• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMANFAATAN MODAL SOSIAL RUMAHTANGGA PETANI DESA CIARUTEUN ILIR

Pemanfaatan modal sosial merupakan cara-cara rumahtangga memanfaatkan kepercayaan, jaringan, dan norma sosial dalam menjalankan kehidupannya terkait dengan pemenuhan kebutuhan pangan dan nonpangan. Kepercayaan berkaitan dengan bagaimana para petani memberikan pekerjaan atau saling membantu dalam pekerjaan. Kepercayaan ini diberikan karena hubungan keluarga, kerabat, atau pertemanan sehingga para petani tidak ragu atau curiga untuk menjalin kerjasama dalam pekerjaan. Variasi pekerjaan yang dimiliki oleh rumahtangga petani di Desa Ciaruteun Ilir berasal dari berbagai orang yang memberikan pekerjaan. Asal mendapatkan pekerjaan ini berbeda pada kegiatan usahatani dan kegiatan nonusahatani (upah). Kegiatan usahatani merupakan pekerjaan petani yang dilakukan rumahtangga petani sehari-hari sedangkan kegiatan nonusahatani merupakan pekerjaan tambahan anggota rumahtangga untuk menambah pendapatan rumahtangga. Berdasarkan hasil penelitian, rumahtangga petani mendapatkan pekerjaanya dari orangtua, saudara, teman, kerabat, orang lain, atau melamar pada perusahaan. Pada Tabel 12 disajikan jumlah dan persentase rumahtangga petani berdasarkan asal mendapatkan pekerjaan.

Tabel 12 Jumlah dan persentase rumahtangga petani berdasarkan asal mendapatkan pekerjaan

No Asal mendapatkan pekerjaan

Kegiatan usahatani Kegiatan nonusahatani

n % n % 1 Orangtua 37 61,67 9 15,00 2 Saudara 3 5,00 12 20,00 3 Tetangga 7 11,67 11 18,30 4 Teman 2 3,33 8 13,30 5 Orang lain 11 18,33 11 18,30 6 Melamar 0 0,00 2 3,30 7 Anak 0 0,00 7 11,70 Total 60 100,00 60 100,00 Berdasarkan data Tabel 12, rumahtangga petani mendapatkan pekerjaan sebagai petani pada kegiatan usahatani sebanyak 61,67 persen dari orangtua mereka. Pekerjaan petani sayuran ini didapatkan rumahtangga petani secara turun temurun dari orangtua. Selain orangtua, rumahtangga petani juga mendapatkan pekerjaan dalam kegiatan usahatani dari orang lain, tetangga, saudara, dan teman. Bagi rumahtangga petani yang tidak memiliki orangtua, pekerjaan usahatani yang dilakukan mereka dapatkan dari saudara, tetangga, teman, atau orang lain. Orang lain dalam penelitian ini berarti rekan kerja atau pemerintah. Sebanyak 20 persen rumahtangga petani mendapatkan pekerjaannya dari saudara pada kegiatan nonusahatani. Pekerjaan nonusahatani ini berupa kuli, buruh, karyawan, pedagang, PNS/guru, kiriman/remitan, pinjaman dari lembaga/pemerintah.

Tetangga dan orang lain juga menjadi asal rumahtangga petani mendapatkan pekerjaannya. Tetangga biasanya menawarkan pekerjaan yang tidak tetap kepada rumahtangga petani untuk membantu menambah pendapatan rumahtangga. Kuli bangunan, kuli pengangkut sayuran, kuli pengikat sayuran, kuli pencabut sayuran, dan buruh merupakan pekerjaan yang diberikan oleh tetangga. Pekerjaan ini membutuhkan banyak orang sehingga di lingkungan petani sering ada tolong- menolong untuk membantu panen hasil sayuran yang telah ditanam. Lahan yang diolah oleh petani sayuran di Desa Ciaruteun Ilir berasal dari berbagai macam. Ada lahan yang milik sendiri karena berasal dari warisan orangtua atau turun temurun, ada juga yang merupakan lahan sewa atau kontrakan dari orang lain (bos), tetangga, atau rekan kerja. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh NM sebagai berikut :

“ini mah neng saya dapet lahan juga dari orangtua saya, turunan gitu. Jadi dibagi sama kakak sama adik saya ngerjainnya gitu” (NM, 37 tahun)

Petani biasanya mengerjakan lahannya sendiri namun ada juga yang dibantu oleh orang lain dalam pengolahan lahannya. Untuk panen, petani biasanya dibantu oleh petani lain yang sedang memiliki pekerjaan dengan membantu mencabut sayuran, membersihkan sayuran, mengikat sayuran, dan mengangkut sayuran ke tengkulak atau ke pasar langsung. Orang yang dibutuhkan dalam panen ini biasanya keluarga sendiri (kakak atau adik), tetangga, atau teman.

Petani di Desa Ciaruteun Ilir membutuhkan waktu panen sayuran 21 sampai dengan 28 hari. Saat musim panen sayuran tiba, mereka memanen sayuran dengan dibantu oleh petani lain atau ada beberapa petani yang memanen sayuran tersebut sendiri. Setelah sayuran-sayuran tersebut dipanen, petani menjual hasil panennya ke tengkulak atau langsung dijual sendiri ke pasar. Para tengkulak datang ke Desa Ciaruteun Ilir untuk mengambil sayuran hasil panen petani. Satu tengkulak biasanya memegang beberapa petani sayuran. Tengkulak-tengkulak tersebut merupakan masyarakat dari Desa Ciaruteun Ilir sendiri. Mereka merupakan saudara, teman, tetangga, atau rekan kerja petani. Setelah mengambil sayuran dari petani, tengkulak ini membawa sayurannya ke pasar untuk dijual ke pedagang yang ada di pasar atau dijual sendiri oleh para tengkulak. Bagi petani yang menjual sendiri ke pasar hasil panen mereka, para petani ini menjual ke pasar dengan menggunakan kendaraan bermotor dan dilakukan setiap hari. Petani juga dibantu oleh orang lain dalam menjual hasil panennya seperti saudara, teman, atau tetangganya. Hasil sayuran ini dijual di berbagai pasar di Bogor bahkan sampai ke Jakarta.

Asal pekerjaan baik kegiatan usahatani maupun kegiatan nonusahatani berkaitan dengan pemanfaatan modal sosial di Desa Ciaruteun Ilir. Rumahtangga petani di Desa Ciaruteun Ilir masih memanfaatkan modal sosial yang ada di desa dalam mendapatkan pekerjaan. Saat panen sayuran, petani biasanya mendistribusikan hasil panen sayuran tersebut. Distribusi sayuran ini berawal dari petani lalu ke tengkulak dan akhirnya sampai ke pasar. Namun tidak selalu dari petani ke tengkulak terlebih dahulu baru ada di pasar, ada beberapa petani yang langsung menjual hasil panen sayurannya langsung ke pasar. Petani yang langsung menjual hasil panennya ke pasar biasanya dibantu oleh orangtua, kakak atau adik, anak, atau tetangga sekitar rumah. Mereka sudah terbiasa untuk saling

membantu ketika masa panen tiba dan terus dilakukan setiap musim panen. Petani yang menjual sayurannya ke tengkulak dipilih oleh tengkulaknya sendiri untuk bergabung. Tengkulak ini mendatangi para petani ke rumah mereka untuk meminte bergabung menjual hasil sayuran yang mereka panen ke tengkulak. Tidak ada kriteria khusus yang diperlukan oleh tengkulak seperti apa petani yang boleh bergabung dengannya. Tengkulak tersebut biasanya tetangga, teman, atau bos dari petani itu sendiri. Satu petani pasti akan memiliki satu tengkulak yang akan menampung sayuran-sayuran tersebut sehingga tidak terjadi perebutan petani karena semuanya sudah memiliki aturan sendiri. Namun para petani dapat berganti tengkulak ketika mereka merasa sudah tidak ada kesepakatan bersama.

Variasi pekerjaan yang dimiliki petani berasal dari orangtua, teman, saudara, atau tetangga serta orang lain. Hal ini berarti petani di Desa Ciaruteun Ilir masih membutuhkan orang lain untuk membantu petani lain untuk menambah pendapatan rumahtangga. Dari hasil penelitian, para petani memiliki variasi pekerjaan yang didapatkannya dengan bantuan orang lain. Orangtua dalam hal ini masih sangat berperan dalam rumahtangga untuk memperoleh variasi pekerjaan tersebut. Pekerjaan dari orangtua yang merupakan warisan secara turun temurun masih diterapkan di masyarakat. Orangtua juga membantu anggota rumahtangga rumahtangga petani untuk mendapatkan pekerjaan dari orang lain. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh EH sebagai berikut :

“Saya dagang ini juga dari orangtua neng. Dulunya saya ikut bapak dagang di jakarta, bapak saya juga ikut orang lain. Sekarang juga ini saya nerusin kerjaan bapak saya selain nanem sayuran di kebon” (EH, 30 tahun)

Tetangga dan saudara juga memiliki peran penting bagi petani untuk mendapatkan variasi pekerjaannya. Petani di Desa Ciaruteun Ilir masih memanfaatkan modal sosial yang ada untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga petani. Banyak sedikitnya pekerjaan yang dimiliki oleh petani berkaitan dengan kepercayaan yang mereka miliki. Pada saat penelitian, petani yang membutuhkan tenaga kerja untuk mengolah lahan sebelum ditanami sayuran dan saat panen lebih memilih tetangga atau saudara mereka yang sedang menganggur atau sedang tidak melakukan pekerjaannya sehari-hari untuk membantu panen sayuran tersebut. Petani lebih percaya kepada tetangga atau saudara mereka untuk melakukan pekerjaan tersebut karena sudah kenal lama dan sering dimintai tolong untuk membantu panen sayuran. Selain itu jarak yang dekat antar rumah juga membuat petani lebih sering meminta tolong ke tetangga atau saudara mereka sendiri. Namun variasi pekerjaan yang dimiliki oleh petani tidak hanya sebatas dari orangtua, tetangga, ataupun saudara. Terdapat orang lain yang turut membantu petani menambah pendapatan rumahtangga mereka. Orang lain yang dimaksud adalah rekan kerja, pemerintah. Anggota rumahtangga petani mendapatkan pekerjaan dari rekan kerja karena telah dipercaya akibat dari kerja sama yang telah berlangsung lama. Sebelumnya para petani telah bekerja dengan orang lain sehingga ketika datang pekerjaan baru mereka masih mengandalkan anggota rumahtangga untuk melakukan pekerjaan bersama.

Norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat Desa Ciaruteun diterapkan dalam aturan tidak tertulis khususnya petani sayuran. Aturan tersebut dijalankan oleh para petani dalam melakukan pekerjaan sebagai petani. Di Desa Ciaruteun

Ilir, masa panen setiap petani berbeda-beda. Ada dari beberapa petani yang mengalami masa panen terlebih dahulu daripada petani lain. Hal ini lebih menguntungkan bagi petani yang mengalami masa panen terlebih dahulu. Ketika belum banyak petani yang panen hasil sayuran, sayuran di Desa Ciaruteun Ilir masih banyak yang belum dijual ke tengkulak atau ke pasar sehingga harga sayuran dari petani masih tinggi. Keuntungan yang didapatkan oleh petani ini sebenarnya besar karena mereka dapat memasang harga tinggi untuk sayuran yang belum banyak diproduksi oleh petani lain. Namun hal tersebut tidak dilakukan oleh para petani. Petani-petani sayuran ini lebih memilih menunggu teman-teman petani lain untuk panen bersama-sama sehingga harga yang diberikan untuk sayuran tersebut semuanya sama. Menurut salah seorang rumahtangga petani, sudah menjadi kebiasaan bersama ketika ada beberapa petani yang mengalami masa panen terlebih dahulu untuk menunggu petani lain yang belum melakukan panen. Hal ini bukanlah kesepakatan bersama sejak awal menjadi petani namun adanya rasa senasib dan sepenanggungan yang menjadikan mereka membuat aturan secara tidak tertulis untuk saling menunggu sampai musim panen tersebut datang bersama-sama. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh KD sebagai berikut :

“jadi ya neng, kalo bapak ini panen duluan ya bapak ga langsung jual ke tengkulak atau pasar gitu neng. Bapak nungguin petani lain buat panen baru dijualnya bareng-bareng. Kalo udah panen semuanya baru kita jual dengan harga yang sama. Kan ga enak kalo bapak jual sayurannya bareng-bareng nanti untung bapak sendiri, kasihan yang lain.” (KD, 55 tahun)

Tidak hanya pada saat panen, ada beberapa aturan atau norma-norma yang berlaku di masyarakat Desa Ciaruteun Ilir. Ketika ada kesulitan pada salah satu rumahtangga, rumahtangga lain saling membantu untuk mengatasi kesulitan tersebut. Desa Ciaruteun Ilir memiliki beberapa kelompok tani, seperti kelompok tani Kunyit dan Tani Jaya. Beberapa masyarakat menjadi anggota kelompok tani tersebut. Adanya kelompok tani ini sangat membantu para petani dalam pertanian. Ketika petani kekurangan modal untuk menanam kembali, kelompok tani menyediakan bantuan berupa dana, bibit, ataupun pupuk untuk melanjutkan penanaman tersebut. Untuk masa pinjaman ini, petani diberikan waktu dengan cicilan yang mereka bisa. Artinya, tidak ada paksaan dari kelompok tani untuk para petani agar dapat membayar hutang-hutang tersebut. Namun anggota kelompok tani selalu mencicil hutang-hutang mereka ketika panen datang. Hal tersebut sudah dilakukan petani dengan kesepakatan bersama.

ANALISIS STATUS KETAHANAN PANGAN