• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.5. Aspek Sumberdaya Perusahaan 1 Karyawan

6.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis ini ditujukan untuk mengidentifikasi variabel-variabel kunci yang dapat memberikan pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kelangsungan perusahaan Mangestoni Putri PS. Analisis ini dilakukan dengan

57 membuat daftar mengenai berbagai peluang yang menguntungkan dan ancaman yang harus dihindari oleh perusahaan. Faktor-faktor eksternal utama yang harus diperhatikan adalah lingkungan umum yang mencakup lingkungan politik, ekonomi, sosial dan teknologi.

6.1.2.1. Politik

Kebijakan pemerintah merupakan hal yang paling utama yang harus diperhatikan dalam mengeluarkan kebijakan terkait dengan usaha yang dijalankan sehingga pihak perusahaan dapat mengantisipasi jika kebijakan yang dikeluarkan akan menyulitkan manajemen perusahaan. Suatu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah akan berdampak buruk bagi perusahaan jika kebijakan tersebut bertentangan dengan arah pencapaian yang ingin diraih oleh pihak perusahaan. Semua pelaku bisnis mengharapkan suatu kebijakan yang dikeluarkan akan memberikan pengaruh yang lebih baik.

Upaya yang ditempuh pemerintah untuk membantu usaha-usaha kecil khususnya dalam bidang budidaya ayam ras pedaging agar mereka mampu memanfaatkan peluang dan sekaligus untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dilaksanakan melalui pengembangan kebijakan di sektor-sektor pemerintah, moneter dan di sektor riil.

Kebijakan di sektor pemerintah yang erat kaitannya dengan tujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan usaha kecil budidaya ayam ras pedaging diantaranya adalah Keppres No. 22 Tahun 1990 tentang pembinaan usaha peternakan ayam ras, UU Tentang Usaha Kecil No. 9 Tahun 1995, PP No 7 Tahun 2007 tentang tentang impor dan atau penyerahan barang kena pajak tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari pengenaan pajak pertambahan nilai.

Keppres No. 22 Tahun 1990 tentang pembinaan usaha peternakan ayam ras jika dilaksanakan sesuai dengan instruksi presiden akan memberikan dampak yang positif bagi dunia perunggasan nasional terutama para peternak yang masih skala kecil. Tujuan dari keppres tersebut adalah meningkatkan kesempatan berusaha, ekspor, mewujudkan peternakan ayam ras yang maju, efisien, tangguh dan kesejahteraan rakyat peternak. Selain itu keppres tersebut mengutamakan dan lebih berpihak kepada peternakan rakyat, perorangan, kelompok maupun koperasi.

58 Dengan begitu dari sisi pemerintah memberikan dukungan yang positif untuk terciptanya iklim usaha peternakan unggas yang baik.

UU Tentang Usaha Kecil No. 9 Tahun 1995 merupakan upaya pemerintah untuk membantu usaha kecil yang merupakan tulang punggung perekonomian nasional, melalui undang-undang tersebut pemerintah membantu untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Program lain dari isi undang-undang tersebut antara lain memetakan lahan untuk pertanian dalam arti luas yaitu pencadangan lahan pertanian bagi usaha kecil dalam pembangunan pertanian.

PP No 7 Tahun 2007 tentang tentang impor dan/atau penyerahan barang kena pajak tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari pengenaan pajak pertambahan nilai. Produk-produk pertanian yang dibebaskan pajak menurut peraturan pemerintah tersebut antara lain komoditi perkebunan, hortikulutra, tanaman pangan, peternakan, hasil hutan dan produk perikanan dan kelautan. Unggas ayam termasuk didalamnya dibebaskan pajak baik kepada produsen ayam maupun konsumen ayam.

Dampak dari pembebasan pajak tersebut adalah peternak tidak memiliki kekhawatiran terhadap potongan pajak yang rencana awalnya akan diberlakukan pada produk-produk pertanian termasuk produk-prouk pertanian seperti ayam. Dengan diberlakukannya potongan pajak terhadap produk petani akan mengakibatkan posisi peternak semakin sulit. Pengenaan pajak pertanian pada peternak akan mengakibatkan harga di tingkat produsen menjadi tertekan. Daya beli komoditas pertanian memiliki nilai yang rendah. Dengan demikian posisi tawar-menawar produk pertanian juga rendah. Hal ini diikuti pula oleh posisi peternak yang lemah pula. Ketika petani menjual harga produknya pada kondisi normal petani akan kehilangan sedikit insentifnya akibat petani ikut menanggung pajak yang dikenakan sehingga meskipun harga yang dilakukan tinggi, namun petani justru mengalami kerugian akibat harus menyetor pajak kepada pemerintah. Pada kondisi ekstrim bahwa konsumen tidak membeli komoditas pertanian dengan harga tinggi tersebut dan memilih harga sebelum pajak, maka akibatnya petani juga mengalami kerugian dan pada akhirnya akan menjual dengan harga rendah dan menanggung sendiri pajak tersebut. Pemberlakuan

59 pajak terhadap produk pertanian akan menurunkan kesejahteraan peternak yang pada akhirnya akan menurunkan keinginan untuk beternak.

Sedangkan kebijakan pemerintah di sektor moneter yang erat kaitannya dengan upaya-upaya pengembangan usaha kecil pada umumnya, khususnya yang berkaitan pula dengan pengembangan usaha kecil dibidang budidaya ayam ras pedaging, salah satu diantaranya adalah berupa kebijakan yang dikembangkan secara berkesinambungan dalam bidang perkreditan yang sesuai dan cocok dengan kebutuhan masyarakat usaha kecil.

Sedangkan kebijakan pemerintah di sektor riil salah satu diantaranya adalah berupa pelaksanaan Program Kemitraan Terpadu (PKT). Melalui bentuk hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha besar ini, maka bilamana ditinjau dari sisi perbankan, tingkat kelayakan bisnis usaha kecil budidaya ayam ras pedaging dapat ditingkatkan. Dengan demikian untuk mendapatkan bantuan kredit semakin terjamin. Bagi pemiliki modal (inti) program kemitraan terpadu dapat memberikan keuntungan, dengan mengalihkan sebagian dari kegiatan produksi ayam ras pedaging kepada anggota mitra melalui PKT justru menyebabkan inti cenderung dapat lebih mengkonsentrasikan kepada penyediaan pasokan dan juga dalam hal pembelian, pengolahan dan penjualan produk.

Bilamana inti yang telah berpengalaman kuat dalam usaha peternakan ayam ras pedaging bermitra secara vertikal dengan mitranya, maka kemitraan usaha ini juga akan berdampak positif kepada kedua belah pihak. Khususnya bagi inti, dalam kondisi bermitra dengan para mitra, pada gilirannya inti mampu menekan biaya-biaya. Dengan dikembangkannya dasar-dasar keunggulan bisnis melalui PKT, maka keseluruhan industri peternakan ayam ras pedaging akan memiliki kemampuan untuk bersaing dengan ayam ras pedaging beku yang mungkin akan masuk dari luar negeri.

6.1.2.2. Ekonomi

Kondisi perekonomian mempunyai peran yang penting dalam mempengaruhi jalannya suatu usaha, baik usaha yang berskala besar maupun usaha skala kecil. Dalam sektor perunggasan kondisi perekonomian yang sangat tidak menunjang akan membuat peternak-peternak mandiri kesulitan, yang masih

60 bertahan hanya peternak yang bermodal besar atau yang mengikuti pola kemitraan dengan perusahaan besar.

Variabel-variabel ekonomi yang mempengaruhi usaha perunggasan antara lain: inflasi dan kurs rupiah. Kondisi perekonomian yang lesu akan mengakibatkan inflasi. Inflasi (inflation) adalah gejala yang menunjukkan kenaikan tingkat harga umum yang berlangsung terus menerus. Didasarkan pada faktor-faktor penyebab inflasi maka ada tiga jenis inflasi yaitu: 1) inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation), 2) inflasi desakan biaya (cost-push inflation) dan 3) inflasi karena pengaruh impor (imported inflation). Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) atau inflasi dari sisi permintaan (demand side inflation) adalah inflasi yang disebabkan karena adanya kenaikan permintaan agregat yang sangat besar dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Karena jumlah barang yang diminta lebih besar dari pada barang yang ditawarkan maka terjadi kenaikan harga. Inflasi desakan biaya (cost-push inflation) atau inflasi dari sisi penawaran (supply side inflation) adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan tingkat produktivitas dan efisiensi, sehingga perusahaan mengurangi supply barang dan jasa. Peningkatan biaya produksi akan mendorong perusahaan menaikkan harga barang dan jasa, meskipun mereka harus menerima resiko akan menghadapi penurunan permintaan terhadap barang dan jasa yang mereka produksi. Sedangkan inflasi karena pengaruh impor adalah inflasi yang terjadi karena naiknya harga barang di negara-negara asal barang itu, sehingga terjadi kenaikan harga umum di dalam negeri (Amir 2010).

Inflasi yang terjadi dalam dunia perunggasan Indonesia adalah inflasi desakan biaya dan inflasi karena pengaruh impor. Input-input produksi dalam usaha peternakan ayam bersifat fluktuatif terhadap harga, kondisi yang demikian membuat iklim usaha yang tidak kondusif bagi peternak kecil. Perubahan harga pada DOC terjadi pada selang waktu yang pendek yaitu harian, sedangkan perubahan harga pada pakan terjadi mingguan. Harga DOC dalam peternakan ayam mengambil porsi sebesar 33 persen dari biaya produksi sedangkan pakan 60 persen dari biaya produksi. Kenaikan harga DOC dan pakan akan membuat peternak kesulitan karena akan meningkatkan biaya produksi. Pada kondisi inflasi

61 tidak hanya barang dan jasa tertentu yang mengalami kenaikan tetapi secara umum barang dan jasa mengalami kenaikan. Inflasi yang tidak diiringi dengan perbaikan pendapatan masyarakat akan membuat sulit peternak. Pada kondisi inflasi peternak harus menaikan harga ayam sebagai konsekuensi logis dari kenaikan biaya produksi, dengan naiknya harga ayam permintaan akan menurun karena masyarakat menghadapi hal serupa yaitu kenaikan secara serentak pada barang-barang kebutuhan rumah tangga. Dengan demikian ada dua kemungkinan yang dihadapi oleh peternak, ayam yang tidak laku atau ayam dijual dengan harga di bawah BEP (break even point), keduanya mengakibatkan kerugian bagi peternak.

Inflasi yang terjadi karena pengaruh impor adalah kenaikan harga bahan baku pakan yaitu jagung dan kedelai. Jagung dan kedelai saat ini diimpor dari Amerika Serikat, dengan naiknya harga pakan yang disebabkan naiknya bahan baku dari negara asal pengimpor dan lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar akan menyebabkan naiknya biaya produksi peternak yang pada akhirnya akan berdampak secara langsung pada naiknya harga ayam di pasaran, dengan naiknya harga ayam di pasaran akan menyebabkan turunya permintaan yang akan mengakibatkan kerugian di pihak peternak.

Krisis moneter tahun 1997 yang melanda Indonesia yang ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika membawa dampak negatif terhadap dunia perunggasan di tanah air. Dua hal yang menyebabkan terpuruknya industri perunggasan di saat krisis, yakni: pertama, menurunnya daya beli masyarakat terhadap produk unggas yang tidak hanya ditandai menurunnya pendapatan masyarakat, akan tetapi juga disebabkan karena meningkatnya harga produk unggas, dan kedua, meningkatnya biaya produksi yang disebabkan meningkatnya harga pakan yang merupakan 70 persen dari biaya produksi. Akibatnya, perunggasan rakyat (berskala kecil) terpuruk dikarenakan ketidakmampuannya untuk berproduksi lagi (Sjaf 2010). Menurut Dirjen Peternakan krisis yang berkepanjangan di Indonesia telah mengakibatkan industri perunggasan, khususnya ayam ras terpuruk. Dari produksi 15 juta ekor per minggu sebelum krisis moneter menjadi 4 juta ekor per minggu saat krisis, demikian pun dengan jumlah peternak yang semula 15.938 peternak sebelum

62 krisis menjadi 3.312 peternak saat krisis yang masih melakukan usaha budidaya, terdapat ± 12.626 peternak yang tidak dapat melanjutkan usahanya. Salah satu penyebabnya adalah tingginya harga pakan dan sapronak ayam ras saat itu (Ditjennak 1998).

Variabel lain yang mempengaruhi peternakan ayam antara lain pendapatan. Pendapatan masyarakat DI Yogyakarta dalam rentang waktu 2009- 2010 mengalami peningkatan sebesar tiga persen (BPS 2010). Peningkatan pendapatan secara langsung akan mempengaruhi pola konsumsi, produk-produk unggas terutama telur dan daging ayam masih merupakan sumber protein hewani daging yang utama, dan terlihat adanya tren kenaikan konsumsi daging dan telur ayam seiring terjadinya perbaikan pendapatan. Tetapi di sisi lain, rata-rata konsumsi daging ayam nasional tahun 2005-2009 masih kecil yakni 0,075 kg per minggu. masyarakat Indonesia mengalokasikan pendapatannya untuk membeli rokok tiga kali lebih besar dibandingkan dengan anggaran untuk membeli susu, telur dan daging. Kampanye sadar gizi yang dilakukan secara konsisten, terarah, dan melibatkan semua pemangku kepentingan di sektor peternakan diharapkan mampu memicu adanya perubahan dari lebih banyak rokok ke lebih banyak protein hewani. Kesuksesan kampanye sadar gizi ini berpotensi untuk meningkatkan konsumsi daging ayam perkapita masyarakat Indonesia.

6.1.2.3. Sosial

Permintaan besar bagi para peternak ayam adalah pada saat hari-hari besar keagamaan, liburan sekolah dan libur bersama. Dalam menyambut hari-hari besar keagamaan nasional hampir semua masyarakat Indonesia merayakannya, mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah penduduk yang beragama yang terdiri dari agama Islam, Kristen Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Dengan kemajemukan masyarakat Indonesia memeluk agama tersebut maka masing-masing agama mempunyai hari-hari besar keagamaan yang dirayakan oleh pemeluknya. Perayaan hari-hari besar keagamaan tersebut tidak lepas dengan kebutuhan akan konsumsi makanan yang salah satu bahan bakunya bersumber dari komoditi ternak. Sebagaimana kita ketahui bahwa kebutuhan makanan yang bersumber dari komoditi ternak pada umumnya jarang di

63 konsumsi secara rutin oleh masyarakat golongan bawah mengingat kebutuhan akan konsumsi makanan yang berasal dari ternak khususnya daging sangat sulit dijangkau harganya dan merupakan prestise bagi masyarakat yang mengkonsumsi. Pada hari-hari besar keagamaan Harga komoditi ternak khususnya daging ayam, daging sapi dan telur ayam tersebut terus merangkak naik. Permintaan kebutuhan makanan tersebut meningkat tajam seperti terlihat pada perayaan keagaaman umat muslim pada waktu menjelang puasa, diwaktu puasa, lebaran dan Idul adha dimana harga tersebut naik secara tidak wajar. Kenaikan tersebut merupakan efek psikologis dari pedagang yang juga ingin ikut merayakan hari-hari besar tersebut untuk meraup keuntungan setahun sekali. Kenaikan tersebut hampir merata diseluruh propinsi Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia hampir 80 persen adalah pemeluk agama Islam yang tentunya membawa dampak kenaikan harga tersebut secara nasional di Indonesia.

Perayaan lain yang membawa dampak terhadap kenaikan harga komoditi peternakan adalah pada waktu hari Natal dan Tahun Baru yang selalu dirayakan oleh umat Nasrani, sedangkan perayaan hari raya Imlek, galungan dan kuningan yang biasanya dirayakan oleh umat Budha dan Hindu kurang membawa dampak yang signifikan terhadap kenaikan harga komoditi tersebut. Hari-hari libur panjang sekolah juga permintaan akan ayam meningkat karena masyarakat pada umumnya banyak yang sudah merencanakan rencana liburannya di tempat-tempat liburan yang akan ditujunya, meningkatnya kunjungan masyarakat di tempat-tempat liburan/ wisata akan meningkatkan juga belanja untuk konsumsinya, begitu juga konsumsi ayam pada saat liburan meningkat. Selain hari-hari besar keagamaan dan hari libur sekolah, variabel eksternal lain yang berpengaruh terhadap usaha peternakan ayam adalah jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BPS tahun 2010 penduduk DI Yogyakarta meningkat sebesar satu persen dalam rentang waktu 2007-2010. Peningkatan jumlah penduduk akan berdampak pada peningkatan konsumsi, protein sebagai indikator konsumsi antara lain diwakili oleh daging ayam. Dengan demikian peningkatan jumlah penduduk akan mendorong pada peningkatan permintaan daging ayam.

64

6.1.2.4. Teknologi

Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi saat ini secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pada semua aspek kehidupan termasuk jalannya sebuah bisnis atau usaha. Bisnis atau usaha yang tidak mengikuti tren teknologi dan informasi yang berkembang saat ini akan berdampak kepada kesehatan usaha bisnis tersebut. Teknologi dan informasi yang terkait dengan bisnis perunggasan antara lain penggunaan teknologi pada operasional produksi.

Penggunaan teknologi dan informasi pada Mangestoni Putri PS antara lain penggunaan DOC yang berkualitas bebas pullorum berasal dari PT Multibreeder Adirama Indonesia dan Charoen Pokhpand Indonesia, penggunaan pakan dengan protein 21-33 persen dari PT Japfa Comfeed Indonesia dan PT Multiphala Agrinusa, penggunaan obat-obatan dan vaksin dari Charoen Pokhpand Indonesia dan PT Japfa Comfeed Indonesia, desinfeksi kandang sebelum digunakan atau pada saat digunakan.

Teknologi kandang yang diterapkan di Mangestoni Putri PS adalah kandang tertutup untuk menjaga suhu didalam kandang, terutama pada masa awal- awal pemeliharaan ayam. Pada masa awal pemeliharaan ayam suhu kandang harus terjaga untuk menjaga suhu tubuh ayam, jika penutupan kandang kurang membantu dalam meningkatkan suhu didalam kandang dapat dibantu dengan alat pemanas.

Posisi kandang harus mendapatkan sinar matahari yang merata, jika hanya beberapa titik kandang yang mendapatkan sinar matahari ayam akan berkumpul pada titik yang mendapatkan sinar matahari tersebut. Hal tersebut, akan menyebabkan ayam menumpuk pada satu titik dan dapat menyebabkan kematian pada ayam.

Kepadatan kandang pada awal-awal pemeliharaan harus diatur sampai masa menjelang panen. Luas kandang pemeliharaan disesuaikan dengan jumlah populasi ayam yang dipelihara. Untuk awal-awal pemeliharaan kandang dibagi menjadi empat ruangan, tempat pemeliharaan sementara satu ruangan yang mendapatkan sinar matahari yang merata. Tempat pemeliharaan yang terlalu padat akan menyebabkan kematian pada ayam, sedangkan kandang yang terlalu luas akan mengakibatkan ayam banyak berlari sehingga pakan yang dikonsumsi tidak

65 terkonversi menjadi daging. Setelah ayam mulai tumbuh besar ruangan sekat- sekat dibuka disesuaikan dengan kepadatan ayam.

6.1.2.5. Lingkungan

Secara geografis Kecamatan Sanden terletak antara 07º44'04" - 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Kecamatan Sanden berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di sebelah selatan, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kretek, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Srandakan dan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pandak.

Wilayah Kecamatan Sanden memiliki lahan-lahan yang cocok untuk usaha peternakan unggas, seperti perbukitan, pesisir pantai, dan lahan-lahan marjinal. Wilayah seperti itu akan mendukung untuk usaha peternakan unggas, karena umumnya wilayah seperti perbukitan, pesisir pantai, dan lahan-lahan marjinal jauh dari pemukiman. Di wilayah ini akses jalan ke desa-desa dapat dilalui oleh kendaraan besar seperti truk, kondisi ini akan memudahkan pengangkutan ayam dari kandang ke tujuan penjualan maupun pengangkutan pakan ke kandang.

Satu hal yang perlu diwaspadai oleh para pelaku bisnis adalah bahwa daerah ini berjarak 80 km dengan gunung merapi, Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali. Yang terbaru adalah erupsi November 2010, walaupun Kecamatan Sanden tidak termasuk dalam radius berbahaya tetapi terkena dampaknya yaitu terdengar suara gemuruh yang membuat panik warga dan hewan peternakan, hujan kerikil, pasir dan abu vulkanik yang dapat membahayakan warga. Dampak dari itu semua bagi jalannya peternakan ayam adalah turunnya permintaan ayam.