• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Metode Analisis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. Analisis Kolesterol Serum Darah Tikus

Analisis kolesterol serum darah tikus dilakukan untuk melengkapi apakah asam-asam lemak minyak kelapa atau VCO dapat mempengaruhi lipid darah tikus. Lipid dalam tubuh diperlukan untuk energi cadangan, pelindung organ penting, sintesis berbagai hormon dan lain-lain. Karena lipid bersifat tidak larut air, lipid akan diikatkan kepada protein agar dapat larut dan dapat diangkut dari tempat yang satu ke tempat lainnya di dalam tubuh. Ikatan lipid dengan protein tersebut disebut lipoprotein (Suitor dan Crowley, 1984). Menurut Henry (2002) lipoprotein terdiri dari High Density Lipoprotein (HDL-kolesterol), Low Density Lipoprotein (LDL-kolesterol), Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan kilomicron.

LDL terlibat dalam pengangkutan kolesterol ke seluruh sel dalam tubuh, sedangkan HDL kolesterol bertanggung jawab dalam mengangkut kolesterol dari jaringan dan dinding pembuluh darah ke hati untuk dimetabolisme. Dijelaskan lebih jauh oleh Marinetti (1990) bahwa HDL mengangkut kolesterol yang tidak dibutuhkan dari jaringan perifer tubuh untuk kembali ke hati. Di dalam hati kolesterol tersebut akan diubah menjadi asam empedu yang disimpan di kantong empedu. Seperti juga yang dijelaskan oleh Muchtadi et al (1992) bahwa jalur sekresi kolesterol yang utama adalah konversi menjadi asam empedu (200-300 mg/hari), sintesis hormon steroid (40 mg/hari), keringat, rambut, dan kulit (50 mg/hari) serta melalui urin (1 mg/hari). LDL kolesterol sangat berkaitan dengan penyakit penyempitan pembuluh darah dan juga penyakit jantung koroner. Sehingga LDL kolesterol disebut juga sebagai bad cholesterol

sedangkan HDL disebut sebagai good cholesterol. Sehingga makin tinggi kandungan HDL kolesterol akan semakin baik (Miller, 1987; Gordon dan Rifkind, 1989).

Seperti disebutkan di atas, tujuan penelitian ini selain untuk mengetahui pengaruh VCO terhadap kondisi lipid darah, juga bertujuan untuk mengetahui resiko timbulnya penyakit jantung sebagai komplikasi dari penyakit diabetes melitus. Kondisi patologis penderita diabetes melitus akibat kekurangan hormon insulin antara lain berkurangnya penggunaan glukosa darah oleh sel tubuh. Kondisi tersebut selanjutnya akan meningkatkan konsentrasi glukosa darah, dan peningkatan penggunaan simpanan lemak dari jaringan adiposa tubuh. Akibatnya akan dapat meningkatkan resiko ateroskerosis dan dalam jangka panjang mengakibatkan penyakit jantung dan stroke serta penyakit pembuluh lainnya (Guyton, 1987). Ketika jumlah insulin dalam tubuh berkurang, enzim lipase pada jaringan lemak akan teraktivasi sehingga timbul hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol yang dilepas ke dalam peredaran darah. Asam lemak bebas inilah yang digunakan sebagai sumber energi bagi sel tubuh.

Analisis kolesterol darah dilakukan diakhir waktu pengamatan yaitu dihari ke-29. Tikus percobaan pada hari tersebut kemudian dibius dan diambil darahnya dari bagian jantung seperti terlihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Pelaksanaan pengambilan darah tikus.

Darah tikus yang telah dimasukkan ke dalam tempat khusus seperti pada Gambar 14 disentrifusi dan dianalisis nilai kolesterol total, HDL, LDL dan Trigliseridanya. Analisis kolesterol darah dilakukan di Klinik Kimia Farma Jl. Ir. H. Juanda Bogor. Rincian data hasil analisis kolesterol darah tersebut dapat dilihat seperti disajikan pada Lampiran 24.

Berdasarkan data pada Lampiran 24, dapat dibuat suatu grafik hubungan antara pengaruh perlakuan terhadap kadar kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida, seperti disajikan pada Gambar 15. Berdasarkan grafik pada gambar tersebut, terlihat bahwa total kolesterol tikus semua kelompok jauh di bawah ambang batas bahaya. Ambang batas aman kadar total kolesterol adalah < 200 mg/dl (Henry, 2002 dan American Diabetes Asociation, 2004). Lebih jauh Henry (2002) menyatakan bahwa The European Task Force on Coronary Prevention merekomendasikan untuk memperrendah total kolesterol yaitu < 190 mg/dl dan memperrendah LDL

yaitu < 115 mg/dl. Data hasil penelitian seperti terlihat pada Gambar 15 tersebut, mencatat total kolesterol kelompok kontrol positif yaitu 76,4 sementara itu tikus kelompok VCO A dan VCO B masing-masing 68,0 dan 76,0. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian VCO selama 28 hari pengamatan, relatif tidak meningkatkan kadar total kolesterol tikus penderita diabetes.

Gambar 15 Grafik kadar kolesterol masing-masing perlakuan.

Hasil penelitian seperti yang diuraikan di atas ini sesuai dengan pernyataan yang dijelaskan oleh Rethinam dan Bosco (2006), bahwa faktanya asam lemak jenuh berantai medium atau medium chain fatty acid

(MCFA) atau juga disebut dengan medium chain trigliceride (MCT) tidak meningkatkan kolesterol darah ataupun mengganggu lemak darah secara serius. Fakta ini sesuai juga dengan hasil penelitian Coconut Development Board Kochi India melalui penelitinya Rajamohan pada tahun 1997. Rajamohan (1997) melaporkan bahwa minyak kelapa memberikan jumlah total kolesterol dan juga trigliserida yang lebih rendah dibanding minyak kacang tanah.

Berdasarkan hasil analisis varian total kolesterol seperti terlihat pada Lampiran 25, walaupun juga sedikit meningkatkan nilai total kolesterol seperti terlihat pada data grafik Gambar 15 dibanding tikus sehat, namun tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 %

76 .4 66. 2 68. 0 76. 0 77. 0 43 .2 37 .6 36 .4 41. 6 43. 0 11. 0 13. 6 14. 6 19. 4 19. 8 90. 8 74. 6 86. 0 75. 6 70. 6 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 mg /d l

Total Kolesterol HDL LDL Trigliserida Parameter

antara kelompok perlakuan. Hal ini terjadi seperti sudah dijelaskan di atas karena asam-asam lemak VCO A, VCO B, dan minyak goreng dengan cepat diserap tubuh sehingga tidak mengganggu kondisi lipid tubuh (Rethinam dan Bosco, 2006).

Berdasarkan grafik pada Gambar 15, terlihat bahwa nilai HDL (kolesterol baik) masing-masing perlakuan yaitu kontrol positif 43,2; kontrol negatif 37,6; VCO A 36,4; VCO B 41,6 dan minyak goreng 43,0. Walaupun apabila dibandingkan dengan tikus kelompok kontrol positif, perlakuan cekok VCO menurunkan nilai HDL, namun nilai HDL semua perlakuan tersebut masih berada dalam batas aman. Menurut Henry (2002) ambang batas aman nilai HDL adalah > 35 mg/dl. Sedangkan menurut American Diabetes Association (2004) batas ambang aman nilai HDL adalah 35-55 mg/dl untuk laki-laki dan 45 – 65 mg/dl untuk perempuan. Lebih jauh Henry (2002) menyatakan bahwa konsentrasi HDL yang rendah yaitu < 39 mg/dl untuk laki-laki dan < 43 untuk perempuan khususnya apabila berasosiasi dengan nilai trigliserida puasa > 180 mg/dl, diperkirakan akan berisiko tinggi terhadap penyakit jantung koroner.

Nilai HDL darah tikus masing-masing perlakuan tersebut berbeda satu sama lain perlakuan, namun menurut analisis varian seperti terlihat secara detil pada Lampiran 26, memperlihatkan bahwa antara kelompok perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai HDL serum darah tikus pada taraf 5%. Hal ini terjadi karena seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa nutrisi minyak kelapa ataupun VCO khususnya asam-asam lemak dengan cepat diserap tubuh, sehingga tidak mengganggu kondisi lipid tubuh (Rethinam dan Bosco, 2006).

LDL (kolesterol jahat) tikus kelompok kontrol positif berdasarkan grafik pada Gambar 15 nilainya 11,0; kontrol negatif 13,6; VCO A 14,6; VCO B 19,4 dan minyak goreng 19,8. Berdasarkan data tersebut berarti pemberian cekok VCO meningkatkan nilai LDL tikus kelompok kontrol positif, namun nilai LDL semua perlakuan tersebut masih aman karena jauh di bawah ambang batas bahaya. Seperti yang dilaporkan Henry (2002) yang menyatakan bahwa The European Task

Force on Coronary Prevention merekomendasikan untuk memperrendah total kolesterol yaitu < 190 mg/dl dan memperendah LDL yaitu < 115 mg/dl. Sedangkan menurut American Diabetes Association (2004) kadar LDL normal adalah < 160 mg/dl. Berdasarkan hasil analisis varian seperti yang terlihat pada data Lampiran 27, terlihat bahwa antar kelompok perlakuan tikus tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap nilai LDL serum darah tikus.

Walaupun secara analisis varian seperti pada Lampiran 28 tidak berbeda nyata, namun berdasarkan data grafik pada Gambar 15, terlihat juga bahwa tikus kelompok kontrol positif atau tikus penderita diabetes dan tidak diberi perlakuan penyembuhan, mempunyai nilai trigliserida lebih tinggi dari pada tikus perlakuan VCO A, VCO B dan minyak goreng. Hal tersebut menunjukkan bahwa trigliserida kelompok perlakuan kontrol positif yaitu 90,8 dapat diturunkan dengan perlakuan cekok VCO A ataupun VCO B masing-masing menjadi 86 dan 75,6. Dengan kata lain VCO tidak meningkatkan nilai trigliserida darah penderita diabetes melitus. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa hal tersebut terjadi karena VCO dapat dengan cepat diserap tubuh menjadi tenaga, tidak disimpan dalam bentuk lemak tubuh, sehingga tidak menggangu kondisi lipid tubuh (Rethinam dan Bosco, 2006).

Dilaporkan menurut American Diabetes Association (2004) nilai trigliserida normal adalah < 150 mg/dl. Studi epidemiologis telah mengobservasi bahwa apabila terjadi kombinasi nilai trigliserida > 180 mg/dl dan nilai HDL < 40 mg/dl maka diprediksi merupakan resiko tinggi terhadap penyakit jantung koroner (Henry, 2002). Berdasarkan hasil penelitian ini didapat bahwa selama 28 hari pemberian cekok VCO kepada tikus penderita diabetes melitus, ternyata tidak menyebabkan kemungkinan komplikasi penyakit jantung koroner (PJK), karena tidak menaikan nilai trigliseridanya. Seperti yang disampaikan oleh Rajamohan (1997) yang melaporkan bahwa minyak kelapa memberikan jumlah total kolesterol dan juga trigliserida yang lebih rendah dibanding minyak kacang tanah.