• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Studi Penelitian Terdahulu 1 Analisis Penawaran

2.2.2. Analisis Permintaan

Penelitian mengenai analisis faktor yang mempengaruhi permintaan telah dilakukan oleh beberapa orang, diantaranya oleh Sofi, Faizal, Lia, Natawijaya dan Nofaldi. Pembahasan mengenai penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Sofi (2006) telah melakukan penelitian mengenai model permintaan fillet ikan nila beku Indonesia di pasar Amerika Serikat. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifkasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor fillet ikan nila beku Indonesia di pasar Amerika Serikat. (2) mengukur elastisitas permintaan impor fillet ikan nila beku Indonesia di pasar Amerika Serikat (3) mengetahui pengaruh negara pesaing (Cina) terhadap permintaan impor fillet ikan nila beku Indonesia di pasar Amerika Serikat. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa time series sekunder dan dianalisis dengan menggunakan Regresi Berganda dengan Metode Kuadrat Terkecil, analisis elastisitas dan secara deskriptif untuk menganalisis pesaing (Cina). Hasil penelitian menunjukkan

permintaan impor fillet ikan nila beku Indonesia di pasar Amerika Serikat dipengaruhi secara nyata oleh volume impor fillet ikan beku Cina di pasar Amerika Serikat dan pendapatan per kapita Amerika Serikat. Elastisitas harga rata-rata impor fillet ikan beku Indonesia adalah inelastis dan bertanda negatif, elastisitas volume impor fillet ikan nila beku Cina adalah inelastis dan bertanda positif, sedangkan elastisitas pendapatan per kapita adalah elastis dan bertanda positif. Kebijakan yang dapat diambil untuk bersaing di pasar Amerika Serikat adalah: pertama, meningkatkan daya saing fillet ikan nila beku Indonesia dengan cara efisiensi biaya produksi budidaya ikan nila. Kedua, melakukan pemantauan terhadap perubahan pendapatan per kapita Amerika Serikat.

Penelitian mengenai ikan hias di pasar Jepang pun telah dilakukan oleh Faizal (2002). Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan permintaan ikan hias di pasar Jepang (2) mengukur elastisitas permintaan ikan hias Indonesia di pasar Jepang (3) mengidentifikasi pesaing utama (Singapura) yang mempengaruhi permintaan ikan hias Jepang dari Indonesia. Data yang digunakan berupa time series sekunder yang dianalisis dengan menggunakan Regresi Berganda dengan Metode Kuadrat Terkecil, analisis elastisitas dan analisis deskriptif mengenai pesaing utama (Singapura). Hasil penelitian menunjukkan pada selang kepercayaan 80 persen, faktor-faktor yang mempengaruhi secara nyata adalah harga rata-rata ikan hias Indonesia, pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita bersifat elastis terhadap permintaan, sedangkan nilai tukar Rupiah terhadap Yen bersifat inelastis terhadap permintaan. Singapura telah melakukan reekspor ikan hias yang berasal dari Indonesia dan negara-negara lainnya untuk dikirim ke Jepang.

Lia (1999) telah melakukan penelitian mengenai model permintaan tuna Indonesia di pasar Internasional (Jepang dan Amerika Serikat). Penelitian ini bertujuan untuk:

(1) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan (volume impor) tuna Indonesia oleh Jepang dan Amerika Serikat.

(2) Mengukur elastisitas permintaan tuna Indonesia di pasar Jepang dan Amerika Serikat.

(3) Mencari alternatif bagi pemecahan masalah ekonomis dari ekspor tuna Indonesia.

Data yang diperoleh berupa time series sekunder dan dianalisis dengan menggunakan Regresi Berganda dengan Metode Kuadrat Terkecil, analisis elastisitas dan analisis deskriptif untuk menjawab tujuan poin (3). Hasil penelitian menunjukkan peubah yang berpengaruh nyata terhadap permintaan tuna Indonesia oleh Jepang adalah harga tuna Indonesia, konsumsi ikan per kapita, Gross National Product (GNP) per kapita, nilai tukar Yen terhadap US Dollar dan volume impor tuna dari Taiwan. Permintaan tuna Indonesia oleh Jepang peka terhadap GNP per kapita dan volume impor tuna dari Taiwan. Permintaan Jepang terhadap tuna Indonesia tidak peka terhadap harga tuna Indonesia, konsumsi ikan per kapita dan nilai tukar Yen terhadap US Dollar. Implikasi kebijakan yang dapat dilakukan adalah mempertahankan preferensi konsumen Jepang terhadap tuna Indonesia dikarenakan pasar jepang masih terlihat prospektif. Eksportir pun tidak perlu takut dalam meningkatkan harga riil tuna, hal ini dikarenakan permintaan impor tuna yang inelastis terhadap harga tuna rata-rata di pasar Jepang.

Permintaan tuna Indonesia di pasar Amerika Serikat dipengaruhi secara nyata oleh harga tuna Indonesia, harga udang, GNP per kapita dan volume impor tuna dari Thailand. Permintaan tuna Indonesia di pasar Amerika Serikat peka terhadap harga tuna Indonesia, harga udang dan GNP per kapita. Permintaan Amerika Serikat terhadap tuna Indonesia tidak peka terhadap volume impor tuna dari Thailand.

Implikasi kebijakan yang dapat dilakukan adalah memelihara preferensi konsumen Amerika Serikat terhadap tuna Indonesia karena adanya jaminan bahwa pasar Amerika Serikat masih prospektif, mengikuti promosi-promosi perdagangan di luar negeri dan mengadakan kamar dagang di negara-negara asing.

Natawijaya (1999) telah melakukan penelitian mengenai model permintaan tuna Indonesia di pasar Asia Tenggara (Thailand dan Singapura). Penelitian ini bertujuan untuk:

(1) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan permintaan (volume impor) tuna Indonesia oleh Thailand dan Singapura.

(2) Mengukur elastisitas permintaan tuna Indonesia di pasar Thailand dan Singapura.

(3) Mencari alternatif bagi pemecahan masalah ekonomis dari ekspor tuna Indonesia.

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini berupa time series sekunder yang dianalisis dengan menggunakan Regresi Berganda dengan Metode Kuadrat Terkecil, analisis elastisitas dan analisis deskriptif untuk menganalisis pemecahan masalah ekonomis dari ekspor tuna Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan impor tuna Indonesia oleh Singapura dipengaruhi secara nyata oleh GNP per kapita dan jumlah penduduk. Dari hasil analisis tersebut memberikan indikasi bahwa tuna yang diimpor oleh Singapura dari Indonesia bukan untuk dikonsumsi, tetapi untuk diekspor kembali. Hasil perhitungan elastisitas sebesar -0,029 (inelastis), ini berarti persentase perubahan permintaan lebih kecil daripada persentase perubahan harga tuna Indonesia. Elastisitas harga ekspor tuna Indonesia sebesar 0,03 persen, ini berarti peningkatan harga ekspor tuna sebesar 10 persen akan meningkatkan permintaan impor Singapura dari Indonesia sebesar 0,3 persen. Kebijakan yang sebaiknya diambil adalah peningkatan harga tuna. Walaupun akan terjadi penurunan jumlah permintaan impor tuna oleh Singapura, tetapi persentase penurunan jumlah impor tersebut akan lebih kecil daripada persentase kenaikan harga tuna Indonesia.

Permintaan impor tuna Indonesia oleh Thailand dipengaruhi secara nyata oleh harga udang, konsumsi ikan per kapita, GNP per kapita dan jumlah penduduk Thailand. Nilai elastisitas yang diperoleh sebesar -2,17 (elastis). Hal ini berarti persentase perubahan permintaan lebih besar daripada persentase perubahan harga tuna Indonesia. Kebijakan dengan menurunkan harga tuna Indonesia memberikan

dampak akan terjadinya peningkatan jumlah permintaan impor tuna Indonesia oleh Thailand dengan persentase peningkatan jumlah impor tersebut akan lebih besar daripada persentase penurunan harga tuna Indonesia.

Sementara itu, Nofaldi (1998) telah meneliti tentang model permintaan udang Indonesia di Pasar Asia Tenggara (Singapura dan Malaysia). Penelitian ini bertujuan untuk:

(1) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan permintaan (volume impor) udang Indonesia oleh Singapura dan Malaysia.

(2) Mengukur elastisitas permintaan udang Indonesia di pasar Singapura dan Malaysia.

(3) Mencari alternatif bagi pemecahan masalah ekonomis dari ekspor udang Indonesia.

Data yang digunakan berupa time series sekunder dan dianalisis dengan menggunakan Regresi Berganda dengan Metode Kuadrat Terkecil, analisis elastisitas dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan impor udang Indonesia oleh Singapura dipengaruhi secara nyata oleh harga udang Indonesia dan nilai ekspor udang Singapura. Nilai elastisitas harga impor udang sebesar -1,41 (elastis) yang berarti persentase perubahan permintaan lebih besar daripada persentase perubahan harga udang Indonesia. Elastisitas nilai ekspor udang Singapura sebesar 1,07 (unitary elastis) menunjukkan bahwa pengaruh perubahan nilai ekspor udang secara cepat ditutup oleh perubahan kuantitas yang diminta. Kebijakan yang sebaiknya diambil adalah dengan meningkatkan volume ekspor udang Indonesia ke Singapura, walaupun akan terjadi penurunan harga udang Indonesia, tetapi persentasenya lebih kecil dari persentase peningkatan volume ekspor udang Indonesia.

Permintaan impor udang Indonesia oleh Malaysia dipengaruhi secara nyata oleh harga udang Indonesia dan nilai ekspor udang Malaysia, hal ini mengindikasikan bahwa Malaysia mengimpor udang dari Indonesia tidak untuk dikonsumsi sendiri, tetapi untuk diekspor kembali. Nilai elastisitas harga sebesar -0,59 (inelastis), ini berarti persentase perubahan permintaan lebih kecil daripada

persentase perubahan harga udang Indonesia. Elastisitas nilai ekspor udang Malaysia sebesar 1,52 (elastis), artinya persentase perubahan permintaan lebih besar daripada persentase perubahan harga udang Indonesia. Hal ini terjadi karena proporsi impor udang Malaysia dari Indonesia impor totalnya sangat kecil, sehingga tidak berpengaruh terhadap pasar Malaysia. Kebijakan dengan meningkatkan jumlah ekspor udang Indonesia mungkin akan kompetitif, walaupun akan terjadi penurunan total penerimaan Indonesia. Strategi ini perlu dilakukan untuk membuat image (gambaran) produk udang Indonesia di pasar Malaysia, karena pangsa pasar udang Indonesia di Malaysia masih relatif kecil.