• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum

Rencana Tindak Penanganan Lingkungan Permukiman

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM

8.3.3. Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum

Pemenuhan kebutuhan air yang diperoleh dari sumbernya berasal dari sumber air bersih air tanah dan air permukaan yang dimanfaatkan dengan mengambil langsung dari mata air, sungai, maupun dengan pembuatan sumur gali dan sumur pompa. Kualitas air sumur yang digunakan rata- rata berkualitas cukup baik dan tidak berbau, namun permasalahan muncul pada aspek kuantitas air tersebut, dimana pada saat musim kemarau, sumur-sumur gali menjadi kering.

Arahan pengembangan dan pengelolaan jaringan air baku untuk air bersih adalah sebagai berikut :

1. Air di badan-badan sungai yang berada di luar kawasan lindung dan merupakan sumber utama dengan debit yang besar dan kualitas air yang sedang sampai baik, dapat dimanfaatkan untuk keperluan irigasi, perikanan, dan air baku bagi penyediaan air bersih perkotaan/perdesaan. 2. Air di badan-badan sungai yang termasuk kawasan lindung tidak boleh dimanfaatkan untuk

berbagai keperluan, kecuali untuk kondisi khusus atau telah mendapat ijin dari instansi yang berwenang.

3. Air di sejumlah mata air di kawasan perbukitan yang kondisi tutupan lahannya terpelihara dengan baik, dapat dimanfaatkan dengan tetap mempertimbangkan debit yang aman bagi kelestarian mata air dan bagi kawasan di bawahnya.

4. Air tanah dangkal di kawasan permukiman dapat dimanfaatkan terutama untuk pemenuhan kebutuhan air bersih domestik pada skala penggunaan individu (unit rumah tangga) yang relatif kecil.

5. Air tanah dalam, jika potensinya mencukupi maka dapat dimanfaatkan dengan perijinan dan pengawasan oleh instansi yang berwenang.

Penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kabupaten Madiun terbagi dalam 2 (dua) sistem, yaitu sistem jaringan perpipaan yang dikelola oleh PDAM dan sistem air bersih yang diusahakan secara mandiri oleh masyarakat (HIPPAM/swakelola).

a. Sistem Swakelola Masyarakat (HIPPAM)

Pelayanan air bersih dengan sistem ini umumnya merupakan sistem pemenuhan kebutuhan air yang diperoleh langsung dari sumbernya yang dilakukan sendiri oleh masyarakat. Sumber air bersih berasal dari air tanah dan air permukaan yang dimanfaatkan dengan mengambil langsung dari mata air, sungai, maupun dengan pembuatan sumur gali dan sumur pompa. Arahan pengelolaan sistem air bersih oleh masyarakat yang umumnya berada di perdesaan adalah :

 Pengembangan sistem pengelolaan jaringan air bersih perdesaan yang dikelola sendiri oleh masyarakat memerlukan pembinaan teknis dan kelembagaan dari instansi terkait.

 Masyarakat membentuk kelompok HIPPAM untuk melakukan kegiatan sistem pengelolaan jaringan air bersih yang belum terlayani oleh PDAM di tingkat pedesaan. b. Sistem Jaringan Perpipaan (PDAM)

Pelayanan dan pengelolaan sistem jaringan perpipaan air bersih di Kabupaten Madiun dilakukan oleh PDAM Kabupaten Madiun. Distribusi air bersih dilakukan dengan menggunakan sistem jaringan pipa transmisi dan distribusi yang berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber mata air ke instalasi pengolahan/penampungan yang selanjutnya dialirkan oleh pipa distribusi ke pelanggan. Sistem operasi yang digunakan adalah sistem gravitasi (pengaliran) dan sistem pompa. Sistem gravitasi ini adalah sistem yang mengalirkan air sesuai dengan topografi dan kemiringan tanah. Sedangkan sistem pompa merupakan pengaliran air dari sumber air dengan bantuan alat (pompa).

Dasar penentuan kebutuhan air ini berasal dari proyeksi penduduk daerah pelayanan PDAM Kabupaten Madiun selama periode waktu perencanaan, jumlah cakupan pelayanan pada tahun terakhir, jumlah sambungan pelayanan (SR, HU/KU dan non domestik), rata-rata unit konsumsi air yang digunakan oleh setiap sambungan pelayanan dan prosentase kehilangan air yang terjadi pada tahun terakhir.

Data-data yang ada tersebut, selanjutnya diolah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh MDGs dan kemampuan PDAM dalam melakukan penambahan sambungan pelayanan dan air baku setiap tahunnya. Kemudian melalui formula-formula untuk perhitungan proyeksi kebutuhan air, akhirnya didapatkan hasil seperti yang tercantum pada Tabel 8.6.

Tabel 8.6.

Rencana Kebutuhan Air Bersih Kabupaten Madiun Tahun 2009-2029

Sumber : Hasil Analisa

Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan penduduk daerah pelayanan PDAM Kabupaten Madiun meningkat antara 0,88 % per tahun. Jumlah cakupan pelayanan PDAM pada tahun 2008 sebesar 36,52 % dan untuk mencapai target MDGs, maka standar tersebut dinaikkan perlahan hingga mencapai 52,71 % pada tahun 2029

Jumlah sambungan rumah (SR) pada tahun 2008 mencapai 22.354 unit, sedangkan untuk HU/KU mencapai 132 unit. Unit konsumsi untuk tiap sambungan pelayanan tersebut, masing- masing sebesar 122 - 125 L/org/hr dan 30 L/org/hr. Unit konsumsi tersebut diperkirakan tetap stabil

pada tahun-tahun berikutnya. Selanjutnya untuk sambungan non domestik, jumlah sambungan pelayanan pada tahun 2008 mencapai 753 unit. Sesuai dengan perkembangan penduduk dan fasilitas, maka direncanakan jumlah sambungan non domestik (sosial, instansi pemerintah, niaga dan industri) yang dapat dilayani oleh PDAM dapat meningkat setiap tahunnya. Pada rencana kebutuhan air ini, direncanakan jumlah sambungan non domestik yang dapat dilayani oleh PDAM dapat mencapai 1.181 unit pada tahun 2029

Nilai rata-rata kehilangan air yang terjadi di PDAM Kabupaten Madiun pada tahun 2008, sebesar 28,30 %. Untuk memenuhi standar kebijakan yang telah ditetapkan oleh PU Cipta Karya, maka nilai kebocoran air ini harus diturunkan hingga mencapai 20 - 25 %. Oleh karena itu, setiap kenaikan tahun perencanaan, nilai rata-rata kebocoran tersebut diminimalkan perlahan hingga mencapai 20 % pada tahun 2029.

Hasil akhir dari rencana ini adalah didapatkan proyeksi kebutuhan air baku yang harus disediakan oleh PDAM untuk melayani kebutuhan air penduduk daerah pelayanan selama periode waktu perencanaan. Jumlah seluruh sambungan pelayanan (SR, HU/KU dan non domestik) yang direncanakan meningkat menjadi 25.122. unit pada tahun 2009, kemudian meningkat terus sampai pada tahun 2029 menjadi 36.263 unit.

Berdasarkan rencana penambahan jumlah sambungan seperti yang telah disebutkan di atas, maka didapatkan nilai kebutuhan air baku yang harus disiapkan oleh PDAM sampai tahun 2029. Jumlah kebutuhan air sampai akhir tahun perencanaan diperkirakan mencapai 325,08 L/dt. Jika ditinjau dari kapasitas terpasang PDAM hingga tahun 2008 sebesar 383 L/dt, maka hingga akhir periode perencanaan, kapasitas yang tersedia tersebut masih mencukupi dan tidak diperlukan adanya penambahan kapasitas atau jam operasional produksi-distribusi. Dengan demikian yang diperlukan hanyalah pengoptimalan sarana dan prasarana sistem pelayanan air minum yang ada saat ini.

Untuk meningkatkan pelayanan air bersih dengan menggunakan sistem jaringan perpipaan, maka beberapa arahan pengembangan sebagai berikut :

1. Diharapkan sampai dengan akhir perencanaan, semua kota kecamatan sudah memiliki sistem penyediaan air bersih perpipaan.

2. Untuk sistem pendistribusian air bersih tetap menggunakan sistem yang ada, yaitu dengan sistem gravitasi dan sistem perpompaan.

3. Untuk sumber air dapat menggunakan sumber air yang telah ada dan untuk memenuhi air minum, dan apabila perlu debit pemakaian sumber air yang ada dapat ditambah.

4. Untuk mengatasi kebocoran terhadap jaringan perpipaan, maka dilakukan perbaikan pada jaringan yang telah rusak (penggantian pipa dan sistem sambungan), sehingga dapat meminimalkan nilai kebocoran sesuai dengan standart yang ada.

5. Untuk masyarakat golongan rendah, khususnya yang ada di kawasan padat perkotaan diupayakan dengan membuat kran umum atau sumur umum (hidran umum).

8.3.4. Program dan Kriteria Penyiapan, serta Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan