• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN UMUM PENYIMPANGAN SEKSUAL

C. Jenis-jenis Penyimpangan Seksual

Adapun jenis-jenis tindak pidana penyimpangan seksual adalah:

a. Incest, yaitu keinginan untuk melakukan hubungan seksual dengan muhrim, seperti dengan ibunya,bapaknya,anaknya atau dengan saudara kandungnya sendiri. Seringkali kita dengar seorang bapak menghamili anaknya, anak memperkosa ibunya, dan lain sebagainya. Menurut para psikolog incest adalah perilaku penyimpangan seksual dan menurut hukum Islam incest adalah berhubungan dengan wanita-wanita yang diharamkan untuk dinikahi dan melakukannya termasuk penyimpangan seksual serta merupakan pelanggaran

ketentuan hukum.5

b. Necropilia, yaitu seseorang yang mencari kepuasan seksualnya dengan menyetubuhi mayat bahkan terkadang bersifat kanibal, yakni dengan melahapnya sekaligus. Korban biasanya orang yang ia senangi. Untuk memenuhi hasrat seksualnya, orang yang ia senangi tersebut ia bunuh, kemudian mayatnya ia setubuhi. Dalam kasus tindak pidana menyetubuhi mayat ini para ulama berbeda pendapat. Iman malik berpendapat apabila seseorang menyetubuhi mayat, baik pada qubulnya maupun pada duburnya dan bukan pula isterinya maka perbuatan itu dianggap sebagai zinadan pelakunya dikenai hukuman had. Akan tetapi, apabila yang disetubuhinya adalah isterinya sendiri yang telah meninggal, ia tidak dikenal hukuman had. Demikian pula apabila yang melakukannya itu seorang wanita maka ia hanya dikenai hukuman ta’zir.6

c. Homoseks, istilah homoseks terambil dari kata sadum, nama sebuah kota kuno dekat laut Mati, sebuah daerah di Jordan. Dalam arti lain, homoseks yaitu hubungan seks yang dilakukan dengan sesama jenis di mana si pelaku merasa tertarik dan mencintai sesama jenis. Sedangkan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) homoseks adalah keadaan tertarik terhadap orang dari jenis kelamin yang sama. Menurut hukum Islam, homoseks merupakan perbuatan yang dilarang oleh Syara dan merupakan jarimah yang lebih keji daripada zina.

Homoseks merupakan perbuatan yang bertentangan dengan akhlak dan fitrah manusia dan sebenarnya berbahaya bagi kehidupan manusia yang

5 Dian Pangestu, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Wajib Lapor Penyimpangan Seksual”.

Skripsi (Purwokerto: Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2020), h. 45

6 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 40

melakukannya.7

d. Lesbian, yaitu perbuatan menggesekkan atau menyentuhkan alat vital yang berupa ejakulasi. Cara mereka melakukan hubungan seks ini mirip dengan sakritis atau sebagai pasif feminim. Islam memandang bahwa lesbian merupakan perbuatan haram, dan para ulama telah sepakat mengharamkan perilaku ini. Sebagaimana Imam Nawawi berkata “wanita diharamkan berhubungan seksual dengan wanita, jika hal itu terjadi maka wanita tersebut harus dicela dan diperingatkan.8

e. Onani, (masturbasi) yaitu menyalurkan hasrat seksual dengan cara merangsang alat kelamin baik dengan menggunakan tangan dan sebagainya. Beberapa para kedokteran dan pendidikan menganggap masturbasi tidak menimbulkan efek samping yang serius bagi kesehatan, sedangkan sebagian yang lain menganggap perbuatan tersebut sangat merusak kesehatan.9

f. Pedophilia,yaitu seseorang yang baru mendapatkan kepuasaan seksual jika melakukan hubungan dengan anak-anak. Perilaku menyimpang ini jelas menghancurkan masa depan anak-anak, sehingga dikutuk oleh agama. Iman syafi’i dan Iman Hambali berpendapat bahwa perbuatan ini dikategorikan sebagai perbuatan zina, yang dapat dikenai hukuman had terhadap pelakunya, baik pelakunya laki-laki atau perempuan.10

g. Voyeurisme, yaitu suka mengintip lawan jenisnya yang telanjang atau mengintip hubungan seksual. Perbuatan ini bisa jadi tidak sekedar untuk

7 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 41

8 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 41

9 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 43

10 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 44

memenuhi rasa ingin tahunya saja, akan tetapi lebih ia utamakan dan lebih mendatangkan kepuasaan daripada hubungan seksual yang normal.11

h. Masochisme, yaitu penderita akan merasakan kenikmatan seksual jika ia disakiti oleh pasangannya, misalnya dipukul dengan tangan, cambuk dan lain sebagainya atau seolah-olah ia diperkosa. Rasa sakit yang ia terima itu akan mendatangkan kenikmatan yang luar biasa baginya, bahkan lebih nikmat daripada hubungan kelaminan.12

i. Bestiality, yaitu tindakan mencari kepuasaan seksual dengan jalan berhubungan seksual dengan binatang. Para ulama sepakat tentang haramnya perbuatan ini, akan tetapi berbeda pendapat dalam memberikan sanksi pidana bagi pelaku bestiliaty. Demikianlah, beberapa perilaku sm eks menyimpang yang ada di masyarakat, yang gejalanya akan sangat merusak terhadap masyarakat.

Perilaku-perilaku tersebut timbul dan berkembang terompet-terompet iblis terus menerus memanggilnya dalam pemuasan brutal dan lepas kontrol.13 D. Faktor-Faktor Penyebab Penyimpangan Seksual

Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar pada diri manusia.

Namun, kebutuhan-kebutuhan yang bersifat naluri terkadang menjadikan manusia lepas kontrol. Manusia berlomba-lomba mereguk kenikmatan dunia, meskipun cara yang ditempuhnya tidak lagi memperhatikan segi-segi moralitas yang ada di masyarakat. Menurut Sigmound Freud bahwa penyebab penyimpangan seksual ialah lemahnya pengendalian diri, dalam hal ini iman dan intelegensi. Apabila kedua faktor tersebut tidaklah menjadi senjata ampuh bagi

11 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 44

12 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 45

13 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 47

seseorang untuk mengontrol dan menguasai dirinya dari dorongan seks yang tidak terkontrol, maka dorongan seks tersebut dapat menguasai dirinya untuk melakukan penyimpangan seksual.14

Perilaku seks menyimpang ini dapat saja terjadi akibat hasrat seksual yang sangat tinggi dan tak bisa dikontrol dengan baik. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwasanya penyimpangan seksual yang terjadi di masyarakat dapat terjadi karena multifaktoral, mencakup gejala-gejala di dalam atau di luar pribadi (kelompok gejala yang intrinsik dan ekstrinsik) yang saling berhubungan.

Kartini kartono menyebutkan ada dua faktor yang menyebabkan penyimpangan seks :

1. Faktor intrinsik ialah faktor-faktor herediter atau keturunan berupa predisposisi dan konstitusi jasmaniah dan mentalnya.15

2. Faktor eksterinsik ialah mencakup adanya kerusakan-kerusakan psikis dan fisik disebabkan oleh pengaruh-pengaruh luat atau oleh adanya interaksi pengalaman dengan lingkungan yang traumatis sifatnya.16

Sedangkan menurut Ma’ruf Asrori dalam bukunya bimbingan seks islami, dorongan seks yang tidak terkendali disebabkan oleh dua faktor :

1. Faktor endogin (dari dalam) yakni, lemahnya iman dan intelegensinya tidak dapat mengendalikan hawa nafsu.17

14 Raden Fadhil Firdaus, “Sanksi Tindak Pidana Penyimpangan Seksual Terhadap Hewan (Bestiality) Dalam Hukum Pidana Islam Menurut Abdul Qadir Audah”, skripsi (Bandung:

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, 2019), h.67

15 Dian Pangestu, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Wajib Lapor Penyimpangan Seksual”, h. 49

16 Raden Fadhil Firdaus, “Sanksi Tindak Pidana Penyimpangan Seksual Terhadap Hewan (Bestiality) Dalam Hukum Pidana Islam Menurut Abdul Qadir Audah”, h.70

17 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 55

2. Faktor eksogin, yakni datangnya dari hampir setiap aspek kehidupan modern yang tumbuh dan berkembang tidak atas dasar konsep agama.

Misalnya , trend mode, make up, pergaulan bebas, film dan bacaan porno, panti pijat, klub malam, bar dan lain-lain.18

Dari beberapa faktor yang disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa ada tiga faktor tersebut, tetapi lingkungan menempati posisi yang signifikan. Hal ini dikarenakan lingkungan menghimpun banyak faktor yang saling mengikat yang dapat membentuk suatu iklim kondisi bagi tumbuhnya berbagai penyimpangan.

E. Dampak Penyimpangan Seksual

Sebagai konsekuensi logis dari perilaku seks menyimpang adalah munculnya berbagai penyakit kelamin (veneral diseases, atau VD), atau disebut juga ‘penyakit hubungan seksual’ (sexually transmitted diseases, atau STD).

Berbagai penyakit kelamin yang kini terkenal dalam dunia kedokteran adalah:

sifilis, gonore, herpes simplex, limprogranuloma venerium, granula Inguinale, trikomonas, kondiloma akuminata, dan Aids (Acquired Immune Difeciency Syndrome). Dari berbagai penyakit itu yang paling terkenal, paling berbahaya, dan paling banyak diderita oleh pelaku seks bebas dan pelaku seks menyimpang (termasuk pelaku seks menyimpang dengan binatang) adalah : sifilis, gonore, herpes progenitalis, dan aids.19

Sifilis adalah jenis penyakit kelamin yang banyak diderita oleh para pelaku seks menyimpang, sifatnya sulit hilang dan apabila sembuh pada bulan ini akan muncul pada bulan berikutnya dengan rasa sakit dan luka yang hebat.

Sifilis sering juga disebut “penyakit raja singa” penyakit ini disebabkan oleh

18 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 57

19 Pikiran Rakyat, Bahaya Penyimpangan Seksual, h.5

kuman Treponema Pallidium yang jumlahnya lebih banyak terdapat dalam binatang daripada manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui persenggamaan dengan manusia atau dengan binatang.

Sedangkan gonore adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh kuman neisseria gonorrhoeae, Yang mana kuman ini menyerang selaput lendir pada beberapa organ tubuh. Selaput yang paling sering diserang adalah selaput lendir rektum, mata, mulut, dan anus. Kejangkitan Gonore yang paling tinggi terdapat pada saluran kantung kemih( uretra). Gejala penyakit ini selain keluarnya nanah berwarna kuning pada alat kelamin, juga terasa nyeri dan panas. Pada dasarnya penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual, sama seperti Sifilis, penyakit ini pun dapat menyebabkan cacat bawaan Herpes progenitalis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus harpes simpleks yang secara bertahap berkembang dan menyebabkan luka lecet yang sangat menyakitkan di sekitar kemaluan, baik laki-laki maupun perempuan. Karena letaknya di permukaan alat kelamin, maka penyakit ini sangat mudah sekali menular. Gejala yang timbul berupa rasa kelenjar (rasa digigit-gigit) dan gatal.

Setelah 2-15 hari muncul bisul kecil, dan pada serangan berikutnya akan timbul infeksi, dan timbul demam dan sakit kepala.20

Sedangkan penyakit aids (acquired immune difeciency syndrome) adalah suatu momok yang menakutkan sejak kemunculannya tahun 1980—an sampai saat ini. Menurut hemat penulis, penyakit ini muncul akibat perilaku manusia yang sudah melewati batas normal, maka kehadiran penyakit ini merupakan sebuah laknat dari Allah swt. yang telah murka melihat hambanya yang sudah melampaui batas. Kemunculan penyakit ini mulai dirasakan sekitar tahun 1981.

Dan pada tahun 1983, Luc Montagnier dari lembaga Pasteur Paris

20 Badiatul Muchlisin Asti, Seks Indah Penuh Berkah , (Cet I, Semarang: Pustaka Adnan,2006), h.130

mengumumkan tentang adanya suatu virus maut. Setahun kemudian, Galo membuktikan tentang keberadaan virus ini dengan gejala kehilangan kekebalan tubuh manusia. Adapun cara penularan virus HIV ( human immodefeciency syndrome) ini adalah melalui berbagai jalan: berhubungan seks, tranfusi darah, alat-alat medis, ibu hamil dan cairan tubuh. Saat ini penularan aids menurut who sekitar 3 orang permenit, dan sampai akhir 2000, sekitar 21,8 juta orang dewasa dan anak-anak telah meninggal karena hiv/aids.21

Selain berbagai penyakit di atas, dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh penyimpangan seksual dengan binatang (bestiality) ialah:

1. Dari segi psikologis, bestiality dapat mengakibatkan gangguan pada perkembangan psikoseksual seseorang. Sehingga naluri kejiwaan untuk bersetubuh dengan normal menjadi suatu yang tabu karena memandang bestiality sebagai fantasi seks yang dapat memenuhi libido seksualnya.

2. Dari aspek sosial-psikologis, penyimpangan seks dengan binatang (bestiality) akan menyebabkan pelakunya memiliki perasaan dan kecemasan tertentu, sehingga bisa mempengaruhi kondisi kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang.22 Kualitas sumber daya manusia ini diantaranya adalah:

Kualitas mentalitas. Kualitas mentalitas pelaku yang terlibat penyimpangan seksual dengan binatang (bestiality) akan rendah, bahkan cenderung memburuk. pelaku bestiality tidak memiliki etos kerja dan disiplin yang tinggi, karena dibayangi masa lalunya. Pelaku bestiality juga cepat menyerah kepada nasib (subnitif), tidak sanggup menghadapi tantangan dan ancaman hidup, rendah diri, dan tidak sanggup berkompetisi.

21 Akbar, Seksualitas Ditinjau dari Hukum Islam, (Cet.II, Jakarta: Bulan Bintang, 1982) , h.123

22 Bukhori, Hubungan Seks Menurut Islam,( Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h.212

a) Kualitas keberfungsian keluarga. Seandainya pelaku bestiality menikah dengan cara terpaksa, maka akan mengakibatkan kurang difahaminya peran- peran baru yang disandangnya dalam membentuk keluarga sakinah.

b) Kualitas pendidikan. Pelaku bestiality akan memiliki keterbatasan akses terhadap pendidikan formal.

c) Kualitas ekonomi keluarga. Seandainya pelaku bestiality menikah, maka kualitas ekonomi yang dibangun olehnya tidak akan memiliki kesiapan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.

d) Kualitas partisipasi dalam pembangunan. Karena kondisi fisik, mental dan sosial yang kurang baik, maka pelaku bestiality tidak dapat berpartisipasi dalam pembangunan.23

3. Dari aspek medis, menurut Budi Martino Limonon, pelaku penyimpangan seksual dengan binatang (bestiality) memiliki banyak konsekuensi, diantaranya: dapat tertular penyakit menular seksual (PMS), dapat menyebakan infeksi pada alat vital, dan selain itu, dapat menyebabkan kanker.24

F. Dasar Hukum Penyimpangan Seksual dalam Hukum Islam A. Penyimpangan Seksual Menurut Al-Quran

Penyimpangan seksual merupakan sikap yang pada dasarnya melampaui batas-batas kenormalan karena menjadikan pelakunya masuk ke dalam perbuatan buruk dan keji yang jelas dilarang oleh Allah swt. sehingga menjatuhkan pelakunya pada kemurkaan Allah swt. Oleh karena itu, Islam sangat menganjurkan dan mensyariatkan pernikahan dengan tujuan menjaga fitrah insani manusia, serta terpenuhinya kebutuhan biologis, jasmani, dan rohaninya, sehingga dikenal dengan istilah keluarga sakinah, mawadah, wa rohmah. Dengan adanya

23 Bukhori , Islam dan Adab Seksual, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h.87

24 Kartono, Kartini, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, ( Bandung: Mandar Maju, 1989)

pernikahan terjaga pula kehormatan manusia baik laki-laki maupun perempuan dengan cara yang baik dan dapat melahirkan generasi-generasi penerus yang beriman dan bertakwa karena pernikahan merupakan lembaga pembinaan peradaban. Qs. Ar Ruum/21.

25

ا ظْيِلَغ ا قاَثْيِ م ْمُكْنِم َنْذَخَا او ضْعَب ىٰلِا ْمُكُضْعَب ى ٰضْفَا ْدَق َو ٖهَن ْوُذُخْأَت َفْيَك َو

Terjemahnya:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jensimu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda bagi kaum yang berfikir.

Berdasarkan tafsir Jalalain (Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri) Siti Hawa tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam sedangkan manusia yang lainnya tercipta dari air mani laki-laki dan perempuan (supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya) supaya kalian merasa betah dengannya (dan dijadikan-Nya di antara kamu sekalian) semuanya (rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu) hal yang telah disebutkan itu (benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir) yakni yang memikirkan tentang ciptaan Allah swt.

Maksud dari ayat di atas adalah (Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri) Siti Hawa tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam sedangkan manusia yang lainnya tercipta dari air mani laki-laki dan perempuan (supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya) supaya kalian merasa betah dengannya (dan dijadikan-Nya di antara kamu sekalian) semuanya (rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu) hal yang telah disebutkan itu (benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir) yakni yang memikirkan tentang ciptaan Allah swt.

25 Kementerian Agama, Al Quran Dan Terjemahan, (Semarang; CV Toha Putra, 1989), h.

43

Qs. Al-Isra 17/32

26

لْيِبَس َءۤاَس َوۗ ةَش ِحاَف َناَك ٖ هانِا ٓىٰن ِ زلا اوُب َرْقَت َلَّ َو

Terjemahnya:

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.(Q.S. Al-Isra: 32)

Berdasarkan tafsir Jalalain (Dan janganlah kalian mendekati zina) larangan untuk melakukannya jelas lebih keras lagi (sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji) perbuatan yang buruk (dan seburuk-buruknya) sejelek-jelek (jalan) adalah perbuatan zina itu.

Maksud dari ayat di atas adalah Menurut Syaikh Wahbah Az Zuhaili menyebutkan tafsir dari surat al Isra ayat 32 ini. Menurutnya larangan dari mendekati perzinaan itu lebih mengena dibandingkan sekedar larangan dari melakukannya. Karena larangan (mendekati zina) itu mencakup semua foreplay dan faktor penyulutnya. Sesungguhnya barangsiapa yang mengitari sekitar daerah larangan, niscaya hampir-hampir dia terjerumus di dalamnya. Terutama dalam perkara ini, yang pada kebanyakan orang terdapat nafsu yang sangat kuat kea rah zina. Allah swt mengemukakan perzinaan dan potret buruknya, bahwasannya ia adalah suatu perbuatan yang keji, maksudnya dosa yang keji dalam sudut pandangan syariat akal, dan fitrah, lantaran memuat pelanggaran terhadap kehormatan pada hak Allah dan hak wanita tersebut, hak istri atau suaminya, merusak kesucian hubungan rumah tangga, mencampuradukkan nasab dan kerusakan-kerusakan lainnya.

26 Kementerian Agama, Al Quran Dan Terjemahan, h. 58

Qs. Al-Nisa 4/22.

Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dimurkai dan seburuk-buruk jalan.”

Berdasarkan Tafsir Jalalain (Dan janganlah kamu kawini apa) maksudnya siapa (Di antara wanita-wanita yang telah dikawini oleh bapakmu kecuali) artinya selain dari (yang telah berlalu) dari perbuatanmu itu, maka dimaafkan.

(Sesungguhnya hal itu) maksudnya mengawini mereka itu (adalah perbuatan keji) atau busuk (suatu kutukan) maksudnya sesuatu yang menyebabkan timbulnya kutukan dari Allah, yang berarti kemurkaan-Nya yang amat sangat (dan sejahat-jahat) seburuk-buruk (jalan) yang ditempuh.

Maksud dari ayat di atas adalah Setelah menjelaskan etika pergaulan suami istri dalam berumah tangga, maka pada ayat ini Allah menjelaskan etika seseorang terhadap ibu tirinya setelah ayahnya wafat. Dan janganlah kamu melakukan kebiasaan buruk sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian masyarakat jahiliah, yaitu menikahi perempuan-perempuan yang telah dinikahi oleh ayahmu baik ayah kandung maupun orang tua dari ayah atau ibu, kecuali kebiasaan tersebut dilakukan pada masa yang telah lampau ketika kamu masih dalam keadaan jahiliah dan belum datang larangan tentang keharamannya. Setelah datangnya larangan itu, tindakan tersebut harus dihentikan. Sungguh, perbuatan menikahi istri-istri ayah (ibu tiri) itu merupakan tindakan buruk, sangat keji, dan dibenci oleh Allah. Dan pernikahan yang sangat tercela seperti itu merupakan seburuk-buruk jalan yang ditempuh untuk menyalurkan hasrat biologis. Apakah pantas bagi orang yang berakal sehat menikahi istri ayahnya setelah sang ayah wafat,

27 Kementerian Agama, Al Quran Dan Terjemahan, h.23

padahal ia seperti ibu kandungnya sendiri'selain haram menikahi ibu tiri sebagaimana dijelaskan di atas, diharamkan pula menikahi beberapa perempuan berikut ini. Diharamkan atas kamu menikahi ibu-ibumu termasuk juga nenekmu, anak-anakmu yang perempuan termasuk cucu perempuanmu, saudara-saudaramu yang perempuan baik kandung, seayah, atau seibu, saudara-saudara ayahmu yang perempuan termasuk saudara perempuan kakek, saudara-saudara ibumu yang perempuan termasuk saudara perempuan nenek. Demikian pula anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, maupun anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan termasuk anak-anak perempuan mereka.

Itulah tujuh golongan yang haram dinikahi karena hubungan nasab. Selain itu diharamkan pula menikahi ibu-ibumu yang menyusui kamu ketika kamu dahulu berada dalam masa penyusuan. Karena ibu susu mempunyai posisi sama dengan ibu kandung, maka perempuan yang haram dinikahi karena nasab, diharamkan pula karena persusuan. Dengan demikian diharamkan atas kamu menikahi saudara-saudara perempuanmu sesusuan apabila kamu menyusu langsung pada tempat yang sama, dengan ketentuan tidak kurang dari lima kali susuan yang mengenyangkan, baik mereka menyusu sebelum kamu menyusu, atau dalam waktu bersamaan, atau setelah kamu selesai. Selain itu diharamkan pula menikahi ibu-ibu dari istrimu atau mertua, baik istri itu telah kamu gauli layaknya suami istri maupun yang belum kamu gauli. Selain itu diharamkan pula menikahi anak-anak perempuan dari istrimu yakni anak-anak tiri yang berada dalam pemeliharaanmu dan tinggal bersama maupun anak-anak tiri yang tidak berada dalam pemeliharaanmu, keduanya sama saja. Larangan tersebut adalah jika anak tiri itu merupakan anak dari istri yang telah kamu campuri sebagaimana layaknya suami istri. Tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu dan dia sudah kamu ceraikan atau istri yang belum kamu gauli itu meninggal dunia, maka tidak

berdosa kamu menikahi anak-anak tiri dari bekas istri yang telah kamu ceraikan atau meninggal sebelum kamu menggaulinya. Dan diharamkan pula kamu menikahi istri-istri anak kandungmu atau menantumu sendiri. Demikian itulah ketentuan tentang keharaman menikahi perempuan untuk selama-lamanya.

Adapun wanita-wanita yang haram dinikahi tetapi tidak untuk selamalamanya dijelaskan berikut ini. Dan diharamkan pula melangsungkan perkawinan dengan mengumpulkan dua perempuan yang bersaudara pada waktu yang sama, baik kedua perempuan itu kakak beradik, atau seorang perempuan dengan bibi yakni saudara perempuan ayah atau saudara perempuan ibu dari perempuan tersebut, kecuali perkawinan serupa yang telah terjadi pada masa lampau sebelum datangnya larangan ini. Sungguh yang demikian ini karena Allah maha pengampun atas segala dosa atau kekhilafan yang telah kamu lakukan, maha penyayang terhadap hamba-hamba-Nya. Agama Islam melarang menikahi ibu kandung, ibu tiri, ibu susu, maupun bibi (saudara perempuan ayah atau ibu), adalah untuk menghormati kedudukan dan status mereka. Bagaimana mungkin orang yang diperintahkan Allah untuk dihormati malah dijadikan istri oleh anak sendiri' di mana letak penghormatan anak terhadap mereka, dan bagaimana dengan status anak yang lahir nanti demikian pula larangan memperistri dua perempuan bersaudara sekaligus dalam waktu yang sama. Tindakan ini dapat menimbulkan kecemburuan besar yang berdampak pada retaknya hubungan persaudaraan. Islam sangat menjunjung tinggi hubungan kekeluargaan atau kekerabatan apabila terjalin dengan harmonis serta kokoh, dan membenci tindakan apa pun yang dapat mendorong retak bahkan putusnya hubungan tersebut.

Pelajaran besar yang diberikan Al-Quran mengenai kebinasaan kaum Luth karena kejahatan dan penyimpangan seksual menjadi hal biasa yang dilakukan