• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PERUSAHAAN

B. Prosedur dan Tata Cara Klaim Asuransi Jiwa Kredit dalam Hal

2. Tujuan Asuransi Kredit

Tujuan asuransi kredit yaitu “melindungi pihak pemberi kredit dari kemungkinan tidak kembalinya kredit yang telah diberikan kepada nasabahnya”.

Selain itu bertujuan juga untuk “membantu kegiatan, pengarahan, dan keamanan perkreditan, baik perkreditan perbankan maupun perkreditan lainnya diluar perbankan”. Dari adanya asuransi kredit ini, dapat mendorong bank lebih giat membantu para calon nasabahnya dalam menyediakan modal usaha untuk membangun usahanya.95

Asuransi kredit membantu mengarahkan dan mengamankan perkreditan, contohnya dengan menambahkan syarat bahwa ganti rugi hanya akan diberikan kepada pihak pemegang polis jika kerugian bukan diakibatkan oleh perilaku tidak pantas nasabah bank. Dengan adanya penambahan persyaratan yang demikian, maka bank akan lebih berhati-hati dalam memberikan kredit kepada debitur.96

Sedangkan menurut Abdulkadir Muhammad tujuan asuransi adalah sebagai berikut:

a. Pengalihan risiko perusahaan asuransi selalu siap menerima tawaran dari pihak pemegang polis untuk mengambil alih risiko dengan imbalan pembayaran premi. pemegang polis mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan risiko yang mengancam harta kekayaan atau jiwanya.

b. Pembayaran ganti rugi jika pada suatu ketika sungguh-sungguh terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian (risiko berubah menjadi kerugian), maka kepada pemegang polis yang bersangkutan akan dibayar ganti kerugian seimbang dengan jumlah asuransinya. Berbeda dengan asuransi kerugian, pada asuransi jiwa apabila dalam jangka waktu asuransi terjadi

94Farid Setya Nugraha, Op.Cit.,, 2018, h. 9.

95Ibid, h. 13.

96Ibid.

peristiwa kematian atau kecelakaan yang menimpa diri pemegang polis, maka perusahaan asuransi akan membayar jumlah asuransi yang telah disepakati bersama seperti yang tercantum dalam polis.

c. Pembayaran santunan asuransi kerugian dan asuransi jiwa diadakan berdasarkan perjanjian bebas (sukarela) antara perusahaan asuransi dan pemegang polis. Artinya perusahaan asuransi terikat dengan pemegang polis karena perintah undang-undang bukan karena perjanjian. Asuransi sosial ini disebut asuransi sosial (social insurance).97

3. Prosedur dan Tata Cara Klaim Asuransi Jiwa Kredit dalam Hal Debitur Meninggal Dunia

Sula menyatakan “bahwa klaim merupakan aplikasi oleh peserta asuransi untuk memperoleh pertanggungan atas kerugiannya yang tersedia berdasarkan perjanjian”. Klaim merupakan “pengajuan hak yang dilakukan oleh pemegang polis kepada perusahaan asuransi untuk mendapatkan haknya berupa pertanggungan atas kerugian berdasarkan perjanjian atau akad yang telah dibuat”.98

Prosedur penanganan klaim adalah “urut-urutan atau tata cara yang dilakukan perusahaan asuransi dalam memutuskan pembayaran klaim, klaimnya apakah akan dibayarkan atau ditolak”.99 Prosedur penanganan klaim menurut Darmawi yaitu:100

a. Pemberitahuan tahap pertama dalam proses penanganan klaim adalah pemberitahuan dari pemegang polis kepada perusahaan asuransi bahwa suatu risiko telah terjadi.

b. Penyelidikan, penyelidikan ini digunakan untuk menentukan apakah risiko yang terjadi sebenarnya dijamin oleh polis, lalu melakukan survey untuk memastikan apakah benar pihak pemegang polis benar-benar mengalami risiko.

c. Bukti kerugian setelah memberitahukan kerugian, pihak pemegang polis diharapkan untuk menyertakan bukti kerugian, bukti kerugian berupa

97Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., h. 5.

98Sula, Muhammad Syakir, Asuransi Syariah : Konsep dan Sistem Operasional, Gema Insani Press, Jakarta, 2004, h. 259.

99 Farid Setya Nugraha, Op.Cit., h. 14.

100Herman Darmai, Manajemen Asuransi, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2006, h. 47.

dokumen-dokumen pendukung klaim sepertifotocopi Identitas Elektronik Kartu Tanda Penduduk (E-KTP), Kartu Keluarga, Polis dan surat pengajuan klaim.

d. Pembayaran jika semua proses berjalan lancar dan tidak ada hambatan, maka perusahaan asuransi akan menarik suatu draft untuk membayar ganti rugi kepada pihak pemegang polis. Tetapi jika masih ditemukan hambatan, maka pihak asuransi akan menolak atau menunda klaim tersebut.

Prosedur klaim asuransi jiwa kredit dalam hal debitur meninggal dunia, yaitu sebagai berikut :

a. Tahap pertama dalam proses penanganan klaim adalah pemberitahuan dari pemegang polis kepada perusahaan asuransi bahwa suatu risiko telah terjadi.

Misalnya pemegang polis meninggal dunia.

b. Tahap kedua yaitu penyelidikan, yangmana digunakan untuk menentukan apakah risiko yang terjadi sebenarnya dijamin oleh polis, lalu pihak asuransi melakukan survei untuk memastikan apakah benar pihak pemegang polis benar-benar mengalami risiko. Biasanya di dalam tahapan ini pihak asuransi akan menanyakan kepada masyarakat sekitar dengan kebenaran risiko yang telah dialami oleh pemegang polis.

c. Tahap ketiga dalam mengajukan klaim yaitu menyertakan bukti berupa dokumen-dokumen pendukung. Bukti bahwa memang benar pemegang polis mengalami meninggal dunia yaitu adanya surat kematian yang dikeluarkan oleh lurah/camat di daerah tersebut ataupun surat kematian dari dari RS.

d. Tahap terakhir yaitu pembayaran, jika semua proses berjalan lancar dan tidak ada hambatan, maka perusahaan asuransi akan menarik suatu draft untuk membayar ganti rugi kepada pihak pemegang polis. Tetapi jika masih

ditemukan hambatan, maka pihak asuransi akan menolak atau menunda klaim tersebut.101

Tata cara klaim asuransi jiwa kredit dalam hal debitur meninggal dunia yaitu sebagai berikut :

a. Nasabah

Nasabah melaporkan terjadinya suatu risiko kepada pihak bank bagian marketing pembiayaan. Proses pelaporan dilakukan sesegera mungkin, maksimal 3 (tiga) bulan atau 90 (sembilan puluh) hari setelah terjadinya suatu risiko dengan datang langsung ke bank menemui bagian marketing pembiayaan atau dapat juga melaporkan melalui telepon atau email disertai dengan pemberitahuan mengenai:

1) Tempat, tanggal dan jam terjadinya musibah.

2) Sebab-sebab terjadinya musibah.

3) Informasi-informasi lain yang menurut pihak nasabah perlu untuk diketahui oleh pihak bank.

4) Menyerahkan Syarat Dokumen Pendukung Klaim Dokumen pendukung klaim asuransi kredit dibedakan menjadi 2 (dua) jenis menurut penyebab terjadinya risiko yaitu:

a) Klaim meninggal Dunia/Kecelakaan, syaratnya :

(1) Surat pengajuan klaim dari pihak Bank/Pemegang Polis.

(2) Surat keterangan meninggal dunia dari pemerintah setempat/instansi berwenang yang disertai dengan sebab debitur meninggal

101Wawancara dengan Toynbe Murdani Napitupulu, Supervisor PT. BRI Life Kota Medan, pada tanggal 09 Juni 2021, pukul 09.30 WIB

(sakit/kecelakaan). Khusus untuk debitur yang meninggal karena kecelakaan lalu lintas melampirkan surat keterangan dari kepolisian.

(3) Surat keterangan Dokter yang merawat bila meninggal di Rumah Sakit.

(4) Fotocopi perjanjian akad kredit antara Bank dengan peserta.

(5) Fotocopi Elektronik Kartu Tanda Penduduk (EKTP) peserta dan ahli waris.

(6) Fotocopi Kartu Keluarga.

(7) Fotocopi Ikhtisar Pertanggungan Asuransi (Polis).

(8) Rekening sisa pinjaman kredit dari pemegang polis (Rekening Koran);102

b) Klaim Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

(1) Surat pengajuan Klaim dari pihak Bank/ Pemegang Polis.

(2) Fotocopi Surat Keputusan (SK) Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari instansi terkait yang dilegalisir beserta surat pengangkatan.

(3) Fotocopi perjanjian akad kredit antara Bank dengan peserta.

(4) Fotocopi Elektronik Kartu Tanda Penduduk (E-KTP) peserta dan ahli waris.

(5) Fotocopi Kartu Keluarga.

(6) Fotocopi Ikhtisar Pertanggungan Asuransi (Polis).

102Wawancara dengan Toynbe Murdani Napitupulu, Supervisor PT. BRI Life Kota Medan, pada tanggal 09 Juni 2021, pukul 09.30 WIB.

(7) Rekening sisa pinjaman kredit dari pemegang polis (Rekening Koran).103

b. Bank

Dalam asuransi kredit pihak bank adalah sebagai pihak pemegang polis, adapun yang bertugas menangani masalah klaim asuransi kredit adalah bagian marketing pembiayaan. Dalam proses pengajuan klaim asuransi kredit ini, pihak marketing pembiayaan mempunyai tugas yaitu:

1) Menerima laporan terjadinya suatu risiko dari nasabah yang diberikan pembiayaan.

2) Meminta data pendukung pengajuan klaim ke nasabah.

3) Melaporkan terjadinya klaim ke pihak perusahaan asuransi.

4) Menyerahkan syarat dokumen pendukung pengajuan klaim ke pihak perusahaan asuransi.104

c. Perusahaan Asuransi

Dalam asuransi kredit pihak perusahaan asuransi adalah sebagai pihak penanggung, adapun yang bertugas menangani masalah pengajuan klaim asuransi kredit adalah bagian divisi klaim. Dalam proses pengajuan klaim asuransi kredit ini, pihak divisi klaim perusahaan asuransi mempunyai tugas yaitu:

1) Menerima laporan pengajuan klaim dari pihak Bank.

2) Meminta dokumen pendukung pengajuan klaim ke pihak Bank.

103Wawancara dengan Toynbe Murdani Napitupulu, Supervisor PT. BRI Life Kota Medan, pada tanggal 09 Juni 2021, pukul 09.30 WIB.

104Wawancara dengan Toynbe Murdani Napitupulu, Supervisor PT. BRI Life Kota Medan, pada tanggal 09 Juni 2021, pukul 09.30 WIB

3) Menganalisa klaim, proses menganalisa klaim mencakup:

(1) Kesesuaian dokumen pendukung klaim dengan persyaratan dokumen pengajuan klaim.

(2) Memastikan penyebab kerugian tidak termasuk risiko yang dikecualikan dalam polis.

(3) Analisis besarnya tuntutan klaim dan perhitungan besarnya ganti rugi yang menjadi tanggungan perusahaan asuransi.

4) Menyetujui atau menolak klaim. Klaim asuransi disetujui apabila dalam proses analisa klaim tidak terjadi masalah atau telah sesuai dengan ketentuan persyaratan pengajuan klaim. Tetapi apabila dalam proses analisa klaim terjadi suatu masalah maka klaim tersebut dapat ditunda atau ditolak.

5) Membayarkan tuntutan klaim sesuai ganti rugi apabila pengajuan klaim telah disetujui. Pembayaran klaim diberikan kepada pihak pemegang polis dalam waktu 14 (empat belas) hari atau 2 (dua) minggu terhitung dari laporan terjadinya suatu klaim yang masuk di perusahaan asuransi BRI Life.105

C. Penerapan Prinsip Utmost Good Faith dalam Polis Asuransi Jiwa Kredit

Principle of Utmost Good Faith sebagai prinsip hukum asuransi disebut dengan istilah prinsip iktikad baik sempurna atau asas kejujuran yang sempurna

105Wawancara dengan Toynbe Murdani Napitupulu, Supervisor PT. BRI Life Kota Medan, pada tanggal 09 Juni 2021, pukul 09.30 WIB.

(uberrimae fidei).106 Principle Utmost Good Faith menyangkut kewajiban yang harus dipenuhi sebelum perjanjian asuransi jiwa disepakati kedua belah pihak107. Dari prinsip ini dapat dinyatakan bahwa pemegang polis wajib menginformasikan kepada perusahaan asuransi mengenai suatu fakta dan hal pokok yang diketahuinya, serta hal-hal yang berkaitan dengan risiko terhadap pertanggungan yang dilakukan. Keterangan yang tidak benar dan informasi yang tidak disampaikan dapat mengakibatkan batalnya perjanjian asuransi.108

Asas kejujuran ini pada dasarnya merupakan asas bagi setiap perjanjian sehingga harus dipenuhi oleh para pihak yang mengadakan perjanjian. Tidak dipenuhinya asas ini pada saat akan menutup suatu perjanjian akan menyebabkan adanya cacat kehendak, sebagaimana makna dari seluruh ketentuan dasar yang diatur oleh Pasal 1320-1329 KUHPerdata.109 Itikad baik juga merupakan satu dasar utama dan kepercayaan yang melandasi setiap perjanjian dan hukum pada dasarnya juga tidak melindungi pihak yang beriktikad buruk.

Meskipun secara umum iktikad baik pelaksanaan kontrak sudah diatur dalam ketentuan Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata, sedangkan itikad baik para kontrak asuransi jiwa diatur dalam Pasal 251 KUHD yang mengatur

“Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak memberikan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung, betapapun iktikad baik ada padanya, yang demikian sifatnya sehingga seandainya si penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu

106 Kuat Ismanto, Principle Of Utmost Good Faith Dalam Perjanjian Asuransi, Jurnal, Pekalongan, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), 2012, h. 296.

107 H. Gunanto, Asuransi Kebakaran di Indonesia, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 2003, h.36-38.

108 Selvi Harvia Santri, Op.Cit., 79.

109Ibid h. 80.

tidak akan ditutup atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan”.110

Dalam praktik, informasi atau keterangan dari calon pemegang polis dapat diberikan secara lisan maupun tertulis. Apabila secara tertulis, dilaksanakan dengan cara mengisi daftar isian formulir aplikasi yang sudah disiapkan oleh perusahaan asuransi. Aplikasi sama artinya dengan blangko permohonan untuk menjadi nasabah perusahaan asuransi berisikan informasi yang dibutuhkan guna pengisian pada bagian deklarasi suatu polis. Aplikasi bisa secara terperinci atau tidak, tergantung pada jenis asuransinya. Blanko isian yang sudah diisi kemudian ditandatangani oleh calon pemegang polis sebagai pemohon.111

Aplikasi yang bersangkutan dapat disiapkan secara rinci atau tidak di samping pemegang polis pada jenis asuransi juga sangat dipengaruhi oleh kebutuhan keterangan-keterangan yang penting yang perlu dan harus diketahui oleh perusahaan asuransi. Perjanjian asuransi seharusnya dibuat berdasarkan itikad baik. Karena itu kedua belah pihak dilarang melakukan penyembunyian (concealment) fakta pokok risiko yang diketahuinya.

Kewajiban memberikan keterangan dan informasi sebagai pencerminan baik yang sempurna itu harus dipenuhi kedua belah pihak, baik pihak perusahaan asuransi maupun pihak pemegang polis mempunyai beban kewajiban sama dan seimbang.112 Pemegang polis diwajibkan untuk melakukan Medical check up

110Helena Primadianti Sulistyaningrum, Prinsip Itikad Baik (Pasal 251 KUHD) Dalam Hal Terjadinya Penolakan Klaim Asuransi Kepada Tertanggung Sebagai Konsumen (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen), Jurnal Ilimiah, Universitas Sriwijaya, 2017, h.4344.

111Selvi Harvia Santri, Op.Cit.,, h. 80.

112Ibid.

yang hasilnya menjadi pertimbangan bagi perusahaan asuransi untuk menentukan besarnya premi, risiko dan nilai manfaat pada perusahaan asuransi.113

Dalam hal ini kepada setiap calon pemegang polis, sebelum menutup perjanjian asuransi mempunyai kewajiban untuk memberitahukan kepada calon perusahaan asuransi semua fakta yang diketahuinya atau yang seharusnya diketahuinya sehingga calon perusahaan asuransi dapat memutuskan apakah akan menutup perjanjian asuransi atau tidak. Bahkan apakah calon perusahaan asuransi akan menutup dengan syarat-syarat yang sama atau tidak. Kewajiban pemberitahuan tersebut yang utama adalah menyangkut fakta-fakta yang sudah diketahui atau yang seharusnya diketahui oleh calon perusahaan asuransi.114

Sebagaimana telah disinggung di muka bahwa perjanjian asuransi juga harus memenuhi syarat sah perjanjian, sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Tujuan perjanjian asuransi adalah “memindahkan risiko yang akan dihadapi pemegang polis kepada perusahaan asuransi dengan membayar sejumlah premi”. Hal terpenting dalam prinsip ini adalah kejujuran peserta atas objek yang dipertanggungkan. Dalam prinsip ini pihak yang seharusnya jujur bukan hanya pihak pemegang polis akan tetapi juga harus perusahaan asuransi yang telah diwakilkannya kepada agen asuransi. Sebab kontrak asuransi ini adalah kontrak antara dua pihak yang seimbang dan juga pada dasarnya asuransi itu dijual.115

113 Mokhamad Khoirul Huda., Op.Cit. h. 53.

114Fadhiel Naufaldi, Tanggung Gugat Tertanggung Terhadap Penolakan Klaim Asuransi Jiwa PT. Panin Dai Ichi Life, Skripsi, Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, 2020, h.

53.

115Erlina b, Klaim Ganti Rugi Dalam Perjanjian Asuransi Kendaraan Bermotor, Jurnal Ilmiah, Bandar Lampung, Universitas Bandar Lampung, 2010, h. 104.

Secara teknis, agen atau marketing asuransi menjelaskan secara jujur klausul-klausul yang ada dalam polis sehingga ketidaktahuan peserta dalam membaca isi polis tidak terjadi, sehingga pemegang polis tidak tertipu dan merasa kecewa di belakang hari. Penipuan penjual asuransi adalah “apabila penjual menyembunyikan segala hal berkait dengan polis asuransi dari pembeli, padahal jelas-jelas mengetahuinya”. Penjual menutupi kecacatan atau klausul yang ada dalam polis dengan sesuatu yang bisa mengelabuhi pembeli sehingga terkesan tidak cacat atau menutupinya seolah-olah polis itu tanpa klausul dan semuanya tampak baik-baik saja.116

Dalam kaitan kejujuran, perusahaan asuransi termasuk agen penjual polis, kebenaran dan keakuratan informasi yang dimiliki terhadap peserta adalah satu hal yang wajib. Informasi yang harus diberikan perusahaan kepada peserta tidak hanya berkaitan dengan kualitas jasa, klausul-klausul, macam-macam risiko yang ditangani, tetapi juga pada efek-efek yang akan diterima peserta, serta hal lain yang terkait.117 Filosofi utama dari principle of utmost good faith yang tidak tercapai menyebabkan kekhawatiran cacat kehendak dalam perjanjian. Cacat kehendak yang dimaksud adalah penipuan. Dengan kata lain, prinsip ini memegang teguh kejujuran dalam sebuah perjanjian.118

Hal lain yang perlu dipahami bahwa asuransi termasuk dalam perjanjian baku sebab bentuk kontraknya telah ditetapkan dalam bentuk polis119. Berkaitan dengan prinsip ini pihak perusahaan tidak boleh melakukan penyalahgunaan

116Selvi Harvia Santri, Op.Cit., h. 80.

117Ibid, h. 82.

118Ibid.

119 Marsidah, Bentuk Klausula-Klausula Baku Dalam Perjanjian Kredit Bank, Jurnal, Universitas Palembang, 2019, h. 298.

keadaan adanya perjanjian yang telah dibakukan. Meskipun penyalahgunaaan keadaan belum termasuk sebagai salah satu faktor penyebab batalnya perjanjian dalam hukum positif Indonesia.

Akibat hukum dari pelanggaran prinsip utmost good faith ini menyebabkan perjanjian batal. Pemegang polis yang terbukti melanggar prinsip tersebut tidak menerima klaim yang diajukan. Perusahaan asuransi tidak berkewajiban memberikan ganti kerugian berkaitan dengan kerugian yang dialami oleh pemegang polis. Hal itu semua telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku secara tegas.120

D. Tanggung Jawab Hukum Perusahaan Asuransi Terhadap Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Kredit Dalam Hal Debitur Meninggal Dunia Dikaitkan Dengan Prinsip Utmost Good Faith

Perusahaan asuransi adalah “suatu lembaga yang sengaja dirancang dan dibentuk sebagai lembaga pengambil alih dan penerima risiko”.121 Dalam hal ini perusahaan asuransi merupakan perusahaan yang dengan sengaja menyediakan diri untuk mengambil alih dan menerima risiko pihak lain melalui perjanjian asuransi.122

Di dalam asuransi mengenal istilah evenemen, atau sering disebut sebagai peristiwa yang tidak pasti terjadi. Evenemen diartikan sebagai “peristiwa atau kejadian tesebut tidak dapat diperkirakan akan terjadi walaupun peristiwa tersebut mungkin saja akan terjadi namun saat terjadinya peristiwa itu tidak dapat

120Arif Prasetiyo, Asas Utmost Good Faith Dalam Sengketa Klaim Asuransi Jiwa PT.Prudential Life Assurance (Studi Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 407/Pdt.G/2011/PN.JKT.Sel), Skripsi,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014, h. 36.

121Sri Redjeki Hartono, Op. Cit, h. 45.

122Hilda Pratiwi, Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Dalam Pelaksanaan Pemberian Kredit Perbankan Dengan Adanya Syarat Banker’s Clause, Skripsi, Universitas Diponegoro, 2016, h. 3.

ditentukan dan pula tidak diharapkan oleh tertanggung”.123 Namun apabila peristiwa tersebut benar terjadi pada perjanjian asuransi yang masih berlaku secara sah maka penanggung wajib untuk melakukan pemenuhan kewajibannya guna membayar sejumlah kerugian yang dirasakan oleh tertanggung. Namun apabila yang terjadi sebaliknya jika tertanggung mengetahui tentang peristiwa yang akan terjadi maka tertanggung tidak dapat memintakan haknya untuk menuntut pembayaran ganti kerugian kepada penanggung.124

Perjanjian kredit bank merupakan salah satu contoh perjanjian baku yang telah ditetapkan sepihak oleh pihak bank. Perjanjian Kredit adalah “perjanjian mengenai pemberian fasilitas kredit dari pihak bank kepada debitur”. Jika dilihat dari syarat sahnya perjanjian itu dibuat yaitu khususnya pada poin kesepakatan para pihak, maka sebenarnya klausula baku pada perjanjian kredit merupakan kecacatan kehendak.125

Asuransi jiwa bagi debitur kredit perbankan sering kali dijumpai dalam perjanjian kredit menyertakan suatu syarat yang biasa disebut dengan syarat banker’s clause. Syarat banker’s clause disertakan “adalah agar debitur yang telah mengadakan perjanjian kredit dapat mencairkan dananya”. Dalam rangka tersebut, maka debitur harus mengadakan perjanjian asuransi terlebih dahulu dengan perusahaan asuransi yang telah ditunjuk oleh pihak bank.126

123 Arikha Saputra, Tanggungjawab Asuransi Dalam Mekanisme Klaim Pada Perjanjian Asuransi Berdasarkan Prinsip Utmost Good Faith, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 9 No. 1/ Februari/2021, h. 216.

124 Ibid.

125Ibid.

126Ika Kurniasi, Dkk, Tanggung Jawab PT. Bank Negara Indonesia (Persero) TBK Selaku Pemegang Polis Atas Penolakan Klaim Asuransi Nasabah, Jurnal Hukum, Universitas Hasanuddin, 2015, h. 92.

Asuransi jiwa kredit merupakan suatu macam asuransi jiwa, dimana yang dipertanggungkan adalah jiwa pihak debitur/peminjam dari pihak pemegang polis dan pihak perusahaan asuransi memberi santunan sebesar sisa hutang yang belum dilunasi sesuai dengan jadwal pelunasan, jika debitur meninggal dunia dalam masa asuransi.127 Hal tersebut bersesuaian dengan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.

Tujuannya tidak lain adalah ”untuk melindungi para nasabah dari kerugian finansial akibat datangnya musibah yang tidak terduga dan memberikan jaminan kepada para nasabah di masa yang akan datang”.

Lembaga perasuransian, sama halnya dengan lembaga perbankan, akan dipercaya apabila dapat memberikan jaminan kepercayaan kepada masyarakat.

Perusahaan asuransi harus benar-benar dapat memberikan jaminan bahwa dana yang dikumpulkan akan dikembalikan di kemudian hari sesuai dengan hak debitur. Masyarakat harus dapat diyakinkan bahwa perusahaan asuransi akan dapat memenuhi kewajibannya untuk membayar ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh masyarakat pemegang polis. 128

Asuransi merupakan “perjanjian ganti rugi antara pemegang polis dan perusahaan asuransi yang aktanya disebut polis asuransi”. Kontrak asuransi sangat spesifik karena hanya ditandatangani oleh perusahaan asuransi, tetapi mengikat pihak pemegang polis. Isi perjanjian umumnya disusun oleh perusahaan asuransi menjadi sesuatu yang baku atau standar.129

127 Hilda Pratiwi, Op.Cit., h. 4.

128Zainul Akmal Siregar, Analisis Hukum Pemberian Fasilitas Kredit Dengan Jaminan Polis Asuransi Pada PT Asuransi Jiwasraya Medan, Skripsi, UMSU, 2019, h. 50.

129Ibid.

Isi kontrak asuransi di samping memuat bahasa-bahasa hukum, juga sangat teknis dan spesifik, di mana pada umumnya sangat sulit untuk memahami isi polis asuransi. Jangankan pihak pemegang polis, banyak pelaku dalam perusahaan perasuransian juga kurang memahami isi kontrak. Dalam bisnis asuransi, ada beberapa prinsip asuransi yang harus diterapkan baik oleh perusahaan asuransi maupun oleh masyarakat pemegang polis.130

Dalam perjanjian asuransi yang diperjanjikan, apabila pemegang polis menderita kerugian secara riil, perusahaan asuransi akan membayar sejumlah uang sebagai ganti kerugian. Proteksi yang dijanjikan kepada pemegang polis akan dipenuhi oleh perusahaan asuransi, apabila syarat-syarat dipenuhi. Syarat-syarat agar perusahaan asuransi bersedia memenuhi tanggung jawabnya dengan melaksanakan prestasinya sebagai berikut :131

1. Adanya peristiwa yang tidak tentu.

2. Hubungan sebab akibat.

3. Apakah ada yang memberatkan risiko.

4. Apakah ada cacat atau kebusukan atau sifat kodrati dari barang.

5. Kesalahan pemegang polis.

6. Nilai yang diasuransikan.

Nasabah bank/pemegang polis asuransi jiwa kredit secara hukum juga termasuk sebagai konsumen yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, disebutkan mengenai hak-hak dari konsumen salah satunya yaitu pada Pasal 4 poin h bahwa:

“konsumen mempunyai hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti kerugian

130Henky K. V. Paendong. Perlindungan Pemegang Polis Pada Asuransi Jiwa Di Kaitkan Dengan Nilai Investasi. Vol.I/No.6/Oktober-Desember /2013, h. 11.

131Sri Redjeki Hartono, Op. Cit, h. 109.

dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai

dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai