh masing-masing kelompok dan masing-masing kelompok harus dapat memberikan penjelasannya dalam lembar jawab. Game dilaksanakan di sesi terakhir setiap kali pertemuan. Sedangkan pada pertemuan ke-5, dilaksanakan turnamen yang melibatkan semua peserta didik untuk berkompetensi demi memperjuangkan kelompoknya menjadi yang terbaik. Pembelajaran TGT melatih keberanian peserta didik untuk mengungkapkan pendapat, lebih menghargai pendapat orang lain, berkompetisi dengan sportif, dan bekerjasama dalam kelompok, serta meningkatkan aktivitas

peserta didik sehingga diharapkan kemampuan pemahaman konsep, penalaran, dan pemecahan masalah peserta didik menjadi lebih baik.

Tahap terakhir dari pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah penghargaan kelompok. Poin-poin yang didapatkan dari game dan turnamen untuk menentukan penghargaan kelompok. Peserta didik semangat untuk belajar agar kelompok mereka menang dan mendapat penghargaan. Adanya pemberian penghargaan pada kelompok membuat peserta didik merasa puas dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Pada pertemuan pertama, guru mempresentasikan materi tentang kesebangunan pada segiempat dengan menggunakan media flash. Peserta didik antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam media flash dengan bimbingan guru. Contoh tampilan media flash yang digunakan pertemuan pertama ditunjukkan pada Gambar 4.1 berikut ini.

Gambar 4.1 Contoh Tampilan Media Flash Pertemuan Pertama

Selain materi dipresentasikan dengan menggunakan media flash. Guru juga menggunakan bantuan alat peraga. Alat peraga pada pertemuan pertama ini berupa 2 bangun persegi panjang dan 2 bangun trapesium yang sebangun. Alat

peraga ini digunakan untuk memudahkan peserta didik memahami konsep secara kongkrit. Contoh alat peraga yang digunakan pertemuan pertama ditunjukkan pada Gambar 4.2 berikut ini.

Gambar 4.2 Contoh Alat Peraga Pertemuan Pertama

Setelah menjawab pertanyaan konstruktif dalam media flash, guru memfasilitasi peserta didik untuk membaginya ke dalam kelompok yang anggotanya heterogen. Setiap kelompok terdiri dari empat peserta didik di mana anggota kelompok telah ditetapkan oleh guru berdasarkan nilai rapor pada kelas VIII semester genap. Guru memberi nama kelompok, yaitu kelompok 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Peserta didik membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berkelompok karena bingung menentukan posisi tempat duduk perkelompok. Melihat kondisi kelas yang gaduh guru segera membantu mengatur tempat duduk peserta didik. Pembagian kelompok terlampir pada Lampiran 63. Setelah semua berkumpul dengan kelompok masing-masing, peserta didik bekerja sama mendiskusikan LKPD yang berisi soal latihan yang berkaitan dengan kesebangunan segiempat. LKPD pada pertemuan pertama ini dapat dilihat pada

Lampiran 29. Pada kelompok 5 peneliti melihat tidak semua peserta didik mengerjakan LKPD karena terdapat seorang peserta didik putri yang tidak ikut mengerjakan LKPD sendiri. Peneliti mendekati dan menanyakan alasan peserta didik tersebut mengerjakan sendiri. Alasan peserta didik tersebut adalah peserta didik malu belajar bersama dalam kelompok tersebut karena anggota yang lain peserta didik putra. Kemudian peneliti memberikan penjelasan kepada peserta didik tersebut agar tidak perlu merasa malu karena tujuan dari pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah melatih peserta didik bekerjasama dan lebih aktif dalam belajar matematika. Sedangkan pada kelompok 6 belum bisa bekerja kelompok secara baik karena masih sering membuat gaduh sehingga mengganggu konsentrasi kelompok lain. Setelah peneliti mendekati kelompok tersebut, peneliti memberikan arahan bahwa bekerja secara kelompok dapat saling membatu antaranggota kelompok yang belum bisa memahami materi.

Selanjutnya peneliti mengamati kelompok 1. Diskusi berjalan dengan baik pada kelompok 1. Semua anggota kelompok 1 aktif dalam diskusi kelompok. Pada kelompok 4, peneliti melihat peserta didik agak gaduh karena saling tunjuk dengan teman untuk mengerjakan LKPD. Guru mendatangi mereka dan menegaskan kembali bahwa mereka harus bekerjasama untuk mempelajari LKPD tersebut. Berbeda dengan kelompok 3 yang mengerjakan LKPD dengan berbagi tugas. Dua peserta didik mengerjakan soal nomor satu dan dua peserta didik lainnya mengerjakan soal nomor dua. Diskusi pada kelompok 2, 7, dan 8 terlihat belum berjalan dengan baik. Masih terlihat beberapa dari anggotanya yang tidak ikut berdiskusi. Dari pengamatan peneliti, kelompok 1, 3, dan 8 yang lebih dulu

berinisiatif untuk bertanya pada guru. Setelah 15 menit menyelesaikan LKPD, guru memberikan kunci jawaban LKPD pada media flash untuk mengoreksi hasil diskusi kelompoknya.

Tahap selanjutnya adalah game, guru memberikan game dengan menggunakan kartu berpasangan. Game diberikan untuk mendapatkan skor yang akan menjadi bagian dari skor awal turnamen. Guru membacakan aturan game yang terdapat dalam media flash. Dalam penelitian ini, soal game berupa kartu berpasangan yang harus diselesaikan oleh setiap kelompok. Soal game terdiri dari 2 kartu soal dalam amplop A yang merupakan bangun trapesium dan layang-layang dimana masing-masing kartu tersebut harus dicari pasangan bangun yang saling sebangun dari 4 pilihan kartu pasangan dalam amplop B. Setelah menemukan pasangannya, kartu tersebut ditempelkan di lembar jawab yang disediakan dan setiap kelompok harus memberikan alasannya. Setelah dibahas dengan jawaban yang benar, skor yang diperoleh akan dipakai sebagi skor awal dan kelompok yang tergiat akan mendapatkan penghargaan berupa bintang yang terbuat dari kertas BC yang bertujuan untuk memotivasi kelompok yang telah bekerja sama dengan baik. Contoh kartu berpasangan yang digunakan pertemuan pertama ditunjukkan pada Gambar 4.3 berikut ini.

Gambar 4.3 Contoh Kartu Berpasangan Pertemuan Pertama

Suasana kelas pembelajaran gaduh dan kerja sama peserta didik dalam kelompok belum terjalin dengan baik karena sebagian besar anggota kelompok hanya bergantung pada anggota kelompok yang lebih pintar. Kelompok 2, 3, 4, 5, dan 8 mampu mengerjakan kartu berpasangan tersebut dengan benar sehingga memperoleh skor 100 dan yang mendapatkan bintang yaitu kelompok 3.

Pada pertemuan kedua, materi yang diajarkan adalah kesebangunan pada segitiga. Peserta didik antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam media flash. Pada saat diskusi kelompok, peserta didik kesulitan dalam menyelesaikan soal yang terdapat dalam LKPD. Masih banyak peserta didik yang bertanya kepada guru tentang langkah-langkah dalam menyelesaikan LKPD tersebut. Pada saat pelaksanaan game, kerja sama peserta didik dalam kelompok sudah mulai terjalin dengan baik karena sebagian besar anggota kelompok sudah bekerja sama dengan baik. Pada tahap game, soal game terdiri dari 3 kartu soal dalam amplop A yang merupakan 3 bangun segitiga sembarang dimana masing-masing kartu tersebut harus dicari pasangan bangun yang saling sebangun dari 4 pilihan kartu

pasangan dalam amplop B. Pada game ini hanya kelompok 1 yang belum mampu menjawab dengan sempurna karena kelompok 1 mendapatkan skor 90. Perhitungan skor game selengkapnya ada pada Lampiran 51.

Pada pertemuan ketiga dan keempat proses pembelajaran hampir sama dengan pertemuan sebelumnya. Perbedaan terletak pada materi yang diajarkan yaitu pertemuan ketiga diajarkan mengenai penggunaan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahkan masalah dan pertemuan keempat diajarkan tentang kesebangunan pada segitiga siku-siku. Pada pertemuan ini, aktivitas, dan keaktifan peserta didik meningkat. Peserta didik sudah bisa menyesuaikan diri dengan model pembelajaran TGT dan kerja sama yang terjalin antar anggota kelompok sudah baik. Pembagian peserta didik ke dalam kelompok-kelompok yang heterogen untuk menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKPD sangat membantu mereka untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan anggota kelompok.

Pada pertemuan kelima, guru tidak memberikan presentasi materi seperti pada pertemuan sebelumnya tetapi dilakukan sebuah turnamen. Turnamen dilaksanakan dalam bentuk permainan yang berupa kartu soal. Langkah pertama pada tahap ini adalah pembentukan peserta turnamen. Semua peserta didik terlibat dalam permainan akademik dalam meja-meja turnamen. Satu meja turnamen terdiri dari 8 peserta didik yang terdiri dari perwakilan anggota kelompok mempunyai kemampuan yang homogen sehingga akan terjadi persaingan yang seimbang. Masing-masing peserta didik menghitung skor yang diperoleh. Skor tersebut akan disumbangkan untuk kelompok masing-masing. Hasil dari skor

turnamen akan digabungkan dengan nilai game. Guru juga akan memberikan penghargaan untuk kelompok yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Kelompok yang mendapatkan penghargaan kelompok terbaik yaitu kelompok 3 dengan mengumpulkan jumlah skor tertinggi yaitu 500 dan kelompok 8 memperoleh penghargaan sebagai kelompok tergiat karena memperoleh 3 bintang dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. Perhitungan skor turnamen selengkapnya ada pada lampiran 53.

Pertemuan selanjutnya yaitu pertemuan keenam dilakukan tes evaluasi hasil belajar. Pembelajaran di kelas eksperimen 1 dilaksanakan sesuai RPP walaupun masih ada beberapa kegiatan yang belum dilaksanakan dengan baik. Kendala atau hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen adalah sebagai berikut.

(1) Peserta didik merasa asing dengan model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran TGT dengan penggunaan 3 media dalam pembelajaran, karena baru pertama kali bagi peserta didik.

(2) Suasana kelas menjadi gaduh, peserta didik merasa bingung saat pembagian kelompok dan tempat duduk masing-masing kelompok.

(3) Peserta didik kurang aktif selama diskusi kelompok.

(4) Sulit merencanakan waktu yang diperlukan secara tepat untuk setiap kegiatan.

Solusi atau cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah sebagai berikut. (1) Guru harus lebih aktif untuk mengarahkan peserta didik agar mengikuti

(2) Guru menginformasikan dengan jelas tentang pembagian kelompok dan tempat duduk masing-masing kelompok.

(3) Peran aktif guru dalam memantau dan mengarahkan peserta didik selama diskusi berlangsung serta pemberian motivasi oleh guru.

(4) Guru menyusun pembagian waktu secara terperinci terutama pada saat turnamen.