• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Matriks SWOT Agroindustri Desiccated Coconut

b Minyak Kelapa

3. Analisis Matriks Internal-External (Matriks I-E)

4.3.3 Analisis Matriks SWOT Agroindustri Desiccated Coconut

Analisis SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats) merumuskan alternatif- alternatif strategi pemasaran yang bisa digunakan oleh agroindustri desiccated coconut Indonesia dalam mengeskpor produk desiccated coconut berdasarkan kondisi agroindustri saat ini yang digambarkan pada matriks I-E seperti Gambar 22, yaitu pada posisi sel V tahap pertahankan dan pelihara. Alternatif strategi pemasaran yang dihasilkan melalui analisis SWOT disusun dengan menggunakan kombinasi antara faktor-faktor strategis internal dan eskternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang mana faktor-faktor tersebut diperoleh berdasarkan studi pustaka, literatur internet, dan diskusi serta wawancara pakar. Hasil analisis SWOT agroindustri

Tabel 23. Matriks SWOT Industri Desiccated Coconut Internal Eksternal Kekuatan (Strengths)

1. Ketersediaan bahan baku melimpah, yaitu sebanyak 3,85 juta hektar dengan produksi buah kelapa 16,5 miliar butir buah kelapa 2. Promosi penjualan cukup baik,

melalui website, Cocoinfo International, Directory Traders APCC

3. Dapat menghasilkan produk lain berupa santan dengan memproduksi desiccated coconut lowfat

Kelemahan (Weakness)

1. Kualitas produk yang dihasilkan IKM dan petani belum seragam serta belum sesuai SNI dan standar mutu internasional

2. Infrastruktur kurang memadai, seperti masih kurang

berkualitasnya pelabuhan internasional dan pasokan listrik

3. Sinkronisasi kebijakan pemerintah masih kurang 4. Kontinuitas bahan baku masih

tidak stabil, masih banyak petani ekspor kelapa butiran dan jumlah tanaman kelapa yang menghasilkan menurun dari 2.789.416 ha pada tahun 2007 menjadi 2.773.489 pada tahun 2009

5. Aplikasi desiccated coconut

tidak banyak berkembang, masih digunakan untuk

cookies, bakery, biscuit

Peluang (Opportunities)

1. Permintaan pasar ekspor cukup besar dan cenderung naik, meningkat dari tahun 2008-2009 sebesar 12,3% 2. Perdagangan global semakin

terbuka luas dengan adanya CAFTA dan free export taxes

3. Peningkatan jumlah penduduk dunia, yang mana saat ini mencapai 6.918.687.238 penduduk, meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 6.884.215.263 4. Pengembangan industri hilir

menjadi produk yang lebih bernilai tambah seperti

cookies, biscuits, bakery

Strategi S-O

1. Memperluas daerah pemasaran ke pasar-pasar yang baru tumbuh, seperti Eropa Timur, Arab, China, dan Rusia serta negara potensial seperti Amerika dan Uni Eropa (S1, S2, S3, O1, O2, O3)

2. Meningkatkan promosi melalui kerjasama dengan pemerintah dan kedutaan negara Indonesia di negara pasar potensial (S1, S2, S3, O1, O2, O3, O4)

Strategi W-O

1. Meningkatkan kualitas produk terutama dari segi sifat higienisnya (S1, O1, O2, O3) 2. Mengembangkan produk antara

lain menjadi cookies, biskuit, sehingga lebih bernilai tambah (W4, W5, O2, O3, O4)

Ancaman (Threats)

1. Kualitas proses desiccated coconut negara pesaing lebih bagus disebabkan penerapan GMP (Good Manufacturing Process) yang menyeluruh 2. Ekspor bahan baku (kelapa

utuh) mencapai 10,4 juta butir pada tahun 2007

3. Teknologi proses negara pesaing lebih canggih dengan menggunakan peralatan dan mesin dari negara maju seperti Amerika

4. Manajemen industri negara pesaing lebih baik dengan penerapan GMP dan HACCP serta manajemen SDM yang baik sehingga para pekerja memiliki etos kerja yang tinggi 5. Impor dari negara Singapore

lebih mudah dalam hal pemberian L/C dan birokrasi ekspor-impornya lebih sederhana

Strategi S-T

1. Mengusahakan pengembangan dan pelatihan manajemen industri desiccated coconut

indonesia sehingga lebih teratur dan pekerjanya memiliki etos kerja tinggi (S1, S2, S3, T1, T3, T4)

2. Meningkatkan kualitas proses dan teknologi proses industri

desiccated coconut Indonesia yang dibantu oleh pemerintah dengan penerapan dan pelatihan GMP, HACCP, serta penyediaan alat-alat dan mesin canggih (S1, S2, T1, T3, T4)

Strategi W-T

1. Memperbaiki infrastruktur yang ada dan menambah infrastruktur agar memperlancar proses ekspor (W2, W3, T1, T3, T4, T5) 2. Meningkatkan efisiensi proses

dengan melakukan proses pengolahan kelapa terpadu agar dapat membeli kelapa butiran dengan harga lebih mahal dibanding pesaing (W3, W4, T2, T3, T4)

3. Meningkatkan kemudahan birokrasi dalam proses ekspor- impor dengan meningkatkan tingkat keamanan di pelabuhan, pemberrian kemudahan dalam hal perizinan, serta pemberian kepercayaan yang mudah dalam mengeluarkan L/C (W2, W3, T5)

Berdasarkan analisis matriks SWOT tersebut, dirumuskan strategi-strategi pemasaran yang dapat diaplikasikan sebagai berikut:

1. Strategi SO

Strategi SO adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang (Rangkuti, 2006). Berdasarkan analisis matriks SWOT pada agroindustri desiccated coconut Indonesia, dihasilkan dua alternatif strategi SO yaitu: 1) Memperluas daerah pemasaran, 2) Meningkatkan promosi melalui kerjasama dengan pemerintah dan kedutaan negara Indonesia di negara pasar potensial.

Agroindustri desiccated coconut Indonesia perlu memperluas daerah pemasaran ekspor yang kini telah terjelajahi. Hal ini dikarenakan sampai tahun 1980, Indonesia masih belum diperbolehkan mengekspor produk kelapa karena kelapa dijadikan minyak goreng untuk kebutuhan domestik yang mana hal ini terjadi pada saat sebelum adanya minyak kelapa sawit. Sehingga Indonesia terlambat memasuki pasar ekspor kelapa dan hanya mampu merebut pasar-pasar baru atau permintaan tambahan dari pasar-pasar yang sebelumnya telah direbut Filipina dan Srilanka. Oleh karena itu, untuk meningkatkan volume ekspor dari agroindustri desiccated coconut itu sendiri diperlukan perluasan daerah pemasaran untuk mengisi pasar-pasar yang baru tumbuh, seperti Eropa Timur, Arab, China, dan Rusia. Selain itu juga perlu dilakukan pemasaran yang lebih intensif ke negara-negara potensial yang memiliki permintaan cukup besar untuk produk-produk kelapa seperti Amerika dan Eropa.

Seperti yang dinyatakan oleh Kotler (1997), strategi pengembangan pasar baru merupakan salah satu strategi pertumbuhan intensif, kisi ekspansi pasar atau produk.

Selain perluasan daerah pemasaran, guna meningkatkan ekspor agroindustri

desiccated coconut Indonesia juga diperlukan peningkatan promosi yang tidak hanya dilakukan oleh agroindustri itu sendiri, namun juga dibantu dan didukung oleh pemerintah, baik dari Kementrian Perdagangan maupun dari Kementrian Perindustrian, serta bantuan dari kedutaan Indonesia yang berada di negara pasar potensial. Peningkatan promosi ini dapat dilakukan dengan bantuan pemerintah dengan memberikan bantuan dana untuk agroindustri

desiccated coconut Indonesia sehingga dapat menghadiri pameran produk di negara potensial tersebut yang mana kedutaan membantu untuk selalu memberi informasi terbaru mengenai acara pameran produk di negara potensial, sehingga agroindustri Indonesia dapat ikut serta memperkenalkan produknya secara langsung dan berhubungan secara langsung dengan para importir. Hal ini dapat menunjang agroindustri desiccated coconut indonesia berhubungan secara langsung dan menjalin mitra kerja secara langsung dengan importir (industri pangan) yang menggunakan desiccated coconut di industrinya.

2. Strategi WO

Menurut David (2009), strategi WO adalah strategi yang meminimalkan kelemahan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada. Terdapat dua alternatif strategi untuk strategi WO, yaitu: 1) Meningkatkan kualitas produk untuk mempertahankan pelanggan lama dan meraih pelanggan baru, 2) Mengembangkan produk sehingga lebih bernilai tambah.

Kualitas produk desiccated coconut Indonesia sebenarnya telah sesuai dengan standar internasional maupun SNI, namun sebagian besar industri desiccated coconut

indonesia yang telah mampu menjual produk desiccated coconut nya ke pasar ekspor masih belum besar. Hal ini dikarenakan desiccated coconut merupakan produk yang pengaplikasiannya 100% untuk pangan, sehingga kualitas kebersihan dan higienis produk ini merupakan hal yang sangat penting dan menjadi bahan pertimbangan utama dalam membeli produk ini oleh para importir. Sedangkan sebagian besar agroindustri desiccated coconut

Indonesia masih belum mementingkan pentingnya kebersihan dan higienis mulai dari bahan baku, proses, sampai produk akhir desiccated coconut tersebut. Inilah yang menyebabkan diperlukannya peningkatan kualitas produk desiccated coconut yang dihasilkan agroindustri

desiccated coconut Indonesia sehingga dapat bersaing di pasaran dan dapat merebut pasar potensial desiccated coconut yang sebagian besar merupakan negara-negara pemerhati kehigienisan produk pangan seperti negara-negara Eropa dan USA. Seperti yang dinyatakan oleh Dirjend Perdagangan Luar Negeri (2009) bahwa US Food and Drug Administration

(FDAA) mensyaratkan ekspor hasil pertanian ke Amerika dengan sistem jaminan mutu menggunakan pola HACCP (Hazard Analytical Critical Control Point). Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan kualitas produk desiccated coconut Indonesia dengan melakukan penerapan Good Manufacturing Process sehingga mulai dari bahan baku, proses produksi, sampai produk akhirnya terjamin kualitas dan nilai higienisnya. Sehingga dapat memasuki pasar Amerika sebagai negara dengan volume estimasi konsumsi desiccated coconut terbesar di dunia, yaitu sebesar 35.301 ton pada tahun 2009 (APCC, 2009).

Pengembangan produk juga diperlukan guna meningkatkan volume eskpor produk kelapa Indonesia. Dengan mengembangkan produk desiccated coconut hingga lebih kepada produk hilir seperti produk-produk makanan yang berbahan baku desiccated coconut, seperti

China, maka akan terdapat peningkatan nilai tambah yang mana juga meningkatkan keuntungan, serta penambahan lapangan kerja bagi rakyat Indonesia. Selain itu, dengan menciptakan desiccated coconut low fat sebagai bahan baku produk tersebut, maka akan terdapat produk tambahan yang juga dapat dijual di pasar ekspor maupun pasar domestik, yaitu santan. Hal ini tentunya sangat mampu meningkatkan nilai tambah dari kelapa serta dapat memberi keuntungan lebih bagi agroindustri desiccated coconut Indonesia.

3. Strategi ST

Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang ada(Manktelow dan Carlson, 2011). Terdapat dua alternatif strategi pemasaran yang dirumuskan melalui strategi ST, yaitu: 1) Mengusahakan pengembangan dan pelatihan manajemen industri desiccated coconut Indonesia sehingga lebih teratur dan pekerjanya memiliki etos kerja tinggi, 2) Meningkatkan kualitas proses dan teknologi proses industri desiccated coconut Indonesia yang dibantu oleh pemerintah.

Strategi pelatihan manajemen industri bertujuan untuk menciptakan agroindustri

desiccated coconut yang memiliki manajemen industri yang baik, teratur, disiplin, sehingga memiliki pekerja yang beretos kerja tinggi serta manajemen proses yang higienis dengan teknologi canggih dan proses produksi desiccated coconut yang higienis sehingga dapat menyaingi pesaing utama, seperti Filipina dan Srilanka. Dengan pelatihan manajemen industri yang diciptakan atau diatur dan diselenggarakan secara rutin oleh industrinya sendiri maupun dengan bantuan fasilitas dari pemerintah, manajemen industri desiccated coconut

Indonesia dapat lebih maju dibanding negara lain dan dapat menghasilkan produk desiccated coconut dengan kualitas lebih baik serta mampu dipercaya oleh negara-negara pasar potensial untuk memenuhi kebutuhan desiccated coconut mereka. Terutama negara Amerika, sebagai negara yang sangat memperhatikan kualitas proses produksi produk pangan yang masuk ke negaranya, yang merupakan negara pengimpor desiccated coconut terbanyak di dunia yaitu sebesar 35.886 ton pada tahun 2009 (APCC, 2009).

Peningkatan kualitas proses dan teknologi proses yang dibantu pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari agroindustri desiccated coconut Indonesia sehingga negara-negara Eropa dan Amerika mau membeli produk desiccated coconut Indonesia, tidak hanya kepada industri-industri yang telah besar, namun juga industri yang masih menengah dan masih berkembang. Dengan adanya bantuan pemerintah seperti penyediaan alat dan mesin atau bantuan dana untuk membeli alat dan mesin, serta pelatihan GMP (Good Manufacturing Practice) yang diberikan kepada agroindustri desiccated coconut Indonesia dapat meningkatkan kualitas agroindustri desiccated coconut Indonesia sehingga akan banyak importir desiccated coconut yang membeli desiccated coconut ke Indonesia dan hal tersebut dapat meningkatkan ekspor desiccated coconut Indonesia.

4. Strategi WT

Strategi WT adalah strategi yang bersifat defensif dengan cara meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman (David, 2009). Terdapat tiga alternatif strategi WT yang dapat diterapkan, yaitu: 1) Memperbaiki infrastruktur yang ada dan menambah infrastruktur agar memperlancar proses ekspor, 2) Meningkatkan efisiensi proses agar dapat membeli kelapa butiran dengan harga lebih mahal dibanding pesaing, 3) Meningkatkan kemudahan birolrasi dalam proses ekspor-impor.

Memperbaiki dan menambah infrastruktur sangat dibutuhkan guna menunjang kelancaran proses dan distribusi ekspor produk desiccated coconut ini. Contohnya untuk infrastruktur seperti pelabuhan internasional. Tentunya bukan hal yang mudah untuk menciptakan infrastruktur ini, oleh karena itu bantuan dari pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur yang ada agar sistem di pelabuhan internasional tersebut berjalan lebih lancar dan baik dapat memperlancar proses ekspor. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperbaiki agar tidak terjadi kemacetan di sekitar pelabuhan, pengusahaan air bersih, pengusahaan alat bongkar muatan agar tidak lama pengoperasiannya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, agroindustri juga perlu mendukung agar bisa saling menjaga infrastruktur yang ada.

Efisiensi proses juga diperlukan agar industri dapat memperoleh keuntungan yang lebih dan tidak terdapat bahan baku yang terbuang sia-sia. Efisiensi proses dilakukan dengan pengusahaan proses pengolahan kelapa terpad dengan unit pengolahan yang dapat menghasilkan beraneka ragam produk dan memanfaatkan seluruh bagian dari kelapa yang dibeli industri di petani sehingga dapat memperoleh keuntungan lebih. Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan harga kelapa petani, sehingga industri dapat membeli kelapa dengan harga yang tinggi, sehingga petani juga tidak mengekspor kelapa (butir) ke negara lain karena industri di negeri sendiri mampu membeli dengan harga mahal yang diinginkan petani. Hal ini dapat saling menguntungkan kedua belah pihak dan meningkatkan ekspor kelapa Indonesia. Ini merupakan salah satu strategi menguasai bahan baku dari dalam negeri sendiri.

Peningkatan kemudahan birokrasi dalam proses ekspor-impor bertujuan agar para pembeli dari negara potensial tidak merasa kesulitan dalam melakukan proses impor dari negara Indonesia. Kemudahan birokrasi tidak hanya dalam hal perizinan, namun juga dalam hal keamanan yang biasanya terdapat permintaan tarif tertentu dari pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga memperlambat proses pengiriman barang ke negara pasar potensial. Hal ini dapat diterapkan dengan kebijakan dari pemerintah untuk tidak mempersulit masalah perizinan, meningkatkan keamanan di sekitar pelabuhan internasional, serta menempatkan aparat pemerintahan yang bertanggung jawab untuk ditugaskan di sekitar pelabuhan internasional, baik itu dari pihak bea cukai, maupun dari pihak Dinas Perhubungan. Tentu saja hal ini dapat meningkatkan ekspor produk kelapa Indonesia.