• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII ANALISIS PERMINTAAN BENIH IKAN NILA UKURAN 3-5 CM

7.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Benih Ikan Nila Ukuran 3-5 cm

7.4.8. Harga Ikan Nila Konsumsi (Pp)

Harga ikan nila konsumsi tidak signifikan mempengaruhi permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm. Hal ini terlihat dari nilai Probabilitasnya, yaitu sebesar 0,208 (> α). Koefisien regresi yang didapat sebesar -1,687. Artinya dengan asumsi faktor-faktor lain tetap, untuk tiap kenaikan satu rupiah harga benih nila konsumsi akan mengakibatkan rata-rata jumlah benih ikan nila ukuran 3-5 cm turun sebesar 1,687 ribu ekor. Faktor ini tidak signifikan dikarenakan

kenaikan harga ikan nila konsumsi tidak terlalu berpengaruh terhadap kenaikan permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 sebagai input produksi usaha pembesaran ikan nila konsumsi.

Tanda yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan karena bernilai negatif (-). Hal ini sesuai dengan asumsi awal yang menyatakan bahwa benih ikan nila ukuran 3-5 cm memiliki hubungan derived demand dengan ikan nila konsumsi. Elastisitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm terhadap harga ikan nila konsumsi adalah sebesar - 0,132. Artinya, setiap kenaikan satu persen harga ikan nila konsumsi akan menurunkan jumlah permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm sebesar 0,132 ribu ekor. Harga ikan nila konsumsi ini bersifat inelastis, hal ini ditunjukkan oleh nilai elastistisitasnya yang kurang dari satu Kurang resposifnya harga terhadap kuantitas permintaan menunjukkan bahwa fluktuasi harga ikan nila konsumsi tidak terlalu berpengaruh terhadap kuantitas permintaan benih oleh petani. Hal ini juga mengindikasikan petani tidak terlalu peduli terhadap kenaikan ataupun penurunan harga dan tetap membeli benih sesuai dengan kapasitas produksinya seperti biasa.

7.4.9. Harga Benih Ikan Lele Ukuran 3-5 cm (Pl)

Harga benih ikan lele ukuran 3-5 cm signifikan mempengaruhi permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm. Hal ini terlihat dari nilai Probabilitasnya, yaitu sebesar 0,0183 (< α). Koefisien regresi yang didapat sebesar 147,77. Artinya dengan asumsi faktor-faktor lain tetap, untuk tiap kenaikan satu rupiah harga benih ikan lele ukuran 3-5 cm mengakibatkan rata-rata jumlah benih ikan nila ukuran 3-5 cm naik sebesar 147,77 ribu ekor. Tanda yang didapatkan telah sesuai dengan yang diharapkan karena bernilai positif (+). Kebiasaan petani untuk memelihara lebih dari satu jenis ikan (polikultur) menjadikan harga benih ikan lele ukuran 3-5 cm menjadi salah satu faktor yang secara nyata mempengaruhi permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm.

Elastisitas harga yang didapatkan adalah sebesar 0,188. Artinya, setiap kenaikan satu persen harga benih ikan lele ukuran 3-5 cm akan menaikkan jumlah permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm sebesar 0,188 ribu ekor. Harga benih

ikan lele ukuran 3-5 cm ini bersifat inelastis, hal ini ditunjukkan dengan nilai elastistisitasnya yang kurang dari satu. Nilai positif (+) dari nilai elastisitas silang ini juga menunjukkan bahwa benih lele ukuran 3-5 cm memiliki sifat joint product dengan benih ikan nila ukuran 3-5 cm.

7.4.10. Dummy Musim Kemarau Panjang (Dm)

Faktor ini berpengaruh secara nyata terhadap permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm. Hal ini terlihat dari nilai Probabilitasnya, yaitu sebesar 0,001 (< α). Koefisien regresi yang didapat sebesar -19380. Artinya pada selama tahun 2006 terjadi penurunan kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm sebesar 19.380 ekor tiap bulannya. Tanda yang didapatkan pun telah sesuai dengan yang diharapkan karena bernilai negatif (-).

Musim kemarau yang sangat panjang selama tahun 2006 merupakan suatu siklus 10 tahunan yang lebih dikenal dengan istilah El Nino. Tentunya musim kemarau panjang ini sangat berpengaruh terhadap sektor perikanan budidaya air tawar secara luas. Secara umum, semua sektor perikanan budidaya air tawar mengalami penurunan pada tahun 2006 dari tahun sebelumnnya, kecuali pada cabang usaha kolam air deras yang meningkat 15,50 persen dari tahun sebelumnya. Permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm oleh petani pendeder benih ikan nila ukuran 3-5 cm dan petani pembesar ikan nila tentunya juga mengalami penurunan di tahun 2006. Pemanfaatan kolam air deras yang berlokasi dekat dengan sumber air di sekitar pegunungan-pegunungan yang ada di Kabupaten Sukabumi yang menyebabkan produksinya meningkat walaupun terjadi musim kemarau panjang (Tabel Lampiran 1).

7.5. Implikasi Kebijakan

Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm mencakup kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran < 3 cm (Qad), kuantitas permintaan ikan nila konsumsi (Qp), harga benih ikan lele ukuran 3-5 cm (Pl) dan dummy untuk musim kemarau panjang di tahun 2006 (Dm).

Signifikannya kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran < 3 cm menunjukkan bahwa ikan nila ukuran 3-5 cm merupakan produk turunan (derived) langsung dari benih ikan nila ukuran < 3 cm Implikasi kebijakan yang dapat diturunkan adalah menyarankan kepada petani pembenih ikan nila untuk juga memelihara benih ikan nila ukuran > 3 cm

Signifikannya faktor kuantitas permintaan ikan nila konsumsi juga menunjukkan bahwa apabila permintaan akan nila konsumsi di Kabupaten Sukabumi menurun, maka kuantitas benih ikan nila ukuran 3-5 cm akan naik. Implikasi kebijakan yang dapat diturunkan dari faktor ini harus lebih dicermati lagi, mengingat terdapat trade off dua sisi kebijakan yang membutuhkan solusi yang tepat. Permasalahan yang dihadapi adalah adanya excess demand benih ikan nila serta peningkatan konsumsi ikan di Kabupaten Sukabumi. Tentunya, apabila dilihat dari model regresi permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm terlihat bahwa kedua permasalahan ini tidak dapat dipecahkan secara bersamaan. Sehingga, perlu pengkajian ulang mengenai perimbangan alokasi benih baik ke luar maupun dalam daerah Kabupaten Sukabumi. Namun demikian menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi 2007, pada umumnya masyarakat di Kabupaten Sukabumi lebih menyukai ikan mas daripada nila untuk dikonsumsi. Apabila memang benar demikian, maka sebaiknya peningkatan kuantitas produksi benih ikan nila tetap dilakukan untuk lebih fokus melayani permintaan benih yang besar dari luar daerah dan peningkatan konsumsi ikan di Kabupaten Sukabumi dapat dipenuhi dari jenis ikan lain seperti ikan mas.

Kebiasaan petani untuk membudidayakan lebih dari satu jenis ikan saja membuat harga-harga benih ikan yang berbeda jenisnya memiliki pengaruh terhadap kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm. Sifat join product antara benih ikan nila ukuran 3-5 cm dengan benih ikan lele 3-5 cm menunjukkan bahwa permintaan akan benih ikan nila ini juga diikuti oleh permintaan benih lele. Implikasi kebijakan yang tepat adalah peningkatan kuantitas penawaran benih ikan lele sehingga dapat meningkatkan kuantitas permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm agar harga benih ikan lele ukuran 3-5 cm menjadi lebih murah, sehingga proporsi pembelian benih ikan nila ukuran 3-5 cm akan menjadi lebih besar. Saat ini Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi telah mengembangkan

budidaya ikan lele Sangkuriang yang rencananya akan dijadikan komoditi unggulan di Kabupaten Sukabumi.

Signifikannya dummy untuk musim kemarau di tahun 2006 ditunjukkan dengan adanya penurunan permintaan secara umum benih ikan nila. Keringnya sawah-sawah perikanan dan kolam air tenang sebagai tempat budidaya benih ikan nila ukuran 3-5 cm menyebabkan produksi menjadi turun, sehingga penawaran akan benih pun menjadi turun. Penurunan penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm ini juga diikuti oleh penurunan permintaan benih ikan nila ukuran 3-5 cm. Hal ini dikarenakan permintaan benih ikan nila berasal dari petani pendeder benih ikan nila ukuran 5-8 cm dan petani pembesar ikan nila yang juga mengalami kekeringan. Fenomena kemarau panjang di tahun 2006 tersebut sering disebut dengan El Nino yang merupakan siklus kemarau setiap 10 tahun sekali. Faktor alam ini tentunya sulit dihindari, namun usaha untuk meminimalisir kerugian dari pihak petani tentunya masih dapat dilakukan. Pengurangan kegiatan di sektor budidaya ikan air tawar dan mengalihkannya ke sektor lain dapat dijadikan alternatif ataupun merelokasi tempat budidaya ke tempat-tempat yang memiliki sumber air yang memadai, seperti kolam-kolam di sekitar daerah kaki pegunungan juga dapat dilakukan.