• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

B. Hukum Positif

Manusia hidup dan diatur, serta tunduk pada berbagai aturan. Selain aturan umum atau khusus yang telah disebutkan diatas, manusia juga diatur dan tunduk pada aturan adat-istiadat (hukum kebiasaan), hukum agama (sepanjang belum menjadi hukum positif), hukum moral. Hukum kebiasaan, hukum agama, hukum moral mempunyai daya ikat yang kuat bagi seseorang atau suatu kelompok tertentu. Jadi merupakan hukum bagi mereka, tetapi tidak merupakan (bukan) hukum positif.

Hukum positif ditegakkan atau dipertahankan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan. Ciri ini menimbulkan paham bahwa hukum positif adalah aturan yang mempunyai sifat memaksa. Hukum positif menurut ciri Kelsen adalah a coercive order atau suatu tatanan yang memaksa. Meskipun sanksi diakui Kelsen sebagai unsur aturan hukum positif, tetapi tidak dianggapnya sebagai ciri atau karakteristik hukum positif. Menurut Kelsen semua tatanan sosial mempunyai sanksi, dan sanksi tidak hanya berupa hukuman , tetapi dapat juga berupa ganjaran.36

Memberikan sanksi sebagai karakteristik aturan hukum positif, tidak sesuai dengan kenyataan : Pertama, seperti diakui Bentham dan Kelsen, tatanan sosial selain aturan hukum positif juga mengandung sanksi. Perbedaannya hanya pada pengenaan sanksi dan cara penindakannya. Pada tatanan sosial di luar aturan hukum positif, sanksi tidak berupa perampasan secara langsung atas nyawa, kebebasan atau harta benda, melainkan dalam bentuk sanksi sosial (misalnya diasingkan dari pergaulan) atau sanksi moral seperti dicap sebagai orang tidak baik. Kedua, banyak sekali aturan hukum positif yang tidak mencantumkan suatu

36 Asikin, Zainal. Pengantar Ilmu Hukum. (Cet. IV; Depok: Rajawali Pers, 2017), h.54

sanksi atau sifat memaksa tertentu atau suatu akibat ketidaktahuan, atau kelalaian atau menghadapi overmacht dari pihak lain, dan ketentuan yang berkaitan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan. Suatu hubungan hukum atau kesusilaan diancam batal demi hukum. Aturan hukum positif di bidang ketenagakerjaan dan sewa menyewa dalam KUHPerdata (BW) banyak memuat ketentuan sifat memaksa (tidak dapat dikesampingkan).37

c. Hukum positif berlaku dan ditegakkan di Indonesia

Unsur ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa, hukum positif adalah suatu aturan hukum yang bersifat nasional, bahkan mungkin lokal. Selain hukum positif Indonesia, akan didapati hukum positif Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand dan lain-lain negara atau suatu masyarakat hukum tertentu. Adanya hukum positif yang bersifat supra nasional atau regional, asalkan dipenuhi syarat ada badan pada tingkat supra nasional atau regional yang bersangkutan yang menegakkan aturan hukum tersebut apabila ada pelanggaran.

Ditinjau dari lingkungan teritorial sebagai tempat berlaku, di Indonesia ada dua macam hukum positif yaitu hukum yang positif yang berlaku di seluruh wilayah Negara Indonesia (nasional) dan ada yang berlaku untuk daerah atau lingkungan masyarakat hukum tertentu atau dapat disebut sebagai hukum positif lokal.

Hukum positif lokal dapat dibedakan antara hukum positif yang lahir atau dibuat dan berlaku dalam lingkungan pemerintahan otonomi berupa peraturan daerah, atau keputusan-keputusan lainnya. Hukum positif lokal ini termasuk juga peraturan hukum yang dibuat pada tingkat nasional tetapi hanya berlaku untuk daerah atau wilayah tertentu.

37 Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung : Sinar Baru, 1984), h.112

29 BAB III

TINJAUAN UMUM PENYIMPANGAN SEKSUAL A. Pengertian Penyimpangan Seksual

Penyimpangan seksual adalah segala bentuk penyimpangan seksual, baik arah, minat, maupun orientasi seksual. Penyimpangan adalah gangguan atau kelainan. Sementara perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis.

Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya juga dapat berupa orang lain, diri sendiri, maupun objek dalam khayalan.1

Penyimpangan seksual merupakan salah satu bentuk perilaku yang menyimpang karena melanggar norma-norma yang berlaku. Penyimpangan seksual dapat juga diartikan sebagai bentuk perbuatan yang mengabaikan nilai dan norma yang melanggar, bertentangan atau menyimpang dari aturan-aturan hukum.2 Secara umum, penyebab terjadinya penyimpangan seksual adalah multifaktoral, mencakup gejala-gejala di dalam dan di luar pribadi (gejala intrinsik dan ekstrinsik) yang saling berkaitan. Faktor intrinsik adalah faktor herediter atau keturunan, misalnya seorang perempuan dengan sindrom adreno genital, yaitu dengan jumlah hormon androgen adrenal yang terlalu banyak atau berlebihan yang diproduksi selama janin ada dalam rahim, cenderung menjadi wanita tomboy yang kelaki-lakian. Sedangkan faktor ekstrinsik mencakup adanya kerusakan-kerusakan fisik dan psikis disebabkan oleh pengaruh-pengaruh luar, atau oleh

1 Firdha Yunita Ramli, “Perilaku Seksual Menyimpang Tokoh Novel 86 Karya Okky Madasari Berdasarkan Teori Seks Sigmund Freu’’, skripsi (Makassar: Fakultas Bahasa Dan Sastra,Universitas Negeri Makassar 2018), h.45

2 Ficki Fadila Filardi, “Perilaku Penyimpangan Seksual Pada Tokoh Freddie Mercury Dalam Film Bohemian Rhapsody Karya Bryan Singer”, skripsi (Purwokerto: Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2019), h.87

adanya interaksi pengalaman dengan lingkungan yang sifatnya traumatis.

Penyimpangan seksual yang terjadi akibat faktor ekstrinsik ini juga dapat ditimbulkan oleh aktifitas hidup, dialami semasa kecil, atau ketika dewasa.

Bentuknya dapat berupa perlakuan yang tidak layak, seperti perlakuan kasar, kejam, tekanan emosional, penghinaan, kecaman atau pengaruh media.3

B. Sejarah Terjadinya Penyimpangan Seksual 1. Sejarah Penyimpangan Seksual Kaum Luth

Al-Quran menceritakan kehancuran kaum Nabi Luth yang diazab karena perilaku homoseksualnya. Sejarah kuno telah membuktikan bahwa kaum sodom mengalami kehancuran karena mempraktikkan homoseksualisme dan sejarah kontemporer menunjukkan bahwa kaum gay beresiko tinggi untuk terserang penyakit AIDS yang mematikan. Alam di sekeliling manusia juga mendukung kebenaran itu. Binatang dan tumbuh-tumbuhan yang tidak mengenal budaya dan diciptakan dengan berpasang-pasangan seperti manusia, kawin secara heteroseksual. Dua hal ini menunjukkan bahwa seksualitas (heteroseksual) itu merupakan sesuatu yang alamiah, bukan konstruksi sosial. Apabila tidak alamiah, tentu pengingkarannya tidak akan menimbulkan bencana bagi kehidupan manusia.

Meskipun dorongan sekual itu merupakan sesuatu yang alamiah, Al-Quran tidak membiarkan pemenuhannya berlangsung tanpa aturan. Dia menetapkan bahwa dorongan itu harus disalurkan dalam perkawinan, tidak dengan melacur dan memiliki pasangan simpanan.

3 Siti Aisyah, “Studi Kasus Penyimpangan Perilaku Seksual Pada Remaja Tunalaras Tipe Conduct Disorder”, Skripsi (Yogyakarta; Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 2017), h.67

(Qs. An-Nisa‟, 4/24-25).4

Dan (diharamkan juga kamu menikahi) perempuan yang bersuami, kecuali hamba sahaya perempuan (tawanan perang) yang kamu miliki sebagai ketetapan Allah atas kamu. Dan dihalalkan bagimu selain (perempuan-perempuan) yang demikian itu jika kamu berusaha dengan hartamu untuk menikahinya bukan untuk berzina. Maka karena kenikmatan yang telah kamu dapatkan dari mereka, berikanlah maskawinnya kepada mereka sebagai suatu kewajiban. Tetapi tidak mengapa jika ternyata di antara kamu telah saling merelakannya, setelah ditetapkan. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia Dan diharamkan juga atas kalian menikahi wanita-wanita bersuami, kecuali wanita-wanita dari mereka yang kalian tawan dalam peperangan. Sesungguhnya menikahi mereka itu halal bagi kalian, setelah melewati Memastian kosongnya Rahim-rahim mereka dengan sekali haid. Allah telah menetapkan atas kalian pengharaman menikahi mereka dan memperbolehkan menikahi wanita selain mereka dari wanita-wanita yang Allah menghalalkan kalian untuk mencari dengan harta-harta yang kalian miliki, cara untuk menjaga kehormatan kalian dari perbuatan haram.

Kemudian istri-istri yang kalian telah nikmati dari mereka melalui pernikahan yang sah,maka berikanlah kepada mereka mahar-mahar mereka yang telah Allah wajibkan atas kalian. Tidak ada dosa atas kalian dalam kesepakatan yang saling meridoi yang terjalin di antara kalian untuk menambah atau mengurangi kadar mahar sesudah kewajiban membayar mahar tersebut ditentukan. Sesungguhnya

4 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (bestialy)” Skripsi (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 6

Allah Maha Mengetahui urusan-urusan hamba-hambanya, juga Maha bijaksana dalam ketetapan-ketetapan hukum dan pengaturannya.

Pandangan seperti ini juga berlaku di awal Islam. Perkawinan sementara dilarang sehingga tercipta sarana untuk menjalin hubungan secara rahasia dan perzinahan. Oleh karenanya dengan mencabut hukum perkawinan sementara bukan berarti kemudian kebutuhan biologis manusia berhenti, justru disalurkan melalui cara yang tidak benar.

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:

1. Masalah sosial harus dilihat secara realistis, bukan mengikuti perasaan dan selera individu atau golongan. Solusi terbaik dengan menerima perintah Tuhan.

Karena hanya Allah yang paling mengetahui tuntutan manusia, baik individu maupun sosial.

2. Perkawinan, baik permanen atau sementara merupakan benteng yang kokoh untuk menjaga kehormatan dan kesucian lelaki atau wanita.

3 Kerelaan kedua pihak harus ada dalam menentukan jumlah mahar, bukan hanya pria yang menentukan

C. Jenis Jenis Penyimpangan Seksual

Adapun jenis-jenis tindak pidana penyimpangan seksual adalah:

a. Incest, yaitu keinginan untuk melakukan hubungan seksual dengan muhrim, seperti dengan ibunya,bapaknya,anaknya atau dengan saudara kandungnya sendiri. Seringkali kita dengar seorang bapak menghamili anaknya, anak memperkosa ibunya, dan lain sebagainya. Menurut para psikolog incest adalah perilaku penyimpangan seksual dan menurut hukum Islam incest adalah berhubungan dengan wanita-wanita yang diharamkan untuk dinikahi dan melakukannya termasuk penyimpangan seksual serta merupakan pelanggaran

ketentuan hukum.5

b. Necropilia, yaitu seseorang yang mencari kepuasan seksualnya dengan menyetubuhi mayat bahkan terkadang bersifat kanibal, yakni dengan melahapnya sekaligus. Korban biasanya orang yang ia senangi. Untuk memenuhi hasrat seksualnya, orang yang ia senangi tersebut ia bunuh, kemudian mayatnya ia setubuhi. Dalam kasus tindak pidana menyetubuhi mayat ini para ulama berbeda pendapat. Iman malik berpendapat apabila seseorang menyetubuhi mayat, baik pada qubulnya maupun pada duburnya dan bukan pula isterinya maka perbuatan itu dianggap sebagai zinadan pelakunya dikenai hukuman had. Akan tetapi, apabila yang disetubuhinya adalah isterinya sendiri yang telah meninggal, ia tidak dikenal hukuman had. Demikian pula apabila yang melakukannya itu seorang wanita maka ia hanya dikenai hukuman ta’zir.6

c. Homoseks, istilah homoseks terambil dari kata sadum, nama sebuah kota kuno dekat laut Mati, sebuah daerah di Jordan. Dalam arti lain, homoseks yaitu hubungan seks yang dilakukan dengan sesama jenis di mana si pelaku merasa tertarik dan mencintai sesama jenis. Sedangkan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) homoseks adalah keadaan tertarik terhadap orang dari jenis kelamin yang sama. Menurut hukum Islam, homoseks merupakan perbuatan yang dilarang oleh Syara dan merupakan jarimah yang lebih keji daripada zina.

Homoseks merupakan perbuatan yang bertentangan dengan akhlak dan fitrah manusia dan sebenarnya berbahaya bagi kehidupan manusia yang

5 Dian Pangestu, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Wajib Lapor Penyimpangan Seksual”.

Skripsi (Purwokerto: Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2020), h. 45

6 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 40

melakukannya.7

d. Lesbian, yaitu perbuatan menggesekkan atau menyentuhkan alat vital yang berupa ejakulasi. Cara mereka melakukan hubungan seks ini mirip dengan sakritis atau sebagai pasif feminim. Islam memandang bahwa lesbian merupakan perbuatan haram, dan para ulama telah sepakat mengharamkan perilaku ini. Sebagaimana Imam Nawawi berkata “wanita diharamkan berhubungan seksual dengan wanita, jika hal itu terjadi maka wanita tersebut harus dicela dan diperingatkan.8

e. Onani, (masturbasi) yaitu menyalurkan hasrat seksual dengan cara merangsang alat kelamin baik dengan menggunakan tangan dan sebagainya. Beberapa para kedokteran dan pendidikan menganggap masturbasi tidak menimbulkan efek samping yang serius bagi kesehatan, sedangkan sebagian yang lain menganggap perbuatan tersebut sangat merusak kesehatan.9

f. Pedophilia,yaitu seseorang yang baru mendapatkan kepuasaan seksual jika melakukan hubungan dengan anak-anak. Perilaku menyimpang ini jelas menghancurkan masa depan anak-anak, sehingga dikutuk oleh agama. Iman syafi’i dan Iman Hambali berpendapat bahwa perbuatan ini dikategorikan sebagai perbuatan zina, yang dapat dikenai hukuman had terhadap pelakunya, baik pelakunya laki-laki atau perempuan.10

g. Voyeurisme, yaitu suka mengintip lawan jenisnya yang telanjang atau mengintip hubungan seksual. Perbuatan ini bisa jadi tidak sekedar untuk

7 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 41

8 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 41

9 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 43

10 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 44

memenuhi rasa ingin tahunya saja, akan tetapi lebih ia utamakan dan lebih mendatangkan kepuasaan daripada hubungan seksual yang normal.11

h. Masochisme, yaitu penderita akan merasakan kenikmatan seksual jika ia disakiti oleh pasangannya, misalnya dipukul dengan tangan, cambuk dan lain sebagainya atau seolah-olah ia diperkosa. Rasa sakit yang ia terima itu akan mendatangkan kenikmatan yang luar biasa baginya, bahkan lebih nikmat daripada hubungan kelaminan.12

i. Bestiality, yaitu tindakan mencari kepuasaan seksual dengan jalan berhubungan seksual dengan binatang. Para ulama sepakat tentang haramnya perbuatan ini, akan tetapi berbeda pendapat dalam memberikan sanksi pidana bagi pelaku bestiliaty. Demikianlah, beberapa perilaku sm eks menyimpang yang ada di masyarakat, yang gejalanya akan sangat merusak terhadap masyarakat.

Perilaku-perilaku tersebut timbul dan berkembang terompet-terompet iblis terus menerus memanggilnya dalam pemuasan brutal dan lepas kontrol.13 D. Faktor-Faktor Penyebab Penyimpangan Seksual

Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar pada diri manusia.

Namun, kebutuhan-kebutuhan yang bersifat naluri terkadang menjadikan manusia lepas kontrol. Manusia berlomba-lomba mereguk kenikmatan dunia, meskipun cara yang ditempuhnya tidak lagi memperhatikan segi-segi moralitas yang ada di masyarakat. Menurut Sigmound Freud bahwa penyebab penyimpangan seksual ialah lemahnya pengendalian diri, dalam hal ini iman dan intelegensi. Apabila kedua faktor tersebut tidaklah menjadi senjata ampuh bagi

11 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 44

12 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 45

13 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 47

seseorang untuk mengontrol dan menguasai dirinya dari dorongan seks yang tidak terkontrol, maka dorongan seks tersebut dapat menguasai dirinya untuk melakukan penyimpangan seksual.14

Perilaku seks menyimpang ini dapat saja terjadi akibat hasrat seksual yang sangat tinggi dan tak bisa dikontrol dengan baik. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwasanya penyimpangan seksual yang terjadi di masyarakat dapat terjadi karena multifaktoral, mencakup gejala-gejala di dalam atau di luar pribadi (kelompok gejala yang intrinsik dan ekstrinsik) yang saling berhubungan.

Kartini kartono menyebutkan ada dua faktor yang menyebabkan penyimpangan seks :

1. Faktor intrinsik ialah faktor-faktor herediter atau keturunan berupa predisposisi dan konstitusi jasmaniah dan mentalnya.15

2. Faktor eksterinsik ialah mencakup adanya kerusakan-kerusakan psikis dan fisik disebabkan oleh pengaruh-pengaruh luat atau oleh adanya interaksi pengalaman dengan lingkungan yang traumatis sifatnya.16

Sedangkan menurut Ma’ruf Asrori dalam bukunya bimbingan seks islami, dorongan seks yang tidak terkendali disebabkan oleh dua faktor :

1. Faktor endogin (dari dalam) yakni, lemahnya iman dan intelegensinya tidak dapat mengendalikan hawa nafsu.17

14 Raden Fadhil Firdaus, “Sanksi Tindak Pidana Penyimpangan Seksual Terhadap Hewan (Bestiality) Dalam Hukum Pidana Islam Menurut Abdul Qadir Audah”, skripsi (Bandung:

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, 2019), h.67

15 Dian Pangestu, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Wajib Lapor Penyimpangan Seksual”, h. 49

16 Raden Fadhil Firdaus, “Sanksi Tindak Pidana Penyimpangan Seksual Terhadap Hewan (Bestiality) Dalam Hukum Pidana Islam Menurut Abdul Qadir Audah”, h.70

17 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 55

2. Faktor eksogin, yakni datangnya dari hampir setiap aspek kehidupan modern yang tumbuh dan berkembang tidak atas dasar konsep agama.

Misalnya , trend mode, make up, pergaulan bebas, film dan bacaan porno, panti pijat, klub malam, bar dan lain-lain.18

Dari beberapa faktor yang disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa ada tiga faktor tersebut, tetapi lingkungan menempati posisi yang signifikan. Hal ini dikarenakan lingkungan menghimpun banyak faktor yang saling mengikat yang dapat membentuk suatu iklim kondisi bagi tumbuhnya berbagai penyimpangan.

E. Dampak Penyimpangan Seksual

Sebagai konsekuensi logis dari perilaku seks menyimpang adalah munculnya berbagai penyakit kelamin (veneral diseases, atau VD), atau disebut juga ‘penyakit hubungan seksual’ (sexually transmitted diseases, atau STD).

Berbagai penyakit kelamin yang kini terkenal dalam dunia kedokteran adalah:

sifilis, gonore, herpes simplex, limprogranuloma venerium, granula Inguinale, trikomonas, kondiloma akuminata, dan Aids (Acquired Immune Difeciency Syndrome). Dari berbagai penyakit itu yang paling terkenal, paling berbahaya, dan paling banyak diderita oleh pelaku seks bebas dan pelaku seks menyimpang (termasuk pelaku seks menyimpang dengan binatang) adalah : sifilis, gonore, herpes progenitalis, dan aids.19

Sifilis adalah jenis penyakit kelamin yang banyak diderita oleh para pelaku seks menyimpang, sifatnya sulit hilang dan apabila sembuh pada bulan ini akan muncul pada bulan berikutnya dengan rasa sakit dan luka yang hebat.

Sifilis sering juga disebut “penyakit raja singa” penyakit ini disebabkan oleh

18 Edi Rohedi, “Tinjauan Hukum Islam tentang Penyimpangan Seksual dengan Binatang (Bestialy)”, h. 57

19 Pikiran Rakyat, Bahaya Penyimpangan Seksual, h.5

kuman Treponema Pallidium yang jumlahnya lebih banyak terdapat dalam binatang daripada manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui persenggamaan dengan manusia atau dengan binatang.

Sedangkan gonore adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh kuman neisseria gonorrhoeae, Yang mana kuman ini menyerang selaput lendir pada beberapa organ tubuh. Selaput yang paling sering diserang adalah selaput lendir rektum, mata, mulut, dan anus. Kejangkitan Gonore yang paling tinggi terdapat pada saluran kantung kemih( uretra). Gejala penyakit ini selain keluarnya nanah berwarna kuning pada alat kelamin, juga terasa nyeri dan panas. Pada dasarnya penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual, sama seperti Sifilis, penyakit ini pun dapat menyebabkan cacat bawaan Herpes progenitalis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus harpes simpleks yang secara bertahap berkembang dan menyebabkan luka lecet yang sangat menyakitkan di sekitar kemaluan, baik laki-laki maupun perempuan. Karena letaknya di permukaan alat kelamin, maka penyakit ini sangat mudah sekali menular. Gejala yang timbul berupa rasa kelenjar (rasa digigit-gigit) dan gatal.

Setelah 2-15 hari muncul bisul kecil, dan pada serangan berikutnya akan timbul infeksi, dan timbul demam dan sakit kepala.20

Sedangkan penyakit aids (acquired immune difeciency syndrome) adalah suatu momok yang menakutkan sejak kemunculannya tahun 1980—an sampai saat ini. Menurut hemat penulis, penyakit ini muncul akibat perilaku manusia yang sudah melewati batas normal, maka kehadiran penyakit ini merupakan sebuah laknat dari Allah swt. yang telah murka melihat hambanya yang sudah melampaui batas. Kemunculan penyakit ini mulai dirasakan sekitar tahun 1981.

Dan pada tahun 1983, Luc Montagnier dari lembaga Pasteur Paris

20 Badiatul Muchlisin Asti, Seks Indah Penuh Berkah , (Cet I, Semarang: Pustaka Adnan,2006), h.130

mengumumkan tentang adanya suatu virus maut. Setahun kemudian, Galo membuktikan tentang keberadaan virus ini dengan gejala kehilangan kekebalan tubuh manusia. Adapun cara penularan virus HIV ( human immodefeciency syndrome) ini adalah melalui berbagai jalan: berhubungan seks, tranfusi darah, alat-alat medis, ibu hamil dan cairan tubuh. Saat ini penularan aids menurut who sekitar 3 orang permenit, dan sampai akhir 2000, sekitar 21,8 juta orang dewasa dan anak-anak telah meninggal karena hiv/aids.21

Selain berbagai penyakit di atas, dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh penyimpangan seksual dengan binatang (bestiality) ialah:

1. Dari segi psikologis, bestiality dapat mengakibatkan gangguan pada perkembangan psikoseksual seseorang. Sehingga naluri kejiwaan untuk bersetubuh dengan normal menjadi suatu yang tabu karena memandang bestiality sebagai fantasi seks yang dapat memenuhi libido seksualnya.

2. Dari aspek sosial-psikologis, penyimpangan seks dengan binatang (bestiality) akan menyebabkan pelakunya memiliki perasaan dan kecemasan tertentu, sehingga bisa mempengaruhi kondisi kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang.22 Kualitas sumber daya manusia ini diantaranya adalah:

Kualitas mentalitas. Kualitas mentalitas pelaku yang terlibat penyimpangan seksual dengan binatang (bestiality) akan rendah, bahkan cenderung memburuk. pelaku bestiality tidak memiliki etos kerja dan disiplin yang tinggi, karena dibayangi masa lalunya. Pelaku bestiality juga cepat menyerah kepada nasib (subnitif), tidak sanggup menghadapi tantangan dan ancaman hidup, rendah diri, dan tidak sanggup berkompetisi.

21 Akbar, Seksualitas Ditinjau dari Hukum Islam, (Cet.II, Jakarta: Bulan Bintang, 1982) , h.123

22 Bukhori, Hubungan Seks Menurut Islam,( Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h.212

a) Kualitas keberfungsian keluarga. Seandainya pelaku bestiality menikah dengan cara terpaksa, maka akan mengakibatkan kurang difahaminya peran- peran baru yang disandangnya dalam membentuk keluarga sakinah.

b) Kualitas pendidikan. Pelaku bestiality akan memiliki keterbatasan akses terhadap pendidikan formal.

c) Kualitas ekonomi keluarga. Seandainya pelaku bestiality menikah, maka kualitas ekonomi yang dibangun olehnya tidak akan memiliki kesiapan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.

d) Kualitas partisipasi dalam pembangunan. Karena kondisi fisik, mental dan sosial yang kurang baik, maka pelaku bestiality tidak dapat berpartisipasi dalam pembangunan.23

3. Dari aspek medis, menurut Budi Martino Limonon, pelaku penyimpangan seksual dengan binatang (bestiality) memiliki banyak konsekuensi, diantaranya: dapat tertular penyakit menular seksual (PMS), dapat menyebakan infeksi pada alat vital, dan selain itu, dapat menyebabkan kanker.24

F. Dasar Hukum Penyimpangan Seksual dalam Hukum Islam A. Penyimpangan Seksual Menurut Al-Quran

Penyimpangan seksual merupakan sikap yang pada dasarnya melampaui

Penyimpangan seksual merupakan sikap yang pada dasarnya melampaui