Fasilitasi pengembangan PS air
B. Lingkup Pengelolaan Air Limbah
Air Limbah yang dimaksud disini adalah air limbah permukiman (Municipal Wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan.
Pengolahan air limbah permukiman di Indonesia ditangani melalui dua sistem yaitu sistem setempat (onsite) ataupun melalui sistem terpusat (offsite). Sanitasi sistem setempat (onsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada dalam batas tanah yang dimiliki dan merupakan fasilitas sanitasi individual sedangkan sanitasi sistem terpusat (offsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah dipisahkan dengan batas jarak dan mengalirkan air limbah dari rumahrumah menggunakan perpipaan (sewerage) ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
8.4.1.2.Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Air Limbah Permukiman
Secara umum di Kabupaten Madiun khususnya di kawasan perkotaan, sistem sanitasi penanganan air limbah sudah cukup terpenuhi oleh masyarakat secara individual oleh masing- masing rumah tangga.
Sistem sanitasi tersebut menggunakan sistem septik tank ataupun kakus. Sehingga sistem penanganan air limbah hanya difokuskan pada pelayanan dan pengembangan diwilayah perdesaan dan penanganan air limbah yang dihasilkan oleh industri.
Air limbah yang ada di Kabupaten Madiun sebagian besar hanya berupa air limbah rumah tangga (domestik) dan pembuangan limbah dari industri. Sedangkan air limbah non domestik tidak dijumpai di wilayah Kabupaten Madiun, sebab di wilayah Kabupaten Madiun bukan termasuk dalam kawasan untuk kegiatan industri yang menghasilkan limbah non domestik. Kondisi sistem pengolahan air limbah saat ini masih dilakukan secara individu dan belum ada penanganan secara khusus. Dengan demikian, limbah yang dihasilkan langsung masuk ke dalam saluran drainase yang ada. Pembuangan limbah dari saluran-saluran drainase tersebut kemudian mengalir ke sungai- sungai sekitar. Saluran ini merupakan saluran primer yang menampung limpasan air dari wilayah Kabupaten Madiun dan wilayah-wilayah lain disekitarnya yang masih terkait. Karena kondisi Kabupaten Madiun umumnya untuk fungsi perumahan maka jenis air limbah dijumpai adalah air limbah rumah tangga.
Kondisi sanitasi di wilayah Kabupaten Madiun berdasarkan air limbah yang dibuang adalah limbah domestik. Dimana limbah domestik ini berasal dari berbagai aktifitas rumah tangga yang berupa tinja dan buangan cair lainnya seperti air bekas cucian. Dampak yang terjadi akibat pencemaran air memang tidak dirasakan secara langsung namun dalam jangka panjang bisa sangat merugikan. Oleh karena itu, pencegahan-pencegahan harus secepatnya dilakukan untuk menghindari segala kemungkinan yang terjadi baik penanggulangan banjir atau sistem pengelolaan air limbah rumah tangga. Pengelolaan air limbah yang ada kebanyakan dilakukan secara individu dan belum ditangani secara khusus, sehingga limbah dibuang langsung ke saluran drainase yang ada.
Sebagian besar masyarakat di Mabupaten Madiun sudah memiliki WC di masing-masing rumah. Namun pada beberapa wilayah masih dijumpai masyarakat yang memanfaatkan sungai untuk mandi dan cuci.
Tabel 8.10
Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Kabupaten Madiun
No. Pengolahan Air Limbah Domestik Jumlah Penduduk
Prosentase (%)
1. Sewerage System (IPAL Komunal) 1.730 0,25
2. Septik Tank Komunal 97.580 14,23
3. Individual Septik Tank 581.079 84,72
4. Tanpa Diolah 5.490 0,8
Sumber : Dinas PU Kabupaten Madiun
Sistem sanitasi yang ada di Kabupaten Madiun berdasarkan air limbah yang dibuang sebagian besar adalah limbah domestik. Dimana limbah domestik ini berasal dari berbagai aktifitas rumah tangga yang berupa tinja dan buangan cair lainnya seperti air bekas cucian. Pada kawasan perdesaan, sistem pembuangan yang dimiliki oleh masyarakat juga mengandalkan sistem sanitasi
setempat (on-site) untuk pembuangan limbah manusia yang meliputi tangki septik, kakus dan WC. Namun pada sebagian kecil masyarakatnya masih menggunakan sungai dan saluran drainase untuk pembuangan air kotor. Hingga saat ini, belum ada sarana sanitasi massal yang tersedia untuk melayani kebutuhan penduduk secara kolektif pada kawasan perdesaan. Permasalahan yang ada dalam pengelolaan dan pengembangan prasarana air limbah dikawasan perkotaan dan perdesaan di kabupaten Madiun yaitu minimnya ketersediaan prasarana sanitasi massal yang tersedia untuk melayani kebutuhan penduduk secara kolektif. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan pelayanan prasarana pengelolaan air limbah utamanya diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana sanitasi massal bagi penduduk.
Pada umumnya masyarakat di wilayah Kab. Madiun menggunakan dua sistem yaitu sistem terpisah dan sistem gabungan. Sistem terpisah yaitu terjadinya pemisahan antara penyaluran air limbah dan air hujan. Air limbah dialirkan ke dalam SPAL yang berbentuk septic tank. Air hujan umumnya disalurkan melalui saluran drainase kota. Sistem gabungan yaitu semua air limbah tersebut masuk ke dalam satu wadah (septic tank). Pemerintah Kabupaten telah melakukan pengadaan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan pengelolaan limbah ini. Dari data Badan Kebersihan dan Lingkungan Hidup bahwa Kab. Madiun telah memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) sebanyak 1 unit. Pemerintah pun telah memiliki 2 unit mobil penyedot dan pengangkut tinja. Volume lumpur tinja yang dibuang ke ILPT ini berkisar 3 m3/hari.
Instansi Pemerintah Kab. Madiun yang menangani masalah Limbah Cair adalah Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan (BLHK) Kab. Madiun dan Dinas Pekerjaan Umum. Kantor Lingkungan Hidup merupakan unsur pendukung tugas Bupati yang dipimpin oleh Kepala Kantor dan berkedudukan dibawah serta bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Kantor Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik dibidang lingkungan hidup. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Kantor Lingkungan Hidup meyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai dengan lingkup tugasnya;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Adapun Susunan Organisasi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut :
a. Kepala Kantor;
c. Seksi Pengawasan dan Pengendalian; d. Seksi Pemantauan dan Pemulihan; e. Seksi Pembinaan dan Penyuluhan; f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Masyarakat mempunyai perannya masing-masing sesuai dengan tingkat kesadaran akan kesehatan lingkungan dan kemampuan finansialnya masing-masing. Masyarakat yang telah mampu, umumnya telah memiliki fasilitas penanganan limbah cair dengan baik. Namun masyarakat yang belum memiliki kemampuan finansial, penyediaan sarana ini menjadi sulit bagi mereka. Sehingga dapat kita katakan dengan kondisi masyarakat dengan berbagai latar belakang yang dimilikinya, penanganan leimbah ini belum maksimal.
Permasalahan yang ada dalam pengelolaan dan pengembangan prasarana air limbah dikawasan perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Madiun yaitu minimnya ketersediaan prasarana sanitasi massal yang tersedia untuk melayani kebutuhan penduduk secara kolektif. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan pelayanan prasarana pengelolaan air limbah utamanya diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana sanitasi massal bagi penduduk. Lemahnya kemampuan ekonomi, minimnya ketersediaan lahan serta rendahnya SDM masyarakat membuat rendahnya kesadaran hidup sehat menjadi satu masalah yang kompleks. Fenomena diatas terjadi pada kawasan permukiman perdesaan. Secara umum, permasalahan pengelolaan dan pengembangan prasarana air limbah di Kabupaten Madiun yaitu antara lain :
Minimnya jumlah sarana pengelolaan air limbah yang melayani penduduk secara komunal (sanimas) terutama pada kawasan yang padat dan tinggi aktivitas.
Keberadaan sanimas yang kurang tepat sasaran dan kurang berfungsi optimal.
Keberadaan IPAL yang belum optimal dalam mengolah limbah.
Sebagian kecil masyarakatnya masih menggunakan sungai dan saluran drainase untuk pembuangan air kotor.
Rendahnya kesadaran masyarakat, khususnya dalam budaya hidup sehat.
8.4.1.3.Analisis Kebutuhan Air Limbah
Secara umum ada dua tipe sistem pengolahan air limbah. Pertama, sistem pembuangan setempat (On Site Sanitattion). Pada setiap pembuangan setempat ini, air limbah dialirkan ke tempat pembuangan atau pengolahan yang terletak di sekitar pekarangan rumah atau bangunan. Istilah lain dari sistem setempat ini disebut juga sebagai sistem individual. Adapun jenis sarana yang termasuk tipe ini, misalnya cubluk, septic tank, dan lain-lain.
Kedua, sistem pembuangan terpusat (Off Site Sanitation). Pada sistem pembuangan terpusat ini, air limbah disalurkan ke saluran air limbah kota yang mengalir menuju pengolahan air limbah kolektif di daerah tertentu. Sistem ini juga dikenal dengan istilah sistem komunal. Jelasnya, pada sistem komunal air limbah dialirkan dari sumbernya menuju ke tempat pengolahan terpusat dengan mempergunakan pipa riol. Adapun riol yang dipakai untuk mengalirkan air limbah tersebut dinamakan dengan Sewerage System.
Tujuan rencana sistem sanitasi lingkungan adalah memenuhi kebutuhan akan sistem prasarana yang berfungsi mengalirkan air limbah domestik (air limbah rumah tangga) yang berasal dari perumahan dan permukiman, dalam mencapai ruang hidup yang sehat dan produktif
Air limbah domestik ini dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :
1. Black Water : yaitu air limbah manusia (human waste) yang berasal dari toilet/jamban
2. Gray Water, yaitu buangan air limbah rumah tangga yang berasal dari kamar mandi, dapur dan tempat cuci (sullage)
Jenis limbah yang ada di Kabupaten Madiun di bedakan menjadi dua, yaitu limbah domestik (rumah tangga) dan limbah industri. Sedangkan berdasarkan sistem pembuangan limbahnya, di Kabupaten Madiun menggunakan sistem setempat atau individual. Dalam jangka pendek, pengembangan sistem publik air kotor tidak memungkinkan untuk dikembangkan mengingat investasi yang cukup besar. Dengan demikian sampai dengan tahun 2029, penanganan air limbah lebih ditekankan pada pengoptimalan sistem yang sudah ada, dan mengembangkan sistem individual dan komunal yang sudah diarahkan pada sistem publik.
Arahan pengembangan pengelolaan sistem pembuangan air limbah di Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut :
1. Untuk Limbah Rumah Tangga
Berdasarkan standar, dengan kepadatan penduduk < 200 jiwa/ha, maka dipergunakan sistem pembuangan on site sanitation. Pada sistem ini pengelolaan limbah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga/kegiatan.
Komunal, secara bersama-sama oleh beberapa keluarga, yang biasanya berupa jamban jamak, MCK atau tangki septik komunal diterapkan pada wilayah-wilayah padat penduduk.
Menerapkan sistem limbah cair bercampur yaitu dengan memanfaatkan saluran atau selokan air hujan yang telah ada dengan cara merehabilitasi fungsi saluran atau meredesain saluran yang ada.
Bagi kawasan baru dan perumahan atau real estate harus merehabilitasi saluran air hujannya dengan menggunakan system tercampur atau mendesain bagi yang belum terbangun.
Pengelolaan air limbah masih memungkinkan untuk diterapkan system on site dengan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) menyatu dengan TPA.
2. Untuk Limbah Cair Rumah Sakit/Puskesmas
Harus mempunyai fasilitas dan peralatan pengolahan limbah cair dan melakukan pengelolaan secara baik.
Harus melakukan monitoring dan pengawasan terhadap limbah cairnya ke badan air.
Pengolahan limbah toksin seperti limbah cair sisa obat-obatan dan suntikan, harus dipisahkan dari pengolahan limbah cair yang bersifat non toksin.
3. Untuk Limbah Cair Industri
Setiap industri harus mempunyai fasilitas dan peralatan pengolahan limbah cair dan melakukan pengelolaan secara baik.
Perlunya monitoring dan pengawasan terhadap limbah cair yang di buang ke badan air melalui inventarisasi jenis industri guna memudahkan monitoring dan pengawasan.
8.4.1.4. Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air Limbah