• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Kompetensi Penerapan K

5.3.3 Analisis Kompetensi Penerapan K3 Pekerja Penyaradan

a. Uji statistik Wilcoxon antara persepsi penyarad dengan penilaian berdasarkan standar

Untuk menentukan besar dan arah hubungan antara penilaian berdasarkan standar dengan penilaian menurut responden dilakukan analisis deskriptif terhadap nilai rata-rata dari jawaban responden berdasarkan pertanyaan yang valid dan reliabel. Besarnya selisih nilai antar aspek kompetensi dapat dilihat pada Tabel 17 pada selisih nilai rata-rata.

Tabel 17 Perbedaan nilai aspek kompetensi penerapan K3 antara penilaian pekerja penyaradan dengan penilaian berdasarkan standar

Knowledge Skill Attitude

SA CBA Selisih SA CBA Selisih SA CBA Selisih Nilai

Total 77,57 72,71 -4,86 79,33 74,22 -5,11 73,22 62,67 -10,55 Rata-rata 3,37 3,16 -0,21 3,45 3,23 -0,22 3,18 2,73 -0,45 Keterangan: SA = self assessment (penilaian subjektif /persepsi responden penyarad)

iiiiiiiCBA = control based assessment (penilaian objektif berdasarkan standar)

Pada Tabel 17 terlihat bahwa aspek knowledge penebang memiliki selisih sebesar -0,21. Berdasarkan uji Wilcoxon menggunakan SPSS versi 19 selisih tersebut merupakan perbedaan yang signifikan, demikian halnya untuk aspek skill dan attitude terdapat perbedaan selisih sebesar -0,22 dan -0,45. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi yang dimiliki penyarad berbeda dengan penilian yang dilakukan berdasarkan standar. Tanda negatif (-) menunjukkan bahwa

penilaian yang dilakukan responden bersifat overestimate terhadap penilaian objektif yang dilakukan sesuai standar. Untuk mengetahui terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi responden dengan penilaian berdasarkan standar, dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Hasil uji Wilcoxon antara persepsi pekerja penyaradan dengan penilaian berdasarkan standar

Nilai Knowledge Skill Attitude

Z -3,084 -3,257 -3,294

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,002 0,001 0,001

α 0,05 0,05 0,05

Keterangan: H0 diterima jika angka probabilitas(asymp.sig) > nilai α

IiiiiiH0 ditolak jika angka probabilitas(asymp.sig) < nilaiα

Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa aspek kompetensi (knowledge, skill, attitude) memiliki nilai probabilitas sebesar (0,002; 0,001; 0,001) yang kurang dari nilai α sehingga hipotesis H1 diterima atau tolak H0 (H0: tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara persepsi responden dengan penilaian berdasarkan standar).

b. Hubungan antar aspek kompetensi pada pekerja penyaradan

Untuk melihat keeratan hubungan antar aspek kompetensi pada pekerja mandor lapangan sebagai strategi untuk meningkatkan aspek kompetensi, dapat dilihat pada Tabel 19.

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman pada Tabel 19, terdapat korelasi yang signifikan antara aspek knowledge dengan skill dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,426 dan nilai probabilitas (Sig.2-tailed) < nilai α pada selang kepercayaan 95%, atau dapat dikatakan bahwa hipotesis H0 ditolak (H0:

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aspek yang diuji). Sarwono (2006) menyatakan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,426 termasuk cukup untuk mendeskripsikan terdapat hubungan yang signifikan antar peubah yang diuji. Untuk hubungan antara aspek knowledge dengan attitude dan skill dengan attitude (koefisien korelasi sebesar 0,340; -0,071) tidak terdapat hubungan yang signifikan (nilai probabilitas (Sig.2-tailed) > nilai α).

Tabel 19 Hasil uji korelasi Spearman antar aspek kompetensi penyarad

Keterangan: * = korelasi signifikan pada taraf nyata 0,05(2-tailed) H0 diterima jika angka probabilitas(asymp.sig) > nilaiα

H0 ditolak jika angka probabilitas (asymp.sig) < nilaiα

Dari hasil analisis pada aspek knowledge diketahui bahwa penyarad memiliki nilai rata-rata sebesar 3,16 yang apabila dilihat berdasarkan rataan skala Likert pengetahuan tentang pemahaman K3 penyarad berada pada tingkatan cukup. Data hasil kuisioner menunjukkan bahwa perlu peningkatan pengetahuan penyarad tentang penggunaan alat pelindung diri (APD) lengkap yang harus digunakan pada kegiatan penyaradan dan penggunaan alat bantu dalam penyaradan. Nilai rata-rata aspek attitude pada penyarad sebesar 2,73 yang berada pada tingkat cukup. Berdasarkan data hasil kuisioner, perlu peningkatan sikap dalam menggunakan berbagai peralatan pendukung (alat bantu) untuk melakukan kegiatan penyaradan.

Kegiatan penyaradan dilakukan secara manual dan sortimen log langsung dimuat pada alat angkutan (truk). Berdasarkan ILO (2002) APD yang harus digunakan dalam kegiatan penyaradan adalah:

a. Pelindung kepala (topi pengaman) b. Pelindung tangan (sarung tangan) c. Pelindung kaki (sepatu boot)

Berdasarkan hasil observasi di lokasi petak tebang para penyarad tidak menggunakan APD sesuai standar. Pelindung kaki yang digunakan hanya berupa sepatu yang melindungi sebatas sampai mata kaki ataupun sandal berbahan karet seadanya, bahkan terdapat beberapa penyarad yang tidak menggunakan alas kaki dengan alasan sudah terbiasa. Sebagian besar penyarad menggunakan topi untuk melindungi dari cuaca panas dan tidak ada seorangpun penyarad yang

Knowledge Skill Attitude

Spearman's rho Knowledge Correlation Coefficient 1,000 0,426* 0,340

Sig. (2-tailed) . 0,043 0,112

N 23 23 23

Knowledge Skill Attitude

Skill Correlation Coefficient 0,426* 1,000 -0,071

Sig. (2-tailed) 0,043 . 0,748

N 23 23 23

Attitude Correlation Coefficient 0,340 -0,071 1,000

Sig. (2-tailed) 0,112 0,748 .

menggunakan sarung tangan untuk menyarad. Sebagai mitra kerja perhutani, perusahaan sebaiknya memberikan penyuluhan bagi para penyarad agar menggunakan APD sesuai standar khususnya sepatu boot yang berfungsi melindungi dari gigitan ular tanah dan sebagai alas kaki dengan pijakan yang kuat. Dalam pelaksanaannya pekerja menyarad sortimen log dari lokasi tebangan langsung ke alat angkutan (truk) dengan cara dipikul (diletakkan di atas bahu) secara perorangan untuk keseluruhan sortimen AI dan sebagian sortimen AII (dengan panjang dan diameter yang masih dapat dijangkau untuk dipikul perorangan). Untuk jenis sortimen log ukuran besar (AIII) dan sortimen AII (dengan panjang dan diameter yang sulit dijangkau untuk dipikul perorangan), penyaradan dilakukan secara beregu oleh empat orang dengan cara mengikat sortimen dan dipikul dengan dengan menggunakan bantuan tongkat/kayu pemikul. Dalam pelaksanaan kegiatan penyaradan di petak tebang, penyarad sudah terbiasa untuk memikul kayu dengan kekuatan di bagian pundak dan dilakukan seorang diri tanpa adanya alat bantu berupa pemikul khusus sehingga terdapat beberapa penyarad yang mengangkut kayu hingga dimuat ke alat angkutan dengan posisi punggung tidak tegak. Hal ini bertolak belakang dengan aturan K3 dalam pekerjaan kehutanan menurut Suma’mur (1977) bahwa pekerja yang menyarad secara manual harus berada dalam posisi punggung yang lurus (tegak).

Untuk meningkatkan aspek kompetensi knowledge responden penyarad perlu dilakukan penyuluhan tentang manfaat penggunaan APD bagi keselamatan kerja dan bahaya menyarad tanpa alat bantu berdampak pada kelainan tulang belakang. Aspek attitude tidak memiliki hubungan signifikan dengan aspek knowledge dan skill sehingga upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkannya adalah:

a. Menerapkan peraturan yang tegas bagi pekerja bahwa dalam kegiatan penyaradan harus menggunakan APD sesuai standar, terutama sepatu boot. Aturan yang ditetapkan bersifat memaksa dan merupakan syarat utama pekerja untuk melakukan pelaksanaan kegiatan penyaradan.

b. Menerapkan peraturan bahwa kegiatan penyaradan harus menggunakan alat bantu berupa sapi-sapi (skidding tong) ataupun alat pemikul lainnya dengan menggunakan pengait dan kegiatan penyaradan dilakukan minimal oleh dua orang untuk semua jenis sortimen AI, AII, dan AIII.

Untuk alat bantu penyaradan sapi-sapi (skidding tong) merupakan tanggung jawab pihak KPH Bogor dalam menyediakannya. Mandor lapangan sebagai perwakilan pimpinan puncak perusahaan di lapangan memiliki peran penting bagi penerapan aturan yang bersifat tegas dan berfungsi untuk mengawas kegiatan penyaradan agar dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan.