• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PERUSAHAAN

A. Dasar Hukum dan Prinsip-Prinsip Asuransi

3. Prinsip-Prinsip Asuransi

Prinsip asuransi “adalah hal-hal yang mendasari perjanjian kontrak asuransi (polis) antara pihak perusahaan asuransi dengan pemegang polis atau nasabah”. Tujuannya adalah “mengalihkan risiko kepada perusahaan asuransi dengan pembayaran premi yang dilakukan oleh pemegang polis”.81 Berarti asuransi bersifat menguntungkan kedua belah pihak.

78Ibid.

79Ibid, h. 395.

80Ibid.

81Arti Clara Silaban, Pelaksanaan Klaim Asuransi Jiwa Terkait Dengan Syarat Dan Ketentuan Pengajuan Klaim (Studi Pada PT. Asuransi Jiwa Generali Indonesia), Skripsi, Universitas Sumatera Utara, 2019, h. 21.

Tentu, untuk membuat mekanisme tersebut bisa berjalan secara ideal, penyedia pertanggungan serta mereka yang menjadi pemegang polis harus terikat dalam sebuah kontrak, atau disebut juga polis. Polis asuransi mengandung prinsip-prinsip asuransi yaitu sebagai berikut:82

a. Insurable interest yaitu prinsip ini bisa diartikan bahwa “seseorang hanya diperbolehkan mengasuransikan sesuatu, yang memiliki hubungan ekonomi serta diakui secara hukum”. Sebagai contoh, seorang pebisnis hanya boleh mengambil asuransi kebakaran untuk toko miliknya. Atau contoh lain, seseorang hanya boleh mengambil membelikan asuransi jiwa atau asuransi kesehatan untuk anggota keluarganya.

b. Utmost good faith, arti dari prinsip ini ialah “baik pemegang polis maupun perusahaan asuransi harus beritikad baik dalam melakukan perikatan”.

Itikad baik di sini diartikan sebagai mengungkapkan informasi secara detil dan akurat. Pemegang polis harus transparan tentang obyek yang akan diasuransikan. Sementara penyedia asuransi harus merinci persyaratan pertanggungan.

c. Indemnity yaitu “prinsip ini menegaskan manfaat asuransi bagi pemegang polis. Jadi, asuransi berfungsi mengembalikan posisi keuangan nasabah jika terjadi suatu risiko, ke posisi sebelum terjadi risiko”. Contoh, fungsi asuransi kesehatan ialah mengembalikan posisi keuangan si pemegang polis sebelum sakit.Jadi, jika si pemegang polis keluar uang Rp.

1.000.000.- (satu juta rupiah) karena sakit, maka asuransi kesehatan berfungsi mengembalikan Rp. 1.000.000.- (satu juta rupiah) tersebut.

Dengan begitu, tujuan memperoleh keuntungan dari asuransi adalah anggapan yang keliru.

d. Subrogation yaitu “prinsip ini berarti perusahaan asuransi mengambil posisi pemegang polis dalam menuntut ganti rugi jika terjadi risiko”. Prinsip ini contohnya berlaku pada asuransi umum. Misalkan ada seseorang bernama Agus, pemegang polis asuransi kendaraan, terlibat kecelakaan dengan mobil Budi. Maka, ketika Agus mengajukan klaim penggantian kerugian atas kecelakaan itu ke perusahaan asuransi yang menanggungnya, maka ia tidak lagi memiiki hak untuk menagih ganti rugi dari Budi. Dalam hal ini, perusahaan asuransilah yang bertugas menanggung kerugian Agus, kemudian menagih ganti rugi tersebut ke Budi.

e. Contribution adalah “prinsip yang berlaku untuk satu objek yang diasuransikan ke lebih dari satu perusahaan asuransi”. Praktik ini biasanya terjadi di asuransi umum dan nilai pertanggungan yang diasuransikan sangat besar. Patut ditegaskan bahwa ada perusahaan asuransi yang terlibat, prinsip indemnity yang menyatakan bahwa total ganti rugi tidak boleh lebih

82Allianz, Prinsip-Prinsip Asuransi, https://www.allianz.co.id/explore/pahami-konsep-dan-prinsip-prinsip-asuransi-agar-kamu-bisa-menikmati-manfaatnya.html, diakses tanggal 21 Juli 2021.

dari nilai kerugian. Pembayaran ganti rugi dari tiap penanggung bisa dibagi berdasarkan:83

1) Proporsional (prorate), yang berarti setiap perusahaan asuransi akan bertanggung jawab secara prorata sesuai dengan bagian masing-masing.

2) Non-proporsional (excess), yang berarti masing-masing perusahaan asuransi memiliki kewajiban masing-masing.

f. Proximate Cause yaitu “prinsip ini akan menjadi rujukan perusahaan asuransi dalam menentukan kondisi yang menjadi penyebab utama terjadinya risiko serta syarat pencairan manfaat”. Prinsip ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya perselisihan akibat salah tafsir mengenai risiko. Atas dasar prinsip ini, polis asuransi pada umumnya memuat risiko yang dijamin dan yang dikecualikan secara mendetil.Risiko yang bisa menimpa semua orang membuat asuransi dibutuhkan oleh semua orang.

4. Usaha Perasuransian

Usaha perasuransian telah cukup lama hadir dalam perekonomian Indonesia dan ikut berperan dalam perjalanan sejarah bangsa berdampingan dengan sektor kegiatan ekonomi lainnya.84 Di Indonesia, kehadiran perusahaan asuransi pada awalnya adalah bentukan dari pemerintah Kolonial Belanda.

Usaha perasuransian muncul ketika manusia mencoba menghindarkan diri dari risiko yang tidak diinginkan dimasa yang akan datang. Untuk menghindari risiko tersebut dibutuhkan perusahaan asuransi yang mau dan sanggup menanggung risiko yang akan dihadapi nasabahnya baik perorangan maupun badan usaha. Hal ini disebabkan perusahaan asuransi merupakan perusahaan yang melakukan usaha pertanggungan terhadap risiko yang akan dihadapi nasabahnya.85

83Allianz, Prinsip-Prinsip Asuransi, https://www.allianz.co.id/explore/pahami-konsep-dan-prinsip-prinsip-asuransi-agar-kamu-bisa-menikmati-manfaatnya.html, diakses tanggal 21 Juli 2021.

84A. Junaidi Gani, Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, h. 9.

85Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi 2014, Cetakan XIV, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014, h. 260.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian menyatakan bahwa:

“Usaha perasuransian adalah segala usaha menyangkut jasa pertangungan atau pengelolaan risiko, pertanggungan ulang risiko, pemasaran dan distribusi produk asuransi atau produk asuransi syariah, konsultasi dan keperataraan asuransi, asuransi syariah, reasuransi, atau reasuransi syariah, atau penilaian kerugian asuransi atau asuransi syariah”.

Perusahaan asuransi sebagai perusahaan jasa, menjual jasa kepada pelanggan pada satu sisi, sedangkan pada sisi lain, perusahaan asuransi adalah

“sebagai investor dari tabungan masyarakat kepada investasi yang produktif, sebagaimana perusahaan pada umumnya perusahaan asuransi membutuhkan dua perusahaan mengenai usahanya”. Seperti pendapat P.F. Drucker yang menyatakan bahwa “pada hakikatnya perusahaan itu mempunyai dua fungsi pokok saja yaitu pemasaran dan pembaharuan”.86

Pada dasarnya perusahaan asuransi dalam kegiatannya, secara terbuka mengadakan penawaran atau menawarkan suatu perlindungan atau proteksi serta harapan pada masa yang akan datang kepada individu atau kelompok-kelompok dalam masyarakat atau institusi-institusi lain, atas kemungkinan menderita kerugian lebih lanjut karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak tertentu atau belum pasti. Usaha perasuransian dikelompokkan dengan lingkup kegiatannya sebagai berikut :87

a. Perusahaan asuransi umum hanya dapat menyelenggarakan:

1) Usaha Asuransi Umum, termasuk lini usaha asuransi kesehatan dan lini usaha asuransi kecelakaan diri; dan

2) Usaha Reasuransi untuk risiko Perusahaan Asuransi umum lain.

86Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika Jakarta, 2001, h. 8.

87Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.

b. Perusahaan asuransi jiwa hanya dapat menyelenggarakan Usaha Asuransi Jiwa termasuk lini usaha anuitas, lini usaha asuransi kesehatan, dan lini usaha asuransi kecelakaan diri.

c. Perusahaan reasuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha Reasuransi. Berdasarkan ketentuan ini, setiap perusahaan asuransi hanya dapat menjalankan jenis usaha yang telah ditetapkan sehingga tidak dimungkinkan adanya suatu perusahaan asuransi yang sekaligus menjalankan usaha asuransi kerugian dan asuransi jiwa, ataupun dalam perkembangannya saat ini tidak dimungkinkan adanya satu perusahaan asuransi yang menjalankan usaha asuransi umum dan usaha asuransi yang berbentuk syariah.88

Bentuk badan hukum yang dapat menjadi penyelenggara usaha perasuransian adalah sebagai berikut :89

a. Perseroan Terbatas.

b. Koperasi.

c. Usaha Bersama yang telah ada pada saat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 diundangkan.

Perusahaan asuransi hanya dapat dimiliki oleh warga Negara Indonesia atau badan hukum Indonesia. Dimungkinkan bersama-sama dengan warga negara asing atau badan hukum asing akan tetapi harus merupakan perusahaan perasuransian yang memiliki usaha sejenis atau perusahaan induk yang salah satu anak perusahaannya bergerak di bidang usaha perasuransian yang sejenis.90

88Dede Aquari Irawan Surbakti, Analisis Yuridis Fungsi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sebagai Pelindung Nasabah Perusahaan Asuransi, Tesis, Medan : Universitas Sumatera Utara, 2018, h.65.

89Pasal 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014.

90Dede Aquari Irawan Surbakti,Op.Cit., h. 66.

B. Prosedur dan Tata Cara Klaim Asuransi Jiwa Kredit Dalam Hal Debitur Meninggal Dunia.

1. Asuransi kredit

Masalah asuransi kredit lebih spesifik diatur dalam Pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 124/PMK.010/2008 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Lini Usaha Asuransi Kredit dan Suretyship, yang dimaksud dengan Asuransi Kredit adalah “lini usaha asuransi umum yang memberikan jaminan pemenuhan kewajiban finansial penerima kredit apabila penerima kredit tidak mampu memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian kredit”.91

Asuransi kredit berfungsi untuk melindungi kemungkinan kerugian akibat kegagalan nasabah mengembalikan kredit, asuransi kredit menutup pemberian kredit. Apabila di kemudian hari kredit tersebut benar-benar tidak dapat dilunasi oleh nasabah, pemberi kredit menerima pengganti dari pihak perusahaan asuransi.92

Asuransi kredit merupakan “lini usaha asuransi umum yang memberikan jaminan pemenuhan kewajiban finansial penerima kredit apabila penerima kredit tidak mampu memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian kredit”.93

Dalam asuransi kredit, yang menjadi pihak tertanggung adalah “pemberi kredit (bank, lembaga keuangan)”. Yang ditanggung oleh pihak penanggung (asuransi) adalah “risiko kredit”, risiko kredit “adalah tidak diperolehnya kembali

91Raditya Pratama, Tinjauan Yuridis Terhadap Asuransi Kredit Menurut Hukum Positif Indonesia, Jurnal Ilmiah, Mataram : Universitas Mataram, 2017, h. 7.

92Farid Setya Nugraha, Prosedur Penanganan Klaim Asuransi Kredit Pada PT Asuransi Bangun Askrida, Jurnal, Yogyakarta, 2018, h. 9.

93 Abidah El-Khalieqy, Akibat Hukum Bagi Nasabah Asuransi Selaku Debitur Trhadap Penolakan Klaim Asuransi Jiwa, Jurnal Ilmiah Hukum Kenotariatan, Universitas Sriwijaya, Palembang, 2021, h. 122.

kredit yang telah diberikan pihak tertanggung (pemberi kredit) kepada nasabahnya”.94

2. Tujuan Asuransi Kredit

Tujuan asuransi kredit yaitu “melindungi pihak pemberi kredit dari kemungkinan tidak kembalinya kredit yang telah diberikan kepada nasabahnya”.

Selain itu bertujuan juga untuk “membantu kegiatan, pengarahan, dan keamanan perkreditan, baik perkreditan perbankan maupun perkreditan lainnya diluar perbankan”. Dari adanya asuransi kredit ini, dapat mendorong bank lebih giat membantu para calon nasabahnya dalam menyediakan modal usaha untuk membangun usahanya.95

Asuransi kredit membantu mengarahkan dan mengamankan perkreditan, contohnya dengan menambahkan syarat bahwa ganti rugi hanya akan diberikan kepada pihak pemegang polis jika kerugian bukan diakibatkan oleh perilaku tidak pantas nasabah bank. Dengan adanya penambahan persyaratan yang demikian, maka bank akan lebih berhati-hati dalam memberikan kredit kepada debitur.96

Sedangkan menurut Abdulkadir Muhammad tujuan asuransi adalah sebagai berikut:

a. Pengalihan risiko perusahaan asuransi selalu siap menerima tawaran dari pihak pemegang polis untuk mengambil alih risiko dengan imbalan pembayaran premi. pemegang polis mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan risiko yang mengancam harta kekayaan atau jiwanya.

b. Pembayaran ganti rugi jika pada suatu ketika sungguh-sungguh terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian (risiko berubah menjadi kerugian), maka kepada pemegang polis yang bersangkutan akan dibayar ganti kerugian seimbang dengan jumlah asuransinya. Berbeda dengan asuransi kerugian, pada asuransi jiwa apabila dalam jangka waktu asuransi terjadi

94Farid Setya Nugraha, Op.Cit.,, 2018, h. 9.

95Ibid, h. 13.

96Ibid.

peristiwa kematian atau kecelakaan yang menimpa diri pemegang polis, maka perusahaan asuransi akan membayar jumlah asuransi yang telah disepakati bersama seperti yang tercantum dalam polis.

c. Pembayaran santunan asuransi kerugian dan asuransi jiwa diadakan berdasarkan perjanjian bebas (sukarela) antara perusahaan asuransi dan pemegang polis. Artinya perusahaan asuransi terikat dengan pemegang polis karena perintah undang-undang bukan karena perjanjian. Asuransi sosial ini disebut asuransi sosial (social insurance).97

3. Prosedur dan Tata Cara Klaim Asuransi Jiwa Kredit dalam Hal Debitur Meninggal Dunia

Sula menyatakan “bahwa klaim merupakan aplikasi oleh peserta asuransi untuk memperoleh pertanggungan atas kerugiannya yang tersedia berdasarkan perjanjian”. Klaim merupakan “pengajuan hak yang dilakukan oleh pemegang polis kepada perusahaan asuransi untuk mendapatkan haknya berupa pertanggungan atas kerugian berdasarkan perjanjian atau akad yang telah dibuat”.98

Prosedur penanganan klaim adalah “urut-urutan atau tata cara yang dilakukan perusahaan asuransi dalam memutuskan pembayaran klaim, klaimnya apakah akan dibayarkan atau ditolak”.99 Prosedur penanganan klaim menurut Darmawi yaitu:100

a. Pemberitahuan tahap pertama dalam proses penanganan klaim adalah pemberitahuan dari pemegang polis kepada perusahaan asuransi bahwa suatu risiko telah terjadi.

b. Penyelidikan, penyelidikan ini digunakan untuk menentukan apakah risiko yang terjadi sebenarnya dijamin oleh polis, lalu melakukan survey untuk memastikan apakah benar pihak pemegang polis benar-benar mengalami risiko.

c. Bukti kerugian setelah memberitahukan kerugian, pihak pemegang polis diharapkan untuk menyertakan bukti kerugian, bukti kerugian berupa

97Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., h. 5.

98Sula, Muhammad Syakir, Asuransi Syariah : Konsep dan Sistem Operasional, Gema Insani Press, Jakarta, 2004, h. 259.

99 Farid Setya Nugraha, Op.Cit., h. 14.

100Herman Darmai, Manajemen Asuransi, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2006, h. 47.

dokumen-dokumen pendukung klaim sepertifotocopi Identitas Elektronik Kartu Tanda Penduduk (E-KTP), Kartu Keluarga, Polis dan surat pengajuan klaim.

d. Pembayaran jika semua proses berjalan lancar dan tidak ada hambatan, maka perusahaan asuransi akan menarik suatu draft untuk membayar ganti rugi kepada pihak pemegang polis. Tetapi jika masih ditemukan hambatan, maka pihak asuransi akan menolak atau menunda klaim tersebut.

Prosedur klaim asuransi jiwa kredit dalam hal debitur meninggal dunia, yaitu sebagai berikut :

a. Tahap pertama dalam proses penanganan klaim adalah pemberitahuan dari pemegang polis kepada perusahaan asuransi bahwa suatu risiko telah terjadi.

Misalnya pemegang polis meninggal dunia.

b. Tahap kedua yaitu penyelidikan, yangmana digunakan untuk menentukan apakah risiko yang terjadi sebenarnya dijamin oleh polis, lalu pihak asuransi melakukan survei untuk memastikan apakah benar pihak pemegang polis benar-benar mengalami risiko. Biasanya di dalam tahapan ini pihak asuransi akan menanyakan kepada masyarakat sekitar dengan kebenaran risiko yang telah dialami oleh pemegang polis.

c. Tahap ketiga dalam mengajukan klaim yaitu menyertakan bukti berupa dokumen-dokumen pendukung. Bukti bahwa memang benar pemegang polis mengalami meninggal dunia yaitu adanya surat kematian yang dikeluarkan oleh lurah/camat di daerah tersebut ataupun surat kematian dari dari RS.

d. Tahap terakhir yaitu pembayaran, jika semua proses berjalan lancar dan tidak ada hambatan, maka perusahaan asuransi akan menarik suatu draft untuk membayar ganti rugi kepada pihak pemegang polis. Tetapi jika masih

ditemukan hambatan, maka pihak asuransi akan menolak atau menunda klaim tersebut.101

Tata cara klaim asuransi jiwa kredit dalam hal debitur meninggal dunia yaitu sebagai berikut :

a. Nasabah

Nasabah melaporkan terjadinya suatu risiko kepada pihak bank bagian marketing pembiayaan. Proses pelaporan dilakukan sesegera mungkin, maksimal 3 (tiga) bulan atau 90 (sembilan puluh) hari setelah terjadinya suatu risiko dengan datang langsung ke bank menemui bagian marketing pembiayaan atau dapat juga melaporkan melalui telepon atau email disertai dengan pemberitahuan mengenai:

1) Tempat, tanggal dan jam terjadinya musibah.

2) Sebab-sebab terjadinya musibah.

3) Informasi-informasi lain yang menurut pihak nasabah perlu untuk diketahui oleh pihak bank.

4) Menyerahkan Syarat Dokumen Pendukung Klaim Dokumen pendukung klaim asuransi kredit dibedakan menjadi 2 (dua) jenis menurut penyebab terjadinya risiko yaitu:

a) Klaim meninggal Dunia/Kecelakaan, syaratnya :

(1) Surat pengajuan klaim dari pihak Bank/Pemegang Polis.

(2) Surat keterangan meninggal dunia dari pemerintah setempat/instansi berwenang yang disertai dengan sebab debitur meninggal

101Wawancara dengan Toynbe Murdani Napitupulu, Supervisor PT. BRI Life Kota Medan, pada tanggal 09 Juni 2021, pukul 09.30 WIB

(sakit/kecelakaan). Khusus untuk debitur yang meninggal karena kecelakaan lalu lintas melampirkan surat keterangan dari kepolisian.

(3) Surat keterangan Dokter yang merawat bila meninggal di Rumah Sakit.

(4) Fotocopi perjanjian akad kredit antara Bank dengan peserta.

(5) Fotocopi Elektronik Kartu Tanda Penduduk (EKTP) peserta dan ahli waris.

(6) Fotocopi Kartu Keluarga.

(7) Fotocopi Ikhtisar Pertanggungan Asuransi (Polis).

(8) Rekening sisa pinjaman kredit dari pemegang polis (Rekening Koran);102

b) Klaim Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

(1) Surat pengajuan Klaim dari pihak Bank/ Pemegang Polis.

(2) Fotocopi Surat Keputusan (SK) Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari instansi terkait yang dilegalisir beserta surat pengangkatan.

(3) Fotocopi perjanjian akad kredit antara Bank dengan peserta.

(4) Fotocopi Elektronik Kartu Tanda Penduduk (E-KTP) peserta dan ahli waris.

(5) Fotocopi Kartu Keluarga.

(6) Fotocopi Ikhtisar Pertanggungan Asuransi (Polis).

102Wawancara dengan Toynbe Murdani Napitupulu, Supervisor PT. BRI Life Kota Medan, pada tanggal 09 Juni 2021, pukul 09.30 WIB.

(7) Rekening sisa pinjaman kredit dari pemegang polis (Rekening Koran).103

b. Bank

Dalam asuransi kredit pihak bank adalah sebagai pihak pemegang polis, adapun yang bertugas menangani masalah klaim asuransi kredit adalah bagian marketing pembiayaan. Dalam proses pengajuan klaim asuransi kredit ini, pihak marketing pembiayaan mempunyai tugas yaitu:

1) Menerima laporan terjadinya suatu risiko dari nasabah yang diberikan pembiayaan.

2) Meminta data pendukung pengajuan klaim ke nasabah.

3) Melaporkan terjadinya klaim ke pihak perusahaan asuransi.

4) Menyerahkan syarat dokumen pendukung pengajuan klaim ke pihak perusahaan asuransi.104

c. Perusahaan Asuransi

Dalam asuransi kredit pihak perusahaan asuransi adalah sebagai pihak penanggung, adapun yang bertugas menangani masalah pengajuan klaim asuransi kredit adalah bagian divisi klaim. Dalam proses pengajuan klaim asuransi kredit ini, pihak divisi klaim perusahaan asuransi mempunyai tugas yaitu:

1) Menerima laporan pengajuan klaim dari pihak Bank.

2) Meminta dokumen pendukung pengajuan klaim ke pihak Bank.

103Wawancara dengan Toynbe Murdani Napitupulu, Supervisor PT. BRI Life Kota Medan, pada tanggal 09 Juni 2021, pukul 09.30 WIB.

104Wawancara dengan Toynbe Murdani Napitupulu, Supervisor PT. BRI Life Kota Medan, pada tanggal 09 Juni 2021, pukul 09.30 WIB

3) Menganalisa klaim, proses menganalisa klaim mencakup:

(1) Kesesuaian dokumen pendukung klaim dengan persyaratan dokumen pengajuan klaim.

(2) Memastikan penyebab kerugian tidak termasuk risiko yang dikecualikan dalam polis.

(3) Analisis besarnya tuntutan klaim dan perhitungan besarnya ganti rugi yang menjadi tanggungan perusahaan asuransi.

4) Menyetujui atau menolak klaim. Klaim asuransi disetujui apabila dalam proses analisa klaim tidak terjadi masalah atau telah sesuai dengan ketentuan persyaratan pengajuan klaim. Tetapi apabila dalam proses analisa klaim terjadi suatu masalah maka klaim tersebut dapat ditunda atau ditolak.

5) Membayarkan tuntutan klaim sesuai ganti rugi apabila pengajuan klaim telah disetujui. Pembayaran klaim diberikan kepada pihak pemegang polis dalam waktu 14 (empat belas) hari atau 2 (dua) minggu terhitung dari laporan terjadinya suatu klaim yang masuk di perusahaan asuransi BRI Life.105

C. Penerapan Prinsip Utmost Good Faith dalam Polis Asuransi Jiwa Kredit

Principle of Utmost Good Faith sebagai prinsip hukum asuransi disebut dengan istilah prinsip iktikad baik sempurna atau asas kejujuran yang sempurna

105Wawancara dengan Toynbe Murdani Napitupulu, Supervisor PT. BRI Life Kota Medan, pada tanggal 09 Juni 2021, pukul 09.30 WIB.

(uberrimae fidei).106 Principle Utmost Good Faith menyangkut kewajiban yang harus dipenuhi sebelum perjanjian asuransi jiwa disepakati kedua belah pihak107. Dari prinsip ini dapat dinyatakan bahwa pemegang polis wajib menginformasikan kepada perusahaan asuransi mengenai suatu fakta dan hal pokok yang diketahuinya, serta hal-hal yang berkaitan dengan risiko terhadap pertanggungan yang dilakukan. Keterangan yang tidak benar dan informasi yang tidak disampaikan dapat mengakibatkan batalnya perjanjian asuransi.108

Asas kejujuran ini pada dasarnya merupakan asas bagi setiap perjanjian sehingga harus dipenuhi oleh para pihak yang mengadakan perjanjian. Tidak dipenuhinya asas ini pada saat akan menutup suatu perjanjian akan menyebabkan adanya cacat kehendak, sebagaimana makna dari seluruh ketentuan dasar yang diatur oleh Pasal 1320-1329 KUHPerdata.109 Itikad baik juga merupakan satu dasar utama dan kepercayaan yang melandasi setiap perjanjian dan hukum pada dasarnya juga tidak melindungi pihak yang beriktikad buruk.

Meskipun secara umum iktikad baik pelaksanaan kontrak sudah diatur dalam ketentuan Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata, sedangkan itikad baik para kontrak asuransi jiwa diatur dalam Pasal 251 KUHD yang mengatur

“Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak memberikan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung, betapapun iktikad baik ada padanya, yang demikian sifatnya sehingga seandainya si penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu

106 Kuat Ismanto, Principle Of Utmost Good Faith Dalam Perjanjian Asuransi, Jurnal, Pekalongan, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), 2012, h. 296.

107 H. Gunanto, Asuransi Kebakaran di Indonesia, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 2003, h.36-38.

108 Selvi Harvia Santri, Op.Cit., 79.

109Ibid h. 80.

tidak akan ditutup atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan”.110

Dalam praktik, informasi atau keterangan dari calon pemegang polis dapat diberikan secara lisan maupun tertulis. Apabila secara tertulis, dilaksanakan dengan cara mengisi daftar isian formulir aplikasi yang sudah disiapkan oleh perusahaan asuransi. Aplikasi sama artinya dengan blangko permohonan untuk menjadi nasabah perusahaan asuransi berisikan informasi yang dibutuhkan guna pengisian pada bagian deklarasi suatu polis. Aplikasi bisa secara terperinci atau tidak, tergantung pada jenis asuransinya. Blanko isian yang sudah diisi kemudian ditandatangani oleh calon pemegang polis sebagai pemohon.111

Aplikasi yang bersangkutan dapat disiapkan secara rinci atau tidak di samping pemegang polis pada jenis asuransi juga sangat dipengaruhi oleh kebutuhan keterangan-keterangan yang penting yang perlu dan harus diketahui oleh perusahaan asuransi. Perjanjian asuransi seharusnya dibuat berdasarkan itikad baik. Karena itu kedua belah pihak dilarang melakukan penyembunyian (concealment) fakta pokok risiko yang diketahuinya.

Kewajiban memberikan keterangan dan informasi sebagai pencerminan baik yang sempurna itu harus dipenuhi kedua belah pihak, baik pihak perusahaan asuransi maupun pihak pemegang polis mempunyai beban kewajiban sama dan seimbang.112 Pemegang polis diwajibkan untuk melakukan Medical check up

110Helena Primadianti Sulistyaningrum, Prinsip Itikad Baik (Pasal 251 KUHD) Dalam Hal Terjadinya Penolakan Klaim Asuransi Kepada Tertanggung Sebagai Konsumen (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen), Jurnal Ilimiah, Universitas Sriwijaya, 2017, h.4344.

111Selvi Harvia Santri, Op.Cit.,, h. 80.

112Ibid.

yang hasilnya menjadi pertimbangan bagi perusahaan asuransi untuk menentukan besarnya premi, risiko dan nilai manfaat pada perusahaan asuransi.113

Dalam hal ini kepada setiap calon pemegang polis, sebelum menutup perjanjian asuransi mempunyai kewajiban untuk memberitahukan kepada calon perusahaan asuransi semua fakta yang diketahuinya atau yang seharusnya

Dalam hal ini kepada setiap calon pemegang polis, sebelum menutup perjanjian asuransi mempunyai kewajiban untuk memberitahukan kepada calon perusahaan asuransi semua fakta yang diketahuinya atau yang seharusnya