• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HUKUM PERTANGGUNGJAWABAN

B. Analisis Terhadap Pertanggungjawaban Perusahaan

1. Analisis Kepastian Hukum

Kepastian hukum adalah “sicherkeit des Rechts selbst” (kepastian tentang hukum itu sendiri).222 Kepastian hukum merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna karena tidak lagi dapat dijadikan pedoman perilaku bagi semua orang.223

Menurut Van Kant, “hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap manusia agar kepentingan-kepentingan itu tidak diganggu. Bahwa hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat”.

Dalam kasus ini bahwa Mahkamah Agung berpendapat bahwa alasan-alasan kasasi I dan II tidak dapat dibenarkan, oleh karena setelah meneliti memori kasasi dan kontra memori kasasi dihubungkan dengan pertimbangan Judex Facti dalam

222Sudikno Mertokusumo dan H. Salim Hs, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Rajagrafindo Persada, Jakarta,2010, h. 24.

223Ibid, h. 82.

hal ini Pengadilan Tinggi Padang yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri Padang, ternyata Judex Facti tidak salah menerapkan hukum. Putusan Judex Facti/ Pengadilan Tinggi Padang dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang.

Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa yang menjadi persoalan dalam perkara ini adalah Perbuatan Tergugat I yang melakukan proses pra lelang dan/atau lelang terhadap agunan kredit Debitur atas nama alm. Teguh Sulistia dengan menunjuk Tergugat IV tanpa sepengetahuan dari Penggugat sebagai ahli waris alm. Teguh Sulistia adalah perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige Daad) sebagaimana dimaksud Pasal 1365 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

Perbuatan Tergugat I yang menolak pelunasan kredit atas nama Debitur alm. Teguh Sulistia dan tidak bersedia mengembalikan seluruh dokumen atau surat-surat yang menjadi hak Debitur alm. Teguh Sulistia kepada Penggugat sebagai ahli waris alm. Teguh Sulistia adalah perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige daad) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1365 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Perbuatan Tergugat I menolak memberikan Polis dan/atau fotokopi Polis Asuransi Jiwa Kredit atas nama Teguh Sulistia (suami Penggugat) kepada Penggugat selaku ahli waris Teguh Sulistia adalah perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige Daad) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1365 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

Perbuatan Tergugat II yang menolak pengajuan klaim Asuransi Jiwa Kredit PT. Bank Tabungan Negara (Persero) atas Debitur alm. Teguh Sulistia

secara sepihak yang diajukan oleh Penggugat kepada Tergugat II melalui Tergugat I dan Tergugat III adalah perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige Daad) sebagaimana dimaksud Pasal 1365 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

Perbuatan Tergugat III yang bertindak lepas tanggung jawab tanpa melakukan tindakan apapun secara hukum atas penolakan klaim Asuransi Jiwa Kredit atas nama Debitur alm. Teguh Sulistia oleh Tergugat II adalah perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige Daad) sebagaimana dimaksud Pasal 1365 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUH Perdata),

Perbuatan Tergugat IV yang melakukan proses pra lelang terhadap agunan kredit atas nama Debitur alm. Teguh Sulistia dengan mengirimkan surat pemberitahuan kepada Penggugat sebagai ahli waris alm. Teguh Sulistia adalah perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige Daad) sebagaimana dimaksud Pasal 1365 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).224 Dikaitkan dengan prinsip Utmost Good Faith maka perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV telah melanggar prinsip tersebut.

Putusan Pengadilan Negeri Padang Nomor 20/Pdt.G/2016/PN.Pdg.yang dimohonkan banding tersebut, juga dikuatkan dengan Putusan Putusan Pengadilan Tinggi Padang Nomor 11/PDT/2018/PT.PDG. Pertimbangan hakim dalam memutus perkara pada putusan ini sudah benar dan telah memberikan kepastian hukum kepada ahli waris pemegang polis.

224Putusan Mahkamah Agung Nomor 3015 K/Pdt/2018.

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1365 KUHPerdata, maka suatu perbuatan melawan hukum haruslah mengandung unsur-unsur sebagai berikut:225

a. Adanya suatu perbuatan.

b. Perbuatan tersebut melawan hukum.

c. Adanya kesalahan dari pihak pelaku.

d. Adanya kerugian bagi korban.

e. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian.

Adapun penjelasan bagi masing-masing unsur dari perbuatan melawan hukum tersebut, yaitu sebagai berikut:

a. Adanya Suatu Perbuatan

Suatu perbuatan melawan hukum diawali oleh suatu perbuatan dari si pelakunya. Umumnya diterima anggapan bahwa dengan perbuatan disini dimaksudkan, baik berbuat sesuatu (dalam arti aktif) maupun tidak berbuat sesuatu (dalam arti pasif), misalnya tidak berbuat sesuatu, padahal dia mempunyai kewajiban hukum untuk membuatnya, kewajiban mana timbul dari hukum yang berlaku (karena ada juga kewajiban yang timbul dari suatu kontrak). Karena itu, terhadap perbuatan melawan hukum, tidak ada unsur

“persetujuan atau kata sepakat” dan tidak ada juga unsur “causa yang diperbolehkan” sebagaimana yang terdapat dalam kontrak.226

b. Perbuatan Tersebut Melawan Hukum

Perbuatan yang dilakukan tersebut haruslah melawan hukum. Sejak tahun 1919, unsur melawan hukum ini diartikan dalam arti yang seluas-luasnya, yakni meliputi hal-hal sebagai berikut: Yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum, atau Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban

225Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum (Pendekatan Kontemporer), (Bandung:

PT Citra Aditya Bakti, 2005), hal 10.

226Ibid, h. 10-11.

hukum si pelaku, atau Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan (goede zeden), atau Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam bermasyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain (indruist tegende zorgvuldigheid, welke in het maaatschapelijk verkeer betaamt ten aanzien van anders persoon of goed).227

c. Adanya Kesalahan dari Pihak Pelaku

Agar dapat dikenal Pasal 1365 tentang Perbuatan Melawan Hukum tersebut, undang-undang dan yurisprudensi mensyaratkan agar pada pelaku haruslah mengandung unsur kesalahan (schuldelement) dalam melaksanakan perbuatan tersebut. Karena itu, tanggung jawab tanpa kesalahan (strict liability) tidak termasuk tanggung jawab berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata.228 Karena Pasal 1365 KUHPerdata mensyaratkan adanya unsur kesalahan (schuld) dalam suatu perbuatan melawan hukum, maka perlu diketahui bagaimanakah cakupan dari unsur kesalahan tersebut. Suatu tindakan dianggap oleh hukum mengandung unsur kesalahan sehingga dapat dimintakan tanggung jawabnya secara hukum jika memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1) Ada unsur kesengajaan, atau

2) Ada unsur kelalaian (negligence, culpa), dan

3) Tidak ada alasan pembenar atau alasan pemaaf (rechtvaardigingsgrond), seperti keadaan overmacht, membela diri, tidak waras, dan lain-lain.229

227Ibid, h. 11.

228Ibid, h. 11.

229Ibid, h. 12.