• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA, PEMBAHASAN, DAN PENGEMBANGAN

4.2 Analisis Data

4.2.1 Analisis Kebutuhan Mahasiswa Prodi MPBSI dalam Mata

Analisis kebutuhan mahasiswa dalam mata kuliah pragamtik edukasional didapatkan dari kuesioner analisis kebutuhan. Penyebaran kuesioner digunakan untuk melihat pentingnya pengintegrasian konteks situasi dan sosial dalam pembelajaran pragmatik edukasional. 37 kuesioner telah dikelompokkan dan dilakukan perhitungan persentase selanjutnya data yang relevan dengan kebutuhan penelitian akan dideskripsikan secara induktif.

Terdapat beberapa indikator yang menyatakan pentingnya pengintegrasian konteks situasi dan sosial dalam pembelajaran pragmatik edukasional. Indikator ini tercermin dari beberapa pernyataan dalam kuesioner seperti: 1) perilaku abai konteks oleh mahasiswa Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) perilaku abai konteks yang memunculkan multitafsir 3) kondisi salah tafsir yang dihadapi oleh mahasiswa Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ketika memahami sebuah tuturan, 4) situasi berperan penting dalam memahami maksud tuturan, 5) status sosial umumnya memengaruhi cara

seseorang ketika berbicara, 6) kondisi salah tafsir terhadap maksud dosen dalam proses pembelajaran, 7) terbatasnya buku/bahan ajar pragmatik edukasional yang membahas pengintegrasian konteks situasi dan sosial.

Berikut adalah penjabaran hasil analisis kuesioner pengintegrasian konteks situasi dan sosial dalam pembelajaran pragmatik edukasional pada mahasiswa Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

1. Perilaku Abai konteks

Pentingnya pengintegrasian konteks situasi dan sosial dalam pembelajaran pragmatik edukasional salah satunya dikarenakan masih terdapatnya perilaku abai konteks dari para mahasiwa Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Berikut tabel analisis kuesioner indikator yang pertama.

Tabel 4.1 Indikator Perilaku Abai Konteks

No. Butir Pernyataan Ke- Pernyataan Jumlah Mahasiswa Jawaban Iya Persentase

1 6 Ketika berkomunikasi tidak jarang

Anda mengabaikan konteks yang terjadi.

37 19 51,3 %

Berdasarkan hasil analisis tabel di atas, menunjukkan bahwa sebagian dari mahasiswa Program Magister PBSI yaitu dengan persentase 51,3% menyatakan pernah terlibat dalam perilaku abai konteks ketika terlibat dalam komunikasi verbal. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar mahasiswa tidak dapat menerapkan kompetensi pragmatik dengan baik. Kompetensi pragmatik yang dimaksudkan salah satunya adalah kompetensi mengenai konteks atau tidak abai terhadap konteks.

2. Perilaku Abai Konteks Memunculkan Salah Tafsir

Indikator yang kedua pentingnya pengintegrasian konteks situasi dan sosial dalam pembelajaran pragmatik edukasional adalah perilaku abai konteks yang memunculkan salah tafsir. Berikut tabel analisis kuesioner indikator kedua.

Tabel 4.2 Indikator Salah Tafsir Merupakan Entitas dari Abai Konteks

No. Butir Pernyataan Ke- Pernyataan Jumlah Mahasiswa Jawaban Iya Persentase

2 7 Perilaku abai konteks seringkali

memunculkan multitafsir dalam

memahami makna.

37 33 100 %

Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas, menunjukkan bahwa 37 mahasiswa Program Magister PBSI dengan persentase 100% menyatakan perilaku abai konteks seringkali memunculkan multitafsir dalam memahami makna. Hal ini membuktikan bahwa seluruh responden setuju bahwa penyebab multitafsir dalam memahami makna adalah adanya perilaku abai konteks.

3. Salah Tafsir yang Dihadapi oleh Mahasiswa Ketika Memahami Maksud Tuturan.

Indikator ketiga adalah terjadinya salah tafsir yang dilakukan oleh mahasiswa ketika memahami maksud sebuah tuturan. Ketika memahami sebuah tuturan penting bagi mahasiswa untuk dapat memahami maksud dengan baik sehingga peristiwa salah tafsir seharusnya dihindari. Berikut tabel analisis kuesioner indikator ketiga.

Tabel 4.3 Indikator Salah Tafsir yang Dihadapi oleh Mahasiswa Ketika Memahami Maksud Tuturan

No. Butir Pernyataan Ke- Pernyataan Jumlah Mahasiswa Jawaban Iya Persentase

3 9 Pernahkah Anda mengalami salah

tafsir ketika memahami maksud dari teman, sahabat, atau mitra tutur dalam sebuah pembicaraan?

37 35 94,5 %

Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas, menunjukkan bahwa 35 mahasiswa Program Magister PBSI dengan persentase 94,5% menyatakan pernah mengalami salah tafsir ketika memahami maksud dari teman, sahabat, atau mitra tutur ketika terlibat dalam sebuah percakapan.

4. Situasi Berperan Penting dalam Memahami Maksud Tuturan

Indikator keempat dari pentingnya pengintegrasian konteks situasi dan sosial dalam pembelajaran pragmatik edukasional bahwa situasi berperan penting ketika seseorang memahami maksud sebuah tuturan. Berikut tabel analisis kuesioner indikator ketiga.

Tabel 4.4 Indikator Peranan Situasi dalam Memahami Maksud Tuturan No. Butir Pernyataan Ke- Pernyataan Jumlah Mahasiswa Jawaban Iya Persentase

4 10 Situasi saat pembicaraan terjadi

seringkali membantu Anda memahami topik yang sedang dibicarakan.

Contohnya: Ketika seorang dosen mengatakan “Spidol saya ketinggalan”.

Situasi saat itu adalah situasi formal.

37 33 89,1 %

Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas, menunjukkan bahwa 89,1 % mahasiswa Program Magister PBSI menyatakan situasi berperanan sangat penting dalam memahami maksud sebuah tuturan.

5. Status Sosial Memengaruhi Seseorang ketika Berbicara

Indikator yang kelima tentang pentingnya pengintegrasian konteks situasi dan sosial dalam pembelajaran pragmatik edukasional adalah status sosial seseorang berpengaruh ketika seseorang berbicara. Dalam kompetensi pragmatik, status sosial akan berkaitan erat dengan konteks sosial. Berikut tabel analisis kuesioner indikator kelima.

Tabel 4.5 Indikator Status Sosial Berpengaruh dalam Tuturan

No. Butir Pernyataan Ke- Pernyataan Jumlah Mahasiswa Jawaban Iya Persentase

5 12 Status sosial seseorang umumnya

akan memengaruhi cara orang lain berbicara kepadanya.

37 35 94,5 %

Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas diketahui bahwa konteks sosial berperan sangat penting ketika seseorang terlibat dalam komunikasi lisan. Ini terbukti dari jawaban mahasiswa sebanyak 94,5% menyatakan status sosial seseorang umumnya berpengaruh ketika seseorang terlibat dalam pembicaraan. 6. Kondisi Salah Tafsir Ketika Memahami Maksud yang Disampaikan oleh

Dosen.

Indikator yang keenam dari pentingnya pengintegrasian konteks situasi dan sosial dalam pembelajaran pragmatik edukasional adalah kondisi salah tafsir yang dilakukan mahasiwa ketika berusaha memahami maksud dari para dosen. Berikut tabel analisis data indikator yang kelima.

Tabel 4.6 Indikator Salah Tafsir Terhadap Maksud yang Disampaikan oleh Dosen No. Butir Pernyataan Ke- Pernyataan Jumlah Mahasiswa Jawaban Iya Persentase

5 25 Pernahkah Anda salah tafsir

terhadap maksud yang disampaikan oleh dosen?

37 36 97,2 %

Berdasarkan analisis data pada tabel di atas, diketahui bahwa 97,2% mahasiswa Program Magister PBSI menyatakan setuju bahwa ketika memahami tuturan yang disampaikan oleh dosen seringkali membuat para mahasiswa mengalami salah tafsir dalam memahaminya.

7. Keterbatasan Buku/Bahan Ajar Pragmatik Edukasional

Indikator ketujuh dari pentingnya pengintegrasian konteks situasi dan sosial dalam pembelajaran pragmatik edukasional adalah terbatasnya buku/bahan ajar pragmatik edukasional. Berikut tabel analisis kuesioner untuk indikator ketujuh.

Tabel 4.7 Indikator Keterbatasan Buku/Bahan Ajar Pragmatik Edukasional

No. Butir Pernyataan Ke- Pernyataan Jumlah Mahasiswa Jawaban Iya Persentase

7 39 Pernahkah Anda membaca buku/bahan ajar pragmatik edukasional yang fokus membahas pengintegrasian konteks situasi dan sosial.

37 23 37,8%

Berdasarkan tabel analisis data di atas, dibuktikan bahwa hanya 37,8% mahasiswa yang menyatakan pernah membaca buku/bahan ajar pragmatik edukasional yang fokus membahas pengintegrasian konteks situasi dan sosial didalamnya.

Berdasarkan analisis kuesioner mengenai pengintegrasian konteks situasi dan sosial dalam pragmatik edukasional diketahui bahwa pentingnya pengintegrasian konteks situasi dan sosial dikarenakan berdasarkan hasil analisis kuesioner analisis kebutuhan didapatkan data bahwa sebagian besar mahasiswa Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia masih terjebak dalam perilaku abai konteks. Perilaku abai konteks inilah yang akhirnya menyebabkan sebagian besar mahasiswa MPBSI mengalami multitafsir hingga salah tafsir. Kondisi-kondisi yang dihadapi oleh para mahasiswa ini ternyata tidak hanya terjadi pada kehidupan sehari-hari tetapi juga terjadi dalam interaksi pembelajaran. Ketika terlibat dalam interaksi pembelajaran sebagian besar mahasiswa juga menyatakan pernah terlibat dalam dalam peristiwa salah tafsir ketika memahami maksud dalam interaksi pembelajaran baik itu yang terjadi antar dosen dan mahasiswa maupun antarsesama mahasiswa.

Selain perilaku abai konteks dan salah tafsir yang masih terjadi pada sebagaian besar mahasiswa MPBSI. Para mahasiswa menyadari bahwa ketika terlibat dalam pembicaraan situasi dan status sosial berperanan sangat penting karena melalui situasi yang terjadi ketika tuturan disampaikan akan dapat membantu mitra tutur memahami maksud dari tuturan yang ingin disampaikan. Selain itu status sosial seseorang akan memengaruhi ketika ia terlibat dalam sebuah percakapan atau pada saat menyampaikan sebuah tuturan. Selain itu, terbatasnya buku/bahan ajar pragmatik edukasional juga menambah alasan pentingnya pengintegrasian konteks situasi dan sosial dalam pembelajaran pragmatik edukasional.

Dokumen terkait