• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HUKUM PERTANGGUNGJAWABAN

A. Disposisi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor

1. Kronologi Kasus

Kasus ini bermula adanya gugatan perdata di Pengadilan Negeri Padang antara Hj. Aria Zurnetti selaku istri sah/ahli waris dari Alm. Teguh Sulistia yang diwakili kuasa hukumnya sebagai penggungat (untuk selanjutnya disebut Penggugat) dan PT. Bank Tabungan Negara Pusat (Persero), Tbk Cq. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Kantor Cabang Padang sebagai Tergugat I (untuk selanjutnya disebut Tergugat I), PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Jakarta sebagai Tergugat II (untuk selanjutnya disebut Tergugat II), PT. Binasentra Purna, Jakarta Selatan sebagai Tergugat III (untuk selanjutnya disebut Tergugat III), dan PT. Balai Lelang Arta Gasia Jakarta sebagai Tergugat IV (untuk selanjutnya disebut Tergugat IV). 215

Penggugat dengan surat gugatan tanggal 1 Februari 2016 yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Padang pada tanggal 2 Februari 2016 dalam Register Nomor 20/Pdt.G/2016/PN.Pdg, telah mengajukan gugatan yakni216

Penggugat adalah ahli waris (istri) alm. Teguh Sulistia yang merupakan Debitur dari Tergugat I dalam Perjanjian Kredit Nomor 0000920120215000001

215Putusan Pengadilan Negeri Padang Nomor 20/Pdt.G/2016/PN.Pdg.

216 Putusan Pengadilan Negeri Padang Nomor 20/Pdt.G/2016/PN.Pdg.

tertanggal 29 Maret 2012 dengan jumlah kredit pokok sebesar Rp. 700.000.000.- (tujuh ratus juta rupiah) dengan membayar angsuran perbulan sebesar Rp.

7.791.400.- (tujuh juta tujuh ratus sembilan puluh satu ribu empat ratus rupiah) dengan jangka waktu kredit 156 (seratus lima puluh enam) bulan, sehingga Penggugat memiliki kapasitas untuk pengurusan penyelesaian kredit tersebut.

Penggunaan kredit sebagaimana dimaksud Posita angka 1 di atas adalah untuk pembelian rumah yang terletak di Perumahan Cahaya Palapa Blok A Nomor 05, Kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat yang sekaligus tanah beserta bangunannya dijadikan sebagai agunan kredit dengan luas bangunan 262 M² (dua ratus enam puluh dua meter persegi), luas tanah 365 M² (tiga ratus enam puluh lima meter persegi) kepada Tergugat I, yang dikenal dengan Sertifikat Hak Milik Nomor 1206 dengan Surat Ukur Nomor 00728/2010 tanggal 30 Desember 2010 atas nama pemegang hak Prof. DR. Teguh Sulistia, S.H., M.H.

Pada awal perjanjian kredit Tergugat I telah mengikut sertakan suami Penggugat alm. Teguh Sulistia (Debitur) sebagai Peserta Asuransi Jiwa Kredit PT.

Bank Tabungan Negara (Persero) pada Tergugat II yang untuk pengurusannya Tergugat I telah menunjuk Tergugat III sebagai Konsultan dan Broker (Perantara) Debitur dengan Tergugat II dalam pengurusan Asuransi Jiwa Kredit PT. Bank Tabungan Negara (Persero) sebagai pertanggungan pembayaran sisa kredit oleh Debitur kepada Tergugat I apabila dalam jangka waktu kredit Debitur meninggal dunia.

Untuk memenuhi persyaratan sebagai peserta asuransi jiwa kredit pada Tergugat II, suami Penggugat telah melengkapi persyaratan melalui Tergugat I dan Tergugat III, yang pada saat itu Tergugat II menerima semua persyaratan tersebut tanpa catatan apapun yang diwujudkan dengan diterimanya suami Penggugat sebagai Peserta Asuransi Jiwa Kredit dengan menerbitkan polis asuransi jiwa atas nama alm. Teguh Sulistia dengan Nomor Kartu Peserta Asuransi Jiwa Kredit (KPAJK) PT. Bank Tabungan Negera (Persero) : 009.2012.00462. Selanjutnya, suami Penggugat membayar premi asuransi sebesar Rp. 31.584.000.- (tiga puluh satu juta lima ratus delapan puluh empat ribu rupiah) kepada Tergugat II melalui Tergugat I dengan nilai pertanggungan sebesar Rp.

700.000.000.- (tujuh ratus juta rupiah),serta resiko yang dijamin adalah meninggal dunia.

Pada tanggal 20 Agustus 2013, suami Penggugat alm. Teguh Sulistia sebagai Debitur Tergugat I sekaligus Peserta Asuransi Jiwa Kredit PT. Bank Tabungan Negara (Persero) pada Tergugat II meninggal dunia dan atas musibah tersebut, Penggugat telah memberitahukan kepada Tergugat I pada tanggal 23 Agustus 2013 sekaligus mohon bantuan kepada Tergugat I untuk mengajukan klaim Asuransi Jiwa Kredit atas nama Debitur kepada Tergugat II. Hal ini Penggugat lakukan karena Penggugat memiliki kapasitas untuk pengurusannya karena merupakan ahli waris (istri) alm. Teguh Sulistia.

Meninggal dunia suami Penggugat alm. Teguh Sulistia sebagai Debitur Tergugat I, maka Tergugat III bertanggung jawab untuk melakukan pengajuan penutupan dan klaim asuransi jiwa kredit atas nama debitur alm. Teguh Sulistia

kepada Tergugat II agar pelunasan sisa kredit debitur atas nama alm. Teguh Sulistia kepada Tergugat I dapat dibayarkan oleh Tergugat II dan selanjutnya Tergugat I harus menyatakan kredit debitur atas nama alm. Teguh Sulistia lunas dan mengembalikan seluruh dokumen atau surat-surat termasuk sertifikat hak milik atas nama debitur kepada Penggugat sebagai ahli warisnya, namun tidak dilakukan oleh Tergugat III sehingga Penggugat dirugikan dalam perkara a quo.

Tergugat III tidak maksimal melaksanakan tanggung jawabnya untuk mengajukan penutupan dan klaim asuransi jiwa kredit atas nama suami Penggugat (alm. Teguh Sulistia) kepada Tergugat II, sehingga Penggugat sangat dirugikan.

Apalagi Tergugat II berupaya mencari-cari alasan untuk menolak klaim asuransi jiwa kredit tersebut sebagaimana yang dinyatakan Tergugat II dalam suratnya Nomor : 472.SM.QA2.07.2014 tertanggal 18 Juli 2014, perihal Tolak Klaim Meninggal atas nama alm. Teguh Sulistia.

Tindakan Tergugat II yang menolak klaim asuransi jiwa kredit atas nama suami Penggugat alm. Teguh Sulistia mengakibatkan Tergugat III lepas tanggung jawab tanpa melakukan tindakan apapun secara hukum atas penolakan klaim asuransi jiwa kredit atas nama debitur alm. Teguh Sulistia oleh Tergugat II, untuk pengurusan lebih lanjut atas penolakan klaim asuransi tersebut, Penggugat harus berjuang sendiri melawan melalui jalur hukum terhadap penolakan klaim tersebut, pada saat Penggugat berupaya meminta Polis dan/atau fotokopi Polis Asuransi Jiwa Kredit PT. Bank Tabungan Negara Cabang Padang atas nama Teguh Sulistia (alm. suami Penggugat), Tergugat I menolak memberikannya kepada Penggugat,

sehingga Penggugat mengalami kesulitan dalam memperjuangkan hak-hak sebagai ahli waris debitur (Teguh Sulistia).

Terhadap penyelesaian kredit atas nama suami Penggugat alm. Teguh Sulistia, Penggugat telah berupaya menyelesaikannya dengan Tergugat I. Namun Tergugat I tidak menanggapinya, sehingga Penggugat melalui kuasa hukumnya mengajukan surat teguran/somasi kepada Tergugat I tertanggal 28 Oktober 2015, agar Tergugat I segera menyatakan pelunasan kredit atas nama suami Penggugat dan mengembalikan seluruh dokumen atau surat-surat yang menjadi hak suami Penggugat termasuk sertifikat hak milik atas nama suami Penggugat, namun Tergugat I menyatakan menolak dan tidak bersedia menyerahkan dokumen kredit atas nama suami Penggugat, sehingga sebagai upaya terakhir Penggugat menempuh penyelesaian perkara a quo melalui pengadilan.

Pada tanggal 30 Oktober 2015, Penggugat menerima surat tertanggal 28 September 2015 dari Tergugat IV yang akan melelang agunan kredit, Penggugat sangat menyayangkan sikap Tergugat I yang tanpa sepengetahuan Penggugat sebagai ahli waris alm. Teguh sulistia menunjuk Tergugat IV untuk melakukan proses pra lelang dan/atau lelang atas agunan kredit, sehingga Penggugat harus berupaya melakukan penyelamatan objek agunan kredit tersebut dari eksekusi sepihak Tergugat I, yaitu dengan menyetujui saran Tergugat I untuk melanjutkan pembayaran angsuran kredit Debitur (suami Penggugat) hingga dibayarkannya klaim asuransi jiwa kredit alm. Teguh Sulistia (suami Penggugat), yang selanjutnya hal tersebut Penggugat tuangkan dalam Surat Pernyataan tertanggal 26 November 2015 yang diketahui oleh Tergugat I.

2. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Pengadilan Negeri Padang

Pertimbangan-pertimbangan hukum majelis hakim Pengadilan Negeri Padang dalam Putusan Pengadilan Negeri Padang Nomor 20/Pdt.G/2016, yaitu sebagai berikut :217

a. Menimbang, bahwa yang menjadi persengketaan antara kedua belah pihak adalah mengenai ditolaknya klaim asuransi oleh penanggung (tergugat II), yang berlanjut akan dilelangnya barang yang menjadi jaminan kredit oleh tergugat IV, yang mana atas ditolaknya klaim asuransi jiwa kredit tersebut baik tergugat I maupun tergugat III tidak melakukan suatu tindakan hukum agar klaim asuransi tersebut dapat terwujut; perbuatan para tergugat itu menurut penggugat adalah perbuatan yang melawan hukum.

b. Mengenai fakta hukum yang diakui kebenarannya atau setidak-tidaknya tidak ada bantahan oleh kedua belah pihak sebagaimana telah diuraikan tersebut di atas, telah didukung pula dengan adanya bukti surat-surat yang diajukan oleh Penggugat yaitu bertanda P-1,P-2,P-3, P-4, P-7 dan bukti yang diajukan oleh tergugat I bertanda T I-1, T I-5; bukti yang diajukan oleh tergugat II bertanda T.II-2, T.II-6-a,dan T.II-7.a, serta bukti yang diajukan oleh tergugat III bertanda T.III-7; bukti-bukti tersebut berupa perjanjian kredit nomor 0000920120215000001, kartu peserta asuransi jiwa kredit (KPAJK) nomor 009.2012.00462 dengan membayar premi asuransi Rp.

31.584.000.- (tiga puluh satu juta lima ratus delapan puluh empat ribu rupiah) dengan nilai pertanggungan sebesar Rp. 700.000.000.- (tujuh ratus

217 Putusan Pengadilan Negeri Padang Nomor 20/Pdt.G/2016/PN.Pdg.

juta rupiah) dengan resiko yang dijamin adalah meninggal dunia; dari bukti-bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa suami penggugat adalah debitur yang mempunyai pinjaman kepada tergugat I dan sebagai peserta asuransi jiwa kredit yang dijamin oleh tergugat II ;

c. Bukti-bukti tersebut P-3, T.I-5, tidak ada aslinya, namun bukti tersebut tidak dibantah oleh para pihak dan berkaitan erat dengan bukti-bukti lainnya serta didukung dengan keterangan saksi dari penggugat, maka telah terbukti bahwa Penggugat berkapasitas mengurus penyelesaian kredit debitur atas nama Teguh Sulistia (almarhum) kepada tergugat I (kreditur) dan berkapasitas pengurusan klaim asuransi jiwa kredit atas nama Teguh Sulistia (almarhum) kepada tergugat II; maka petitum gugatan penggugat angka 2 beralasan hukum untuk dikabulkan;

d. Tergugat II dalam jawabannya menolak klaim asuransi jiwa kredit atas nama Teguh Sulistia yang diajukan oleh penggugat dengan alasan bahwa pemegang polis (alm. Teguh Sulistisa) dalam mengisi Surat Pernyataan Diri (SPD) ada yang disembunyikan terutama pada kenyataan pernah menderita sakit, namun hal itu tidak ditulis dalam SPD tersebut (bukti T.II.3 s.d.

T.II.7.b), sehingga sesuai dengan ketentuan pasal 251 KUHD maka perjanjian pertanggungan/asuransi batal dan permohonan klaim pun ditolak.

e. Untuk membuktikan dalil bantahannya tergugat II telah mengajukan bukti-bukti surat bertanda T.II-1.a s.d. T.II-7.b; dan atas dalil gugatan dan bantahan dari Tergugat II tersebut, Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut bahwa asuransi jiwa kredit lahir dari adanya kesepakatan

para pihak yang membuat perjanjian, dengan tujuan untuk menjamin kredit yang disalurkan kepada debitur apabila debitur meninggal dunia dalam jangka waktu kreditnya dan selanjutnya tunduk pada ketentuan tentang asuransi dan ketentuan perjanjian dalam KUHPerdata, bahwa dari bukti T.II-2 berupa Polis Induk Asuransi Kumpulan Asuransi Jiwa Kredit Platinum PT. Bank Tabungan Negara (Persero), bahwa kartu peserta asuransi jiwa kredit (KPAJK) adalah sebagai tanda bukti kepesertaan asuransi jiwa kredit (bukti P-3) dan telah diakui oleh Tergugat I, II dan Tergugat III suami penggugat Teguh Sulistia (alm) telah mendapatkan Kartu Peserta Asuransi Jiwa Kredit (KPAJK) Platinum nomor 009.2012.00462 dengan membayar premi asuransi Rp. 31.584.000.- (tiga puluh satu juta lima ratus delapan puluh empat ribu rupiah) dengan nilai pertanggungan sebesar Rp. 700.000.000.- (tujuh ratus juta rupiah) dengan resiko yang dijamin adalah meninggal dunia (bukti P-3, T.I-5), maka sah menurut hukum bahwa pemegang polis Teguh Sulistia (alm) sebagai peserta asuransi jiwa kredit pada tergugat II.

3. Putusan Hakim Pengadilan Negeri Padang

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Padang memberi putusannya yaitu :218 a. Dalam konvensi, menolak tuntutan provisi;

b. Dalam eksepsi, menolak eksepsi tergugat I dan tergugat II;

c. Dalam pokok perkara, yaitu :

1) Mengabulkan gugatan penggugat sebagian;

218Putusan Pengadilan Negeri Padang Nomor 20/Pdt.G/2016/PN.Pdg.

2) Menyatakan penggugat berkapasitas mengurus penyelesaian kredit Debitur atas nama alm. Teguh Sulistia sebagaimana Perjanjian Kredit Nomor 0000920120215000001 tertanggal 29 Maret 2012 dan pengurusan klaim asuransi jiwa kredit dengan Polis Asuransi Jiwa Kredit atas nama Debitur alm. Teguh Sulistia dengan Nomor Kartu Peserta Asuransi Jiwa Kredit (KPAJK) : 009.2012.00462;

3) Menyatakan perbuatan Tergugat I yang melakukan proses pra lelang dan/atau lelang terhadap agunan kredit Debitur atas nama alm.

Teguh Sulistia dengan menunjuk Tergugat IV tanpa sepengetahuan dari Penggugat sebagai ahli waris alm. Teguh Sulistia adalah Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatige Daad);

4) Menyatakan perbuatan tergugat I yang menolak pelunasan kredit atas nama Debitur alm. Teguh Sulistia dan tidak bersedia mengembalikan seluruh dokumen atau surat-surat yang menjadi hak Debitur alm. Teguh Sulistia kepada Penggugat sebagai ahli waris alm. Teguh Sulistia adalah Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatige Daad) ;

5) Menyatakan perbuatan Tergugat I menolak memberikan Polis dan/atau fotokopi Polis Asuransi Jiwa Kredit atas nama Teguh Sulistia (suami Penggugat) kepada Penggugat selaku ahli waris Teguh Sulistia adalah Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatige Daad);

6) Menyatakan perbuatan Tergugat II yang menolak pengajuan klaim Asuransi Jiwa Kredit PT. Bank Tabungan Negara (Persero) atas Debitur alm. Teguh Sulistia secara sepihak yang diajukan oleh Penggugat kepada Tergugat II melalui Tergugat I dan Tergugat III adalah Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatige Daad);

7) Menyatakan perbuatan Tergugat III yang bertindak lepas tanggung jawab tanpa melakukan tindakan apapun secara hukum atas penolakan klaim Asuransi Jiwa Kredit atas nama Debitur alm. Teguh Sulistia oleh Tergugat II adalah Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatige Daad);

8) Menyatakan perbuatan Tergugat IV yang melakukan proses pra lelang terhadap agunan kredit atas nama Debitur alm. Teguh Sulistia dengan mengirimkan surat pemberitahuan kepada Penggugat sebagai ahli waris alm. Teguh Sulistia adalah Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatige Daad);

9) Menghukum Tergugat II membayarkan klaim Asuransi Jiwa Kredit PT. Bank Tabungan Negara (Persero) atas nama Debitur alm. Teguh Sulistia kepada Tergugat I sebesar nilai sisa kredit alm. Teguh Sulistia sebagai Debitur Tergugat I;

10) Menghukum Tergugat I menyatakan lunas kredit atas nama Debitur alm. Teguh Sulistia serta mengembalikan seluruh dokumen atau surat-surat yang menjadi hak dari Debitur atas nama alm. Teguh Sulistia kepada Penggugat sebagai ahli waris alm. Teguh Sulistia;

11) Menghukum Tergugat I dan Tergugat IV menghentikan proses pra lelang dan/atau lelang terhadap agunan kredit atas nama Debitur alm.

Teguh Sulistia sampai adanya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap;219

12) Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV untuk membayar biaya yang ditimbulkan dalam perkara ini secara tanggung renteng sejumlah Rp.1.296.000.- (satu juta dua ratus sembilan puluh enam ribu rupiah);

13) Menolak gugatan penggugat selebihnya.

Putusan Pengadilan Tinggi Padang Nomor 11/PDT/2018/PT PDG, yaitu :220

a. Menerima permohonan banding dari Kuasa Tergugat II sekarang Pembanding dan Kuasa Tergugat I sekarang Pembanding;

b. Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Padang Nomor 20/Pdt.G/2016/PN. Pdg tanggal 31 Oktoeber 2016, yang dimohonkan banding tersebut;

c. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan yang dalam tingkat banding ditetapkan sebesar Rp. 150.000.- (seratus lima puluh ribu rupiah).

Putusan Hakim Mahkamah Agung Nomor 3015 K/Pdt/2018, yaitu :221

219Putusan Pengadilan Negeri Padang Nomor 20/Pdt.G/2016/PN.Pdg

220Putusan Pengadilan Tinggi Padang Nomor 11/Pdt/2018/PT Pdg.

221Putusan Mahkamah Agung Nomor 3015 K/Pdt/2018.

a. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I: PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Jakarta II Regional Office dan Pemohon Kasasi II:

PT Bank Tabungan Negara Pusat (Persero) Tbk., cq PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Padang tersebut.

b. Menghukum Pemohon Kasasi I dan II untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sejumlah Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

B. Analisis Terhadap Pertanggungjawaban Perusahaan Asuransi dan Perlindungan Terhadap Ahli Waris Debitur Pemegang Polis Asuransi Kredit Dikaitkan Dengan Prinsip Utmost Good Faith Dalam Pertimbangan dan Putusan Hakim Mahkamah Agung Nomor 3015 K/Pdt/2018

1. Analisis Kepastian Hukum

Kepastian hukum adalah “sicherkeit des Rechts selbst” (kepastian tentang hukum itu sendiri).222 Kepastian hukum merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna karena tidak lagi dapat dijadikan pedoman perilaku bagi semua orang.223

Menurut Van Kant, “hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap manusia agar kepentingan-kepentingan itu tidak diganggu. Bahwa hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat”.

Dalam kasus ini bahwa Mahkamah Agung berpendapat bahwa alasan-alasan kasasi I dan II tidak dapat dibenarkan, oleh karena setelah meneliti memori kasasi dan kontra memori kasasi dihubungkan dengan pertimbangan Judex Facti dalam

222Sudikno Mertokusumo dan H. Salim Hs, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Rajagrafindo Persada, Jakarta,2010, h. 24.

223Ibid, h. 82.

hal ini Pengadilan Tinggi Padang yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri Padang, ternyata Judex Facti tidak salah menerapkan hukum. Putusan Judex Facti/ Pengadilan Tinggi Padang dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang.

Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa yang menjadi persoalan dalam perkara ini adalah Perbuatan Tergugat I yang melakukan proses pra lelang dan/atau lelang terhadap agunan kredit Debitur atas nama alm. Teguh Sulistia dengan menunjuk Tergugat IV tanpa sepengetahuan dari Penggugat sebagai ahli waris alm. Teguh Sulistia adalah perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige Daad) sebagaimana dimaksud Pasal 1365 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

Perbuatan Tergugat I yang menolak pelunasan kredit atas nama Debitur alm. Teguh Sulistia dan tidak bersedia mengembalikan seluruh dokumen atau surat-surat yang menjadi hak Debitur alm. Teguh Sulistia kepada Penggugat sebagai ahli waris alm. Teguh Sulistia adalah perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige daad) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1365 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Perbuatan Tergugat I menolak memberikan Polis dan/atau fotokopi Polis Asuransi Jiwa Kredit atas nama Teguh Sulistia (suami Penggugat) kepada Penggugat selaku ahli waris Teguh Sulistia adalah perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige Daad) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1365 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

Perbuatan Tergugat II yang menolak pengajuan klaim Asuransi Jiwa Kredit PT. Bank Tabungan Negara (Persero) atas Debitur alm. Teguh Sulistia

secara sepihak yang diajukan oleh Penggugat kepada Tergugat II melalui Tergugat I dan Tergugat III adalah perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige Daad) sebagaimana dimaksud Pasal 1365 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

Perbuatan Tergugat III yang bertindak lepas tanggung jawab tanpa melakukan tindakan apapun secara hukum atas penolakan klaim Asuransi Jiwa Kredit atas nama Debitur alm. Teguh Sulistia oleh Tergugat II adalah perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige Daad) sebagaimana dimaksud Pasal 1365 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUH Perdata),

Perbuatan Tergugat IV yang melakukan proses pra lelang terhadap agunan kredit atas nama Debitur alm. Teguh Sulistia dengan mengirimkan surat pemberitahuan kepada Penggugat sebagai ahli waris alm. Teguh Sulistia adalah perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige Daad) sebagaimana dimaksud Pasal 1365 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).224 Dikaitkan dengan prinsip Utmost Good Faith maka perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV telah melanggar prinsip tersebut.

Putusan Pengadilan Negeri Padang Nomor 20/Pdt.G/2016/PN.Pdg.yang dimohonkan banding tersebut, juga dikuatkan dengan Putusan Putusan Pengadilan Tinggi Padang Nomor 11/PDT/2018/PT.PDG. Pertimbangan hakim dalam memutus perkara pada putusan ini sudah benar dan telah memberikan kepastian hukum kepada ahli waris pemegang polis.

224Putusan Mahkamah Agung Nomor 3015 K/Pdt/2018.

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1365 KUHPerdata, maka suatu perbuatan melawan hukum haruslah mengandung unsur-unsur sebagai berikut:225

a. Adanya suatu perbuatan.

b. Perbuatan tersebut melawan hukum.

c. Adanya kesalahan dari pihak pelaku.

d. Adanya kerugian bagi korban.

e. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian.

Adapun penjelasan bagi masing-masing unsur dari perbuatan melawan hukum tersebut, yaitu sebagai berikut:

a. Adanya Suatu Perbuatan

Suatu perbuatan melawan hukum diawali oleh suatu perbuatan dari si pelakunya. Umumnya diterima anggapan bahwa dengan perbuatan disini dimaksudkan, baik berbuat sesuatu (dalam arti aktif) maupun tidak berbuat sesuatu (dalam arti pasif), misalnya tidak berbuat sesuatu, padahal dia mempunyai kewajiban hukum untuk membuatnya, kewajiban mana timbul dari hukum yang berlaku (karena ada juga kewajiban yang timbul dari suatu kontrak). Karena itu, terhadap perbuatan melawan hukum, tidak ada unsur

“persetujuan atau kata sepakat” dan tidak ada juga unsur “causa yang diperbolehkan” sebagaimana yang terdapat dalam kontrak.226

b. Perbuatan Tersebut Melawan Hukum

Perbuatan yang dilakukan tersebut haruslah melawan hukum. Sejak tahun 1919, unsur melawan hukum ini diartikan dalam arti yang seluas-luasnya, yakni meliputi hal-hal sebagai berikut: Yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum, atau Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban

225Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum (Pendekatan Kontemporer), (Bandung:

PT Citra Aditya Bakti, 2005), hal 10.

226Ibid, h. 10-11.

hukum si pelaku, atau Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan (goede zeden), atau Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam bermasyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain (indruist tegende zorgvuldigheid, welke in het maaatschapelijk verkeer betaamt ten aanzien van anders persoon of goed).227

c. Adanya Kesalahan dari Pihak Pelaku

Agar dapat dikenal Pasal 1365 tentang Perbuatan Melawan Hukum tersebut, undang-undang dan yurisprudensi mensyaratkan agar pada pelaku haruslah mengandung unsur kesalahan (schuldelement) dalam melaksanakan perbuatan tersebut. Karena itu, tanggung jawab tanpa kesalahan (strict liability) tidak termasuk tanggung jawab berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata.228 Karena Pasal 1365 KUHPerdata mensyaratkan adanya unsur kesalahan (schuld) dalam suatu perbuatan melawan hukum, maka perlu diketahui bagaimanakah cakupan dari unsur kesalahan tersebut. Suatu tindakan dianggap oleh hukum mengandung unsur kesalahan sehingga dapat dimintakan tanggung jawabnya secara hukum jika memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1) Ada unsur kesengajaan, atau

2) Ada unsur kelalaian (negligence, culpa), dan

3) Tidak ada alasan pembenar atau alasan pemaaf (rechtvaardigingsgrond), seperti keadaan overmacht, membela diri, tidak waras, dan lain-lain.229

227Ibid, h. 11.

228Ibid, h. 11.

229Ibid, h. 12.

2. Analisis Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum berasal dari dua suku kata yaitu perlindungan dan hukum. Perlindungan adalah hal atau perbuatan melindungi.230 Hukum adalah

“aturan untuk menjaga kepentingan semua pihak”.231 Menurut Wirjono Prodjodikoro, “perlindungan hukum adalah suatu upaya perlindungan yang diberikan kepada subjek hukum, tentang apa-apa yang dapat dilakukannya untuk mempertahankan atau melindungi kepentingan dan hak subjek hukum tersebut”.

Dalam kasus putusan Mahkamah Agung Nomor 3015 K/Pdt/2018, pemegang polis telah melakukan kewajiban yang seharusnya dilakukan oleh pemegang polis yangmana dikaitkan dengan prinsip itikad baik (utmost good faith) maka pemegang polis sudah melakukan prinsip tersebut. Dengan dikeluarkan Polis Nomor 009.2012.00462 tertanggal 29 Maret 2012, maka saat itu terjadi hubungan hukum antara perusahaan asuransi dengan pemegang polis.

Dalam kasus ini, hakim menekankan kewajiban bagi perusahaan asuransi

Dalam kasus ini, hakim menekankan kewajiban bagi perusahaan asuransi