• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Lingkup Pengelolaan Drainase

Fasilitasi pengembangan PS air

B. Ruang Lingkup Pengelolaan Drainase

Seiring dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang amat pesat di Indonesia dan pembangunan tempat tinggal penduduk yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang (RTR) seperti di daerah-daerah yang seharusnya jadi resapan/tempat parkir air (Retarding Pond) dan daerah-daerah bantaran sungai mengakibatkan peningkatan volume air yang masuk ke saluran drainase dan sungai sehingga terlampauinya kapasitas penyediaan prasarana dan sarana drainase

perkotaan dan daya tampung sungai. Sebagai akibat dari permasalahan tersebut adalah terjadinya banjir atau genangan yang semakin meningkat.

Drainase yang dimaksud disini adalah drainase perkotaan yang didefinisikan sebagai drainase di wilayah kota yang berfungsi untuk mengelola dan mengendalikan air permukaan sehingga tidak mengganggu dan/atau merugikan masyarakat. Dalam upaya pengelolaan sistem drainase di banyak kota di Indonesia pada umumnya masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan secara tuntas. Pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh, mengacu kepada SIDLACOM dimulai dari tahap Survey, Investigation (investigasi), Design (perencanaan), Operation (Operasi) dan Maintanance (Pemeliharaan), serta ditunjang dengan peningkatan kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat.

8.4.3.2.Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Drainase

Dalam rangka pengembangan dan penataan kawasan permukiman dan peningkatan taraf hidup masyarakat di Kabupaten Madiun, penanganan drainase merupakan salah satu prioritas yang perlu mendapatkan penanganan. Karena gangguan dan kerugian akan masalah banjir dan genangan telah mengakibatkan dampak penurunan kondisi sosial ekonomi masyarakat, kerusakan lingkungan pemukiman dan sektor-sektor ekonomi yang potensial.

Saat ini cakupan pelayanan drainase sudah mencakup seluruh Kabupaten Madiun. Berdasarkan data dari Dinas Pengairan Kabupaten Madiun, terdapat 2 (dua) kriteria genangan di daerah sekitar Kali Madiun yang sering mengalami banjir. Dua kriteria tersebut adalah:

a. Genangan banjir akibat hujan lokal.

Genangan banjir akibat hujan lokal ini sering terjadi di sekitar anak-anak sungai yang diebabkan oleh tingginya curah hujan lokal, yang tidak dapat di alirkan secara gravitasi ke anak-anak sungai atau ke Kali Madiun karena tingginya permukaan air di anak-anak sungai tersebut.

b. Genangan banjir akibat luapan Kali Madiun dan Kali Bengawan Solo.

Genangan banjir akibat luapan Kali Madiun dan Kali Bengawan Solo ini sering terjadi di sepanjang Kali Bengawan Solo antara muara Kali Tambakrono hingga mendekati Perkotaan Mejayan. Apabila ditinjau dari kondisi topografi Kabupaten Madiun, lokasi banjir pada umumnya merupakan lembah atau cekungan, yaitu dataran dengan elevasi lebih rendah daripada elevasi dataran di sekitarnya. Kali Madiun mempunyai panjang 27,9 Km sampai ke muaranya di Kali bengawan Solo, dan mempunyai Daerah Aliran Sungai (DAS) cukup luas yang

meliputi sebagian Wilayah Administrasi Ponorogo, Wilayah Kabupaten Magetan, Kota Madiun dan Kabupaten Madiun.

Pada pertemuan Kali Madiun dan Kali Bengawan Solo di Ngawi dipasang pintu air untuk mengatur aliran Kali Bengawan Solo agar tidak masuk ke Kali Madiun. Pada petertemuan ini tanggul Kali Bengawan Solo kurang lebih 2,5 m di atas dataran di sekitarnya. Dengan adanya pintu tersebut maka ketika Kali Bengawan Solo banjir pintu air ditutup agar tidak terjadi air balik (backwater) ke Kali Madiun. Hal ini mengakibatkan aliran dari Kali Madiun tidak dapat diteruskan ke Kali Bengawan Solo, akibatnya terjadi banjir di sepanjang Kali Madiun karena luapan Kali Madiun. Lama genangan yang terjadi di daerah ini sama dengan lama kejadian banjir Kali Bengawan Solo yang dapat mencapai lebih dari satu minggu (>7 hari). Berdasarkan data dari BPS, banjir yang terjadi pada tahun 2008 menggenangi beberapa kecamatan seperti kecamatan-kecamatan: Balerejo, Madiun, Sawahan, Jiwan, Kebonsari dan Geger.

Kawasan rawan banjir di Kabupaten Madiun sebagian besar berada di sekitar Kali Madiun dan Kali Jeroan tepatnya di Kecamatan Balerejo, Wungu dan Madiun. Lihat gambar diatas berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan, debit banjir yang pernah terjadi pada DAS Kali Jeroan (diperoleh besarnya bakfull capacity Kali Jeroan) sebesar 279,72 m2/detik, sedangkan dari hasil debit banjir rancangan diperoleh debit banjir dominan 2 tahunan adalah 282,21 m3/detik, sehingga terjadi limpasan pada Sungai Jeroan. Ini menunjukkan bahwa debit banjir tahunan Sungai Jeroan adalah 282,21 m3/det, sedangkan kapasitas sungai Jeroan hanya mampu melewatkan debit banjir sebesar 279,72 m3/det.

Kondisi DAS Kali Jeroan, khususnya pada sempadan kanan dan kiri Kali Jeroan yang berupa permukiman penduduk, maka untuk perencanaan penanganan banjir di Kali Jeroan menggunakan debit banjir rencana kala ulang 25 tahun. Besarnya debit banjir rencana 25 tahun sebesar 534,69 m3/det.

Sedangkan kawasan tergenang meliputi Kecamatan Balerejo, Wungu, Madiun seluas kurang lebih 13.345 ha.

Beberapa permasalahan utama pada Sungai Jeroan, sebagai berikut : a. Kondisi DAS Kali Jeroan yang kritis

Hal ini disebabkan oleh kegiatan penggundulan hutan, sehingga saat ini daerah tangkapan air banyak ditumbuhi oleh rerumputan. Dengan demikian rehabilitasi hutan dan lahan di bagian hulu Kali Jeroan merupakan prioritas untuk segera direalisasikan.

b. Masalah Banjir

Penyebab lain meluapnya air banjir di alur Kali Jeroan yang mengakibatkan genangan banjir hampir setiap tahun disertai erosi tebing sungai adalah :

 Kurangnya kapasitas alur sungai oleh rumpun bambu dan sisa akar bambu yang longsor masuk badan sungai.

 Hambatan arus air banjir akibat meander sungai yang cukup berat.

 Hambatan arus air banjir akibat adanya penyempitan lebar alur sungai pada ruas tertentu dan bekas pilar jembatan yang belum dibongkar.

c. Pelanggaran Batas Sempadan Sungai

Pelanggaran batas sempadan sungai terutama untuk permukiman permanen dengan kepadatan yang cukup terjadi pada beberapa ruas sungai. Kondisi pemanfaatan bantaran dan semapadan sungai dengan mendirikan bangunan-bangunan permanen akan mengakibatkan bahaya longsor.

d. Penambangan Mineral Batuan

Kegiatan penambangan mineral batuan oleh penduduk setempat terutama penggalian galian tanah dengan kondisi yang menghawatirkan terhadap bantaran sungai pada ruas tertentu perlu mendapatkan perhatian dengan memberikan pengarahan secara persuasif agar supaya tidak melanggar ketentuan yang berlaku.

Secara umum sistem drainase di Kabupaten Madiun cukup memadai, hal ini terlihat dari kapasitas saluran maupun sebagian besar jaringan jalan yang ada sudah diperlengkapi dengan saluran drainase.

Sebagaimana diketahui, beberapa sungai yang melintasi Kabupaten Madiun antara lain Kali Jeroan, Kali Kembang, Kali Bruwok, Kali Notopuro, Kali Catur, Kali Asin, Kali Sono, Kali Sareng, dll. Debit masing-masing sungai tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Secara umum sistem drainase di Kabupaten Madiun cukup memadai, hal ini terlihat dari kapasitas saluran maupun sebagian besar jaringan jalan yang ada sudah diperlengkapi dengan saluran drainase.

Sebagaimana diketahui, beberapa sungai yang melintasi Kabupaten Madiun antara lain Kali Jeroan, Kali Kembang, Kali Bruwok, Kali Notopuro, Kali Catur, Kali Asin, Kali Sono, Kali Sareng, dll. Debit masing-masing sungai tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 8.20

Inventarisasi Sungai di Kabupaten Madiun NO. NAMA SUNGAI PANJANG SUNGAI

(km) MANFAAT IRIGASI (ha) 1. Kali Madiun 27,90 3.278,00 2. Kali Asin 8,00 2.803,00 3. Kali Jerohan 50,60 - 4. Kali Brangkal 14,50 227,00 5. Kali Catur 32,00 2.854,00 6. Kali Bunting 32,25 252,00

NO. NAMA SUNGAI PANJANG SUNGAI