• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TESIS Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara OLEH"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

i

(Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 3015 K/Pdt/2018).

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH

ALEMINA SIKELLITHA 197011009 / Mkn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

ii

DENGAN PRINSIP UTMOST GOOD FAITH

(Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 3015 K/Pdt/2018).

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH

ALEMINA SIKELLITHA 197011009 / Mkn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)
(4)

iv PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr.Sunarmi, S.H.,M.Hum

Anggota : 1. Prof. Dr.Hasim Purba, S.H.,M.Hum 2. Dr. Dedi Harianto, S.H,M.,Hum

3. Dr. T. Keizerina Devi A,H.,CN.,M.Hum 4. Dr. Afnila, S.H.,M.Hum

(5)

v NIM : 197011009

Program : S-2

Program Studi : Kenotariatan Tanggal Lulus : 09 November 2021

Judul Tesis : Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Asuransi Terhadap Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Kredit Pemegang Polis Yang Meninggal Dunia Dikaitkan Dengan Prinsip Utmost Good Faith (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 3015 K/PDT/2018).

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan plagiat, Setiap sumber acuan telah ditulis sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku di Magister Kenotariatan FH USU. Saya juga menyatakan bahwa di dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberikan sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan, 21 Desember 2021 Yang Membuat Pernyataan,

Nama : Alemina Sikellitha NIM : 197011009

(6)

i

Perusahaan asuransi yang menyediakan fasilitas berupa asuransi jiwa kredit bagi debitur merupakan bentuk asuransi jiwa yang mempertanggungkan pihak debitur/peminjam sebagai pihak pemegang polis dan perusahaan asuransi sebagai pihak yang memberikan santunan sebesar sisa hutang yang belum dilunasi sesuai dengan jadwal pelunasan maupun jika debitur/tertanggung meninggal dunia dalam berjalannya masa asuransi. Permasalahan yang terdapat dalam tesis ini yaitu : Bagaimana pertanggungjawaban hukum perusahaan asuransi terhadap pembayaran klaim asuransi jiwa kredit dalam hal debitur meninggal dunia di kaitkan dengan prinsip utmost good faith, Bagaimana perlindungan hukum terhadap ahli waris debitur pemegang polis asuransi kredit apabila terdapat penolakan pembayaran klaim dikaitkan dengan prinsip utmost good faith, Bagaimana analisis hukum pertanggungjawaban perusahaan asuransi dan perlindungan terhadap ahli waris debitur pemegang polis asuransi kredit di kaitkan dengan prinsip utmost good faith dalam pertimbangan dan putusan hakim mahkamah agung nomor 3015 k/pdt/2018.

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis normatif yang bersifat penelitian deskriptif dengan model penelitian kualitatif. Penelitian yuridis normatif mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan.

Berdasarkan hasil penelitian, terjadi perselisihan antara Ahli Waris dari Pemegang Asuransi Jiwa Kredit dengan PT.Asuransi Jiwasraya (Persero) Jakarta yang tidak melaksanakan tanggung jawab untuk mengajukan penutupan dan klaim Asuransi Jiwa Kredit atas nama Debitur, tidak menyerahkan dokumen Polis Asuransi Jiwa Kredit kepada Pemegang Polis, serta PT.Balai Lelang Arta Gasia Jakarta tanpa sepengetahuan Ahli Waris melakukan proses pra lelang dan/atau lelang atas Agunan Kredit atas nama Debitur sehingga pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 3015 K/Pdt/2018, hakim menyatakan bahwa tindakan masing- masing tergugat adalah Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatige Daad), mengabulkan gugatan pemegang polis untuk memperoleh pembayaran klaim Asuransi Jiwa Kredit dan perusahaan asuransi dinyatakan tidak menerapkan itikad baik (utmost good faith).

Kata Kunci : Pertanggungjawaban Hukum, Asuransi Jiwa, Pemegang Polis, Utmost Good Faith.

* Mahasiswa Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

2 Dosen Pembimbing I Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

3 Dosen Pembimbing II Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

4 Dosen Pembimbing III Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

(7)

ii

An insurance company that provides facilities in the form of credit life insurance for debtors si a form of life insurance that insures the debtor/borrower as the policy holder and the insurance company as the party that provides compensation for the remaining outstanding debt in accordance with the repayment schedule or if the debtor/insured dies during the insurance periode.

The problems in the thesis are: How is the legal liability of insurance companies for payment of credit life insurance claims in the case that debtor passed away is associated to the principle of utmost good faith, How is legal protection for the heirs of debtors who are credit insurance policies holders if there is a refusal to pay claims associated with the principle of utmost good faith, How is the legal analysis of the insurance company’s liability and protection of the debtor’s heirs who hold credit insurance policies associated to the principle of utmost good faith in the consideration and the supreme court judge ruling number 3015 k/pdt/2018.

The research uses normative juridical law research method which is a descriptive research with qualitative research model. Normative juridical research refers to legal norms contained in laws and regulations and court rulings.

Based on the research results, there is a dispute between the Heirs of the Credit Life Insurance Holder and PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Jakarta which do not carry out the responsibility to apply for the closure and claim of Credit Life Insurance on behalf of the Debtor, do not subunit the Credit Life Insurance Policy document to the Policy Holder and without the consent of the Heirs, PT. Balai Lelang Arta Gasia Jakarta carries out a pre-auction process and/or auction of Credit Collateral on behalf of the Debtor, therefore, in the Supreme Court Ruling Number 3015K/Pdt/2018 the judge states that the policy holder’s claim to obtain payment for a Credit Life Insurance claim and the insurance company is declared not to apply the utmost good faith.

Keywords: legal liability, life insurance, policy holders, utmost good faith.

* Student of Master of Notary Study Program of Universitas Sumatera Utara.

2 Supervisor I Master of Notary Study Program of Universitas Sumatera Utara.

3Supervisor II Master of Notary Study Program of Universitas Sumatera Utara.

4 Supervisor II Master of Notary Study Program of Universitas Sumatera Utara.

(8)

iii

kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa tesis dengan judul “Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Asuransi Terhadap Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Kredit Pemegang Polis Yang Meninggal Dunia Dikaitkan Dengan Prinsip Utmost Good Faith (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 3015 K/PDT/2018)”. dan menyelesaikan studi di Program Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, Penulis juga ingin menyampaikan ucapan penghargaan dan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, saran dan motivasi kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Ucapan terima kasih ini Penulis tujukan kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Dr.Muryanto Amin,S.Sos.,M.si atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada Penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Dr.Mahmul Siregar,S.H.,M.Hum atas kesempatan bagi Penulis menjadi mahasiswi Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

3. Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Sektolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr.Hasim Purba,S.H.,M.Hum atas segala dedikasi dan pengarahan serta masukan yang diberikan kepada Penulis selama menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

4. Terima Kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya Penulis ucapkan kepada Prof.

(9)

iv

yang terbaik serta kritik dan saran yang konstruktif demi tercapainya hasil yang terbaik dalam Penulisan tesis ini;

5. Dr.T.Keizerina Devi A,SH,CN,M.Hum dan Dr.Afnila,SH., M.Hum selaku dosen penguji yang telah berkenan memberikan bimbingan dan arahan serta masukan maupun saran terhadap penyempurnaan Penulisan tesis ini;

6. Seluruh staf pengajar di Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan ilmu dan motivasi dalam setiap perkuliahn kepada Penulis;

7. Kedua orang tua Penulis, Papa atas perhatiannya selama ini, dan Mama tercinta yang telah membesarkan, merawat serta tiada hentinya selalu mencurahkan kasih sayang, motivasi dan perhatiannya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan semua studi dengan baik. Terima kasih juga kepada Kakak dan Adik Penulis yang selalu mendukung dan menyemangati Penulis.

8. Teman tersayang Penulis, Delia,S.H.,M.Kn, Widya,S.H, Nabilla, S.H, Efrilla,S.H, Avvisa,S.H, Aisyah, Rafdy yang selalu mendukung, memotivasi dan memberi saran kepada Penulis.

9. Terimakasih kepada Rizky Ananda Pamela, S.M yang telah menemani penulis dan memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan Magister Kenotariatan di Universitas Sumatera Utara.

10. Seluruh staf pegawai di Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segala kritik dan saran yang berisifat membangun diterima dengan tangan terbuka demi kebaikan dalam penulisan karya Ilmiah selanjutnya.

(10)

v

Medan, 21 Desember 2021 Penulis

Alemina Sikellitha 197011009

(11)

vi

Nama : Alemina Sikellitha

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 11 September 1995 Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

B. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Negeri 09 Jakarta (tahun 2000-2007) 2. SMP Negeri 263 Jakarta (tahun 2007-2010) 3. SMA Eka Wijaya Cibinong (tahun 2010-2013)

4. S1 Fakultas Hukum Universitas Medan Area (2014-2018)

5. S2 Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara (tahun 2019-2021)

(12)

vii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Keaslian Penelitian ... 14

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 17

1. Kerangka Teori ... 17

2. Konsepsi ... 22

G. Metode Penelitian ... 25

1. Sifat dan Jenis Penelitian ... 25

2. Pendekatan Penelitian ... 26

3. Sumber Data... 27

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 28

5. Analisis Data ... 30

BAB II PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PERUSAHAAN ... ASURANSI TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM ... ASURANSI JIWA KREDIT DALAM HAL DEBITUR ... MENINGGAL DUNIA DIKAITKAN DENGAN PRINSIP UTMOST GOOD FAITH ... 32

A. Dasar Hukum dan Prinsip-Prinsip Asuransi ... 32

1. Dasar Hukum Asuransi ... 32

2. Sifat Asuransi ... 36

3. Prinsip-Prinsip Asuransi... 37

4. Usaha Peransuransian ... 39

B. Prosedur dan Tata Cara Klaim Asuransi Jiwa Kredit dalam Hal Debitur Meninggal Dunia ... 42

1. Asuransi Kredit ... 42

2. Tujuan Asuransi Kredit ... 43

3. Prosedur dan Tata Cara Klaim Asuransi Kredit dalam Hal Debitur Meninggal Dunia ... 44

C. Penerapan Prinsip Utmost Good Faith dalam Polis Asuransi Jiwa Kredit ... 49

(13)

viii

DEBITUR PEMEGANG POLIS ASURANSI KREDIT ...

APABILA TERDAPAT PENOLAKAN PEMBAYARAN ...

KLAIM DIKAITKAN DENGAN PRINSIP UTMOST ...

GOOD FAITH ... 64

A. Polis Asuransi Jiwa Kredit Sebagai Dasar Pengaturan Hubungan Hukum Para Pihak ... 64

B. Beberapa Hal yang Menyebabkan Penolakan Pembayaran Klaim Asuransi Kredit Oleh Perusahaan Asuransi ... 70

C. Perlindungan Hukum Terhadap Ahli Waris Debitur Pemegang Polis Asuransi Kredit Apabila Terdapat Penolakan Pembayaran Klaim yang Dikaitkan Dengan Prinsip Utmost Good Faith .. 73

BAB IV ANALISIS HUKUM PERTANGGUNGJAWABAN ... PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERLINDUNGAN ... TERHADAPAHLI WARIS DEBITUR PEMEGANG POLIS ASURANSI KREDIT DIKAITKAN DENGAN PRINSIP ... UTMOST GOOD FAITH DALAM PERTIMBANGAN DAN PUTUSAN HAKIM MAHKAMAH AGUNG NOMOR ... 3015 K/PDT/2018 ... 88

A. Disposisi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor ... 3015K/PDT/2018 ... 88

1. Kronologi Kasus ... 88

2. Pertimbangan Hukum Hakim ... 93

3. Putusan Hakim ... 95

B. Analisis Terhadap Pertanggungjawaban Perusahaan ... Asuransi dan Perlindungan Terhadap Ahli Waris Debitur .... Pemegang Polis Asuransi Kredit di Kaitkan dengan Prinsip Utmost Good Faith dalam Pertimbangan dan Putusan ... Hakim Mahkamah Agung Nomor 3015K/PDT/2018 ... 99

1. Analisis Kepastian Hukum ... 99

2. Analisis Perlindungan Hukum ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111

(14)

1

Dalam kehidupan manusia, tentu tidak jauh dari berbagai risiko yang mungkin terjadi pada kehidupannya. Risiko yang mungkin terjadi antara lain adalah kematian, serangan penyakit dan kesehatan serta kecelakaan yang mungkin dapat menyebabkan cacat tetap. Manusia tentu tidak bisa memprediksi kapan risiko ini akan datang. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi selalu berupaya untuk menghindari risiko-risiko tersebut, baik menyangkut harta benda maupun keselamatan hidupnya yang membuatnya merasa tidak aman sehingga menjadi aman.6

Dalam rangka membantu meringankan beban yang ditanggung keluarga yang ditinggalkan, maka perlu adanya pihak lain yang dapat menanggung risiko tersebut. Pengalihan risiko ini bertujuan untuk memikul kerugian yang mana disebabkan karena suatu kejadian tertentu. Kerugian tersebut dapat dialihkan kepada pihak lain yang bergerak di bidang penerimaan risiko yaitu perusahaan asuransi. Jadi, Perihal risiko dapat dialih atau dapat ditanggung oleh perusahaan asuransi tersebut dengan ketentuan dan juga syarat yang telah ditentukan sebelumnya.7

Pengaturan asuransi di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian yang diatur pada Pasal 1

6Donna Francy, Klausula Wajib Asuransi Jiwa dalam Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Kota Medan, Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2007, h. 1.

7Dwi Tatak Subagiyo, Analisa Hukum Atas Penolakan Klaim Asuransi Kesehatan Prespektif, RefikaAditama, Bandung, 2012, h. 139.

(15)

angka 1 yang menentukan bahwa “asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi”.8 Ketentuan dari pasal tersebut menjelaskan bahwa para pihak yang berkaitan dengan asuransi minimal terdapat dua yaitu pemegang polis dan perusahaan asuransi.

Perkembangan usaha perasuransian mengikuti perkembangan ekonomi masyarakat. Berkembangnya jumlah populasi manusia semakin meningkatkan kebutuhannya. Saat ini kebutuhan dasar yang paling banyak dibutuhkan adalah kebutuhan papan (rumah tinggal). Bank sebagai penghimpun dan penyalur dana bagi masyarakat, melalui program-programnya memberikan kredit bagi masyarakat yang membutuhkan. Adapun salah satu program tersebut adalah pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang ditujukan untuk pembelian bangunan rumah/tempat tinggal maupun untuk perbaikan rumah/tempat tinggal.9

Seperti diketahui pemberian kredit menimbulkan banyak masalah yang kompleks. Salah satu diantaranya risiko utang tak terbayar karena terjadinya bencana yang sering kali diluar kontrol debitur yaitu salah satunya debitur meninggal dunia. Atas pertimbangan tersebut, bank harus dapat menghilangkan atau paling tidak mengurangi risiko yang mungkin timbul dalam setiap pemberian kredit. Salah satu caranya adalah dengan mengalihkan risiko tersebut kepada

8Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian Pasal 1 Angka 1.

9Donna Francy, Op. cit., h. 19.

(16)

pihak lain yang memang dimungkinkan, baik dari segi yuridis maupun dari segi bisnis, yang tidak lain adalah asuransi.10

Menurut L. Athearnm, “risiko merupakan aspek utama dari kehidupan manusia pada umumnya dan merupakan faktor penting dalam asuransi. Risiko merupakan suatu peristiwa yang tidak diinginkan atau terjadinya penyimpangan harapan yang menyebabkan kerugian dan rasa ketidakpastian bagi setiap orang”.11 Jadi, tidak mungkin apabila membahas asuransi tanpa berkaitan dengan risiko.

Hal ini karena risiko merupakan pengertian inti dalam asuransi.

Asuransi jiwa pada umumnya hanya mengenal pihak penanggung, pihak tertanggung dan pihak penerima manfaat/yang ditunjuk, biasanya ahli waris tertanggung. Di dalam asuransi jiwa pada perjanjian kredit, pihak penerima manfaat yang ditunjuk adalah pihak bank/kreditur, sedangkan pihak debitur tetap menjadi pihak tertanggung.

Bagi bank, meninggalnya penerima kredit merupakan salah satu risiko yang timbul dalam pemberian kredit. Dalam rangka menanggulangi masalah tersebut, dikenal adanya suatu proteksi kematian dari penerima kredit di mana jumlah uang pertanggungannya dikaitkan dengan jumlah kredit yang terpaut, sedangkan besarnya premi dihitung dari jumlah uang yang dipertanggungkan untuk tiap bulan.12 Pada umumnya bank berkewajiban untuk memberikan berbagai upaya atau cara untuk menghilangkan atau mengurangi risiko yang mungkin timbul dalam setiap pelaksanaan pemberian kredit. Untuk menjamin

10Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan Di Indonesia) Panduan Dasar: Legal Officer), Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, h. 245.

11Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 2001, h. 58.

12Donna Francy, Op. cit., h. 20.

(17)

kepentingan terhadap pengembalian kredit atas suatu kerugian yang timbulkan dikemudian hari oleh risiko yang tidak dikehendaki maka pihak kreditur dan debitur biasanya sepakat untuk membuat klausul penutupan asuransi terhadap jiwa debitur maupun dengan mencantumkan Banker’s clauses.13

Banker’s clauses merupakan pertanggungan yang memberikan jaminan pada saat jangka waktu kredit masih berjalan, tetapi debitur tersebut meninggal dunia, sebagai the key man yang mana tidak ada orang lain yang dapat bertanggung jawab atas pengembalian kredit dimaksud sepeninggal debitur, maka seketika itu juga kredit yang masih berjalan tersebut, pelunasannya diambil alih oleh perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan sebagai uang santunan sehingga dengan demikian ahli waris tidak dikenakan kewajiban mengembalikan kredit yang dimaksud.14

Dalam kewajiban pengembalian kredit ada kalanya pihak perusahaan asuransi berbeda pendapat dengan ahli waris dari debitur yang telah meninggal dunia, dan meskipun perjanjian asuransi yang diadakan oleh perusahaan asuransi dan pemegang polis sudah sah dan sudah berjalan, pemenuhan prestasi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi tidak selalu berakhir sempurna yaitu belum tentu pemegang polis menerima ganti rugi yang besarnya sesuai yang telah diperjanjikan.

Keberadaan asuransi jiwa yaitu sebagai suatu perjanjian, maka selanjutnya dalam pelaksanaannya perjanjian asuransi jiwa seharusnya sangat diutamakan

13Kriatof P. Halomoan, Peranan Lembaga Asuransi dalam Pemberian Kredit Perbankan (Studi Pada PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk Cabang Kabanjahe),Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2010, h. 9.

14Hasanuddin Rahman, Op.cit.,h. 256.

(18)

adanya unsur itikad baik (utmost good faith) dari para pihak.15 Karena dalam prakteknya, ketika terjadi klaim atas kerugian yang timbul dimasa berlangsungnya perjanjian kredit, tidak jarang terjadi penolakan pembayaran klaim oleh perusahaan asuransi, sehingga timbul perselisihan antara kreditur dan debitur perihal siapa yang bertanggung jawab atas beban kerugian yang timbul akibat terjadinya penolakan klaim oleh perusahaan asuransi.

Prinsip itikad baik (utmost good faith) dalam asuransi jiwa khususnya sesuai penelitian ini menjadi asas yang paling penting dalam hukum kontrak.16 Prinsip itikad baik menjadi salah satu instrument hukum untuk membatasi kebebasan berkontrak dan kekuatan mengikatnya perjanjian.17 Prinsip itikad baik yang terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata seharusnya diberlakukan bukan hanya pada saat ditandatanganinya dan dilaksanakan kontrak, tetapi juga pada saat sebelum ditandatanganinya kontrak.

Secara umum, itikad baik dapat diartikan bahwa masing-masing pihak dalam suatu perjanjian yang akan disepakati, menurut hukum mempunyai kewajiban untuk memberikan keterangan atau informasi yang selengkap- lengkapnya, yang dapat mempengaruhi keputusan pihak yang lain untuk memasuki perjanjian atau tidak, baik keterangan yang demikian itu diminta atau tidak.18 Prinsip dan ketentuan tersebut berlaku pula dalam setiap kontrak asuransi.

Menurut prinsip itikad baik (utmost good faith), setiap kontrak asuransi harus ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu perusahaan asuransi dan

15Ibid.

16Ridwan Khairandy, Itikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, Universitas Indonesia Fakultas Hukum Pascasarjana, 2003, h.128.

17Ibid, h. 3.

18Ibid, h. 4.

(19)

pemegang polis. Prinsip tersebut mencerminkan hak dan kewajiban masing- masing pihak. Sebagai refleksi dari prinsip itikad baik yang diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata tersebut, sebagai lex spesialis dari itikad baik berdasarkan ketentuan hukum perdata.

Banyak perusahaan asuransi mengklaim bahwa pemegang polis tidak melaksanakan itikad baik (breach of utmost good faith) sehingga klaim asuransi yang diajukan ditolak oleh perusahaan asuransi.19 Dalam banyak kasus, seringkali niat baik pemegang polis untuk melakukan sesuatu berkaitan dengan klaim asuransi menjadi permasalahan karena ternyata tindakan itu melanggar ketentuan kontrak. Di sisi lain pemegang polis tidak mengetahui bahwa niat baik itu ternyata menjadi tidak baik, yang pada akhirnya menjadi konflik dari tuntutan ganti kerugian.20

Prinsip utmost good faith menghendaki adanya kejelasan mengenai keadaan pemegang polis sesuai fakta sebenarnya dalam perjanjian asuransi, tetapi masih terdapat pelanggaran yang dilakukan pemegang polis. Pelanggaran tersebut diperkuat dengan bukti kasus yang memperlihatkan ketidakjujuran pemegang polis dalam menjelaskan keadaan riil yang terjadi.21 Kasus penolakan klaim nasabah bukan hal yang asing dan cukup sering terjadi. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya penolakan pembayaran klaim oleh perusahaan asuransi,

19 Zahry Vandawati Chumaidah, Menciptkan Itikad Baik Yang Berkeadilan Dalam Kontrak Asuransi Jiwa, Universiras Airlangga, Surabaya, 2014, h. 247.

20 Ibid.

21Winda Carolina Chandra, Penerapan Prinsip “Utmost Good Faith” Pada Pihak Tertanggung Dalam Polis Asuransi Jiwa Terkait Pengajuan Klaim Asuransi, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2017, h. 4.

(20)

yaitu karena kurang lengkapnya persyaratan yang telah ditentukan oleh perusahaan asuransi.22

Persoalan lain juga bisa muncul ketika ahli waris dari pemegang polis ditolak klaim oleh perusahaan asuransi jiwa kredit, maka dengan ini sangat menarik untuk menganalisis suatu Putusan Pengadilan Negeri Nomor 20/Pdt.G/2016/PN.Pdg yang menjelaskan secara singkat bahwa Penggugat selaku istri sah dari debitur PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mengajukan gugatan kepada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk sebagai Tergugat I, PT.

Asuransi Jiwasraya (Persero) sebagai Tergugat II, PT. Binasentra Purna selaku perantara sebagai Tergugat III dan PT. Balai Lelang Arta Gasia sebagai Tergugat IV.

Alasan Penggugat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri ialah karena ditolaknya klaim asuransi jiwa kredit atas meninggalnya suami penggugat atau pemegang polis asuransi jiwa kredit pada saat jangka waktu Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih berjalan, penolakkan klaim atas asuransi jiwa kreditnya tanpa alasan apapun dari pihak perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi juga tidak memberikan salinan polis asuransinya kepada penggugat (istri) dari pemegang polis.

Secara umum penolakan klaim di perusahaan asuransi dikarenakan tidak terpenuhinya syarat-syarat yang telah ditentukan oleh perusahaan atau disebabkan karena pelanggaran hukum23, akan tetapi pada kasus yang akan dianalisis pada putusan dalam penelitian ini pemegang polis sudah melengkapi syarat, data dan

22Rafi Alfatta Hilal, Analisis Penyebab Penolakan Klaim Nasabah Oleh Perusahaan Asuransi, Universitas Islam Negeri Ar-Rairy, Banda Aceh, 2019, h. 6.

23 Ibid, h. 7.

(21)

tidak adanya pelanggaran hukum yang dilakukan pemegang polis. Sebaliknya pihak asuransi tidak mengecek surat kesehatan pemegang polis dengan benar dan menganggap pihak pemegang polis telah melalukan kecurangan dalam membuat surat keterangan sehat, sehingga perusahaan asuransi melanggar hukum dari ketentuan yang dibuat perusahaan asuransi tersebut sendiri.

Kesenjangan antara fakta yuridis mengenai prinsip utmost good faith atau itikad baik dengan fakta sosial yang terjadi dalam perusahaan asuransi sangat berbeda.24 Perusahaan asuransi tidak profesional jika menolak pengajuan klaim ganti kerugian yang seharusnya dilakukan karena dalam pelaksanaannya perusahaan asuransi telah lalai dalam melaksanakan prinsip utmost good faith atau itikad baik.

Oleh karena itu keempat tergugat yang disebutkan di atas telah melakukan perbuatan melawan hukum (Onrecht Matigee Daad) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Dengan ditolaknya klaim dari perusahaan asuransi dan selanjutnya dilakukannya pelelangan objek jaminan debitur sehingga berdampak kerugian terhadap Penggugat.25

Pada tingkat Pengadilan Negeri Nomor 20/Pdt.G/2016/PN.Pdg, pertimbangan hakim dalam putusan ini menyatakan perbuatan Tergugat I sampai Tergugat IV sebagai perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige Daad), menghukum pihak asuransi membayarkan klaim asuransi jiwa kredit Alm. Teguh

24 Abraham Hananta, Pelaksanaan Prinsip Utmost Good Faith dalam Perjanjian Asuransi Jiwa di PT. Generali Indonesia Regional Semarang, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, 2018, h. 6.

25Putusan Pengadilan Negeri Nomor 20/Pdt.G/2016/PN.Pdg.

(22)

Sulistia sebagai Debitur Tergugat I dan menghukum Tergugat I selaku PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menyatakan lunas kredit atas nama Debitur.

Pada tingkat Pengadilan Tinggi Nomor 11/PDT/2018/PT.PDG, hakim menguatkan Putusan Pengadilan Negeri dalam pertimbangan hukum telah terbukti adanya asuransi jiwa kredit atas nama debitur atas pinjamnya kepada Tergugat I PT. Asuransi Jiwasraya (Persero), maka menurut hukum penyelesaian kredit debitur, selaku suami Penggugat diselesaikan dengan asuransi jiwa kredit. Hakim menilai terkait yang dilakukan oleh Tergugat I, II, III, dan IV adalah perbuatan melawan hukum (Onrechtmatigee Daad).

Pada tingkat Kasasi dengan Nomor Putusan 3015 K/Pdt/2018 hakim memutuskan untuk menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I PT.

Asuransi Jiwasraya (Persero) dan Pemohon Kasasi II PT. Bank Tabungan Negara Pusat (Persero) Tbk., cq PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Padang dengan pertimbangan hakim bahwa Penggugat adalah istri/ahli waris dari Debitur/pemegang polis yang dalam kaitannya dengan fasilitas kredit yang diperoleh dari Pemohon Kasasi II dimana suaminya sebagai pemegang polis telah memenuhi kewajibannya, sehingga ketika Debitur/suami Penggugat meninggal, maka hutangnya harus ditutup oleh Pemohon Kasasi I.

Dalam asuransi mengenal istilah utmost good faith, yaitu setiap pemegang polis berkewajiban memberitahukan secara jelas dan teliti mengenai segala fakta penting yang berkaitan dengan objek yang diasuransikan serta tidak mengambil untung dari asuransi. Prinsip utmost good faith asuransi sebagai pilar utama asuransi dalam realisasi manfaat asuransi. Namun dalam prakteknya, penerapan

(23)

prinsip utmost good faith pada pihak pemegang polis dalam polis asuransi jiwa terkait pengajuan klaim asuransi sering tidak diperhatikan dan dilakukan oleh perusahaan asuransi yang akhirnya hanya mempersulit pemegang polis dalam memperoleh ganti kerugian dari perusahaan asuransi.26

Dalam kasus ini pihak debitur Alm. Teguh Sulistia telah terdaftar sebagai pemegang polis dan sebagai pemegang polis debitur Alm. Teguh Sulistia sudah memberitahukan secara jelas dan teliti mengenai segala fakta yang berkaitan dengan objek kredit yang diasuransikan kepada perusahaan asuransi, sehingga prinsip utmost good faith telah tercapai, maka dalam kasus ini perusahaan asuransi harus bertanggung jawab atas penyelesaian fasilitas kredit yang sedang berlangsung sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, sehingga ahli waris pemegang polis tidak dibebankan dalam penyelesaian kredit yang sedang berlangsung.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka kasus ini sangat menarik untuk dianalisis lebih dalam lagi yaitu mengenai bagaimana pertanggungjawaban hukum perusahaan asuransi terhadap pembayaran klaim asuransi jiwa kredit dalam hal debitur meninggal dunia dikaitkan dengan prinsip utmost good faith, bagaimana perlindungan hukum terhadap ahli waris debitur pemegang polis asuransi kredit apabila terdapat penolakan pembayaran klaim dikaitkan dengan prinsip utmost good faith dan bagaimana analisis hukum pertanggungjawaban perusahaan asuransi dan perlindungan terhadap ahli waris debitur pemegang polis asuransi

26Bronto Hartono, Prinsip Utmost Good Faith dalam Pelaksanaan Perjanjian Asuransi Jiwa PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) di Regional Office Semarang, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang, 2005, h. 33.

(24)

kredit di kaitkan dengan prinsip utmost good faith dalam pertimbangan dan putusan hakim mahkamah agung.

Penelitian ini penting untuk dilaksanakan guna memberikan informasi dan data bagi perkembangan ilmu hukum dan studi kenotariatan dan masyarakat khususnya mengenai keberadaan asuransi adalah sangat penting untuk mengantisipasi risiko dalam perjanjian kredit yang tidak dapat diduga dan berdampak pada pengembalian pinjaman misalnya karena meninggalnya debitur dan adanya layanan perusahaan asuransi yang tidak profesional dengan menolak pengajuan klaim ganti kerugian tanpa alasan yang jelas, untuk mengetahui pertanggungjawaban hukum perusahaan asuransi terhadap pembayaran klaim asuransi jiwa kredit dalam hal debitur meninggal dunia dikaitkan dengan prinsip utmost good faith dan untuk memberikan informasi terkait dengan perlindungan hukum terhadap ahli waris debitur pemegang polis asuransi kredit apabila terdapat penolakan pembayaran klaim dikaitkan dengan prinsip utmost good faith.

Yang akan dituangkan dalam bentuk penelitian berupa tesis dengan judul :

“Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Asuransi Terhadap Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Kredit Pemegang Polis Yang Meninggal Dunia Dikaitkan Dengan Prinsip Utmost Good Faith (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 3015 K/Pdt/2018)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, maka dapat di rumuskan beberapa permasalahan yang menjadi pokok pembahasan yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu :

(25)

1. Bagaimana pertanggungjawaban hukum perusahaan asuransi terhadap pembayaran klaim asuransi jiwa kredit dalam hal debitur meninggal dunia di kaitkan dengan prinsip utmost good faith?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap ahli waris debitur pemegang polis asuransi kredit apabila terdapat penolakan pembayaran klaim dikaitkan dengan prinsip utmost good faith?

3. Bagaimana analisis hukum pertanggungjawaban perusahaan asuransi dan perlindungan terhadap ahli waris debitur pemegang polis asuransi kredit di kaitkan dengan prinsip utmost good faith dalam pertimbangan dan putusan hakim mahkamah agung nomor 3015 k/pdt/2018?

C. Tujuan Penelitian

Dalam rangka penelitian tesis ini, ada beberapa tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab hukum perusahaan asuransi terhadap pembayaran klaim asuransi jiwa kredit dalam hal debitur meninggal dunia di kaitkan dengan prinsip utmost good faith.

2. Untuk menganalisis perlindungan hukum terhadap ahli waris debitur pemegang polis asuransi kredit apabila terdapat penolakan pembayaran klaim dikaitkan dengan prinsip utmost good faith.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab perusahaan asuransi dan perlindungan terhadap ahli waris debitur pemegang polis asuransi kredit di

(26)

kaitkan dengan prinsip utmost good faith dalam pertimbangan dan putusan hakim mahkamah agung nomor 3015 k/pdt/2018.

D. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian terhadap perkembangan asuransi jiwa dan dapat memberikan masukan serta manfaat dibidang akademis sehingga pengetahuan tentang pertanggungjawaban hukum asuransi terhadap pembayaran klaim asuransi jiwa kredit terhadap yang meninggal dunia dikaitkan dengan prinsip utmost good faith menjadi lebih baik dari sebelumnya baik bagi masyarakat luas, pengajar, bahkan praktisi.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk melahirkan berbagai konsep kajian yang dapat memberikan andil bagi peningkatan pengetahuan dalam disiplin Ilmu Hukum khususnya dalam hal Peranan lembaga Asuransi dalam pemberian kredit perbankan.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi kepada masyarakat luas khususnya para debitur maupun calon debitur tentang peranan lembaga asuransi dalam pemberian kredit.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada praktisi dan masyarakat di bidang asuransi jiwa kredit.

(27)

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan, khususnya di lingkungan Magister Kenotariatan dan Magister Ilmu Hukum di seluruh Universitas yang ada di Indonesia tidak ditemukan judul maupun pokok permasalahan yang sama berkenaan dengan “Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Asuransi Terhadap Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Kredit Pemegang polis yang Meninggal Dunia (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 3015 K/Pdt.2018)”. Namun berdasarkan penelusuran kepustakaan yang telah dilakukan terhadap beberapa Universitas di Indonesia, tidak menemukan beberapa hasil penelitian yang telah dipublikasi meskipun tidak terdapat kesamaan yang spesifik. Berikut peneliti sajikan beberapa hasil penelitian tersebut :

1. Kiki Fitri Magdalena Manurung, 107011008, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Magister Kenotariatan, 2013. Penelitian berjudul “ Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Kendaraan Bermotor terhadap Perjanjian Kredit dalam Perusahaan Pembiayaan (leasing) atas klain dari pemegang polis (studi pada perusahaan pembiayaan PT. DIPO STAR FINANCE Cabang Medan)”.

Adapun masalah yang diteliti ialah :

a. Bagaimana tanggung jawab perusahaan asuransi terhadap perjanjian kredit dalam perusahaan pembiayaan PT. Dipo Star Finance Cabang Medan ? b. Bagimana tata cara pelaksanaan klaim Asuransi kendaraan bermotor yang

terjadi pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan?

(28)

c. Bagaimana penyelesaian klaim jika terjadi sengketa antara perusahaan Asuransi dan Customer yang kendaraan bermotornya di leasingkan di PT.

Dipo Star Finance Cabang Medan?

2. M. Hardiansyah N.K, 017011043, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Magister Kenotariatan, 2004. Penelitian berjudul “Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Atas Perbuatan Agen terhadap Klaim Dari Pemegang polis (Kajian Khusus Pada Perusahaan Asuransi Jiwa)”. Adapun masalah yang diteliti ialah :

a. Apakah polis asuransi jiwa yang diterbitkan oleh perusahaan asuransi jiwa telah mengatur hak dan kewajiban pemegang polis/tanggung dan penanggung/pelaku usaha usaha yang seimbang sesuai dengan Undang- Undang Nomor. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen?

b. Bagaimana Tugas dan Tanggung Jawab Agen Asuransi jiwa dalam struktur Perusahaan Asuransi Jiwa?

c. Bagaimana tanggung jawab Perusahaan Asuransi Jiwa Terhadap Jiwa terhadap Agen dalam hal terjadinya resiko sebelum agen asuransi jiwa menyetorkan premi kepada perusahaan asuransi jiwa?

3. Kristof P. Halomoan, 077011037, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Magister Kenotariatan, 2010. Penelitian berjudul “Peranan Lembaga Asuransi Dalam Pemberian Kredit Perbankan (Studi Pada PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk Cabang Kabanjahe)”. Adapun masalah yang diteliti ialah :

(29)

a. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan pemberian fasilitas kredit kepada debitur menjadi bermasalah pada bank?

b. Bagaimanakah tanggung jawab lembaga asuransi dalam penyelesaian klaim atas suatu resiko yang terjadi pada suatu perjanjian kredit?

c. Bagaimanakah peranan lembaga asuransi dalam pemberian kredit di Bank BNI 46 (Persero) Tbk Cabang Kabanjahe?

4. Dhian Indah Astanti, B4A005013, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Magister Kenotariatan, 2007. Penelitian berjudul “Implementasi Good Corporate Governance Bagi Perusahaan Asuransi”. Adapun masalah yang diteliti ialah :

a. Bagaimanakah Implementasi Good Corporate Governance bagi perusahaan asuransi?

b. Hambatan-hambatan apakah yang dihadapi dalam Implementasi Good Corporate Governance bagi Perusahaan Asuransi?

5. Vivien Andriani, B4B006249, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Magister Kenotariatan, 2008. Penelitian Berjudul “Pelaksanaan Penyelesaian Klaim Asuransi Jiwa di Asuransi Jiwa Bersama BUMIPUTERA 1912 Cabang Semarang”. Adapun masalah yang diteliti ialah :

a. Bagaimana pelaksanaan penyelesaian klaim asuransi jiwa AJB Bumiputera 1912 Semarang?

b. Bagaimana hambatan-hambatan yang dihadapi pemegang polis asuransi jiwa dan pihak asuransi pada saat proses penyelesaian klaim di AJB Bumiputera 1912?

(30)

c. Upaya apa sajakah yang dilakukan oleh AJB Bumiputera 1912 untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut?

Kelima penelitian di atas sama-sama membahas mengenai tanggung jawab dan peranan perusahaan asuransi, namun tidak memiliki kesamaan yang substansial dengan penelitian yang telah dilakukan ini, pembahasannya sangat berbeda, penelitian ini mengenai Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Asuransi Terhadap Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Kredit Pemegang polis yang Meninggal Dunia Dikaitkan dengan Prinsip Utmost Good Faith (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 3015 K/Pdt/2018). Berdasarkan perbandingan di atas orisinalitas penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan keasliannya.

Dengan demikian, judul penelitian ini asli dan dapat dipertanggung jawabkan keasliannya secara akademik. Penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah keasliannya berdasarkan pengetahuan hukum dan asas- asas penulisan yang harus dijunjung tinggi, yaitu kejujuran, rasional, objektif serta terbuka.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

a. Teori Perlindungan Hukum

Kehadiran hukum dalam masyarakat adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang biasa bertentangan antara satu sama lain. Maka dari itu, hukum harus bisa mengintegrasikan, sehingga benturan- benturan kepentingan itu dapat ditekan seminimal mungkin. Menurut Imanuel Kant, “hukum adalah keseluruhan syarat berkehendak bebas dari orang yang satu

(31)

untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain, dengan mengikuti peraturan tentang kemerdekaan”.27

Menurut Satjipto Raharjo, “perlindungan hukum adalah adanya upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu hak asasi manusia kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingan tersebut”.28

Menurut Fitzgerald menjelaskan teori perlindungan hukum Salmodn bahwa “hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak”.29

Selanjutnya Philipus M. Hadjon menyatakan bahwa

“perlindungan hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan reprensif. Perlindungan Hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam pengambilan keputusan berdasarkan diskresi dan perlindungan yang resprensif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, termasuk penanganannya di lembaga peradilan.30

Kepentingan hukum adalah “mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi”.31

27Wawan Muhwan Hairi, Pengantar Ilmu Hukum, Pustakan Setia, Bandung, 2012, h.

22.

28Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain Dari Hukum Indonesia, Kompas, Jakarta, 2003, h.

121.

29Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, h. 53.

30H. Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2017, hal. 54.

31Ibid, h. 69.

(32)

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan, bahwa perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia adalah “prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada pancasila dan prinsip negara hukum yang berdasarkan Pancasila”. Perlindungan hukum yang dimaksud harus memenuhi ketentuan-ketentuan seperti adanya kepastian hukum, agar dapat memberikan perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang bersangkutan atau yang melakukan tindakan hukum.

Dalam penelitian ini, teori perlindungan hukum sangat penting untuk dikaji, karena teori ini fokus pada perlindungan hukum yang diberikan kepada masyarakat. Masyarakat yang didasarkan pada teori ini adalah masyarakat yang berada di posisi lemah. Kaitan teori perlindungan hukum yang terkait ialah upaya perlindungan hukum terhadap ahli waris dari klaim asuransi jiwa kredit pemegang polis yang meninggal dunia pada saat berlangsungnya kredit.

b. Teori Tanggung Jawab

Teori tanggung jawab hukum, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah the theory of legal liability, bahasa Belandanya, disebut de theorie van wettelijke aansprakelijkheid, merupakan teori yang menganalisis tentang tanggung jawab subjek hukum atau pelaku yang telah melakukan perbuatan melawan hukum sehingga menimbulkan kerugian atau cacat, atau matinya orang lain.32

Tanggung jawab dalam kamus hukum dapat diistilahkan sebagai liability dan responsibility. Istilah responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban

32H. Salim HS, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Disertasi dan Tesis (Buku Kedua), PT. Rajagrafindo Persada, Depok, 2014, h. 207.

(33)

hukum yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subjek hukum, sedangkan istilah responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik.33

Teori tanggung jawab lebih menekankan pada makna tanggung jawab yang lahir dari ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga teori tanggungjawab dimaknai dalam arti liabilty,34 sebagai suatu konsep yang terkait dengan kewajiban hukum seseorang yang bertanggung jawab secara hukum atas perbuatan tertentu bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatannya bertentangan dengan hukum.

Teori tanggung jawab hukum (legal liability) telah dikembangkan oleh Hans Kelsen, Wright, Maurice Finkelstein dan Ahmad Sudiro. Hans Kelsen mengemukakan sebuah teori yang menganalisis tentang tanggung jawab hukum, yang disebut dengan teori tradisional. Di dalam teori tradisional, tanggung jawab dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1) tanggung jawab yang didasarkan kesalahan; dan 2) tanggung jawab mutlak.35

Hans Kelsen dalam teorinya tentang tanggung jawab hukum menyatakan bahwa “seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subjek berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan”.36

33HR. Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, h. 337.

34Busyra Azheri, 2011, Corporate Social Responsibility dari Voluntary menjadi Mandotary, Raja GrafindoPerss, Jakarta, 2011, h. 54.

35Ibid, h. 211.

36Hans Kelsen (a) , sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory Of lawand State, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik, BEE Media Indonesia, Jakarta, 2007, h. 81.

(34)

Lebih lanjut Hans Kelsen menyatakan bahwa:37

“Kegagalan untuk melakukan kehati-hatian yang diharuskan oleh hukum disebut kekhilafan (negligence); dan kekhilafan biasanya dipandang sebagai satu jenis laindari kesalahan (culpa), walaupun tidak sekeras kesalahan yang terpenuhi karena mengantisipasi dan menghendaki, dengan atau tanpa maksud jahat, akibat yang membahayakan”.

Hans Kelsen selanjutnya membagi mengenai tanggungjawab terdiri dari:

1) Pertanggungjawaban individu yaitu seorang individu bertanggung jawab terhadap pelanggaran yang dilakukannya sendiri;

2) Pertanggungjawaban kolektif berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain;

3) Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan yang berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena sengaja dan diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian;

4) Pertanggungjawaban mutlak yang berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena tidak sengaja dan tidak diperkirakan.38

Menurut Abdulkadir Muhammad teori tanggung jawab dalam perbuatan melanggar hukum (tort liability) dibagi menjadi beberapa teori, yaitu :

1) Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan dengan sengaja (intertional tort liability), tergugat harus sudah melakukan perbuatan sedemikian rupa sehingga merugikan penggugat atau mengetahui bahwa apa yang dilakukan tergugat akan mengakibatkan kerugian.

2) Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan karena kelalaian (negligence tort lilability), didasarkan pada konsep kesalahan (concept of fault) yang berkaitan dengan moral dan hukum yang sudah bercampur baur (interminglend).

3) Tanggung jawab mutlak akibat perbuatan melanggar hukum tanpa mempersoalkan kesalahan (stirck liability), didasarkan pada perbuatannya baik secara sengaja maupun tidak sengaja.39

Mengenai pertanggungjawaban pejabat menurut Kranenburg dan Vegtig terdapat dua teori yang melandasinya, yaitu:

37Ibid, h. 83.

38Hans Kelsen (b), sebagaimana diterjemahkan oleh RaisulMutaqien, Teori Hukum Murni, Nuansa & Nusa Media, Bandung, 2006, h. 140.

39Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010, h. 336.

(35)

1) Teori fautes personalles adalah teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan kepada pejabat yang karena tindakannya itu telah menimbulkan kerugian. Dalam teori ini beban tanggung jawab ditujukan pada manusia selaku pribadi.

2) Teori fautes de services adalah teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan kepada instansi dari pejabat yang bersangkutan. Menurut teori ini, tanggung jawab dibebankan kepada jabatan. Dalam penerapannya, kerugian yang timbul itu disesuaikan pula apakah kesalahan yang dilakukan itu merupakan kesalahan berat dan atau kesalahan ringan, dimana berat dan ringannya suatu kesalahan berimplikasi pada tanggung jawab yang harus ditanggung.40

Oleh karena itu, teori pertanggungjawaban di pandang tepat untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini, yaitu untuk menganalisa tanggung jawab perusahaan asuransi terhadap pembayaran klaim asuransi jiwa kredit pemegang polis yang meninggal dunia, yang mana dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 3015 K/Pdt/2018, menurut pertimbangan hakim bahwa debitur telah memenuhi kewajibannya sehingga perusahaan asuransi harus bertanggung jawab terhadap penyelesaian fasilitas kredit yang masih berjalan dan dengan teori ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait pertanggungjawaban hukum perusahaan asuransi yang berlaku secara aturan hukum yang ada sehingga dapat menjamin hak-hak debitur.

2. Konsepsi

Konsepsi merupakan salah satu bagian penting dari sebuah teori. Peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstraksi dan kenyataan. Konsep diartikan sebagai “kata yang menyatukan abtsraksi yang digeneralisasikan dari hal- hal yang khusus yang disebut definisi

40Ridwan H.R., Op.cit., h. 365.

(36)

operasional”.41 Kerangka konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.

Suatu kerangka konsepsi merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep- konsep khusus yang ingin atau yang akan diteliti. Suatu konsep bukan merupakan gejala yang akan diteliti, akan tetapi merupakan suatu abstaksi dari gejala tersebut.

Konsepsi juga digunakan untuk memberikan pegangan pada proses penelitian. Oleh karena itu untuk memperoleh penjelasan yang relevan bagi pemahaman pengkajian ilmiah di dalam penulisan tesis ini, maka istilah-istilah yang sering dijumpai dalam penelitian ini adalah:

a. Pemegang Polis adalah “pihak yang mengikatkan diri berdasarkan perjanjian dengan perusahaan asuransi,perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah untuk mendapatkan pelindungan atau pengelolaan atas risiko bagi dirinya, pemegang polis, atau peserta lain”.42 b. Asuransi adalah :

“perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana”.43

41Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Bumi Aksara, Jakarta, 2002, h. 10.

42Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Pereasuransian Pasal 1 Angka 22.

43Ibid, Pasal 1 Angka 1.

(37)

c. Kredit adalah “penyediaan uang/tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan/kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.44

d. Perusahaan asuransi jiwa adalah “perusahaan yang memberikan layanan asuransi dengan penanggulangan jiwa atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan”.45

e. Klaim adalah “tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang berhak (memiliki atau mempunyai) atas sesuatu atau merupakan pernyataan tentang suatu fakta atau kebenaran sesuatu”.46

f. Polis adalah “surat perjanjian antara pihak yang masuk asuransi dengan perseroan asuransi”.47

g. Perusahaan Asuransi “adalah perusahaan asuransi umum dan perusahaan asuransi jiwa”.48

h. Premi adalah :

“sejumlah uang yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dan disetujui oleh pemegang polis untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian asuransi atau perjanjian reasuransi, atau sejumlah uang yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mendasari program asuransi wajib untuk memperoleh manfaat”.49

44Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Rajagrafindo, Depok, 2014, h. 85.

45Ibid, h. 261.

46kristof,Op.cit.,h. 29.

47Sudarsono, Kamus Hukum, PT. Bina Adiaksara, Jakarta, 2005, h. 365.

48Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Pereasuransian Pasal 1 Angka 15.

49Ibid, Pasal 1 Angka 29.

(38)

i. Prinsip adalah “asas kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak dan sebagainya”.50

j. Utmost Good Faith:

“menyebutkan bahwa Itikad baik tidak hanya mengacu pada itikad baik para pihak saja, melainkan harus mengacu pula pada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat. Baldus membedakan beberapa jenis itikad baik, yaitu : itikad baik dapat digunakan untuk 2(dua) tujuan, yaitu pertama untuk mengetahui apakah perjanjian itu mengikat ataukah tidakdan yang kedua untuk mengetahui apa yang menjadi kewajiban para pihak, dan apakah para pihak telah memenuhi kewajiban tersebut.51 Didalam Pasal 1338 KUHPerdata dikatakan bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik (zij moten te goeder trouw worden ten vitvoer verklaart). Dalam hukum perjanjian, itikad baik melarang setiap pihak menyembunyikan apa yang ia ketahui. Itikad baik merupakan ketentuan yang mendasarkan dirinya kepada keadilanyakni keadilan sebagai kepatutan.

G. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian guna menemukan dan mengembangkan kejelasan dari sebuah pengetahuan guna memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan dari penelitian, maka metode penelitian yang digunakan sebagai berikut :

1. Jenis Dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian tesis ini adalah penelitian hukum doctrinal atau biasa disebut dengan penelitian hukum yuridis normatif, khususnya penelitian yang berupa inventarisasi hukum positif. Penelitian hukum yuridis normatif ialah

“pendekatan masalah dengan melihat, menelaah, dan menginterpretasikan hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum yang berupa konsepsi,

50Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), https://kbbi.web.id/prinsip, diakses tanggal 27 Maret 2021.

51Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, FH UII Press, Yogyakarta, 2013, h. 146.

(39)

peraturan perundang-undangan, pandangan, doktrin hukum, dan sistem hukum yang berkaitan”.52

Penelitian ini merupakan hasil inventarisasi hukum positif yang berkaitan dengan pertanggungjawaban hukum perusahaan asuransi jiwa kredit pemegang polis yang meninggal dunia (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 3015 K/Pdt/2018).

Sifat penelitian dalam tesis ini adalah penelitian deskriptif yaitu

“penelitian yang menggambarkan dan memaparkan kembali secara detail serta melakukan analisis terhadap Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Asuransi Jiwa Kredit Pemegang Polis Yang Meninggal Dunia (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 3015 K/Pdt/2018)”.53

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode pendekatan perundang-undang (statute approach) atau pendekatan yuridis yaitu “penelitian terhadap produk- produk hukum”.54 Pendekatan perundang-undangan ini dilakukan untuk menelaah semua undang-undang dan regulasi yang berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti.

Pendekatan perundang-undangan ini akan membuka kesempatan untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian55 antara satu undang-undangan

52Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, h. 163.

53Putusan Mahkamah Agung Nomor 3015 K/Pdt/2018.

54Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008, h. 92.

55Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, h. 93.

(40)

dengan undang-undang lain dan pendekatan ini menggunakan Studi Kasus Putusan Nomor 3015K/Pdt/2018).

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian hukum dapat berupa data primer dan data sekunder. Data primer atau data dasar (primary data atau basic data) merupakan

“data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti”.56 Data sekunder (secondary data) merupakan “data yang diperoleh dari dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian dan peraturan perundang-undangan”.57 Data sekunder kemudian terbagi atas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang terdiri atas:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer merupakan “bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiridari catatan- catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan- putusan hakim”.58 Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) Tahun 1945, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Peransurasian, Putusan Mahkamah Agung Nomor 3015 K/Pdt/2018,

56Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, h. 13-14.

57Zainuddin Ali, Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, h. 106.

58Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit, h. 141.

(41)

PutusanPengadilanNegeriNomor 20/Pdt.G/2016/PN.Pdg, Putusan Pengadilan Tinggi Nomor 11/PDT/2018/PT.PDG, dan bahan hukum primer lainnya yang berkaitan dengan asuransi khususnya tentang peranan lembaga asuransi dalam perjanjian jiwa kredit perbankan.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu “berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus hukum, skripsi, tesis, disertasi, jurnal-jurnal hukum dan putusan pengadilan”.59 Bahan hukum sekunder yang digunakan yaitu buku- buku, jurnal yang berkaitan dengan asuransi khususnya tentang peranan lembaga asuransi dalam perjanjian jiwa kredit perbankan.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier yaitu “bahan hukum yang merupakan pelengkap yang sifatnya memberikan petunjuk atau penjelasan tambahan terhadap bahan hukum primer dan sekunder”.60 Bahan hukum tersier yang terdapat dalam penelitian ini yaitu kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ensiklopedia, dan lain sebagainya.

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penelitian tesis. Teknik pengumpulan data dalam penelitian hukum dapat berupa studi lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library

59Ibid.

60Soerjono Suekanto dan Sri Mamudi, Op.cit., h. 23.

(42)

research).61 Teknik pengumpulan data dalam penelitian hukum normatif dilakukan dengan studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier dan atau bahan non- hukum.62

Teknik pengumpulan data dalam penelitian hukum empiris atau studi lapangan terdapat tiga teknik yang dapat digunakan, baik digunakan secara sendiri-sendiri atau terpisah maupun digunakan secara bersama-sama sekaligus.

Ketiga teknik tersebut adalah wawancara, angket atau kuesioner dan observasi.63 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan studi kepustakaan (library research) yaitu agar dapat diperoleh konsep dan teori yang bersifat umum terkait dengan permasalahan penelitian melalui buku, jurnal hukum, dan kamus-kamus hukum maupun melalui peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan asuransi khususnya tentang peranan lembaga asuransi dalam perjanjian jiwa kredit perbankan di BRI Life Kota Medan.

Sebagai pendukung data dalam penelitian kepustakaan, dilakukan juga penelitian lapangan (field research) melalui alat pengumpulan data berupa pedoman wawancara kepada narasumber di perusahaan asuransi BRI LIFE di Kota Medan, yang berada di jalan Gatot Subroto Nomor 423, Kelurahan Sei Sikambing D, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara,

61Zainuddin Ali, Op. Cit., h.107.

62Mukti Fajar Nur Dewata, Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, h. 160.

63Ibid, h. 161.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu tesis ini akan membahas tentang mengapa Notaris dilarang melakukan rangkap jabatan sebagai pemimpin badan usaha swasta menurut UUJN, bagaimana upaya MPN

Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk dan menjelaskan kejadian yang diamati, yaitu menggali mengenai kekuatan hukum atas

Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah Kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur untuk digunakan membeli atau membayar sebuah bangunan rumah tinggal

37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU merupakan prosedur dan tata cara dalam melakukan renvoi terhadap perbedaan atau selisih dari jumlah hutang debitor pailit yang

Dari hasil penelitian ini juga diketahui bahwa undang-undang telah mengatur umur para pihak yang hendak melakukan perbuatan hukum, termasuk dalam hal yang

Kendala yang dialami PPAT dalam melaksanakan perannya turut mengawasi pemungutan BPHTB atas transaksi jual beli hak atas tanah dan bangunan di Kabupaten Samosir antara

atas 3 (tiga) objek tanah dan bangunan tersebut sekaligus melakukan peralihan hak atau balik nama ke atas nama Penggugat. Pertimbangan hukum oleh majelis hakim

Dalam hal status kekuatan alat bukti akta Notaris, suatu akta tersebut dapat mengalami penurunan mutu atau kemunduran atau kemerosotan status apabila dalam