• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komponen Jumlah Energi 103.00 kal

3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Proses Penambahan Campuran Picung dan Garam pada Ikan Segar Pada prinsipnya, proses penambahan kombinasi campuran picung dan

3.3.2.1 Analisis Kimia

(1) Analisis/Uji Kualitatif Formalin (Merck, Jerman)

Pengujian formalin secara kualitatif dilakukan dengan test kit Aquamerck, buatan Jerman. Prinsipnya adalah membandingkan hasil titrasi dengan kartu standar warna.

1) Alat dan Bahan : 1 set Formaldehyde Test kit terdiri dari;

1 buah botol reagent Fo – 1, 1 buah botol reagent Fo – 2, 1 buah botol plastik semprot ukuran 5 ml, 2 buah tabung dengan penutup, 1 buah kartu standar warna, 1 buah kaca pembanding (sliding comparator). 2) Persiapan : Sampel yang sudah diblender bersama aquades disaring 3) Prosedur :

- Botol sampel dibilas beberapa kali sebelum digunakan

- Sampel disiapkan 5 ml dan blanko5 ml, lalu ditambahkan 5 tetes reagen Fo-1 kedalam botol tersebut dengan menggunakan pipet, kemudian dikocok.

- pH diuji dengan kertas pH, pH harus diatas 13, jika perlu dengan menggunakan reagen Fo-1 (cairan sodium hidroksida).

- Kemudian ditambahkan 1 sendok kecil reagen Fo-2 lalu ditutup rapat dan dikocok dengan kuat hingga reagen larut sempurna. Tes tube dimasukkan, ditempatkan dalam slide comparator diatas indikasi kartu warna standar lalu dibandingkan, sepanjang skala warna slide comparator hingga sama warna diantara tes tube dibuka gambaran standar diatas.

warna dari yang terpilih pada pembanding kaca atau jika perlu diperkirakan nilai tengahnya.

(2) Analisis Protein Kasar (Yunizal et al. 1998) 1) Destruksi

1) Kedalam labu Kjeldhal 300 ml dimasukkan contoh yang telah dicacah kecil- kecil dan homogen 1 hingga 2 g, kemudian ditambahkan campuran destruksi 3 g dan 20 ml asam sulfat pekat p.a.

2) Labu Kjeldhal tersebut dipanaskan di atas pemanas listrik hingga warna larutan semula hitam berubah menjadi warna jernih. Selama pemanasan pada ujung labu Kjeldhal dipasang corong untuk mencegah penguapan larutan asam sulfat pekat.

3) Setelah selesai destruksi, labu Kjeldhal didinginkan kemudian dipindahkan secara kuantitatif ke labu ukur 250 ml menggunakan aquades.

2) Destilasi

1) Filtrat ditampung dalam 25 ml larutan H2BO3 5% yang telah ditambah metil

red 3 tetes dan bromokresol green.

2) Destilasi dihentikan setelah uap destilasi tidak bereaksi basa lagi (uji lakmus) atau warna cairan berubah biru.

3) Ujung kondensor dibilas dengan air suling.

3) Titrasi

1) Larutan kemudian dititrasi dengan HCl standar 0,01 N dengan metil red dan bromokresol green sehingga berwarna merah.

2) Perhitungan : Kadar Protein

= (ml titrasi HCl x N HCl) x 14 x 6,25 x pengenceran x 100% ...(1) 100 x berat contoh (g)

(3) Analisis Kadar Lemak (Crude Fat) (Yunizal et al, 1998)

1) Ke dalam selongsong lemak dimasukkan contoh sebanyak 2 g hingga 3 g yang telah dicacah kecil-kecil dan homogen. Dapat juga digunakan contoh kering yang diketahui kadar airnya.

2) Selanjutnya contoh dalam selongsong lemak ditutup dengan kapas bebas lemak.

3) Selongsong lemak tersebut dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung Soxlet, disiram dengan etil eter hingga permukaan. Setelah etil eter berpindah kedalam labu lemak, kemudian disiram kembali selongsong lemak di atas hingga permukaan separuh dari ruangan ekstraktor terisi dengan etil eter. 4) Labu lemak dan tabung Soxlet dipanaskan di atas pemanas listrik bersuhu

sekitar 400C selama 6 jam.

5) Labu lemak dilepaskan dari tabung Soxlet, dituangkan etil eter yang berada dalam ruangan ekstraktor ke dalam labu lemak.

6) Etil eter dalam labu lemak didestilasikan dengan alat destilasi berputar hingga semua etil eter menguap, kemudian labu lemak dikeringkan dalam oven dengan suhu 1020C hingga 1050C sampai tercapai berat konstan.

7) Perhitungan : Kadar Lemak

= Berat minyak pada labu lemak (g) x 100% ...(2) Berat contoh (g)

(4) Penentuan Kadar Air (Yunizal et al. 1998).

1) Botol timbang yang bersih beserta tutupnya dipanaskan dalam oven bersuhu 1020C hingga 1050C selama kurang lebih 10 hingga 12 jam.

2) Botol timbang dikeluarkan dari dalam oven, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit.

3) Ke dalam botol timbang di atas dimasukkan contoh yang telah dicacah kecil- kecil dan homogen sebanyak 1 hingga 4 gram, selanjutnya dikeringkan dalam oven 1020C hingga 1050C.

Perhitungan:

Kadar Air = Berat pada butir 3) – Berat pada butir 4) x 100% ...(3) Berat contoh

(5) Analisa Abu Total (Yunizal et al. 1998)

1) Cawan abu porselin dipijarkan sampai merah dalam tungku pengabuan bersuhu 6500C selama 1 jam (kenaikan suhu tungku pengabuan harus bertahap).

2) Setelah suhu tungku pengabuan turun sekitar suhu kamar, cawan abu porselin didinginkan dalam desikator selama 30 menit, dan berat cawan abu porselin kosong ditimbang.

3) Ke dalam cawan abu dimasukkan kira-kira 2 gram contoh yang telah dicacah kecil-kecil dan homogen, kemudian dimasukkan ke dalam oven sampai hampir kering.

4) Selanjutnya cawan yang berisi contoh diabukan dalam tungku pengabuan sampai kira-kira 6500C dan dibiarkan pada suhu ini selama 1 jam (cawan abu menjadi merah), lalu didinginkan dalam desikator hingga beratnya konstan.

Perhitungan :

Kadar Abu = Berat pada butir 3) - Berat pada butir 4) x 100% ...(4) Berat contoh (gram)

(6) Uji Cepat Sianogen (Bradburry et al. 1999)

Metode analisis sianogen yang sering digunakan antara lain adalah metode argentometri. Metode tersebut kurang efisien terlebih untuk jumlah contoh yang banyak. Uji cepat sianogen merupakan metode penetapan kadar tiga fraksi sianogen (linamarin, aseton sianohidrin, dan HCN/CN-) yang bersifat sederhana, murah dan datanya dapat diandalkan. Metode ini menggunakan asam pikrat (2,4,6-trinitrofenol) sebagai senyawa pengikat sianogen setelah glukosida sianogenik terurai. Pengikatan tersebut akan membentuk kompleks berwarna jingga-coklat, yaitu asam iso purpurat. Semakin tinggi kadar sianogen yang terikat maka warna kertas pikrat dibandingkan langsung dengan kartu standar sianogen

(ppm). Cara ini merupakan cara penetapan yang paling cepat. Adapun cara kedua yaitu diukur serapannya dengan spektrofotometer pada λ 510 nm (Bradbury et al. 1999).

Faktor-faktor yang mempengaruhi serapan kompleks asam isopurpurat antara lain yaitu kadar sianogen, jumlah asam pikrat yang tersedia, pH sistem, waktu inkubasi dan suhu (Wiliams et al. 1980 dalam Bradbury et al. 1999). Aseton sianohidrin dalam kondisi asam akan bersifat stabil dan akan segera terurai menjadi sianida dalam suasana basa. Proses hidrolisis linamarin menjadi sianida akan berlangsung sempurna pada pH 8 dan suhu 25-30oC (Egan et al. 1998 dalam Bradbury et al. 1999). Waktu inkubasi yang digunakan untuk penetapan kadar total sianogen adalah 16-24 jam (Bradbury et al. 1999).

1) Pembuatan Kertas Pikrat

Sebanyak 1,4000 g asam pikrat dilarutkan dalam 100 ml larutan Na2CO3 2,5%.

Kertas Whatman No. 3 MM dicelupkan ke dalam larutan tersebut selama 20 detik, lalu diangin-anginkan sampai kering. Kertas pikrat kering dipotong- potong dengan ukuran 1x3 cm dan dilekatkan pada kertas transparansi yang juga telah dipotong-potong dengan ukuran 1 x 4,5 cm. Kertas pikrat tersebut disimpan dalam wadah tertutup sebelum digunakan untuk menghindari debu dan terkena sinar matahari.

2)Preparasi contoh daging biji Picung (Pangium eduleReinw)

Setiap daging biji diiris halus dan dicampur merata, contoh ditimbang sebanyak 100 mg dengan timbangan analitik untuk ditetapkan kadar total sianogennya.

Dokumen terkait