• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA, PEMBAHASAN, DAN PENGEMBANGAN

4.2 Analisis Data

4.2.2 Analisis Prosedur Pengembangan Buku Ajar

Adapun analisis prosedur pengembangan buku ajar ini adalah pada tahapan pengumpulan informasi yaitu: observasi, analisis dokumen, tes, dan modifikasi RPS.

1. Observasi

Berdasarkan hasil analisis terhadap data observasi kelas pada mata kuliah pragmatik edukasional pada tanggal 17 November 2017 maka diperoleh data-data. Data yang diperoleh merupakan data yang telah direduksi dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam pembelajaran pragmatik edukasional yang kemudian dideskripsikan sebagai berikut:

Pembelajaran pragmatik edukasional berjalan dengan kondusif, proses pembelajaran dimulai dengan pemberian salam dan pengantar dari dosen dan dilanjutkan dengan presentasi kelompok. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dosen menerapkan teknik diskusi kelompok dalam proses pembelajaran. Proses diskusi berjalan dengan baik, selain itu juga dosen memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk bertanya, memberikan saran dan komentar berkaitan dengan materi yang telah dipresentasikan oleh penyaji.

Interaksi yang terjadi pada awal pembelajaran hanya terbatas pada kegiatan membuka pembelajaran yang dilakukan dosen dengan cara memberikan salam dan mempersilahkan kepada mahasiswa yang berperan sebagai penyaji presentasi untuk segera mempersiapkan proses presentasi. Sementara itu pada pertengahan pembelajaran, interaksi didominasi oleh mahasiswa yang berperan sebagai penyaji. Dua mahasiswa yang berperan sebagai penyaji lebih banyak berbicara memaparkan makalah yang sedang dipresentasikan. Sementara mahasiswa yang

lain serta dosen pengampu mata kuliah berperan serta dalam mendengarkan dan mengamati. Pada akhir pembelajaran interaksi kelas berlangsung dalam proses diskusi kelas, dosen pengampu mata kuliah hanya sesekali berbicara yaitu ketika mempersilahkan para mahasiswa yang lain bertanya saat kedua penyaji telah selesai mempresentasikan makalahnya.

Selama proses pembelajaran berlangsung interaksi yang dominan terjadi adalah presentasi dari dua mahasiswa yang berperan sebagai penyaji dan diskusi kelas sehingga tuturan yang terjadi pada saat interaksi di kelas hanya terbatas pada saat diskusi kelompok dan pada saat dosen memberikan penegasan akhir. Dari proses interaksi ini pula terlihat mahasiswa yang tidak memperhatikan konteks dengan baik ketika terlibat dalam pembicaran. Ini terlihat ketika masih terdapat mahasiswa yang menunjukkan perilaku abai konteks dalam interaksi kelas. perilaku abai konteks ini terlihat dalam beberapa contoh tuturan berikut ini:

Tuturan 1

Ketika terjadi proses diskusi kelas terjadi peristiwa abai konteks antara salah seorang mahasiswa dengan salah satu penyaji materi 1.

Dalam tuturan yang disampaikan mahasiswa A terbatas hanya pada pemberian saran. Tetapi mahasiswa B yang sekaligus sebagai penyaji menanggapi dengan memberikan penjelasan yang seharusnya hanya perlu ditanggapi dengan tuturan menyampaikan terima kasih. Namun ditanggapi dengan pemberian penjelasan mengenai tanggapan.

Peristiwa ini menunjukkan peristiwa abai konteks situasi dari mahasiswa yang berperan sebagai penyaji materi 1 sehingga tidak dapat memahami maksud dari mahasiswa yang sedang berbicara dengan tepat. Pengabaian konteks situasi ini akhirnya membuat penyaji bertanya kembali kepada mahasiswa yang bertanya

mengenai pertanyaannya, padahal sudah jelas disampaikan sebelumnya bahwa mahasiswa tidak bertanya melainkan memberikan saran/komentar bukan bertanya. Tuturan 2

Ketika proses diskusi kelas berlangsung terjadi kembali peristiwa abai konteks antara mahasiswa dengan penyaji materi 2.

Hal yang sama juga terjadi pada penyaji kedua, mahasiswa C mendapat saran dari mahasiswa D tetapi justru memberikan penjelasan mengenai saran yang diberikan.

Peristiwa ini juga menunjukkan adanya peristiwa abai konteks situasi dari mahasiswa yang berperan sebagai penyaji materi 2 sehingga tidak dapat memahami maksud dari mahasiswa yang bertanya dengan tepat. Pengabaian konteks situasi ini akhirnya membuat penyaji memberikan respon menjawab/menjelaskan materi kepada mahasiswa yang bertanya sedangkan dari pihak mahasiswa yang bertanya sebenarnya hanya memberikan saran/masukan. Kondisi ini kemudian memunculkan tanggapan dari penanya sebagai berikut: Tuturan 3

Bukan pertanyaaan, hanya menanggapi.”

Tuturan ini semakin mempertegas bahwa mahasiswa yang bertanya tersebut memang hanya terbatas pada pemberian tanggapan/saran bukan bertanya. Perilaku abai konteks situasi dari penyaji materi 2 membuat maksud yang ingin disampaikan tidak dapat ditangkap dengan baik.

2. Analisis Dokumen

Hasil analisis dokumen RPS pragmatik edukasional secara umum memberikan gambaran bahwa dari aspek kelengkapan komponen, kesesuaian

antarkomponen RPS, dan penilaian hasil belajar telah terlihat atau dapat dikatakan lengkap. Berkaitan dengan pengembangan pragmatik edukasional terintegrasi konteks sosial dalam RPS memang dijelaskan materi mengenai konteks dan jenis-jenis konteks, akan tetapi ketika peneliti menelaah lebih jauh dalam materi pembelajaran tidak terlihat materi pada pembelajaran pragmatik edukasional yang fokus mengintegrasikan konteks situasi di dalamnya.

Pembahasan mengenai konteks hanya tergambar dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

a. Secara berkelompok mahasiswa mendiskusikan bermacam-macam konteks dalam pemakaian bahasa.

b. Setelah berdiskusi, salah satu wakil mahasiswa melaporkan hasilnya di depan kelas.

c. Mahasiswa lain memberikan tanggapan mengenai hasil laporan wakil kelompok lain.

Pada materi mampu memahami pengertian berbagai macam konteks, mahasiswa hanya diarahkan untuk memiliki pemahaman mengenai berbagai macam konteks namun tidak mengenai penerapan berbagai konteks itu sendiri. Peneliti juga tidak menemukan penjelasan jenis-jenis konteks secara spesifik. Oleh karena itu dari hasil analisis dokumen ini menunjukkan tidak adanya pengembangan materi dengan pengintegrasian konteks situasi dan sosial di dalamnya. tidak adanya pengintegrasian konteks situasi dan sosial dalam RPS ini selanjutnya akan menjadi acuan bagi peneliti ketika memodifikasi RPS pragmatik

edukasional yang sesuai dengan buku ajar konteks situasi dan sosial dalam pragmatik edukasional yang dikembangkan.

3. Analisis Hasil Tes

Tes yang diberikan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur pemahaman mahasiswa Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengenai pengintegrasian konteks situasi dan sosial pembelajaran pragmatik edukasional dengan menggunakan tes objektif dalam bentuk pilihan ganda. Skor mahasiswa yang didapatkan peneliti dengan perhitungan sebagai berikut:

X = × 100

Berdasarkan rumus perhitungan di atas, berikut penjabarkan skor nilai tes mahasiswa Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma sebagai berikut:

Tabel 4.8 Hasil Analisis Tes Pemahaman Mahasiswa

No. Responden Skor Benar Nilai

1 Mahasiswa A 12 40 2 Mahasiswa B 13 43,3 3 Mahasiswa C 14 46,7 4 Mahasiswa D 14 46,7 5 Mahasiswa E 15 50 6 Mahasiswa F 16 53,3 7 Mahasiswa G 17 56,7 8 Mahasiswa H 19 63,3

Berdasarkan hasil skor di atas peneliti selanjutnya menentukan kategori kelulusan mahasiswa dengan mengadopsi kategori kelulusan Nurgiantoro (2010: 253). Kategori penelitian ini menggunakan skala lima untuk melihat tingkat kelulusan yang sudah dicapai mahasiswa melalui tes pemahaman pragmatik

edukasional terintegrasi konteks situasi dan sosial. Berikut adalah tabel perhitungannya.

Tabel 4.9 Rentang Nilai Hasil Tes No. Rentang

Nilai

Frekuensi Persentase Skala

Kategori

1 81-100 0 0 5 Kemampuan pemahaman

mahasiswa terhadap konteks situasi dan sosial serta penerapannya dalam pragmatik edukasional sangat tinggi.

2 61-80 1 12.5 % 4 Kemampuan pemahaman

mahasiswa terhadap konteks situasi dan sosial serta penerapannya dalam pragmatik edukasional tinggi.

3 41-60 7 87.5 % 3 Kemampuan pemahaman

mahasiswa terhadap konteks situasi dan sosial serta penerapannya dalam pragmatik edukasional cukup.

4 21-40 0 0 2 Kemampuan pemahaman

mahasiswa terhadap konteks situasi dan sosial serta penerapannya dalam pragmatik edukasional kurang.

5 1-20 0 0 1 Tidak memiliki kemampuan

pemahaman mahasiswa terhadap konteks situasi dan sosial serta penerapannya dalam pragmatik

edukasional.

Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui bahwa mahasiswa yang memiliki pemahaman mengenai konteks situasi dan sosial serta penerapannya dalam pragmatik edukasional pada kategori sangat tinggi berada pada rentang nilai 81-100. Akan tetapi, dari hasil skor yang didapatkan hanya 1 mahasiswa

yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 12,5% sementara 7 orang mahasiswa lainnya hanya berada pada rentang cukup yaitu 41-60 dengan persentase sebanyak 87,5%.

Berdasarkan hasil analisis tes tersebut diketahui bahwa pemahaman mahasiswa Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mengenai pemahaman pembelajaran pragmatik edukasional, pemahaman hakikat konteks situasi, serta penerapan konteks situasi dalam pembelajaran pragmatik edukasional masih sangat terbatas. Hal ini terlihat dari keseluruhan jumlah responden hanya terdapat satu mahasiswa yang mendapatkan skor pada kategori tinggi yaitu pada responden H dengan skor 63,3. Sementara tujuh responden lainnya mendapatkan skor pada kategori cukup yaitu di bawah 60 atau rata-rata berada pada rentang skor 50. Rendahnya nilai skor ini menunjukkan masih lemahnya pemahaman mahasiswa terkait konteks situasi dan sosial serta penerapannya dalam pembelajaran pragmatik edukasional.

4. Analisis Hasil Modifikasi RPS Pragmatik Edukasional

Rencana Pembelajaran Semester (RPS) yang dimodifikasi dilakukan sesuai dengan hasil analisis dokumen yang telah dilakukan, hasil analisis kebutuhan yang telah dilakukan, serta Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 tentang standar nasional perguruan tinggi, Pasal 12 ayat 3 mengenai Rencana Pembelajaran Semester (RPS).

Beberapa komponen yang dimodifikasi dalam RPS pragmatik edukasional adalah:

a. Adanya penambahan capaian pembelajaran lulusan prodi pada RPS, menurut peneliti komponen ini penting untuk ditambahkan karena akan berkaitan dengan capaian akhir pembelajaran itu sendiri. Dengan adanya capaian pembelajaran lulusan prodi akan mengarahkan capaian akhir pembelajaran yang sesuai dan tepat.

b. Capaian pembelajaran mata kuliah dari awalnya 9, peneliti tambahkan menjadi 13 capaian sesuai dengan hasil analisis dokumen serta analisis kebutuhan yang telah dilakukan. Untuk informasi lebih lengkap dapat diperhatikan dalam lampiran RPS yang telah dimodifikasi.

c. Pada tabel rencana pembelajaran, peneliti memodifkasi kemampuan/kompetensi akhir dan materi pembelajaran sesuai dengan capaian pembelajaran mata kuliah yang telah dimodifikasi sebelumnya. Selain itu, peneliti juga memodifikasi sumber referensi yang terbaru dan relevan dengan materi yang sedang diajarkan.

d. Adapun dalam langkah-langkah pembelajaran dalam RPS dosen mata kuliah yang mengadopsi Pedogi Ignasian tidak peneliti modifikasi karena sesuai dan relevan dengan buku ajar yang akan dikembangkan. Hanya saja, peneliti tetap memodifikasi materi dan prosedur dari langkah-langkah pembelajaran sehingga sesuai dengan capaian yang ingin dicapai.

e. Rancangan tugas, UTS, UAS, dan rubrik penilaian secara umum mengikuti format yang telah dibuat oleh dosen pengampu mata kuliah, hanya saja terdapat beberapa bentuk tugas yang dimodifikasi agar sesuai dengan apa yang ingin dicapai, begitu juga dengan rubrik penilaiannya.

Untuk melihat secara jelas terkait dengan modifikasi RPS pragmatik edukasional yang telah dilakukan dapat dilihat dalam lampiran RPS pragmatik edukasional.

Dokumen terkait