• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STATUS KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI DESA CIARUTEUN ILIR

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 menyatakan bahwa ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Pada penelitian ini, status ketahanan pangan dilihat dari ketersediaan pangan, akses terhadap pangan, dan konsumsi pangan rumahtangga petani di Desa Ciaruteun Ilir dari konsumsi beras rumahtangga. Status ketahanan pangan rumahtangga petani dikelompokkan ke dalam 3 bagian mengacu pada tim penelitian ketahanan pangan dan kemiskinan dalam konteks demografi Puslit Kependudukan LIPI (2013), yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

1. Rendah : rumahtangga yang dicirikan oleh kontinyuitas ketersediaan pangan kontinyu, tetapi tidak memiliki pengeluaran untuk protein hewani maupun nabati, kontinyuitas ketersediaan pangan kontinyu kurang kontinyu dan hanya memiliki pengeluaran untuk protein hewani atau nabati, atau tidak untuk kedua-duanya, kontinyuitas keterrsediaan pangan tidak kontinyu walaupun memiliki pengeluaran untuk protein hewani dan nabati, kontinyuitas keterrsediaan pangan tidak kontinyu dan hanya memiliki pengeluaran untuk protein nabati saja, atau tidak untuk kedua- duanya.

2. Sedang : rumahtangga yang memiliki kontyuitas pangan/makanan pokok kontinyu tetapi hanya mempunyai pengeluaran untuk protein nabati saja, kontinuitas ketersediaan pangan/makanan kurang kontinyu dan mempunyai pengeluaran untuk protein hewani dan nabati.

3. Tinggi : rumahtangga yang memiliki persedian pangan/makanan pokok secara kontinyu (diukur dari persediaan makan selama jangka masa satu panen dengan frekuensi makan 3 kali atau lebih per hari serta akses langsung) dan memiliki pengeluaran untuk protein hewani dan nabati atau protein hewani saja.

Perhitungan status ketahanan pangan rumahtangga petani berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang berjumlah 11 yang ada pada kuesioner penelitian. Keseluruhan pertanyaan kuesioner tersebut memiliki nilai terendah adalah 11 dan nilai tertinggi adalah 22. Selanjutnya mencari rata-rata nilai tersebut dengan penjabaran sebagai berikut :

Rata-rata nilai = ( ) = =3

Perhitungan status ketahanan pangan rendah adalah menjumlahkan nilai terendah pada kuesioner dengan rata-rata nilai, yaitu 11 + 3 = 14 sehingga diperoleh hasil status ketahanan pangan rendah memiliki nilai 11 sampai dengan 14 pada perhitungan kuesioner. Perhitungan status ketahanan pangen sedang adalah 15 + 3 = 18 sehingga diperoleh hasil status ketahanan pangan sedang memiliki nilai 15 sampai dengan 18. Perhitungan status ketahanan pangan tinggi adalah menjumlahkan nilai 19 dengan 3 yang menghasilkan nilai 22 sehingga status ketahanan pangan tinggi memiliki nilai 19 sampai dengan 22. Pada Tabel 13 disajikan jumlah dan persentase rumahtangga petani berdasarkan status ketahanan pangan.

Tabel 13 Jumlah dan persentase rumahtangga petani berdasarkan status ketahanan pangan

No Status Ketahanan Pangan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Rendah 18 30,00

2 Sedang 35 58,33

3 Tinggi 7 11,67

Total 60 100,00

Status ketahanan pangan rumahtangga petani juga digambarkan pada histogram berikut (Gambar 8).

Gambar 8 Status ketahanan pangan rumahtangga petani

Berdasarkan Tabel 13, status ketahanan pangan rumahtangga petani Desa Ciaruteun Ilir berada pada kelompok yang sedang, yaitu 58,33 persen. Pada Gambar 8 dapat diketahui bahwa sebaran normal berada di tengah, artinya status ketahanan pangan rumahtangga petani berada pada kondisi yang sedang. Status ketahanan pangan sedang menurut tim penelitian ketahanan pangan dan kemiskinan dalam konteks demografi Puslit Kependudukan LIPI (2013) merupakan rumahtangga yang memiliki kontinyuitas pangan/makanan pokok kontinyu tetapi hanya mempunyai pengeluaran untuk protein nabati saja, kontinuitas ketersediaan pangan/makanan kurang kontinyu dan mempunyai pengeluaran untuk protein hewani dan nabati. Ketersediaan pangan yang berupa beras, akses terhadap pangan, dan konsumsi pangan rumahtangga petani cukup untuk mempertahankan kondisi pangan mereka sehingga tidak terjadi kelaparan.

Saat penelitian, semua rumahtangga petani mengatakan bahwa dalam rumahtangga mereka tidak ada anggota yang mengalami kelaparan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh IR sebagai berikut :

“Alhamdulillah neng disini mah ga ada yang ga makan apalagi sampe kelaperan karena ga bisa makan. Yah walaupun sedikit sedikit tapi adalah yang bisa dimakan jadi semuanya cukup cukup aja.” (IR, 39 tahun)

Ketersediaan beras di Desa Ciaruteun Ilir dapat dikatakan selalu ada di Desa Ciaruteun Ilir. Pangan yang ada setiap bulannya dapat mencukupi kebutuhan warganya sehingga tidak ada masyarakat yang merasa kekurangan beras untuk makan. Persediaan pangan selain beras pun juga terpenuhi oleh masyarakat khusunya petani. Makanan yang berupa sayuran, lauk pauk, dan bahan nonpangan tersedia di Desa Ciaruteun Ilir. Letak desa yang dekat dengan Pasar Ciampea juga menjadi salah satu faktor persediaan pangan yang cukup untuk masyarakat. Saat warung-warung di desa sedang tidak menyediakan bahan pangan, masyarakat pergi ke pasar untuk berbelanja dan ada juga pedagang keliling yang datang ke desa. Selain itu, adanya bantuan dari pemerintah yang berupa beras miskin (raskin) sangat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan beras rumahtangga. Walaupun tidak semua masyarakat mendapatkan beras miskin, semuanya selalu mendapatkan beras setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masyarakat yang mendapatkan bantuan tersebut merasa sangat terbantu dalam pemenuhan kebutuhan beras rumahtangga mereka sehingga tidak ada kekurangan pangan pada anggota rumahtangganya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh SI sebagai berikut :

“iya neng, beras mah disini selalu ada, tuh di warung Batak. Ibu biasanya kalo beli beras disitu kok. Ibu juga dapet raskin itu lo neng yang dari pemerintah jadi yah dicukup-cukupin aja berasnya” (SI, 35 tahun)

Akses pangan petani Desa Ciaruteun Ilir juga tergolong mudah. Adanya warung disekitar rumah masyarakat yang menjual kebutuhan pangan memudahkan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Setiap RW memiliki sekitar 10 warung yang menyediakan bahan pangan bagi masyarakat Desa Ciaruteun Ilir khususnya rumahtangga petani. Selain beras, warung-warung di Desa Ciaruteun Ilir juga menyediakan kebutuhan pangan lain seperti mie, minyak, telur, dan lauk pauk. Pedagang keliling juga ada di Desa Ciaruteun Ilir menjajakan dagangannya kepada masyarakat disana. Selain di warung, beberapa rumahtangga petani juga pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan pangan sehari- hari. Masyarakat Desa Ciaruteun Ilir yang memiliki pendapatan yang tinggi biasanya pergi ke pasar. Mereka biasanya pergi ke Pasar Ciampea karena jaraknya yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka tinggal dan mudah dijangkau oleh alat transportasi seperti motor dan angkot. Namun untuk masyarakat dengan pendapatan sedang dan rendah, mereka lebih memilih untuk pergi ke warung terdekat untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Beberapa rumahtangga petani mengatakan bahwa mereka lebih enak untuk pergi ke warung karena dapat berhutang saat tidak memiliki uang. Ada juga yang mengatakan bahwa mereka tidak pergi ke pasar karena tidak ada kendaraan sendiri untuk pergi kesana dan apabila menggunakan transportasi umum membutuhkan biaya lebih. Pada saat-

saat tertentu saja mereka pergi ke pasar, seperti saat akan memiliki hajatan mereka harus membeli banyak bahan untuk keperluan hajatan.

Ketika petani tidak memiliki pendapatan atau sedang kekurangan biaya untuk memenuhi kebutuhan pangan, mereka tetap memiliki akses terhadap pangan, yaitu dengan bantuan orang lain. Bantuan yang diberikan berupa bantuan pinjaman dari orangtua atau saudara, hutang ke warung atau pedagang keliling. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai cara mereka mempertahankan pangan dalam rumahtangganya. Mereka meminjam uang atau berhutang bahan makanan dan membayarnya ketika masa panen sudah tiba. Namun ada beberapa rumahtangga petani yang berusaha mencukup-cukupi kebutuhan pangannya karena takut berhutang. Mereka takut berhutang karena takut tidak dapat mengembalikan hutang tersebut sehingga yang mereka lakukan adalah membatasi konsumsi pangan rumahtangganya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh JI sebagai berikut :

“dicukup-cukupin aja neng, ga pernah bapak ngutang sana sini. Takut ih ga bisa bayar, ini aja hidup udah pas-pasan aja mau nambah utang. Ga ah neng. Biasanya juga tetangga ada yang ngasih makanan kalo mereka lagi banyak makanan hehe” (JI, 40 tahun)

Saat kekurangan uang, hal-hal yang dilakukan oleh rumahtangga petani ketika kekurangan uang untuk memenuhi kebutuhan pangan ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9 Strategi menjaga ketahanan rumahtangga petani

Pemenuhan kebutuhan pangan petani di Desa Ciaruteun Ilir juga datang dari organisasi petani di desa tersebut seperti kelompok tani. Desa Ciaruteun memiliki empat kelompok tani, di antaranya kelompok tani Kunyit dan kelompok tani Tani Jaya. Adanya kelompok tani membantu petani Desa Ciaruteun Ilir untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Kelompok tani disana membantu anggotanya ketika ada kesulitan pada masa tanam sampai panen sayur-sayuran. Walaupun

20%

39% 18%

13% 10%

Strategi Menjaga Ketahanan Rumah Tangga Responden

tidak ada hutang warung pinjam saudara dicukupkan lainnya

tidak semua petani ikut dalam kelompok tani disana namun keberadaannya sangat membantu anggota kelompok tani tersebut saat menghadapi masalah. Masalah- masalah yang dihadapi berupa modal tanam sayuran yang tidak ada untuk musim tanam berikutnya karean panen sebelumnya yang merugikan petani, dan juga hasil panen yang tidak terlalu banyak sehingga pendapatan para petani yang berkurang. Bantuan yang berupa modal biasanya yang diberikan oleh kelompok tani ini untuk anggota-anggotanya. Pada saat penelitian, rumahtangga petani memanfaatkan kelompok tani ini untuk membantu memenuhi kebutuhan pangannya ketika mengalami kesulitan. Saat mereka tidak memiliki biaya, kelompok tani ini memberikan bantuan berupa uang untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Konsumsi pangan masyarakat Desa Ciaruteun Ilir utamanya adalah beras. Beras masih menjadi makanan pokok masyarakat untuk dikonsumsi. Lahan yang ada di Desa Ciaruteun Ilir dulunya digunakan untuk menanam pagi sehingga produksi beras masih tinggi dan pendapatan utama masyarakat berasal dari bertani padi. Namun komoditas yang berubah menjadi sayur-sayuran menjadikan produksi beras semakin lama semakin berkurang. Berkurangnya produksi padi bukan berarti masyarakat tidak lagi mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok mereka. Ada beberapa petani sayuan yang masih menanam padi untuk kebutuhan rumahtangganya sendiri. Petani ini lagi perlu membeli beras di pasar atau warung karena sudah tercukupi dari pasokan beras hasil menanam sendiri. Selain beras, ada juga ubi dan singkong sebagai tambahan pangan dan atau pengganti beras sebagai pangan pokok. Konsumsi ubi atau singkong ini dilakukan ketika petani atau masyarakat sedang tidak memiliki uang untuk membeli kebutuhan makanan pokoknya. Ubi atau singkong ini tersedia di kebun mereka sehingga mudah dan tidak mengeluarkan biaya ketika akan mengkonsumsinya. Tetangga atau saudara juga biasanya memberikan hasil panen singkong atau ubinya sehingga mereka tetap dapat makan meskipun kekurangan biaya. Konsumi pangan pada rumahtangga petani di Desa Ciaruteun Ilir cukup rendah, dengan rata-rata ± Rp 700.000. Hal ini berbeda dengan pendapatan yang cukup tinggi yang mereka dapatkan. Untuk konsumsi pangan sendiri, masyarakat di Desa Ciaruteun Ilir ternyata tidak terlalu berlebihan. Dengan adanya nasi, lauk, dan sayur menurut mereka itu sudah cukup untuk makan sehari-hari.

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI TERHADAP