• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Hukum Islam dan Hukum Positif tentang

BAB III TINJAUAN UMUM PENYIMPANGAN SEKSUAL

C. Analisis Perbandingan Hukum Islam dan Hukum Positif tentang

1. Perbandingan Perbuatan Penyimpangan Seksual terhadap binatang Menurut Hukum Positif di Indonesia dan Hukum Islam

Di Indonesia belum ada aturan hukum khusus yang mengatur larangan maupun ketentuan hukuman bagi orang yang melakukan hubungan seksual dengan hewan. Sedangkan hukum Islam menetapkan bahwa perbuatan betialitas adalah perbuatan yang diharamkan oleh Allah, karena dalam melakukan hubungan seksualnya dilakukan dengan menyetubuhi binatang, dan ini sangat jelas telah keluar dari koridor Islam yang telah memerintahkan umatnya dalam memenuhi hasrat seksualnya hanya dilakukan dengan suami atau istrinya.

Berdasarkan Hukum Positif di Indonesia

Berdasarkan Hukum Islam

Tidak diatur 1. Hukum Islam menetapkan bestialitas

adalah memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin hewan.

2. Hukum Islam menentukan siapa saja yang bersetubuh dengan hewan dikenakan sanksi pidana.

2. Perbandingan Sanksi Pidana Penyimpangan Seksual terhadap Binatang Menurut Hukum Positif Di Indonesia dan Hukum Islam

Hukum positif di Indonesia belum mengatur secara spesifik sanksi pelaku persetubuhan dengan hewan. Sedangkan Hukum pidana Islam menetapkan sanksi yang diberikan kepada pelaku bestialitas adalah hukuman mati.

Tabel Perbandingan Bestialitas:

Berdasarkan Hukum Positif di Indonesia

Berdasarkan Hukum Islam

Hukuman penjara dan denda Hukum pidana Islam menetapkan sanksi yang diberikan kepada pelaku bestialitas adalah hukuman mati dan hukuman ta’zir.

3. Perbandingan Sumber Hukum Penyimpangan Seksual terhadap Binatang Menurut Hukum Positif Di Indonesia dan Hukum Islam

Penjelasan mengenai penyimpangan seksual terhadap binatang memberikan beberapa perbedaan di antara kedua sumber hukum tersebut, yaitu Sumber hukum pidana Indonesia, yaitu KUHP dan Peraturan Perundang-Undangan lainnya didasarkan dari hasil pemikiran (ratio) manusia yang dibuat secara tertulis yang kemudian diundangkan ke dalam sebuah lembaran negara agar berlaku dan mengikat secara umum, selain itu sumber hukum pidana Indonesia juga bersumber dari hukum adat, di mana hukum adat tersebut berisi hukum pidana salah satunya. Sedangkan Hukum pidana Islam bersumber dari Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad para ulama. Hukum pidana Islam pada umumnya langsung bersumber dari Allah swt. yang disampaikan kapada utusanNya Nabi Muhammad saw. Adapun mengenai hadits, merupakan perkataan yang disabdakan oleh Nabi sendiri dengan bimbingan Allah swt. sedangkan Ijtihad merupakan pendapat para ulama yang disandarkan kepada Al-Quran dan Hadits.

Sedangkan persamaan kedua sumber hukum tersebut yaitu kedua sumber hukum tersebut telah dituliskan ke dalam sebuah buku yang dijadikan suatu pedoman bagi suatu bangsa yang menganut sumber hukum tersebut.

Berlandaskan dari tujuan syari’at islam atau maqashidu as-syari’ah al-khamsa yang bertujunan memelihara Agama, Jiwa, Akal, Keturunan/Kehormatan, dan Harta. Sehingga jika manusia melakuukan hal yang menyimpang dari lima tujuan dari syari’at Islam tersebut, dalam hal konteks penyimpangan seksual yang dilakukan terhadap bintang, membuktikan bahwa akal pada manusia tersebut telah rusak dan menyimpang dari tujuan maqashid syari’ah, serta memperburuk keturunan dan kehormatan dirinya.

Dengan demikian dengan adanya hukum islam diharpakan tujuan dari al-maqashidu as-syari’ah dapat tercapai sepenuhnya, dan para pelaku penyimpangan seksual terhadap binatang dapat memperbaiki sifat serta akalnya, dan hukum islam memberikan sanksi bagi para pelaku penyimpangan seksual terhadap binatang yang tercantum jelas dalam Al-Qur’an dan Hadis agar memberi efek jerah.

63 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Setelah menganalisis secara rinci tentang analisis perbandingan hukum Islam dan hukum Positif tentang Penyimpangan Seksual terhadap Binatang berdasarkan dari uraian yang sebelumnya telah di paparkan, penulis dapat menarik kesimpulan yaitu :

1. Pandangan hukum Islam mengenai penyimpangan seksual terhadap binatang adalah penyimpangan seks secara tidak sehat, dan para ulama sepakat tentang keharaman bersetubuh dengan binatang akan tetapi masih berbeda pendapat dalam menentukan hukuman bagi orang yang melakukannya. Hukum Islam memandang bahwa penyimpangan seksual terhadap binatang merupakan penyaluran seksual yang abnormal, menjijikkan dan keluar dari koridor syariat Islam. Maka pelakunya dikenakan hukuman yang sesuai dengan syariat Islam, baik had maupun ta’zir karena penyimpangan seksual terhadap binatang merupakan tindak pidana.

2. Pandangan hukum positif mengenai penyimpangan seksual terhadap binatang adalah RUU KUHP didalamnya terdapat beberapa acuan atau penunjang untuk masalah penyimpangan seksual terhadap binatang diantaranya dirumuskan pada BAB XVI tentang tindak pidana kesusilaan, bagian kesatu, kesusilaan di muka umum yang diuraikan dalam pasal 504.

Adanya pengaturan tentang ini sudah pasti tujuannya untuk masyarakat, namun belum terinci dan belum secara luas pengaturannya didalam rumusan pasal. Perbuatan penyimpangan seksual terhadap binatang dapat

dikategorikan sebagai tindakan criminal karena terpenuhinya asas-asas yang terkandung dalam konsep kriminalitas.

3. Analisis Perbandingan penyimpangan seksual terhadap binatang yang diatur di dalam hukum positif di Indonesia dan hukum Islam dilihat dari beberapa segi dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Sumber hukum pidana Indonesia, yaitu KUHP dan Peraturan Perundang-undangan lainnya didasarkan dari hasil pemikiran (ratio) manusia yang dibuat secara tertulis yang kemudian diundangkan ke dalam sebuah lembaran negara agar berlaku dan mengikat secara umum, selain itu sumber hukum pidana Indonesia juga bersumber dari hukum adat, dimana hukum adat tersebut berisi hukum pidana salah satunya. Sedangkan Hukum pidana Islam bersumber dari Al-Qur’an, Hadits, dan Ijtihad para ulama. Hukum pidana Islam pada umumnya langsung bersumber dari Allah swt. yang disampaikan kapada utusan-Nya Nabi Muhammad saw.

Al-Qur’an dibukukan pada zaman khulafaur rasyidin. Adapun mengenai hadits, merupakan perkataan yang Universitas Sumatera Utara disabdakan oleh Nabi sendiri dengan bimbingan Allah swt. sedangkan Ijtihad merupakan pendapat para ulama yang disandarkan kepada Al-Qur’an dan Hadits. Adapun persamaan kedua sumber hukum tersebut yaitu kedua sumber hukum tersebut telah dituliskan ke dalam sebuah buku yang dijadikan suatu pedoman bagi suatu bangsa yang menganut sumber hukum tersebut.

b. Perbuatan Perbedaan penyimpangan seksual terhadap binatang menurut hukum positif di Indonesia dan hukum Islam yaitu hukum Islam tidak spesifik mengatur objek tindak pidana penyimpangan seksual seperti batasan usia, berbeda dengan hukum positif di Indonesia yang sangat jelas

dan spesifik, namun hukum Islam lebih luas dalam mengatur beragam tindak pidana penyimpangan seksual yang belum diatur di dalam hukum positif di Indonesia.

c. Sanksi penyimpangan seksual terhadap binatang berdasarkan hukum positif di Indonesia yaitu hukuman mati, penjara, denda, kebiri kimiawi, pengumuman identitas ke publik, serta pemasangan alat deteksi elektronik.

Sedangkan hukum Islam memberikan sanksi yang lebih berat yaitu hukuman mati hampir terhadap semua jenis penyimpangan seksual.

Hukum Islam tidak memberi hukuman pengganti berupa denda (Diat) terhadap pelaku tindak pidana penyimpangan seksual. Hukum positif di Indonesia memiliki makna “paling lama” dan “maksimal” di dalamnya, sehingga hakimlah yang berhak menentukan seberapa berat hukuman tersebut akan dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana penyimpangan seksual. Sedangkan didalam hukum Islam sanksi yang harus dijatuhkan terhadap pelaku tindak pidana penyimpangan seksual adalah sanksi had (bersumber dari Allah swt.) sehingga sanksi tersebut tidak dapat lagi diubah oleh hakim.

B. Saran

1. Untuk mencegah perbuatan bestiality (aktifitas seksual terhadap hewan), Maka diperlukan aturan yang tegas dan konkrit untuk melindungi generasi penerus bangsa, sebagai kebijakan hukum yang baik serta pembaharuan hukum islam dan hukum positif dan juga perlindungan terhadap hewan.

2. Perlu untuk diberikan informasi melalui sosialisasi secara maksimal kepada masyarakat tentang hukum menkonsumsi hewan yang telah disetubuhi manusia

3. Tulisan ini diharapkan menjadi salah satu wadah pemberi informasi untu menambah pengetahuan semua kalangan.

67

DAFTAR PUSTAKA

Taufik, Dinamika Hukum Islam Indonesia. Cet.I; Yogyakarta: Deepublish, 2016.

Irfan Hardiansyah, Tata Hukum Positif Indonesia. Cet.I; Pekanbaru: Hawa dan Ahwa.

Masjfuk Zuhdi, Masai Fiqhiya. Jakarta: CV. Mas Agung, 1998.

Ali, Zainuddin, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 2008.

Irfan, Gratifikasi dan Kriminalitas Seksual dalam Hukum Pidana Islam, Jakarta:

Amzah,2014.

Drajat, Amroeni, Ulumul Quran, Jakarta, Kencana, 2017.

Qaththan, Manna Al, Pengantar Studi Ilmu Hadis, Jakarta Timur, Pustaka Al Kausar, 2013.

Retnowulandari, Wahyuni, Hukum Islam dan Tata Hukum di Indonesia, Jakarta : Trisakti, 2009.

Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung : Sinar Baru, 1984 Marpaung, Asas Teori Praktik Hukum Pidana, Jakarta : Sinar Grafika 2005.

Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, Jakarta : Rieneka Cipta, 1982.

Idrus, Achmad Musyahid, Melacak Aspek-Aspek Sosiologis dalam Penetapan Hukum Islam, Cet.I, (2012) http://scholar.google.co.id/. Mengutip dari jurnal, diakses19 Januari 2021

Jaslin Bin Muhammad, Seks Islami,. Jakarta : PT Al Mawardi Prima, 2006

Ash-Shiddieu, M. Hasbi, Falsafah Hukum Islam. Cet. V, Jakarta: Bulan Bintang, 1993.

Daud, Mohammad, Hukum Islam, Jakarta : Rajawali Pers, 1998.

Hariri, WM. Pengantar Ilmu Hukum. Cet.I; Bandung: Pustaka Setia, 2012.

Ishaq. Pengantar Hukum Indonesia. Cet. IV; Depok: Rajawali Pers, 2017.

Pabbu, Amiruddin dan Rahman Syamsuddin. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta:

Mitra Wacana Media, 2014.

Ramulyo, Idris. Asas-Asas Hukum Islam. Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

Asikin, Zainal. Pengantar Ilmu Hukum. Cet. IV; Depok: Rajawali Pers, 2017.

Mustofa, dan Abdul Wahid. Hukum Islam Kontemporer. Cet.II; Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Asikin, Zainal. Pengantar Tata Hukum Indonesia. Cet. III; Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Ali, MD. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia. Cet. IX; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.

Al-Mansor, Ansory. 48 Macam Perbuatan Dosa. Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.

Djubaedah, Neng. Pornografi dan Pornoaksi. Bogor: Kencana, 2003.

68

Bisri, Cik Hasan. Pilar-pilar Penelitian Hukum Islam dan Pranata Sosial. Jakarta;

PT Raja Grafindo Persada, 2004.

Rohaedi, Edi. “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestiality)’’. Skripsi. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2007.

Firdha Yunita Ramli, “Perilaku Seksual Menyimpang Tokoh Novel 86 Karya Okky Madasari Berdasarkan Teori Seks Sigmund Freu’’, skripsi. Makassar:

Fakultas Bahasa Dan Sastra,Universitas Negeri Makassar 2018.

Siti Aisyah, “Studi Kasus Penyimpangan Perilaku Seksual Pada Remaja Tunalaras Tipe Conduct Disorder”, Skripsi. Yogyakarta; Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 2017.

Dian Pangestu, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Wajib Lapor Penyimpangan Seksual”. Skripsi. Purwokerto: Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2020.

Raden Fadhil Firdaus, “Sanksi Tindak Pidana Penyimpangan Seksual Terhadap Hewan (Bestiality) Dalam Hukum Pidana Islam Menurut Abdul Qadir Audah”, skripsi. Bandung: Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, 2019.

Badiatul Muchlisin Asti, Seks Indah Penuh Berkah , Cet I, Semarang: Pustaka Adnan, 2006.

Bukhori, Hubungan Seks Menurut Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994.

Kartono, Kartini, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, Bandung:

Mandar Maju, 1989.

Kementerian Agama, Al Quran Dan Terjemahan, Semarang; CV Toha Putra, 1989.

Akbar, Seksualitas Ditinjau dari Hukum Islam, Cet.II, Jakarta: Bulan Bintang, 1982.

Zulhas’ari Mustafa, Problematika Pemaknaan Teks Syariat Dan Dinamika Maslahat Kemanusian, Mazahibuna, Volume 2, Nomor 1, Juni 2020.

http://scholar.google.co.id/., Mengutip dari jurnal, diakses 23 Mei 2021 Ficki Fadila Filardi, “Perilaku Penyimpangan Seksual Pada Tokoh Freddie

Mercury Dalam Film Bohemian Rhapsody Karya Bryan Singer”, skripsi.

Purwokerto: Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2019), h.87

Tharsyah, Adnan, Yang Disenangi Nabi Saw Dan Yang Tidak Disukai. Bogor:

Kencana, 2003.

Kutbuddi Abaik, Kajian Fiqih Kontemporer, Yogyakarta: Offset,2009.

Achmad Musyahid, Konflik dan Ketegangan dalam Hukum Islam Antara Stabilitas dan Perubahan (Menguji Validitas Teori NJ Coulson), Jurnal Hukum Diktum, Vol 10, Nomor 2, http://scholar.google.co.id/. 3 Januari 2021

Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, Fikih Empat Mazhab. Cet. I, Jakarta Timur:

Pustaka Al-Kausar 2015

Abdul Wahab, Sexuality In Islam terjemahan Fauzi Abbas, Yogyakarta: Penerbit Alinea, 2004

69

Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam, C e t . I ; Bandung: Asysymiel, 2002.

Soekanto, Soerjono, Krmininologi: Suatu Pengantar, Cet.I; Jakarta, Ghalia Indonesia, 1981

An-Naim, Abdullah Ahmed, “Dekonstruksi Syari’ah” LKIS ; Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1990.

Saleh, Roeslan, Asas Hukum Pidana dalam Perpektif, Aksara Baru, Jakarta, 1981.

Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni; Bandung, 1986 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, PT Bina Cipta; Jakarta,1985.

Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politeai; Bogor,1986.

Asnawi, Lika-Liku Seks Menyimpang Bagaimana Solusinya, Tangerang;

Darussalamnoffset, 2005.

70

Kabupaten Bone. Merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara buah hati dari pasangan Drs. H. Muhammad Darwis Arief dan Hj.Rosnaeni, S.Pd.

Penulis tamat taman Kanak-kanak pada tahun 2005 di TK Aisyiyah Bustanul Athfal kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone, kemudian melanjutkan sekolah ke SDN 9 Ta’ Kabupaten Bone pada tahun 2005 dan tamat pada tahun 2011 kemudian tahun yang sama penulis melanjutkan ke sekolah ke SMP Negeri 3 Watampone Kecamatan Tanete Riattang Timur dan tamat pada tahun 2014, kemudian di tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 1 Bone kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone dan Tamat pada tahun 2017, melalui jalur SPAN-PTKIN pada tahun 2017 penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum (PMH), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Selama menjadi mahasiswa, adapun pengalaman organisasi yaitu : Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan PMH sebagai anggota, Pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia sebagai wakil sekretaris, Pengurus Independent Law Study sebagai anggota.