• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.2 Teori Belajar

Dalam mencapai tujuan pembelajaran, kualitas dan kompetensi pembelajaran juga perlu ditingkatkan. Untuk tujuan tersebut guru perlu mempelajari berbagai teori belajar dan meninjau secara kritis manfaatnya dalam pembelajaran. Beberapa tokoh telah mengemukakan teori-teori tentang belajar antara lain sebagai berikut.

2.1.2.1Teori Belajar Piaget

Menurut Jean Piaget (dalam Trianto, 2010: 70), seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa, yaitu tahap sensorimotor, pra operasional, operasi kongkrit, dan operasi formal. Tiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan-kemampuan intelektual baru yang memungkinkan orang memahami dunia dengan cara yang semakin kompleks. Perkembangan sebagian bergantung pada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan berinteraksi aktif dengan lingkungan. Selanjutnya menurut Piaget (dalam Trianto, 2010: 72) bahwa anak membangun sendiri skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya. Di sini peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sebagai pemberi informasi.

Guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang memadai agar peserta didik dapat menemukan pengalaman-pengalaman nyata dan terlibat langsung dengan alat dan media. Beberapa implikasi teori piaget dalam pembelajaran, menurut Slavin (dalam Trianto, 2010: 73) sebagai berikut.

1) Memfokuskan pada proses berpikir anak, tidak sekedar pada produknya. 2) Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam

inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3) Penerimaan perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan. Bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya pada kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu, guru harus melakukan upaya khusus untuk lebih menata kegiatan-kegiatan kelas untuk individu-individu dan kelompok-kelompok kecil anak-anak daripada

kelompok klasikal. Mengutamakan peran peserta didik dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Dari implikasi teori Piaget di atas, jelaslah guru harus mampu menciptakan keadaan peserta didik yang mampu untuk belajar sendiri. Artinya, guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar kepada peserta didik, tetapi guru dapat membangun peserta didik yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam pembelajaran.

Implementasi teori belajar Piaget pada pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan menggunakan media “3 In 1” ditunjukkan melalui sebuah pembelajaran yang mampu membuat peserta didik belajar dan terlibat aktif dalam pembelajaran.

2.1.2.2Teori Belajar Vygotsky

Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam psikologi perkembangan. Teori Vygotsky menekankan pada hakikat sosiokultural dan pembelajaran. Menurut Vygotsky (Trianto. 2010: 76) bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas tersebut berada dalam zone of proximal development. zone of proximal development adalah perkembangan sedikit di atas perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky (dalam Trianto. 2010: 76) yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerja sama antar individu, sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individi tersebut.

Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah scaffolding. Scaffolding berarti memberikan sejumlah besar bantuan kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dan dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan peserta didik dapat mandiri.

Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pembelajaran sains. Pertama, dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antarpeserta didik, sehingga peserta didik dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing zone of proximal development. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan scaffolding sehingga peserta didik semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri (Trianto, 2010: 77). Dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan menggunakan media “ 3 in 1”, implikasi dari teori Vygotsky yaitu susunan kelas yang berbentuk pembelajaran kooperatif dan memunculkan strategi pemecahan masalah yang efektif serta tanggung jawab peserta didik dalam pembelajaran.

2.1.2.3Teori Belajar Bruner

Jeome Bruner, seorang ahli psikologi Havard adalah salah seorang pelopor pengembangan kurikulum terutama dengan teori yang dikenal dengan pembelajaran penemuan (inkuiri). Teori Bruner yang selanjutnya disebut

pembelajaran penemuan (inkuiri) adalah salah satu model pengajaran yang menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur materi (ide kunci) dari suatu ilmu yang dipelajari, perlunya belajar aktif sebagai dasar pemahaman sebenarnya, dan nilai dari berfikir secara induktif dalam belajar (pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi).

Menurut Bruner ( Trianto, 2010: 79), belajar akan lebih bermakna bagi peserta didik jika mereka memusatkan perhatiannya untuk memahami struktur materi yang dipelajari. Untuk memperoleh informasi, peserta didik harus aktif di mana mereka harus mengidentifikasi sendiri prinsip-prinsip kunci daripada hanya sekedar menerima penjelasan dari guru. Oleh karena itu, guru harus memunculkan masalah yang mendorong peserta didik untuk melakukan kegitan penemuan.

Aplikasi ide-ide Bruner dalam pembelajaran menurut Woolfolk (Trianto, 2010: 80) digambarkan sebagai berikut: (1) memberikan contoh dan bukan contoh dari yang dipelajari; (2) membantu peserta didik mencari hubungan antara konsep; (3) mengajukan pertanyaan dan membiarkan peserta didik menemukan sendiri jawabannya; (4) mendorong peserta didik untuk membuat dugaan yang bersifat intuitif. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan menggunakan media “3 in 1”, implikasi dari teori Bruner yaitu dengan menggunakan media “3 In 1” peserta didik mampu menemukan dan mengidentifikasi sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya.

2.1.2.4Teori Belajar Van Hiele

Dalam pengajaran geometri terdapat teori belajar yang dikemukakan Van Hiele, yang menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak dalam geometri.

Menurut Van Hiele (Suherman, 2003: 51), tiga unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu, materi pengajaran, dan metode pengajaran yang diterapkan. Jika ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berfikir anak kepada tingkatan berfikir yang lebih tinggi.

Van Hiele (Suherman, 2003: 51) menyatakan bahwa terdapat 5 tahap belajar anak dalam belajar geometri, yaitu: tahap pengenalan, tahap analisis, tahap pengurutan, tahap deduksi, dan tahap akurasi yang akan diuraikan sebagai berikut. 1) Tahap pengenalan (visualisasi) adalah tahap di mana anak mulai belajar mengenai suatu bentuk geometri secara keseluruhan, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya.

2) Tahap analisis yaitu tahap di mana anak sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki benda geometri yang diamatinya.

3) Tahap pengurutan (deduksi informal) yaitu tahap di mana pemahaman anak lebih meningkat lagi dari sebelumnya yang hanya mengenal bangun-bangun geometri beserta sifat-sifatnya, pada tahap ini anak sudah mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya.

4) Tahap deduksi adalah tahap di mana anak sudah dapat memahami deduksi, yaitu mengambil kesimpulan secara deduktif dengan menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus. Anak pada tahap ini telah mengerti pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan, di samping unsur-unsur yang didefinisikan aksioma atau masalah, dan teorema.

5) Tahap akurasi yaitu tahap terakhir dari perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri, pada tahap ini anak sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian.